dengan HIV/AIDS
Kelompok 3, Kelas A
200-499 sel/ml A2 B2 C2
<200 sel/ml A3 B3 C3
• Kategori:
A: Sindrom retroviral akut, limfadenopati
generalisata.
B: AIDS related complex, kandidiasis oral,
kelemahan umum, herpes zoster, neuropati
perifer.
C: Kandidiasis esophagus dan pulmonal, karsinoma
serviks, coccidioidomycosis, infeksi
sitomegalovirus, ensefalopati HIV, isosporiosis,
sarcoma jerovici, limfoma maligna, tuberculosis,
pneumonia pneumokistik karinii, salmonellosis.
• Klasifikasi menurut WHO digunakan pada beberapa Negara yang pemeriksaan
limfosit CD4+ tidak tersedia. Menurut WHO, stadium klinis HIV/AIDS dibedakan
menjadi 4 stadium, yaitu:
• Tabel 2. Stadium HIV menurut WHO.
• Stadium Klinis 1
– Asimtomatis
– Limfadenopati persisten generalisata
– Tidak ada penurunan berat badan
– Penampilan/aktivitas fisik skala I: Asimtomatis, aktivitas normal
• Stadium Klinis II
– Penurunan berat badan, tetapi <10% dari berat badan sebelumnya
– Manifestasi mukokutaneus minor (dermatitis seboroik, prurigo, infeksi jamur
pada kuku, ulserasi mukosa oral berulang, infeksi atau luka di sudur mulut)
– Herpes zoster, dalam 5 tahun terakhir
– Infeksi berulang pada saluran pernapasan atas (missal: sinusitis bakterial)
– Dengan penampilan/aktivitas fisik skala II: simtomatis, aktivitas normal
• Stadium Klinis III
– Penurunan berat badan >10%
– Diare kronis dengan penyebab tidak jelas, > 1 bulan
– Demam dengan sebab yang tidak jelas (intermittent atau tetap), > 1 bulan
• Stadium Klinis III
– Penurunan berat badan >10%
– Diare kronis dengan penyebab tidak jelas, > 1 bulan
– Demam dengan sebab yang tidak jelas (intermittent atau tetap), > 1 bulan
– Kandidiasis oris
– Oral hairy leukoplakia
– TB Pulmoner, dalam satu tahun terakhir
– Infeksi bacterial berat (missal: pneumonia, piomiositis)
– Dengan penampilan/aktivitas fisik skala III: Lemah, berada di tempat tidur, <50% per hari dalam bulan terakhir
• Stadium Klinis IV
– HIV wasting syndrome
– Ensefalitis Toksoplasmosis
– Diare karena Cryptosporidiosis, > 1 bulan
– Cryptococcosis ekstrapulmoner
– Infeksi virus Sitomegalo
– Infeksi Herpes simpleks > 1 bulan
– Berbagai infeksi jamur berat (histoplasma, coccidioidomycosis)
– Kandidiasis esophagus, trachea atau bronkus
– Mikobakteriosis atypical
– Salmonelosis non tifoid disertai setikemia
– TB, Ekstrapulmoner
– Limfoma maligna
– Sarkoma Jerovici
– Ensefalopati HIV
– Dengan penampilan/aktivitas fisik skala IV: sangat lemah, selalu berada di tempat tidur >50% per hari dalam bulan
terakhir
Gejala-gejala Penyakit HIV/AIDS
1. Saluran pernafasan.
2. Saluran Pencernaan
3. Berat badan tubuh
4. System Persyarafan
5. System Integument (Jaringan kulit).
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita
Penularan HIV dari Wanita Kepada Bayinya
saat hamil, sirkulasi darah janin dan sirkulasi darah ibu dipisahkan
oleh beberapa lapis sel yang terdapat di plasenta. Plasenta melindungi
janin dari infeksi HIV. Tetapi, jika terjadi peradangan, infeksi ataupun
kerusakan pada plasenta, maka HIV bisa menembus plasenta, sehingga
terjadi penularan HIV dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu ke anak
pada umumnya terjadi pada saat persalinan dan pada saat menyusui.
Risiko penularan HIV pada ibu yang tidak mendapatkan penanganan PPIA
saat hamil diperkirakan sekitar 15-45 %. Risiko penularan 15-30 % terjadi
pada saat hamil dan bersalin, sedangkan peningkatan risiko transmisi HIV
sebesar 10-20% dapat terjadi pada masa nifas dan menyusui.
Pencegahan penularan HIV pada anak
Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat
menunjukkan tes negative pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba
mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons antibody
bayi vs.ibu:
1. Hitung darah lengkap (HDL) dan jumlah limfosit total: Bukan diagnostic pada bayi baru lahir
tetapi memberikan data dasar imunologis.
2. EIA atau ELISA dan tes Western Blot: Mungkin positif, tetapi invalid
3. Kultur HIV (dengan sel mononuclear darah perifer dan, bila tersedia, plasma).
4. Tes reaksi rantai polymerase dengan leukosit darah perifer: Mendeteksi DNA viral pada adanya
kuantitas kecil dari sel mononuclear perifer terinfeksi.
5. Antigen p24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat menjadi indikatif dari
kemajuan infeksi (mungkin tidak dapat dideteksi pada tahap sanagt awal infeksi HIV)
6. Penentuan immunoglobulin G, M, dan A serum kualitatif (IgG, IgN, dan IgA): Bukan diagnostic
pada bayi baru lahir tetapi memberikan data dasar imunoogis.
Diagnosis pada Bayi dan Anak
Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal
secara klinis selama periode neonatal. Penyakit penanda
AIDS tersering yang ditemukan pada anak adalah
pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii. Gejala
umum yang ditemukan pada bayi dengan ifeksi HIV adalah
gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis,
atau hepatosplenomegali ( pembesaran hapar dan lien ).
Karena antibody ibu bisa dideteksi pada bayi sampai
bayi berusia 18 bulan, maka tes ELISA dan Western Blot
akan positif meskipun bayi tidak terinfeksi HIV karena tes
ini berdasarkan ada atau tidaknya antibody terhadap virus
HIV. Tes paling spesifik untuk mengidentifikasi HIV adalah
PCR pada dua saat yang berlainan.
Penatalaksanaan
• Asfiksia Neonatal
• Berat Bayi Lahir
Dalam hal ini infeksi HIV yang diderita ibu berdampak pada berat badan bayi yaitu
berat badan bayi berkemungkinan bayi yang lahir dari ibu yang memakai ART
dilahirkan secara prematur atau memiliki berat badan rendah, tidak lebih tinggi
dibandingkan bayi yang lahir dari ibu yang tidak memakai ART selama kehamilan.
Namun, ibu yang HIV-positif dua kali lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat
badan rendah dibandingkan ibu pada populasi umum.Kematian Neonatal
• Kematian neonatal
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Biodata Klien
2. Riwayat Penyakit
3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan keluhan
(subyektif)
4. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnose keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, meningkatnya kebutuhan metabolic,
menurunnya absorbsi zat makanan.
2. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
3. Penurunan kopling keluarga berhubungan dengan
cemas tentang keadaan orang yang dicintai.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi.
Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik
secara aktual, resiko, atau potensial.Kemudian
dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai
berdasarkan NCP.
Evaluasi
Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana
keberhasilan mencapai kriteria hasil, sehingga
dapat diputuskan apakah intervensi tetap
dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan
yang sebelumnya tidak berhasil