PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Estimasi remaja dan anak anak yang terinfeksI HIV pada akhir tahun 2007 adalah
sebesar 33,2 miliar orang di dunia. Transmisi maternal kejanin/bayi dapat dicegah bila
terdeteksi melalui VCT atau penapisan, perilaku terkendali baik, obat, ANC, maupun
pencegahan infeksi, melakukan pemilihan cara melahirkan, pemilihan ASI atau PASI,
pemantauan bayi sampai balita, dan mendapatkan dukungan serta perhatian. Transmisi HIV 1
dan HIV 2 memiliki kesamaan rute penularan dari ibu ke janin/bayi, namun HIV 2 (< 10 %)
jauh lebih rendah daripada HIV 1 (30 %). Risiko transmisi akan meningkat apabila terjadi
kerusakan membran dan CD4 yang rendah.
Pada negara berkembang, 10 20% berkembang menjadi AIDS selama kurang dari I tahun
karena dari penelitian yang dilakukan selama 10 tahun, hampir 50 % ibu tidak minum ARV.
Hal itu menyebabkan 80% kematian bayi di bawah umur 2 tahun. Apabila gejala pada tahun
pertama terdeteksi maka akan meningkatkan umur survival bayi kurang lebih 3 tahun.
Epidemiologi penularan dapat terjadi secara vertikal (95%) melalui saluran plasenta (10%),
proses melahirkan (60%), dan pemberian ASI (30%), sexual abuse, transfusi darah, dan
keadaan yang tidak dapat dijelaskan seperti kesiapan alat pelindung diri perawat, infeksi
nosokomial, pengganti ASI serta penyalahgunaan ilmu klenik dalam seksual.
Faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak ada dua jenis yaitu maternal dan obstetrik.
Pada maternal yaitu viral load yang tinggi (> 5.000 copies/ml), karakteristik virus, CD4 <
200/T, defisiensi imun, infeksi virus, bakteri, parasit, defisiensi vitamin A, penasun, dan
banyak pasangan seksual. Seclangkan pada faktor obstetrik yaitu kelahiran per vagina,
ketuban pecah dini (KPD) yang terbengkalai, pendarahan intraparturn, chorioamnionitis,
prosedur invasif, clan dari segi bayi yaitu prematur, BBLR, ASI dan luka di mulut bayi.
Tingkat penerimaan plasma darah HIV RNA berhubungan dengan transmisi kehamilan
seperti pada data yang disajikan oleh women and infants transmission study 1990 1999 yang
menunjukkan peningkatan dari 1 32 %.
Faktor risiko transmisi setelah melahirkan adalah kesehatan dada. Hal ini ditandai dengan
adanya sub klinikal penyakit mastitis yang menyebabkan VL tinggi pada dada ibu. Mastitis
berhubungan dengan meningkatnya risiko pada transmisi postnatal. Luka pada puting susu
dan bisul dada juga berhubungan dengan meningkatnya transmisi.
Diagnosis HIV pada bayi dilakukan ketika bayi berusia 400 kopi) dan diagnosis negatif
apabila dalam 2 kah pemeriksaan didapatkan viral load tidak terdekteksi dan dikonfirmasi
dengan pemeriksaan anti H IV E LISA 3 kali dengan reagen yang berbeda pada usia 18
bulan. Bayi berusia > 18 bulan dilakukan pemeriksaan anti HIV ELISA 3 kali dengan reagen
yang berbeda seperti pada ibu.
Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi ada 4 yaitu ABCD. A adalah
abstaince yaitu tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah. B adalah be
faithful yaitu bersikap saling setia hanya pada satu pasangan seks (tidak berganti- ganti
pasangan). C adalah condom yaitu untuk mencegah penularan HIV yang terjadi melalui
hubungan seksual dengan menggunakan kondom (bila salah satu dari pasangan tersebut
diketahui terinfeksi HIV). D adalah drug no yaitu tidak menggunakan narkoba yang dapat
menjadi alur transmisi HIV.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit AIDS sampai saat ini masih merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang
masih tinggi dan menjadi epidemi selama 20 tahun. Menghadapi percepatan penambahan
kasus baru HIV perlu dilakukan akselerasi program penanggulangan AIDS. Bersamaan
dengan itu, akan dibangun sistem penanggulangan AIDS jangkapanjang yang mencakup
program pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan. Sistem harus bersifat
komprehensif dan efektif yang jangkauannya diperluas sejak tahun 2007 sampai tahun 2010.
Secara umum Program Penanggulangan AIDS terdiri dari pengembangan kebijakan, program
pencegahan, program perawatan, dukungan dan pengobatan, serta program mitigasi.
1. Pengembangan Kebijakan
2. Program Pencegahan
a. Program KIE untuk :
1) Peningkatan awareness di sektor layanan kesehatan untuk mengurangi stigma dan
diskriminasi di kalangan petugas kesehatan
2) Peningkatan awareness pada kelompok risiko tinggi dan rentan
b. Program VCT
c. Program pengamanan darah donor terhadap Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV
d. Program Pencegahan Transmisi Seksual
e. Program Pencegahan Transmisi melalui jarum suntik
f. Program Pencegahan Penularan dari Ibu ke bayi
g. Program Pencegahan lainnya : Program untuk sub populasi muda
3. Program Perawatan, Dukungan dan Pengobatan, mencakup
a. Laboratorium
b. Gizi
c. Paliatif
d. Perawatan Berbasis Rumah
e. Hotline Service
f. Dukungan kelompok
g. Terapi Infeksi Oportunistik
h. Terapi Anti Retroviral
4. Implementasi Program
Berdasarkan adanya perbedaan tahapan situasi epidemi AIDS dan konsentrasi populasi
risiko tinggi, maka terdapat 3 pola implementasi program, yaitu program komprehensif di
17 provinsi, implementasi program di Tanah Papua, dan implementasi program di
provinsi lain.
2. Cara Penularan
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan, risiko penularan 50%
c. Melalui air susu ibu (ASI) 14%
4. Penatalaksanaan
a. Pengobatan suportif
b. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik
c. Pengobatan Antiretroviral
3. Protease Inhibitor
D. PMTCT
Pelayanan PMTCT melibatkan pasangan, dimana keduanya (ibu dan pasangan) harus
sadar akan pentingnya hubungan seks yang aman selama kehamilan dan menyusui, keduanya
melakukan tes dan konsultasi HIV, keduanya peduli dan disediakan pelayanan PMTCT.
1. Viral load yang tinggi pada ibu ( HIV/AIDS baru atau tahap lanjut)
2. Infeksi plasenta oleh virus, bakteri dan parasit (terutama malaria)
3. Infeksi menular seksual
4. Kurang gizi pada ibu
Faktor-faktor risiko penularan dari ibu ke bayi selama persalian dan kelahiran :
1. Viral load yang tinggi pada ibu ( HIV/AIDS baru atau tahap lanjut)
2. Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum proses persalinan dimulai
3. Cara kelahiran yang invasif
4. Anak pertama pada kelahiran ganda
5. Peradangan pada selaput yang menyelimuti janin (korioamnionitis)
1. Viral load yang tinggi pada ibu ( HIV/AIDS baru atau tahap lanjut)
2. Durasi lama menyusui
3. Pemberian air susu dengan nutrisi pengganti yang diberikan awal
4. Abses payudara/ Peradangan atau lecet pada putting (cracked nipples)
5. Kekurangan gizi pada ibu
6. Penyakit mulut pada bayi
Oleh Karena itu strategi-strategi dari Pencegahan penularan dari ibu ke bayi (PMCTC) :
Untuk itu beberapa kebijakan teknis PMTCT telah diambil oleh pemerintah, yaitu :
1. Kebijakan umum pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dilaksanakan sejalan
dengan kebijakan umum pada Kesehatan Ibu dan Anak dan kebijakan penanggulangan
HIV dan AIDS DI Indonesia.
2. Layanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi diintegrasikan dengan paket
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dan layanan Keluarga Berencana di tiap jenjang
pelayanan kesehatan
3. Semua perempuan yang dating ke pelayanan kesehatan ibu dan anak dan layanan
keluarga berencana di tiap jenjang pelayanan kesehatan mendapat informasi pencegahan
penularan HIV selama masa kehamilan dan menyusui.
Pencegahan penularan HIV dari Ibu hamil ke anak dilaksanakan melalui 4 pilar :
1. Antenatal Care
Penyuluhan tentang HIV meliputi apa itu HIV, bagaimana cara penularannya,
bagaimana cara pencegahannya dan dukungan apa yang didapatkan jika seseorang
dinyatakan HIV
3. Testing HIV
Testing pada pasangan ini sangat penting karena beberapa kasus HIV yang
ditemukan disebabkan oleh pasangan yang HIV tapi tidak tidak terdeteksi sehingga
tidak dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya penularan dari pasangan yang HIV
kepada pasangannya.
5. Keluarga Berencana
Konseling dan testing HIV secara sukarela dilakukan di klinik VCT, karena jika
didapatkan status HIV maka klinik VCT akan menindaklanjuti dengan kegiatan
PMTCT
Program ARV ( Anti Retro Viral Terapi ) pada PMTCT ini perlu dilakukan jika
pasangan dengan ibu HIV ingin mempunyai anak. Dengan mengikuti program ARV
maka kepadatan virus dapat ditekan sehingga dapat ditentukan kapan ibu HIV dapat
melakukan hubungan suami istri tanpa menggunakan alat kontrasepsi untuk
mendapatkan kehamilan.
4. Konseling makanan bayi
Konseling makanan bayi dibutuhkan agar bayi yang dilahirkan benar-benar tidak
tertular HIV
5. Dukungan psikososial
Karena masih besarnya stigma pada HIV maka dukungan psikososial ini perlu
diberikan untuk memberikan kepercayaan pada penderita
6. Perawatan HIV
Diagnosa HIV untuk bayi perlu dilakukan untuk melihat apakah program PMTCT
yang telah dilakukan benar-benar memberikan hasil yang maksimal.
Konseling pencegahan penularan HIV untuk perilaku sehat agar tidak tertular
HIV. Kesadaran perempuan atau pasangan usia subur untuk melakukan pemeriksaan
status HIV merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam rangka pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak. Jika hal ini bisa dilakukan sedini mungkin maka
penularan HIV bisa dicegah lebih awal dan persalinan yang diharapkan akan
meneruskan generasi bangsa yang sehat dan kuat dapat terlaksana.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
Contoh Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan HIV
Seorang ibu ‘A’ usia 23 tahun, hamil dengan usia kehamilan 6 minggu. Datang ke bidan
untuk menyerahkan hasil tes darah dari laboratorium Cito.
DATA SUBJEKTIF
Keluhan Utama : Ibu mengeluh lemas, tenggorokan sakit dan flu tidak kunjung sembuh
DATA OBJEKTIF
Mulut : bercak - bercak putih di lidah dan dinding mulut, bibir pucat
4. Ekstrimitas
Kuku : pucat
1. Pemeriksaan Penunjang
HB : 9 gr%
Pemeriksaan darah tanggal 23Maret 2010 di Laboratorium Cito dengan hasil HIV +
ASSESMENT
a. Diagnosis Kebidanan
Ibu “A” usia 23 tahun G1P0Ab0Ah0 UK 6 minggu dengan HIV+
b. Masalah
Kemungkinan terjadinya penularan virus HIV pada janin
c. Kebutuhan
KIE tentang penularan virus HIV ke janin
KIE testing HIV pada pasangan
KIE pencegahan penularan HIV
KIE pemenuhan nutrisi
KIE pemenuhan istirahat
d. Diagnosis Potensial
Untuk saat ini tidak ada
5. Masalah Potensial
Untuk saat ini tidak ada
6. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a. Mandiri
tidak ada
b. Kolaborasi
Tidak ada
c. Merujuk
Rujuk ke RSUP Sardjito
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, dari hasil pemeriksaan Tekanan darah :
100/70 mmHg, Suhu : 38 0C dan dari hasil pemeriksaan darah ibu dinyatakan positif
menderita HIV.
Ibu memahami penjelasan yang diberikan oleh bidan.
2. Menjelaskan penyebab terinfeksi HIV yaitu oleh Hubungan seksual, melalui darah dan
transmisi dari ibu ke anak
3. Meminta ibu dan suami untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan HIV di RSUP
Sardjito
Ibu dan suami bersedia untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan di RSUP
Sardjito
4. Meminta ibu dan suami untuk tetap setia dengan pasangan untuk mencegah penyebaran
virus HIV.
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh sehingga tidak mudah sakit dan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan janin
tercukupi.dan memberikan suplemen zat besi 10 butir dan vitamin C diminum sebelum
tidur dengan air putih atau dengan air jeruk.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, jangan bekerja yang berat-berat minimal
siang 1 jam dan 7-8 jam pada malam hari, dan menjaga kehamilanya dengan baik.
7. Menjelaskan pada ibu bahwa Bidan tidak bisa menangani dan merujuk ibu ke Rumah
Sakit Sardjito untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
1. Demam tinggi
2. Malaise, flu, radang tenggorokan, sakit kepala, nyeri perut, pegal-pegal,
3. Sangat lelah dan terasa meriang.
4. Setelah beberapa hari s/d sekitar 2 (dua) minggu kemudian gejalanya hilang dan
masuk ke fase laten (fase tenang disebut juga fase inkubasi).
Beberapa tahun s/d sekitar 10 (sepuluh) tahun kemudian baru muncul tanda dan gejala sebagai
penderita AIDS.
Tanda dan gejala AIDS tersebut diantaranya:
Cara Penularan
1. Hubungan seksual
2. Melalui darah
3. Transmisi dari ibu ke anak
Diagnosis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan infeksi HIV/AIDS meliputi fisik, psikologis dan sosial. Penatalaksanaan medik
terdiri atas:
1. Pengobatan suportif
2. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik
3. Pengobatan Antiretroviral
PMTCT
Penularan HIV dari ibu ke bayi (MTCT-mother-to-child transmission) selama proses
kehamilan, persalinan dan kelahiran atau menyusui disebut sebagai penularan/transmisi
perinatal. Penularan secara vertical terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya. Penularan
perinatal ini adalah cara penularan HIV yang paling sering pada bayi dan anak.
Dasar dari program pencegahan infeksi HIV ibu ke anak (PMTCT) :