Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Estimasi remaja dan anak anak yang terinfeksI HIV pada akhir tahun 2007 adalah
sebesar 33,2 miliar orang di dunia. Transmisi maternal kejanin/bayi dapat dicegah bila
terdeteksi melalui VCT atau penapisan, perilaku terkendali baik, obat, ANC, maupun
pencegahan infeksi, melakukan pemilihan cara melahirkan, pemilihan ASI atau PASI,
pemantauan bayi sampai balita, dan mendapatkan dukungan serta perhatian. Transmisi HIV 1
dan HIV 2  memiliki kesamaan rute penularan dari ibu ke janin/bayi, namun HIV 2 (< 10 %)
jauh lebih rendah daripada HIV 1 (30 %). Risiko transmisi akan meningkat apabila terjadi
kerusakan membran dan CD4 yang rendah.
Pada negara berkembang, 10 20% berkembang menjadi AIDS selama kurang dari I tahun
karena dari penelitian yang dilakukan selama 10 tahun, hampir 50 % ibu tidak minum ARV.
Hal itu menyebabkan 80% kematian bayi di bawah umur 2 tahun. Apabila gejala pada tahun
pertama terdeteksi maka akan meningkatkan umur survival bayi kurang lebih 3 tahun.
Epidemiologi penularan dapat terjadi secara vertikal (95%) melalui saluran plasenta (10%),
proses melahirkan (60%), dan pemberian ASI (30%), sexual abuse, transfusi darah, dan
keadaan yang tidak dapat dijelaskan seperti kesiapan alat pelindung diri perawat, infeksi
nosokomial, pengganti ASI serta penyalahgunaan ilmu klenik dalam seksual.
Faktor risiko penularan HIV dari ibu ke anak ada dua jenis yaitu maternal dan obstetrik.
Pada maternal yaitu viral load yang tinggi (> 5.000 copies/ml), karakteristik virus, CD4 <
200/T, defisiensi imun, infeksi virus, bakteri, parasit, defisiensi vitamin A, penasun, dan
banyak pasangan seksual. Seclangkan pada faktor obstetrik yaitu kelahiran per vagina,
ketuban pecah dini (KPD) yang terbengkalai, pendarahan intraparturn, chorioamnionitis,
prosedur invasif, clan dari segi bayi yaitu prematur, BBLR, ASI dan luka di mulut bayi.
Tingkat penerimaan plasma darah HIV RNA berhubungan dengan transmisi kehamilan
seperti pada data yang disajikan oleh women and infants transmission study 1990 1999 yang
menunjukkan peningkatan dari 1 32 %.
Faktor risiko transmisi setelah melahirkan adalah kesehatan dada. Hal ini ditandai dengan
adanya sub klinikal penyakit mastitis yang menyebabkan VL tinggi pada dada ibu. Mastitis
berhubungan dengan meningkatnya risiko pada transmisi postnatal. Luka pada puting susu
dan bisul dada juga berhubungan dengan meningkatnya transmisi.
Diagnosis HIV pada bayi dilakukan ketika bayi berusia 400 kopi) dan diagnosis negatif
apabila dalam 2 kah pemeriksaan didapatkan viral load tidak terdekteksi dan dikonfirmasi
dengan pemeriksaan anti H IV E LISA 3 kali dengan reagen yang berbeda pada usia 18
bulan. Bayi berusia > 18 bulan dilakukan pemeriksaan anti  HIV ELISA 3 kali dengan reagen
yang berbeda seperti pada ibu.
Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi ada 4 yaitu ABCD. A adalah
abstaince yaitu tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah. B adalah be
faithful yaitu bersikap saling setia hanya pada satu pasangan seks (tidak berganti- ganti
pasangan). C adalah condom yaitu untuk mencegah penularan HIV yang terjadi melalui
hubungan seksual dengan menggunakan kondom (bila salah satu dari pasangan tersebut
diketahui terinfeksi HIV). D adalah drug no yaitu tidak menggunakan narkoba yang dapat
menjadi alur transmisi HIV.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah merupakan kumpulan gejala


penyakit yang disebabkan oleh menurunnya umunitas tubuh sebagai akibat dari serangan
Human Imunodeficiency Virus. Karena imunitas tubuh yang diserang oleh virus HIV, maka
penderita mudah diserang berbagai macam penyakit infeksi dan kanker yang tidak biasa.
Kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hingga
September 2008, penderita AIDS yang dilaporkan berjumlah 13.958 orang. Dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir (1997-2007) terjadi peningkatan kasus AIDS lebih dari 40 kali.

B. Kebijakan Pengendalian Penyakit HIV/AIDS

Penyakit AIDS sampai saat ini masih merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang
masih tinggi dan menjadi epidemi selama 20 tahun. Menghadapi percepatan penambahan
kasus baru HIV perlu dilakukan akselerasi program penanggulangan AIDS. Bersamaan
dengan itu, akan dibangun sistem penanggulangan AIDS jangkapanjang yang mencakup
program pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan. Sistem harus bersifat
komprehensif dan efektif yang jangkauannya diperluas sejak tahun 2007 sampai tahun 2010.
Secara umum Program Penanggulangan AIDS terdiri dari pengembangan kebijakan, program
pencegahan, program perawatan, dukungan dan pengobatan, serta program mitigasi.

1. Pengembangan Kebijakan

Implementasi program penanggulangan AIDS yang efektif memerlukan dukungan


kebijakan, kejelasan strategi operasional dan panduan teknis. Beberapa hal yang  perlu
dilakukan untuk mendukung implementasi program adalah sebagai berikut:

a. Penelaahan dan pengembangan kebijakan untuk mendukung beberapa intervensi


pokok untuk penanggulangan AIDS, antara lain kebijakan pemakaian kondom 100%,
kebijakan penanganan penasun dan kebijakan yang menyangkut perawatan, dukungan
dan pengobatan.
b. Fasilitasi untuk pengembangan kebijakan dan kesepakatan pada tingkat provinsi dan
kabupaten/kota dalam bentuk peraturan daerah untuk mendukung implementasi
program penanggulangan AIDS.
c. Pengembangan stategi operasional untuk beberapa intervensi pokok, antara lain
strategi operasional untuk program komunikasi dan intervensi perubahan perilaku,
strategi operasional untuk program penjangkauan orang muda, strategi operasional
penjangkauan di tempat kerja.
d. Penelaahan dan pengembangan panduan teknis untuk intervensi yang spesifik, antara
lain panduan teknis untuk Voluntary Conseling and Testing(VCT), panduan teknis
program penasun di penjara.
e. Pengembangan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan pencapaian target
Universal Akses
f. Pengembangan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan pencapaian target MDG

2. Program Pencegahan
a. Program KIE untuk :
1) Peningkatan awareness di sektor layanan kesehatan untuk mengurangi stigma dan
diskriminasi di kalangan petugas kesehatan
2) Peningkatan awareness pada kelompok risiko tinggi dan rentan

b. Program VCT
c. Program pengamanan darah donor terhadap Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV
d. Program Pencegahan Transmisi Seksual
e. Program Pencegahan Transmisi melalui jarum suntik
f. Program Pencegahan Penularan dari Ibu ke bayi
g. Program Pencegahan lainnya : Program untuk sub populasi muda
3. Program Perawatan, Dukungan dan Pengobatan, mencakup

a. Laboratorium
b. Gizi
c. Paliatif
d. Perawatan Berbasis Rumah
e. Hotline Service
f. Dukungan kelompok
g. Terapi Infeksi Oportunistik
h. Terapi Anti Retroviral

4. Implementasi Program

Berdasarkan adanya perbedaan tahapan situasi epidemi AIDS dan konsentrasi populasi
risiko tinggi, maka terdapat 3 pola implementasi program, yaitu program komprehensif di
17 provinsi, implementasi program di Tanah Papua, dan implementasi program di
provinsi lain.

C. Penemuan & Tata Laksana Kasus

Kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hingga


September 2008, penderita AIDS yang dilaporkan berjumlah 13.958 orang. Dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir (1997-2006) terjadi peningkatan kasus AIDS lebih dari 40 kali
1. Gejala dan Tanda
Bila seseorang terserang HIV gejala awalnya sama dengan gajala serangan
penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti:
a. Demam tinggi
b. Malaise, flu, radang tenggorokan, sakit kepala, nyeri perut, pegal-pegal,
c. Sangat lelah dan terasa meriang.
d. Setelah beberapa hari s/d sekitar 2 (dua) minggu kemudian gejalanya
hilang dan masuk ke fase laten (fase tenang disebut juga fase inkubasi).
Beberapa tahun s/d sekitar 10 (sepuluh) tahun kemudian baru muncul tanda dan
gejala sebagai penderita AIDS.

Tanda dan gejala AIDS tersebut diantaranya:

 Mencret sampai berbulan-bulan


 Berat badan menurun drastic
 Infeksi yang tidak kunjung sembuh
 Pucat dan lemah
 Gusi sering berdarah
 Berkeringat waktu malam hari
 Pembesaran di kelenjar getah bening, dll

2. Cara Penularan

a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual.


b. Melalui darah, yaitu:
1. Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
2. Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%        
3. Terpapar mukosa yang mengandung HIVm risiko penularan 0,0051%

3. Transmisi dari ibu ke anak

a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan, risiko penularan 50%
c. Melalui air susu ibu (ASI) 14%
4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan infeksi HIV/AIDS meliputi fisik, psikologis dan sosial.


Penatalaksanaan medik terdiri atas:

a. Pengobatan suportif
b. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik
c. Pengobatan Antiretroviral

Pengobatan antiretroviral dengan Highly Active Anti Retroviral Therapy (HAART)


yang meliputi:

1. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)

a. Didanosine (ddI) 1 x 125 mg/hari


b. Lamivudine (3TC) 2 x 150 mg/hari atau 1x 300 mg/hari
c. Stavudine (d4T) 2 x 30 mg/hari
d. Zidovudine (ZDV) atau Azido Deoxy Thymidine (AZT) 2 x 300 mg/hari
e. Tenofovir (TDF) 1 x 300mg/hari

2. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI)

a. Efavirenz (EFV) 1 x 600 mg/hari


b. Nevirapine (NVP) 1 x 200 mg selama 14 hari pertama, dilanjutkan 2 x
200mg/hari

3. Protease Inhibitor

Lopinavir/Ritonavir (LPV/r) 2 x (400 mg/100 mg) per hari

1. Rejimen ARV Lini Pertama di Indonesia :


a. AZT + 3TC + NVP
b. d4T + 3TC + NVP
c. AZT + 3TC + EFV
d. d4T + 3TC + EFV
2. Rejimen ARV Lini Kedua di Indonesia : TDF + ddI + LPV/r

D. PMTCT

Penularan HIV dari ibu ke bayi  (MTCT-mother-to-child transmission) selama proses


kehamilan, persalinan dan kelahiran atau menyusui disebut sebagai penularan/transmisi
perinatal. Penularan secara vertical terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya. 
Penularan perinatal ini adalah cara penularan HIV yang paling sering pada bayi dan anak.
Secara statistik di US diperkirakan 6,051 orang yang terinfeksi HIV secata perinatal akan
mengalami AIDS pada akhir tahun 2005.
Untuk itu diperlukan program pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi
(PMCT). Pogram pencegahan tersebut melibatkan ibu dengan infeksi HIV, anak mereka dan
keluarganya ke dalam pengobatan, pelayanan dan dukungan. Dasar dari program pencegahan
infeksi HIV ibu ke anak (PMTCT) :
1. Tes HIV dan konseling
2. Obat antiretroviral (obat yang menurunkan pertambahan dan jumlah virus HIV)
3. Pelayanan persalinan yang aman
4. Pelayanan pemberian nutrisi bagi bayi yang aman

Pelayanan PMTCT melibatkan pasangan, dimana keduanya (ibu dan pasangan) harus
sadar akan pentingnya hubungan seks yang aman selama kehamilan dan menyusui, keduanya
melakukan tes dan konsultasi HIV, keduanya peduli dan disediakan pelayanan PMTCT.

Faktor-faktor risiko penularan dari ibu ke bayi selama kehamilan :

1. Viral load yang tinggi pada ibu ( HIV/AIDS baru atau tahap lanjut)
2. Infeksi plasenta oleh virus, bakteri dan parasit (terutama malaria)
3. Infeksi menular seksual
4. Kurang gizi pada ibu
Faktor-faktor risiko penularan dari ibu ke bayi selama persalian dan kelahiran :

1. Viral load yang tinggi pada ibu ( HIV/AIDS baru atau tahap lanjut)
2. Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum proses persalinan dimulai
3. Cara kelahiran yang invasif
4. Anak pertama pada kelahiran ganda
5. Peradangan pada selaput yang menyelimuti janin (korioamnionitis)

Faktor-faktor risiko penularan dari ibu ke bayi selama menyusui :

1. Viral load yang tinggi pada ibu ( HIV/AIDS baru atau tahap lanjut)
2. Durasi lama menyusui
3. Pemberian air susu dengan nutrisi pengganti yang diberikan awal
4. Abses payudara/ Peradangan atau lecet pada putting (cracked nipples)
5. Kekurangan gizi pada ibu
6. Penyakit mulut pada bayi

Oleh Karena itu strategi-strategi dari Pencegahan penularan dari ibu ke bayi (PMCTC) :

1. Pencegahan infeksi HIV

1. Promosi hubungan seksual yang bertanggung jawab dan aman


2. Menyediakan akses kepada kondom
3. Menyedialkan pelayanan untuk diagnosis dini dan pengobatan infeksi menular seksual
4. Membuat tes HIV dan konseling tersedia luas
5. Menyediakan konseling untuk perempuan HIV negatif

2. Pencegahan kehamilan tak diinginkan pada perempuan dengan infeksi HIV :

1. Menyediakan pelayanan keluarga berencana yang efektif


2. Promosi kepada kontrasepsi yang aman dan efektif
3. Promosi hubungan seks yang aman
3. Pencegahan penularan ibu ke bayi

1. Menyediakan tes dan konseling HIV


2. Menyediakan pengobatan dan pencegahan dengan obat antiretroviral
3. Promosi praktek kelahiran yang aman
4. Edukasi dan dukungan pada praktek pemberian nutrisi untuk bayi yang aman

4. Menyediakan pelayanan pengobatan, dukungan dan perawatan kepada perempuan


dengan infeksi HIV, bayi dan keluarga mereka

1. Menyediakan pelayanan pengobatan, perawatan dan dukungan kepada perempuan


2. Menyediakan diagnosis awal, prawatan dan dukungan kepada bayi dan anak yang
terinfeksi HIV
3. Promosi kepada layanan berbasis komunitas untuk memberikan pelayanan keluarga yang
menyeluruh.

Dalam rangka pelaksanaan MDG (Millennium Development Goal) dengan indikator


teknis dari kegiatan PMTCT adalah :

1. Pada tahun 2015 menurunkan angka kesakitan HIV ibu hamil,


2. Menurunkan tingkat penularan dari ibu ke anak dibawah 10 %.

Untuk itu beberapa kebijakan teknis PMTCT telah diambil oleh pemerintah, yaitu :

1. Kebijakan umum pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dilaksanakan sejalan
dengan kebijakan umum pada Kesehatan Ibu dan Anak dan kebijakan penanggulangan
HIV dan AIDS DI Indonesia.
2. Layanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi diintegrasikan dengan paket
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dan layanan Keluarga Berencana di tiap jenjang
pelayanan kesehatan
3. Semua perempuan yang dating ke pelayanan kesehatan ibu dan anak dan layanan
keluarga berencana di tiap jenjang pelayanan kesehatan mendapat informasi pencegahan
penularan HIV selama masa kehamilan dan menyusui.
Pencegahan penularan HIV dari Ibu hamil ke anak dilaksanakan melalui 4 pilar :

1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia produktif melalui


ABCD ( Abstinence, Be Faithful, Condom use, Don’t use drug )
2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV.
3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV ke bayi yang dikandungnya
(Kesehatan Ibu & Anak, VCT, Anti Retro Viral, Persalinan dan makanan bayi)
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV beserta bayi dan
keluarganya.

Memperhatikan kebijakan PMTCT tersebut maka pelayanan PMTCT yang dilakukan


sesuai dengan sasarannya :

1. Untuk semua perempuan

1. Antenatal Care

Perawatan kesehatan pada kehamilan melalui pemeriksaan kehamilan secara


berkala sesuai dengan pedoman yang ada agar dapat dideteksi secara dini jika ada
kelainan atau perlakuan khusus pada kehamilan yang terjadi.

2. Penyuluhan tentang HIV

Penyuluhan tentang HIV meliputi apa itu HIV, bagaimana cara penularannya,
bagaimana cara pencegahannya dan dukungan apa yang didapatkan jika seseorang
dinyatakan HIV

3. Testing HIV

Testing HIV sampai saat ini dianjurkan melalui tahapan VCT (Voluntary


Counseling and Testing) yaitu pemeriksaan status HIV secara sukarela dengan
konseling dan testing di klinik VCT dengan tidak menghilangkan azas kerahasiaan
dari klien.
4. Testing pada pasangan

Testing pada pasangan ini sangat penting karena beberapa kasus HIV yang
ditemukan disebabkan oleh pasangan yang HIV tapi tidak tidak terdeteksi sehingga
tidak dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya penularan dari pasangan yang HIV
kepada pasangannya.

5. Keluarga Berencana

Penggunaan alat kontrasepsi kondom, disamping untuk mencegah terjadinya


kehamilan bisa juga mencegah terjadinya penularan HIV dari penderita HIV pada
pasangannya.

2. Perempuan dengan HIV Positif

1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif

Layanan yang diberikan pada layanan kesehatan secara menyeluruh meliputi


layanan pra persalinan, pasca persalinan dan kesehatan anak.

2. Layanan konseling dan tes HIV secara sukarela

Konseling dan testing HIV secara sukarela dilakukan di klinik VCT, karena jika
didapatkan status HIV maka klinik VCT akan menindaklanjuti dengan kegiatan
PMTCT

3. Program ARV untuk PMTCT

Program ARV ( Anti Retro Viral Terapi ) pada PMTCT ini perlu dilakukan jika
pasangan dengan ibu HIV ingin mempunyai anak. Dengan mengikuti program ARV
maka kepadatan virus dapat ditekan sehingga dapat ditentukan kapan ibu HIV dapat
melakukan hubungan suami istri tanpa menggunakan alat kontrasepsi untuk
mendapatkan kehamilan.
4. Konseling makanan bayi

Konseling makanan bayi dibutuhkan agar bayi yang dilahirkan benar-benar tidak
tertular HIV

5. Dukungan psikososial

Karena masih besarnya stigma pada HIV maka dukungan psikososial ini perlu
diberikan untuk memberikan kepercayaan pada penderita

6. Perawatan HIV

Perawatan HIV dilakukan untuk mengetahui perlu tidaknya seseorang itu


mengikuti program-program yang ada pada kegiatan CST (Care Support and
Treatment ( perawatan, dukungan dan pengobatan ) bagi penderita HIV

7. Diagnosa HIV untuk bayi

Diagnosa HIV untuk bayi perlu dilakukan untuk melihat apakah program PMTCT
yang telah dilakukan benar-benar memberikan hasil yang maksimal.

3. Perempuan dengan HIV Negatif

Konseling pencegahan penularan HIV untuk perilaku sehat agar tidak tertular
HIV. Kesadaran perempuan atau pasangan usia subur untuk melakukan pemeriksaan
status HIV merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam rangka pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak. Jika hal ini bisa dilakukan sedini mungkin maka
penularan HIV bisa dicegah lebih awal dan persalinan yang diharapkan akan
meneruskan generasi bangsa yang sehat dan kuat dapat terlaksana.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
Contoh Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan HIV
Seorang ibu ‘A’ usia 23 tahun, hamil dengan usia kehamilan 6 minggu. Datang ke bidan
untuk menyerahkan hasil tes darah dari laboratorium Cito.
DATA SUBJEKTIF
Keluhan Utama : Ibu mengeluh lemas, tenggorokan sakit dan flu tidak kunjung sembuh
DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : lemas                Kesadaran : Compos mentis


2. Tanda vital

        Tekanan darah        : 100/70 mmHg


        Nadi                : 78 kali per menit
        Pernapasan        : 16 x per menit
        Suhu                : 38 0C
        BB                : sebelum hamil 50 kg, BB sekarang 45 kg
        LILA                : sebelum hamil 23,5 cm, LILA sekarang 23 cm

3. Kepala dan Leher

Mata         : Konjuntiva pucat

Mulut   : bercak - bercak putih di lidah dan dinding mulut, bibir pucat

        Leher                : terdapat pembesaran kelenjar limfe


        Payudara        : terdapat pembesaran kelenjar limfe axilaris

4. Ekstrimitas

Kuku : pucat

1. Pemeriksaan Penunjang
HB : 9 gr%
Pemeriksaan darah tanggal 23Maret 2010 di Laboratorium Cito dengan hasil HIV +
ASSESMENT

a. Diagnosis Kebidanan
 Ibu “A” usia 23 tahun G1P0Ab0Ah0 UK 6 minggu dengan HIV+
b. Masalah
Kemungkinan terjadinya penularan virus HIV pada janin
c. Kebutuhan
 KIE tentang penularan virus HIV ke janin
 KIE testing HIV pada pasangan
 KIE pencegahan penularan HIV
 KIE pemenuhan nutrisi
 KIE pemenuhan istirahat
d. Diagnosis Potensial
Untuk saat ini tidak ada
5. Masalah Potensial
Untuk saat ini tidak ada
6. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a. Mandiri
tidak ada
b. Kolaborasi
Tidak ada
c. Merujuk
Rujuk ke RSUP Sardjito

PLANNING tanggal 30 Maret 2010

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, dari hasil pemeriksaan Tekanan darah :
100/70 mmHg, Suhu : 38 0C dan dari hasil pemeriksaan darah ibu dinyatakan positif
menderita HIV.
 Ibu memahami penjelasan yang diberikan oleh bidan.

2. Menjelaskan penyebab terinfeksi HIV yaitu oleh Hubungan seksual, melalui darah dan
transmisi dari ibu ke anak

 Ibu mengerti dan khawatir jika janinya tertular

3. Meminta ibu dan suami untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan HIV di RSUP
Sardjito

 Ibu dan suami bersedia untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan di RSUP
Sardjito

4. Meminta ibu dan suami untuk tetap setia dengan pasangan untuk mencegah penyebaran
virus HIV.

 Ibu dan suami bersedia untuk megikuti anjuran bidan.

5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh sehingga tidak mudah sakit dan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan janin
tercukupi.dan memberikan suplemen zat besi 10 butir dan vitamin C diminum sebelum
tidur dengan air putih atau dengan air jeruk.

 Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang dianjurkan dan meminum


supplement sesuai dengan anjuran yang diberikan.

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, jangan bekerja yang berat-berat minimal
siang 1 jam dan 7-8 jam pada malam hari, dan menjaga kehamilanya dengan baik.

 Ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.

7. Menjelaskan pada ibu bahwa Bidan tidak bisa menangani dan merujuk ibu ke Rumah
Sakit Sardjito untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

 Ibu besedia dirujuk dan akan melanjutkan pengobatan di RS Sardjito.


BAB IV
PENUTUP
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya umunitas tubuh sebagai akibat dari serangan Human
Imunodeficiency Virus.
Gejala dan Tanda
Bila seseorang terserang HIV gejala awalnya sama dengan gajala serangan penyakit yang
disebabkan oleh virus, seperti:

1. Demam tinggi
2. Malaise, flu, radang tenggorokan, sakit kepala, nyeri perut, pegal-pegal,
3. Sangat lelah dan terasa meriang.
4. Setelah beberapa hari s/d sekitar 2 (dua) minggu kemudian gejalanya hilang dan
masuk ke fase laten (fase tenang disebut juga fase inkubasi).

Beberapa tahun s/d sekitar 10 (sepuluh) tahun kemudian baru muncul tanda dan gejala sebagai
penderita AIDS.
Tanda dan gejala AIDS tersebut diantaranya:

 Mencret sampai berbulan-bulan


 Berat badan menurun drastic
 Infeksi yang tidak kunjung sembuh
 Pucat dan lemah
 Gusi sering berdarah
 Berkeringat waktu malam hari
 Pembesaran di kelenjar getah bening, dll

Cara Penularan

1. Hubungan seksual
2. Melalui darah
3. Transmisi dari ibu ke anak

Diagnosis

1. Stadium Klinis WHO


2. Pemeriksaan diagnostik dengan tiga jenis rapid test HIV yang berbeda.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan infeksi HIV/AIDS meliputi fisik, psikologis dan sosial. Penatalaksanaan medik
terdiri atas:

1. Pengobatan suportif
2. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik
3. Pengobatan Antiretroviral

PMTCT
Penularan HIV dari ibu ke bayi  (MTCT-mother-to-child transmission) selama proses
kehamilan, persalinan dan kelahiran atau menyusui disebut sebagai penularan/transmisi
perinatal. Penularan secara vertical terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya.  Penularan
perinatal ini adalah cara penularan HIV yang paling sering pada bayi dan anak.
Dasar dari program pencegahan infeksi HIV ibu ke anak (PMTCT) :

1. Tes HIV dan konseling


2. Obat antiretroviral (obat yang menurunkan pertambahan dan jumlah virus HIV)
3. Pelayanan persalinan yang aman
4. Pelayanan pemberian nutrisi bagi bayi yang aman

Strategi-strategi dari Pencegahan penularan dari ibu ke bayi (PMCTC) :

1. Pencegahan infeksi HIV


2. Pencegahan kehamilan tak diinginkan pada perempuan dengan infeksi HIV
3. Pencegahan penularan ibu ke bayi
4. Menyediakan pelayanan pengobatan, dukungan dan perawatan kepada perempuan
dengan infeksi HIV
Sumber :
Buku Informasi PP & PL 2008
Bagian PMTCT dari  PMTCT of HIV pocket guide

Anda mungkin juga menyukai