Anda di halaman 1dari 5

PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEPATITIS

Di wilayah Asia Tenggara diperkirakan 100 juta orang hidup dengan Hepatitis B kronis dan 30
juta orang hidup dengan Hepatitis C kronis. Setiap tahun di wilayah tersebut, Hepatitis B
menyebabkan hampir 1,4 juta kasus baru dan 300.000 kematian. Sedangkan Hepatitis C
menyebabkan sekitar 500.000 kasus baru dan 160.000 kematian.

Untuk mengendalikan virus hepatitis ini Kementerian Kesehatan RI melalui situs resmi Sehat
Negeriku menyatakan memiliki lima aksi utama, yaitu:

1) Peningkatan kesadaran, kemitraan dan mobilisasi sumberdaya


2) Pengembangan surveilans Hepatitis untuk mendapatkan data sebagai dasar untuk penyusunan
respons penanggulangan
3) Memperkuat hukum dan peraturan
4) Upaya pencegahan secara komprehensif
5) Deteksi dini, dan tindak lanjutnya yang mencakup akses Perawatan, dukungan dan
Pengobatan.

Kementerian Kesehatan juga saat ini sedang melakukan beberapa upaya, seperti:

1. Meningkatkan advokasi, teknis, dan pengetahuan umum tentang virus Hepatitis kepada


anggota masyarakat, penyedia layanan kesehatan dan stakeholder.

2. Mendorong Dinas Kesehatan untuk mengembangkan rencana strategis tingkat provinsi

3. Memperluas akses masyarakat terhadap perawatan, dukungan dan pengobatan

4. Mengintegrasikan upaya kesehatan yang berhubungan dengan Hepatitis virus, HIV AIDS,
serta kesehatan ibu dan anak

5. Mengintegrasikan upaya kesehatan masyarakat yang baik melalui peningkatan efisiensi dan
efektivitas kerja

6. Memperbaiki strategi nasional pengendalian Hepatitis

7. Memperbaiki pedoman

Dengan adanya upaya pencegahan dan pengendalian Hepatitis ini, diharapkan Eliminasi
Penularan Hepatitis B, bersama dengan HIV dan Sifilis dari ibu ke anak dapat tercapai pada 2020
dan eliminasi Hepatitis C  dapat tercapai pada 2030.

Kemkes menyatakan, strategi menuju Eliminasi Penularan Hepatitis B dari ibu ke anak melalui
beberapa program seperti peningkatan cakupan imunisasi pada bayi baru lahir kurang dari 24
jam dari saat kelahirannya, deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil dan kelompok berisiko tinggi
lainnya, masing-masing dengan cakupan paling tidak 90 persen.

Sedangkan strategi untuk mencapai Eliminasi Hepatitis C, dilakukan dengan tatalaksana kasus
Hepatitis C dengan pemilihan jenis obat yang tingkat kesembuhan di atas 90 persen, efek
samping relatif rendah, dan harga yang terjangkau. Dan deteksi dini penemuan kasus secara
aktif, masing-masing cakupan paling tidak 90 persen.
Prof. Tjandra menjelaskan, hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 menunjukkan prevalensi
Hepatitis B sebesar 9,4%. Ini berarti 1 dari 10 penduduk Indonesia pernah terinfeksi Hepatitis B.
Bila dikonversikan dengan jumlah penduduk Indonesia maka jumlah penderita Hepatitis B di
negeri ini mencapai 23 juta orang.

Hepatitis B adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, tambah Dirjen P2PL. Salah satu cara
pencegahannya adalah dengan pemberian imunisasi. Pengendalian Hepatitis B dimulai dari
penanganan pada Ibu hamil yang mengidap Hepatitis serta pemberian imunisasi pada bayi yang
dilahirkan akan memutus mata rantai pertama penularan penyakit Hepatitis. Pemberian imunisasi
pada bayi ini merupakan langkah kunci dalam menciptakan generasi baru yang bebas Hepatitis
B.

Sejak dua dasawarsa yang lalu, Indonesia mulai melaksanakan Imunisasi Hepatitis B. Kegiatan
ini diawali dengan pilot project imunisasi pada bayi yang dilakukan selama 10 tahun dari tahun
1987-1997, kegiatan ini dimulai di Pulau Lombok yang kemudian dikembangkan di provinsi-
provinsi lain. Pada bulan April 1997 imunisasi Hepatitis B masuk dalam program imunisasi
nasional. Adapun strategi penggunaan Uniject untuk imunisasi pada bayi baru lahir dilaksanakan
sejak tahun 2003. Strategi imunisasi pada bayi baru lahir ini kemudian diadopsi oleh WHO dan
dilaksanakan oleh negara-negara lain. Saat ini tercatat 177 negara telah mengimplementasikan
kebijakan tersebut.

Selain Hepatitis B, Hepatitis A dan C juga perlu mendapat perhatian. Hepatitis A sering muncul
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Sementara Hepatitis C sampai saat ini belum tersedia
vaksinnya, sehingga upaya pencegahan melalui promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), menghindari perilaku berisiko serta penapisan darah donor menjadi hal yang utama.

Menurut Dirjen P2PL, keberhasilan pengendalian Hepatitis sangat ditentukan oleh dukungan
semua pihak. Prof Tjandra Yoga berharap kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
untuk mekembangkan pendidikan kesehatan bagi pelajar dan mahasiswa mengenai cara
pencegahan dan penularan Hepatitis. Perusahaan farmasi di bawah Kementerian Negara BUMN
diharapkan dapat menyediakan obat Hepatitis dengan harga terjangkau. Sementara itu peran
lembaga donor dunia diperlukan dalam pendampingan dana pemerintah.
1. Tujuan pengendalian dan pemberantasan penyakit Hepatitis

- Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian


- Penemuan kasus sedini mungkin
- Memutus rantai penularan

2. Sasaran pengendalian dan pemberantasan penyakit hepatitis

- masyarakat
- Penderita hepatitis
- Keluarga
- Petugas kesehatan
- Lintas sector

3. Kegiatan pelayanan yg di laksanakan

- Penemuan kasus
- Konseling kasus
- Rujukan kasus
- Penyediaan HBIG untuk bayi baru lahir bagi ibu hamil hepatitis
- Pementauan kasus hepatitis

4. Fasilitas pendukung pengendalian dan pemberantasan hepatitis

- Obat-obatan : vaksin HBIG


- Alat diagnostic : Rapid test
- Alat APD untuk petugas kesehatan
- Buku pedoman dan formulir pencatatan dan pelaporan,brosur,poster,lembar balik dll

5. format pelaporan

- Laporan bulanan puskesmas

6. visualisasi data

PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT SIPILIS

Raja singa atau sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Gejala
sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau dubur.

Penyakit sipilis Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, sifilis dapat merusak organ otak,
jantung, dan beberapa organ lain. Pada wanita hamil, infeksi juga berbahaya karena
dapat menyebabkan kondisi janin tidak normal, bahkan kematian bayi. Oleh karena itu, semakin
dini diagnosis dan pengobatannya, semakin mudah sifilis disembuhkan.
Gejala Sifilis
Gejala sipilis atau sifilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan penyakitnya. Tiap jenis
sifilis memiliki gejala yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasannya:

 Sifilis primer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
 Sifilis sekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.
 Sifilis laten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.
 Sifilis tersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan organ lainnya otak, saraf, atau jantung.

Penyebab Sifilis
Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri, yang menyebar melalui hubungan seksual dengan
penderita sifilis. Meski demikian, bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui melalui
kontak fisik dengan luka yang ada di penderita. Melihat penularannya, sifilis rentan tertular pada
seseorang yang sering bergonta-ganti pasangan seksual.

Diagnosis Sifilis
Untuk mengetahui seseorang menderita sifilis, dokter akan melakukan pemeriksaan berupa tes
darah dan pengambilan cairan luka. Tes darah untuk mengetahui adanya antibodi untuk melawan
infeksi, sementara pemeriksaan cairan luka guna mengetahui keberadaan bakteri penyebab sifilis
(sipilis).

Pengobatan  Sifilis
Pengobatan siflis atau raja singa ini akan lebih efektif jika dilakukan ketika tahap awal. Sifilis
dapat diatasi dengan antibiotik penisilin.  Selama masa pengobatan, penderita dianjurkan untuk
tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter memastikan infeksi sudah sembuh.

Pencegahan Sifilis
Penularan sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia pada 1 pasangan
seksual atau menggunakan kondom. Selain itu, pemeriksaan atau skrining terhadap penyakit
sifilis atau sipilis ini juga perlu dilakukan secara rutin pada orang-orang yang memiliki faktor
risiko tinggi mengalami penyakit ini.

1. Tujuan pengendalian dan pemberantasan penyakit Sipilis

- Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian


- Penemuan kasus sedini mungkin
- Memutus rantai penularan

2. Sasaran pengendalian dan pemberantasan penyakit Sipilis

- masyarakat
- Penderita sipilis
- Keluarga
- Petugas kesehatan
- Lintas sector

3. Kegiatan pelayanan yg di laksanakan

- Penemuan kasus
- Konseling kasus
- Pengobatan kasus
- Pementauan kasus sipilis

4. Fasilitas pendukung pengendalian dan pemberantasan hepatitis

- Obat-obatan : Benzathine benzylpenicillin


- Alat diagnostic : Rapid test
- Alat APD untuk petugas kesehatan.
- Buku pedoman dan formulir pencatatan dan pelaporan,brosur,poster,lembar balik dll

5. format pelaporan

- Laporan bulanan puskesmas

6. visualisasi data

Anda mungkin juga menyukai