Anda di halaman 1dari 29

IBU HAMIL

DENGAN HIV
AIDS
DEPARTEMEN ILMU GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TIM

PENYUSUN

ZAHWA HELDA TANTRIYANI


22030118110043

KARINA VEGA PUSPITA SARI


22030118120004

ALFIA NUR LAILI


22030118120015

SABELA NADHIRA RAKHMATIKA


22030118130054

MEISYA NUR'AINI
22030118130064

ALIFAH GITA PRATIWI


22030118140088

CHIKA EDELINE PRAJUALITA


22030118140092
Daftar Isi

1 HIV SECARA UMUM PADA IBU HAMIL

4 CARA PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI

6 OBAT ANTIRETROVIRAL ARV ( )

4 PENATALAKSANAAN DIET

19 MONITORING

23 PENCEGAHAN

24 DAFTAR PUSTAKA

GIZI IBU HAMIL IBU HAMIL DENGAN HIV AIDS


HIV SECARA

UMUM PADA

IBU HAMIL

DEFINISI
HIV atau Human Immunodeficiensy Virus adalah Namun, HIV dan AIDS sendiri dapat
sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan seseorang mengalami
perubahan status gizi. Selain HIV dan
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS, komplikasi dan koinfeksi
Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency penyakit, pengobatan penyakit, masalah
Sindrom merupakan kumpulan gejala penyakit sosial, masalah ekonomi, dan juga klinis
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang semuanya berinteraksi dengan status
gizi.1,2,3
disebabkan oleh retrovirus yaitu HIV yang
menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh PREVALENSI IBU HAMIL
secara simtomatis atau asimtomatis. Berdasarkan data dari United Nations
Perkembangan kondisi AIDS berpotensi membuat Programme on HIV/AIDS (UNAIDS),
individu yang terinfeksi rentan terhadap infeksi pada tahun 2019 diperkirakan terdapat
oportunistik yang dapat menyebabkan berbagai sekitar 38 juta jiwa penduduk di dunia
yang terinfeksi HIV, 3,8 juta jiwa
kecacatan atau kematian. Namun, perkembangan
penduduk di Asia Tenggara positif HIV,
dari infeksi HIV menjadi AIDS dan bahkan ke dan sekitar 85% wanita hamil hidup
kematian tidak lagi dilihat sebagai hasil yang tak dengan HIV di dunia telah mendapatkan
terhindarkan jika intervensi medis dan gizi yang akses obat ARV untuk mencegah
transmisi HIV ke anaknya. Data kasus
efektif dimulai. Status gizi memainkan peran yang
HIV AIDS di Indonesia terus meningkat
penting dalam menjaga kesehatan sistem imun dan dari tahun ke tahun.
mencegah progresivitas HIV ke AIDS.

1
HIV SECARA UMUM PADA IBU HAMIL

Jumlah penemuan kasus HIV pada


periode Januari-September 2020 yang
FAKTOR RISIKO
dilaporkan, sebanyak 32.293 orang Ada tiga faktor risiko penularan HIV
positif HIV dimana jumlah ibu hamil HIV dari ibu ke anak yaitu sebagai berikut:8
positif sebanyak 1509 orang (Periode
Juli-September 2020).4-7
1) Faktor Ibu
PATOFISIOLOGI SECARA a) Kadar HIV dalam Darah Ibu (Viral
Load)
UMUM Merupakan faktor yang paling
Human Immunodeficiency Virus (HIV) utama terjadinya penularan HIV dari
merupakan etiologi dari infeksi ibu ke anak dimana semakin tinggi
HIV/AIDS. Penderita AIDS adalah kadarnya, semakin besar
individu yang terinfeksi HIV dengan kemungkinan penularannya,
jumlah CD4 < 200µL meskipun tanpa khususnya pada saat/menjelang
ada gejala yang terlihat atau tanpa persalinan dan masa menyusui bayi.
infeksi oportunistik. HIV ditularkan
b) Kadar CD4
melalui kontak seksual, paparan darah
yang terinfeksi atau sekret dari kulit Ibu dengan kadar CD4 yang rendah
yang terluka, dan oleh ibu yang (CD4 di bawah 350 sel/mm3)
terinfeksi kepada janinnya atau melalui menunjukkan daya tahan tubuh
laktasi. Air liur, air mata, dan urin tidak yang rendah karena banyak sel
mengandung cukup HIV untuk limfosit yang pecah/rusak. Pada
penularan. Dua penanda utama yang fase awal CD4 dan viral load bisa
digunakan untuk menilai perkembangan tinggi, sedangkan pada fase lanjut
HIV adalah RNA HIV (viral load) dan keduanya bisa rendah kalau
jumlah CD4. Molekul reseptor penderitanya mendapat terapi anti-
membran CD4 pada sel sasaran akan retrovirus (ARV).
diikat oleh HIV dalam tahap infeksi. HIV c) Status Gizi Selama Kehamilan
terutama akan menyerang limfosit CD4.
Limfosit CD4 berikatan kuat dengan Berat badan yang rendah serta
gp120 HIV sehingga gp41 dapat kekurangan zat gizi terutama
memerantarai fusi membran virus ke protein, vitamin, dan mineral selama
membran sel. Dua ko-reseptor kehamilan meningkatkan risiko ibu
permukaan sel, CCR5 dan CXCR4 untuk mengalami penyakit infeksi
diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan yang dapat meningkatkan kadar HIV
gp41 dapat berikatan dengan reseptor dalam darah ibu sehingga
CD4. Koreseptor menyebabkan menambah risiko penularan ke bayi.
perubahan konformasi sehingga gp41 d) Penyakit Infeksi Selama Kehamilan
dapat masuk ke membran sel sasaran.
Penyakit infeksi dapat meningkatkan
Infeksi HIV berkembang melalui empat
kadar HIV pada darah ibu sehingga
tahap klinis yaitu infeksi HIV akut, laten
risiko penularan HIV kepada bayi
klinis (infeksi kronis), infeksi HIV
semakin besar.
bergejala, dan perkembangan HIV
menjadi AIDS. 1,3

2
HIV SECARA UMUM PADA IBU HAMIL

e) Masalah Pada Payudara b) Lama Persalinan


Jika ada masalah pada payudara Semakin lama proses persalinan,
(puting lecet, mastitis, dan abses) risiko penularan HIV dari ibu ke
akan meningkatkan risiko penularan anak juga semakin tinggi karena
HIV melalui pemberian ASI. kontak antara bayi dengan
darah/lendir ibu semakin lama.
2) Faktor Bayi
a) Usia Kehamilan dan Berat Badan c) Ketuban pecah lebih dari empat
Bayi saat Lahir jam sebelum persalinan
Bayi prematur atau bayi dengan meningkatkan risiko penularan
BBLR lebih rentan tertular HIV hingga dua kali dibandingkan jika
karena sistem organ dan kekebalan ketuban pecah kurang dari empat
tubuh belum berkembang baik. jam.

b) Periode Pemberian ASI d) Tindakan episiotomi, ekstraksi


vakum, dan forsep meningkatkan
Risiko penularan melalui pemberian
risiko penularan HIV.
ASI bila tanpa pengobatan berkisar
antara 5-20%. e) Tanda dan Gejala
c) Adanya Luka di Mulut Bayi 1) Gejala Mayor
Jika ada luka di mulut bayi maka a) Berat badan menurun lebih
risiko penularan lebih besar ketika dari 10 % dalam 1 bulan.
bayi diberi ASI. b) Diare kronis yang
berlangsung lebih dari 1 bulan.
3) Faktor Tindakan Obstetrik c) Demam berkepanjangan
Risiko terbesar penularan HIV dari lebih dari 1 bulan.
ibu ke anak terjadi pada saat d) Penurunan kesadaran dan
persalinan karena tekanan pada gangguan neurologis.
plasenta meningkat sehingga bisa e) Demensia/HIV ensafalopati.
menyebabkan terjadinya hubungan
2) Gejala Minor
antara darah ibu dan darah bayi.
Selain itu, bayi terpapar darah dan a) Batuk menetap lebih dari 1
lendir ibu di jalan lahir. Faktor- bulan.
faktor yang dapat meningkatkan b) Dermatitis generalisata.
risiko penularan HIV dari ibu ke c) Adanya herpes zostermulti
anak selama persalinan adalah segmental dan herpes zoster
sebagai berikut: berulang.
d) Kandidias orofaringiel.
a) Jenis Persalinan e) Herpes simpleks kronis
Risiko penularan pada persalinan progresif.
per vaginam lebih besar daripada f) Limfadenopati generalisata.
persalinan seksio sesaria. Namun g) Infeksi jamur berulang pada
seksio sesaria memberikan banyak alat kelamin wanita.
risiko lainnya untuk ibu. h) Retinitis virus sitomegalo

3
CARA

PENULARAN HIV

DARI IBU KE BAYI

CARA PENULARAN

Perempuan usia produktif yang terinfeksi HIV kemungkinan


besar dapat menularkan virus tersebut ke bayinya melalui
proses transmisi Mother to Child Trasmission (MTCT).
MTCT merupakan cara penularan HIV dari ibu ke bayi
selama masa kehamilan, bersalin, dan menyusui melalui RISIKO
ASI. Pada masa kehamilan, plasenta melindungi janin dari PENULARAN
infeksi HIV namun bila terjadi peradangan maka infeksi atau
kerusakan barrier pada plasenta akan membuat HIV bisa Selama kehamilan 5-10%
menembus plasenta sehingga terjadi penularan dari ibu ke Saat persalinan 10-20%
anak. Namun, penularan HIV dari ibu ke anak lebih sering Selama menyusui 5-20 %
terjadi pada saat persalinan dan masa menyusui. Risiko Keseluruhan 20-5-%
penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya pencegahan
atau intervensi berkisar antara 20-50% tetapi jika ada upaya
pencegahan maka risiko penularan dapat diturunkan
menjadi kurang dari 2%.8

CARA MENGURANGI RISIKO PENULARAN

Deteksi dini atau skrining HIV pada ibu hamil dapat dilakukan untuk mencegah
penularan infeksi HIV dari ibu ke anak. Deteksi ini dapat dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan atau petugas kesehatan yang berkunjung ke rumah.
Selain itu, pengobatan antiretroviral (ARV) sangat efektif dalam mencegah
penularan HIV dari ibu ke anak. Pencegahan ini dapat mengurangi risiko
penularan HIV dari ibu ke anak hingga kurang dari 5% pada populasi
menyusui dan kurang dari 2% pada populasi non menyusui. Prevention of
Mother-To-Child Transmission mencakup semua intervensi untuk mencegah
penularan HIV dari ibu yang hidup dengan HIV ke bayinya selama kehamilan,
persalinan, dan selama menyusui. Ada empat pendekatan untuk strategi
PMTCT yang komprehensif yaitu:10
1) Pencegahan infeksi primer HIV pada wanita usia subur
2) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita yang hidup
dengan HIV
3) Pencegahan penularan HIV dari perempuan dengan HIV ke bayinya
4) Memberikan pengobatan, perawatan, dan dukungan yang tepat untuk ibu
yang hidup dengan HIV.

4
Cara Efektif Mengurangi Viral Load
Ibu (WHO)
1) PENGOBATAN ARV HARUS DIMULAI PADA SEMUA IBU
HAMIL DAN MENYUSUI YANG POSITIF HIV TERLEPAS DARI
STADIUM KLINIS MAUPUN JUMLAH CD4 APAPUN.
PENGOBATAN INI PERLU DITERAPKAN DALAM SEUMUR HIDUP.

2) OBAT ARV HARUS TERSEDIA DI KLINIK KESEHATAN IBU DAN


ANAK ATAU LAYANAN YANG MUDAH DIAKSES.

3) WANITA YANG BARU DIDIAGNOSIS HARUS DIBERI KONSELING TENTANG


MANFAAT PENGOBATAN SEUMUR HIDUP DAN PENTINGNYA KEPATUHAN DAN
TINDAK LANJUT YANG TERATUR.

4) AKSES LAYANAN KB PADA USIA REMAJA PERLU DIPRIORITASKAN KARENA


REMAJA WANITA LEBIH MUNGKIN MENGALAMI KEHAMILAN YANG TIDAK DISENGAJA
DAN PENULARAN DARI IBU KE ANAK LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN IBU
DEWASA.

Dalam memulai pengobatan ARV pada ibu hamil dan ibu menyusui yang
positif HIV, WHO merekomendasikan sebagai berikut:10
1) ARV harus segera dimulai pada semua wanita hamil dan menyusui bahkan jika mereka teridentifikasi
pada akhir kehamilan atau pascapartum. Harus ada keseimbangan antara memulai ARV yang dipercepat
dan memastikan bahwa perempuan cukup siap untuk menerima ARV seumur hidup dan memiliki akses ke
sistem pendukung, termasuk dukungan untuk mempromosikan kepatuhan pengobatan.
2) Menerapkan intervensi untuk menghilangkan hambatan dalam memulai ARV.
3) Memulai pengobatan berdasarkan keputusan wanita untuk memulai ARV. Pendekatan berbasis
keputusan seperti itu mungkin akan menghasilkan penerimaan dan hasil kesehatan yang lebih baik.
4) Mempromosikan untuk lebih memperhatikan pengobatan termasuk informasi tentang manfaat
pengobatan dini, komitmen seumur hidup, risiko penundaan pengobatan, dan dukungan kepatuhan yang
tersedia.
5) Penyedia layanan untuk mendukung pengambilan keputusan bersama.
6) Mempercepat memulai ARV dalam keadaan seperti sakit parah dan untuk wanita hamil dalam persalinan
yang positif HIV.
7) Jangan mulai ARV pada wanita hamil yang mengalami mual berat selama kehamilan sampai mual
terkontrol dengan baik. Sebagian besar obat yang digunakan untuk menghentikan mual pada kehamilan
dapat diberikan bersamaan dengan ARV.

5
OBAT
ANTIRETROVIRAL
(ARV)
PENGERTIAN
Pengobatan Antiretroviral (ARV) merupakan bagian dari pengobatan HIV/AIDS
dengan tujuan untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan
infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV dan menurunkan
jumlah virus (viral load). Selain itu pemberian ARV dapat menekan reprikasi HIV
secara maksimun dan meningkatkan limfosit CD4.11,12

PEMBERIAN ARV PADA IBU HAMIL


Pemberian ARV dapat menurunkan angka transmisi vertikal paling efektif dimulai
sejak awal kehamilan. Sebuah studi memaparkan dari 2.615 bayi yang lahir dari ibu
yang mengonsumsi ARV sebelum kelahiran tidak ditemukan adanya transmisi vertikal
pada ibu dengan viral load <50kopi/ml.13 Faktor yang berperan dalam transmisi virus
dari ibu ke anak salah satunya yaitu dimana viral load ibu mengalami peningkatan
yang akan berkaitan dengan neonatus. Karena dari itu, viral load penting untuk
ditekankan selama kehamilan, karena jika tidak dapat berdampak pada penularan
dalam kandungan.14
Terapi ARV kombinasi terbukti merupakan terapi paling efektif untuk mencegah
transmisi infeksi HIV dari ibu ke anak. Pemberian ARV maternal sebelum trisemester
ketiga akan menurunkan risiko transmisi sebanyak 5 dari 1000 kelahiran. Saat sesudah
kelahiran pemberian ARV dapat menurunkan transmisi hingga 50% dan
direkomendasikan untuk melanjutkan hingga seumur hidup.15

TERAPI ARV UNTUK IBU HAMIL


Seluruh ibu hamil dengan infeksi HIV harus diberi terapi ARV tanpa melihat jumlah
CD4. Kehamilan sendiri merupakan indikasi pemberian ARV yang dilanjutkan
seumur hidup. Pemeriksaan CD4 dapat dilakukan untuk memantau hasil
pengobatan namun bukan sebagai acuan untuk memulai terapi.15 ARV yang
diberikan bagi ibu hamil yang terinfeksi HIV terdiri dari dua jenis yaitu:16

1) ARV diberikan pada ibu hamil yang 2) ARV Profilaksis diberikan pada
terinfeksi HIV tujuannya yaitu untuk ibu hanya untuk mencegah
kesehatan pribadi sekaligus untuk penularan HIV dari ibu ke anak dan
pencegahan penularan HIV dari ibu ke tidak untuk menjaga morbiditas
anak ARV disarankan pada ibu hamil dan mortalitas bagi ibu itu sendiri.
dengan stadium klinis 1 atau 2 dengan Tujuan diberikan ARV profilaksis
CD4 kurang dari 200 sel/mm3 atau yaitu mencegah penularan HIV
stadium klinis 3 dengan CD4 ≤ 350 dari ibu ke anak.
sel/mm3 atau stadium klinis 4 tanpa
mempertimbangkan jumlah CD4.

7
PEMBERIAN OBAT ANTIRETROVIRAL DALAM PROGRAM
PMTCT/PPIA SEBAGAI BERIKUT:17

PEMBERIAN DOSIS PADA IBU HAMIL:18

EFEK PENGGUNAAN ARV PADA IBU


HAMIL
Efek samping yang dialami pengguna ARV pada kondisi ini sama halnya seperti
pemakai ARV dengan kondisi tidak hamil. Diantaranya yaitu mual, sakit kepala,
mudah lelah, dan diare.

8
RISIKO PEMBERIAN ARV PADA MASING-MASING JENIS
GOLONGAN OBAT:18

INTERAKSI OBAT ARV DAN MAKANAN

9
Tujuan perawatan saat kehamilan adalah untuk mempertahan
kesehatan dan status gizi ibu, serta mengobati ibu agar jumlah
viral load tetap rendah sampai pada tingkat yang tidak dapat
dideteksi. Gizi yang baik membantu tubuh menyerang infeksi,
mengurangi masalah kelahiran (berat badan bayi rendah,
kematian bayi), membantu khasiat ARV, dan dapat mengurangi
efek samping obat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
PENATALAKSANAAN

ada manfaat bagi perempuan terinfeksi HIV bila diberikan


tambahan vitamin waktu hamil. Multi-vitamin (vitamin B1, B2,
B6, dan B12, niasin, vitamin C, vitamin E, dan asam folat) diberi
pada perempuan hamil dapat memperpanjang masa tanpa
gejala. Mengkonsumsi vitamin A juga penting bagi ibu hamil
yang menderita HIV karena saat hamil dengan kondisi HIV AIDS
sering mengalami kekurangan Vit A, kekurangan Vit A tersebut
akan meningkatkan terjadinya kematian pada bayi yang di
kandung. Kematian pada bayi sendiri dapat dicegah dengan
dengan meningkatkan imun agar terhindar dari radikal bebas.
Cara yang dilakukan agar terhindar dari radikal bebas yaitu
salah satunya dengan meningkatkan konsumsi makanan yang
memiliki kandungan Vit A, karena makanan yang mengandung
Vit A memiliki kandungan karoten yang tinggi. ahan makanan
yang memiliki kandungan karoten tinggi, antara lain: wortel,
buah alpukat, umbi – umbian termasuk ubi jalar, bayam dan
lemon. Mengkonsumsi makanan tinggi karoten, selain
menurunkan angka kematian bayi, ternyata juga akan
menurunkan risiko mengalami ketidakseimbangan kebutuhan
gizi pada ibu hamil yang mengalami HIV-AIDS selama hamil.
DIET

10
ASUPAN ZAT GIZI

Selain konsumsi makanan yang tinggi karoten juga harus memperhatikan

kebutuhan asupan gizi seperti :22,23

PROTEIN VITAMIN & MINERAL

Protein bisa didapatkan dari protein Keseimbangan vitamin dan mineral selama

hewani dan nabati dengan proporsi kehamilan sangat penting untuk

kebutuhan sebanyak 12-15% dan tingkat perkembangan janin dan kesehatan ibu

kecukupan yang dianjurkan BB ideal hamil penderita HIV sendiri , namun saat ini

perhari adalah 0,8-1,0 / g kgBB . belum ada nilai angka kecukupan gizi yang

spesifik bagi ibu hamil yang terinveksi HIV -


AIDS . Akan tetapi tambahan vitamin harus

diberikan selama masa kehamilan dan

dianjurkan untuk terus memenuhi


KARBOHIDRAT
kebutuhan vitamin selama tiga bulan

Karbohidrat menjadi kebutuhan yang setelah melahirkan .


tidak kalah pentingnya bagi ibu hamil

penderita HIV . Karbohidrat yang

dibutuhkan sebesar 60-75%


karbohidrat dari total ,
energi
CAIRAN
karbohidrat yang dibutuhkan dapat

bersumber dari beras , -


umbi umbian dan
Ibu hamil penderita HIV membutuhkan tambahan

-
lain lain . cairan agar dapat memenuhi kebutuhan cairan ibu

dan bayi yang dikandung . Selama kehamilan , ibu

hamil penderita HIV memerlukan tambahan cairan

sebanyak 1, 5 - 2 /
liter hari . Namun , jika mengalami

LEMAK penyakit tertentu yang membutuhkan

Selama kehamilan ibu hamil penderita


pembatasan cairan , maka kebutuhan cairannya

harus disesuaikan dengan perhitungan

,
HIV juga membutuhkan asupan lemak
keseimbangan cairan yaitu asupan cairan yang
yang berasal dari hewani dan yang
dibutuhkan merupakan hasil dari diminum dikurangi

( ).
bersumber dari nabati dengan jumlah

kebutuhan lemak sekitar 20-25%. yang dikeluarkan urine

11 PENATALAKSANAAN DIET
PENATALAKSANAAN DIET
BAHAN MAKANAN YANG Tempe dan produknya, selain mengandung
protein B12 juga mengandung bakterisida yang
mana bisa mengobati dan mencegah terjadinya
diare.
Kelapa dan produknya dapat memenuhi
kebutuhan lemak sekaligus mengandung sumber
energi yang mudah untuk diserap sehingga tidak
menyebabkan diare serta dan bisa untuk
pembentukan sel.
Wortel mengandung beta karoten yang tinggi
DISARANKAN

sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh


dan sebagai membentuk bahan CD4. Vitamin C dan
vitamin E dan beta karoten berfungsi sebagai
antiradikal bebas (antioksidan).
Brokoli memiliki peran dalam mencegah
kekurangan gizi mikro dan pembentukan CD4,
dikarenakan banyak mengandung Zn, Fe, Mn dan
Se.
Sayuran hijau dan kacang – kacangan yang
mengandung vitamin neurotropik yang terdiri
dari vitamin B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang
berguna dalam pembentukan CD4 dan pencegahan
anemia.
Buah alpukat yang berperan sebagai antioksidan
dan dapat menurunkan kolesterol jahat
dikarenakan memiliki kandungan lemak tinggi
sehingga mengambat perkembangnya HIV.
Mengkonsumsi daging dan produk dari susu.
Mengkonsumsi buah dan sayuran dalam bentuk
jus yang sebelumnya disiram air panas terlebih
dahulu untuk membunuh kuman dan bakteri.
Mengkonsumsi gula, garam, minyak sesuai
kebutuhan yang diperlukan.
Mengkonsumsi makanan yang bahan makanannya
dimasak dengan matang.
12
BAHAN MAKANAN
YANG DIHINDARI

Bahan makanan yang memiliki kandungan gas.


Makanan yang tinggi lemak.
Makanan dengan bumbu merangsang.
Bahan makanan yang mentah dan yang dimasak
kurang matang, seperti buah dan sayur mentah.
Makanan yang mengandung penyebab rasa dan
bahan makanan yang diawetkan.
Minuman bersoda dan minuman yang beralkohol.

PENATALAKSANAAN DIET

13
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)

Konseling dan Tes Antibodi HIV terhadap Ibu

Petugas yang melakukan perawatan antenatal di Puskesmas maupun di tempat perawatan

antenatal lain sebaiknya mulai mengadakan pengamatan tentang kemungkinan adanya ibu

hamil yang berisiko untuk menularkan penyakit HIV kepada bayinya . Anamnesis yang dapat

dilakukan antara lain dengan menanyakan apakah ibu pemakai obat terlarang , perokok ,
mengadakan hubungan seks bebas , dan lain lainnya - . Bila ditemukan kasus tersebut di atas ,
harus dilakukan tindakan lebih lanjut .
Risiko penularan HIV secara vertikal dapat berkurang sampai 1-2% dengan melakukan tata

laksana yang baik pada ibu dan anak . Semua usaha yang akan dilakukan sangat tergantung

-
pada temuan pertama dari ibu ibu yang berisiko Oleh karena itu semua ibu usia subur yang. ,
akan hamil sebaiknya diberi konseling HIV untuk mengetahui risiko , dan kalau bisa , sebaiknya

semua ibu hamil disarankan untuk melakukan tes HIV -1 sebagai bagian dari perawatan

antenatal , tanpa memperhatikan faktor risiko dan prevalensi HIV -1 di masyarakat . Akan

tetapi , ibu hamil sering menolak untuk dilakukan tes HIV , karena peraturan yang memaksa

ibu hamil untuk dites HIV belum ada .


Cukup banyak ibu hamil sudah terinfeksi HIV -1 pada saat masa pancaroba dan dewasa

muda yang justru pada masa ini mereka tidak terjangkau oleh sistem pelayanan kesehatan .
-
Pada hal pada masa masa ini banyak terjadi penularan melalui hubungan seks bebas , dan

juga banyak sebagai pengguna obat terlarang . Kepada mereka harus diberi konseling dan

disarankan untuk dilakukan tes infeksi HIV -1. Kemudian , jika ditemukan ada ibu hamil yang

terinfeksi HIV dan sebagai pengguna obat terlarang , maka harus dimasukkan ke dalam

program pengobatan atau program detoksifikasi .


Ibu yang sudah diketahui terinfeksi HIV sebelum hamil , perlu dilakukan pemeriksaan untuk

mengetahui jumlah virus di dalam plasma , jumlah sel T CD 4+, dan genotipe virus . Juga perlu

diketahui , apakah ibu tersebut sudah mendapat anti retrovirus ( ARV ) atau belum . Data

tersebut kemudian dapat digunakan sebagai bahan informasi kepada ibu tentang risiko

penularan terhadap pasangan seks , bayi , serta cara pencegahannya Selanjutnya . , ibu harus

diberi penjelasan tentang faktor risiko yang dapat mempertinggi penularan infeksi HIV -1
dari ibu ke bayi .

PENATALAKSANAAN DIET

14
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)

Pencatatan dan Pemantauan Ibu Hamil

Banyak ibu terinfeksi HIV hamil tanpa rencana . Ibu hamil sangat jarang melakukan

. , -
perawatan prenatal Di samping itu ibu ibu ini sering terlambat untuk melakukan perawatan

prenatal . -
Kelompok ibu ibu ini juga sangat jarang melakukan konseling dan tes HIV pada

,
waktu prenatal sehingga mereka tidak dapat dicatat dan dipantau dengan baik .
Catatan medis yang lengkap sangat perlu untuk ibu hamil terinfeksi HIV termasuk catatan

tentang kebiasaan yang meningkatkan risiko dan keadaan sosial yang lain , pemeriksaan fisik

yang lengkap , serta pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui status virologi dan

imunologi . Pada saat penderita datang pertama kali harus dilakukan pemeriksaan

laboratorium . Pemeriksaan ini akan digunakan sebagai data dasar untuk bahan banding

dalam melihat perkembangan penyakit selanjutnya . Pemeriksaan tersebut adalah darah

lengkap , urinalisis , tes fungsi ginjal dan hati , amylase , lipase , gula darah puasa , VDRL ,
gambaran serologis hepatitis B dan C subset sel T dan jumlah salinan RNA HIV , , .
Selanjutnya , ibu harus selalu dipantau . Cara pemantauan ibu hamil terinfeksi HIV sama

dengan pemantauan ibu terinfeksi HIV tidak hamil Pemeriksaan jumlah sel T CD . 4+ dan kadar

RNA HIV -1 harus dilakukan setiap trimester ( yaitu , setiap 3-4 bulan ) yang berguna untuk

menentukan pemberian ARV dalam pengobatan penyakit HIV pada ibu . Bila fasilitas

pemeriksaan sel T CD 4+ dan kadar HIV -1 tidak ada maka dapat ditentukan berdasarkan

kriteria gejala klinis yang muncul .

Pengobatan dan Profilaksis Antiretrovirus

pada Ibu Terinfeksi HIV

Untuk mencegah penularan vertikal dari ibu ke bayi , maka ibu hamil terinfeksi HIV harus

mendapat pengobatan atau profilaksis antiretrovirus ARV ( ). Tujuan pemberian ARV pada ibu

hamil , di samping untuk mengobati ibu , juga untuk mengurangi risiko penularan perinatal

kepada janin atau neonatus . Ternyata ibu dengan jumlah virus sedikit di dalam plasma

(<1000 salinan RNA ml / ), akan menularkan HIV ke bayi hanya 22%, sedangkan ibu dengan

jumlah muatan virus banyak menularkan infeksi HIV pada bayi sebanyak 60%. Jumlah virus

dalam plasma ibu masih merupakan faktor prediktor (<1000 salinan RNA ml / ), akan

menularkan HIV ke bayi hanya 22%, sedangkan ibu dengan jumlah muatan virus banyak

menularkan infeksi HIV pada bayi sebanyak 60%. Jumlah virus dalam plasma ibu masih

merupakan faktor predictor bebas yang paling kuat terjadinya penularan perinatal . Karena

itu , semua wanita hamil yang terinfeksi HIV harus diberi pengobatan antiretrovirus ( ARV )
untuk mengurangi jumlah muatan virus .24

PENATALAKSANAAN DIET
15
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)

Cara paling efektif untuk menekan replikasi HIV adalah dengan memulai pengobatan dengan

kombinasi ARV yang efektif . Semua obat yang dipakai harus dimulai pada saat yang

bersamaan pada pasien baru . Terapi kombinasi ARV harus menggunakan dosis dan jadwal

yang tepat . Obat ARV harus diminum terus menerus secara teratur untuk menghindari

timbulnya resistensi . Diperlukan peran serta aktif pasien dan pendamping keluarga dalam /
terapi ARV . Di samping ARV , timbulnya infeksi oportunistik harus mendapatkan perhatian

dan tatalaksana yang sesuai . Pemilihan antiretrovirus untuk ibu hamil terinfeksi HIV sama

.
dengan ibu yang tidak hamil Yang harus diketahui dari ibu hamil terinfeksi HIV adalah status

penyakit HIV ( beratnya penyakit AIDS ditentukan berdasarkan hitung sel T CD 4+,
perkembangan infeksi ditentukan berdasarkan jumlah muatan virus , antigen p 24 atau

/
RNA DNA HIV di dalam plasma ), riwayat pengobatan antiretrovirus saat ini dan sebelumnya ,
usia kehamilan , dan perawatan penunjang yang diperlukan seperti perawatan psikiater ,
nutrisi , aktivitas seksual harus memakai kondom , dan lain lain - . ARV cukup aman diberikan

kepada ibu hamil . Obat ini tidak bersifat teratogenik pada manusia , dan tidak bersifat lebih

toksik pada ibu hamil dibandingkan dengan ibu tidak hamil . Walaupun demikian , pemantauan

jangka pendek dan jangka panjang tentang toksisitas dari paparan sampai penggunaan

kombinasi ARV untuk janin di dalam kandungan dan pada bayi adalah sangat penting karena ,
keterbatasan informasi , dan data yang ada sering tidak sesuai . Indikasi pemberian

antiretrovirus pada wanita hamil sama dengan pada wanita tidak hamil . Untuk wanita hamil

yang sudah mendapat pengobatan antiretrovirus , keputusan untuk mengganti obat adalah

sama dengan wanita tidak hamil .24


Highly Active Anti Retroviral Therapy - ( HAART ) adalah kemoterapi antivirus yang disarankan

oleh WHO untuk ibu hamil sebagai pengobatan utama HIV selama masa kehamilan dan

postpartum . Selain memperbaiki kondisi maternal , HAART terbukti dapat mencegah

transmisi perinatal yaitu dengan mengurangi replikasi virus dan menurunkan jumlah viral load

maternal. Obat pilihan pertama yang boleh digunakan untuk ibu hamil adalah lamivudine

(3 ) 150
TC mg dan zidovudine ZDV ( ) 250 mg untuk golongan nucleoside reverse transcriptase

inhibitors ( NRTIs ), nevirapine ( NVP ) 200 mg untuk golongan non NRTIs - ( NNRTIs ), indinavir 800
mg dan nelfinavir 750 mg untuk golongan protease inhibitors ( ).
PI -
Obat obatan ini terbukti

memiliki potensi teratogenik dan efek samping maternal yang sanagt minimal . Sasaran

terapi ARV pada kehamilan adalah untuk menjaga viral load dibawah 1000 / . kopi ml Kombinasi

terapi ARV dianjurkan untuk semua kasus yaitu 2 /


NRTIs NNRTIs dengan 1 . PI Berhubung ZDV

-
merupakan satu satunya obat yang menunjukkan penurunan transmisi perinatal , obat ini

harus digunakan kapan saja memungkinkan sebagai bagian dari HAART . Apabila viral load

test , lebih dari satu pilihan pengobatan tersedia tetapi semua harus termasuk infus ZDV , .24

PENATALAKSANAAN DIET

16
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)

Ibu hamil yang terinfeksi HIV dan tidak pernah mendapatkan terapi ARV , HAART harus

dimulai secepat mungkin , termasuk selama trimester pertama Pada kasus dimana ibu hamil .
yang sebelumnya mengkonsumsi HAART untuk kesehatannya sendiri , harus melakukan

konseling mengenai pemilihan obat yang tepat . Efek samping obat terlihat meningkat pada

ibu hamil dengan jumlah sel T CD 4+ <250 mL . Misalnya pada ibu dengan CD 4 <200/ ml yang

sebelumnya mendapat pengobat single dose NVP , -


ritonavir boosted lapinavir ditambah

-
tenofovir emtricitabine , diganti dengan NVP ditambah tenofovir emtricitabine - sebagai

terapi awal . Oleh karena itu , NVP sebaiknya bukan single dose karena berpotensi

menimbulkan hepatotoksik yang fatal pada ibu hamil . Ibu hamil juga membutuhkan antibiotik

profilaksis terhadap infeksi oportunistik yang dideritanya . Apabila CD 4 <200/ , ml profilaksis

pilihan untuk PCP adalah /


Trimetrophine sulfamethoxazole ( TMX SMX / ). Pada trimester

pertama , sebaiknya obat ini diganti dengan pentamidine aerosol karena obat berpotensi

teratogenik . TMX SMX/ juga digunakan untuk mencegah toksoplasmik ensefalitis dan

diberikan saat level CD 4 <50/ . ml Wanita yang sebelumnya mengkonsumsi -


obat obatan

tersebut sebelum hamil sebaiknya tidak menghentikan pengobatannya .24


Rejimen kemoprofilaksis ZDV diberikan tunggal atau bersama dengan antiretrovirus lain ,
mulai diberikan pada usia kehamilan 14 minggu dan jangan ditunda Karena dengan menunda .
.
maka efektivitasnya akan menurun Hal ini harus didiskusikan dan ditawarkan kepada seluruh

ibu hamil yang terinfeksi agar risiko penularan HIV perinatal berkurang .24
CDC and Prevention USA menyarankan untuk memberikan pengobatan dan profilaksis

antiretrovirus kepada ibu pada saat intrapartum sebagai berikut :24


a . Pemberian ZDV intravena disarankan untuk seluruh ibu hamil terinfeksi HIV , tanpa

memandang jenis antivirus yang diberikan pada saat antepartum ; ini bertujuan mengurangi

penularan HIV perinatal .


b . Untuk ibu yang mendapat pengobatan antivirus antepartum yang mengandung obat

stavudine d ( 4 ), T maka obat ini distop selama pemberian ZDV intravena pada saat persalinan .
c . Pada mereka yang mendapat antiretrovirus kombinasi , pengobatannya harus diteruskan

selama persalinan dan sebelum dilakukan bedah saesar sesuai jadwal dengan tepat .
d . Mereka yang mendapat terapi kombinasi dengan dosis yang sudah ditentukan termasuk

ZDV , maka pada saat persalinan harus diberi ZDV intravena , sementara komponen

antiretrovirus yang lain terus diberikan secara oral .


e . Untuk ibu yang sudah mendapat antiretrovirus tetapi pada saat menjelang persalinan

ternyata jumlah penurunan virus kurang optimal ( misal >1000 salinan mL / ) maka disarankan

untuk dilakukan bedah saesar . Tidak disarankan untuk menambahkan NVP dosis tunggal

pada saat intrapartum atau kepada neonatus yang dilahirkan .

PENATALAKSANAAN DIET
17
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)

f . Ibu dengan status HIV yang tidak jelas yang datang pada saat akan melahirkan , harus

dilakukan pemeriksaan tes cepat terhadap antibodi HIV , dan pemberian ZDV intravena

harus dimulai jika hasil test positif ( tanpa menunggu hasil tes konfirmasi ) tes konfirmasi

dilakukan sesudah melahirkan , dan bayi harus mulai diberi ZDV . Jika hasil tes positif , maka

disarankan untuk memberikan ZDV kepada neonatus selama 6 minggu , dan jika hasil tes

,
negatif maka pemberian ZDV pada neonatus distop .
g . Pada ibu terinfeksi HIV yang sedang melahirkan tetapi tidak mendapat pengobatan

antiretrovirus antepartum , disarankan pemberian ZDV intravena selama melahirkan kepada

bayinya selama 6 minggu . Beberapa ahli sering mengkombinasi obat ini dengan NVP dosis

tunggal yang diberi kepada ibu dan neonatus Jika digunakan NVP dosis tunggal . ( sendiri atau

dikombinasi dengan ZDV ), maka harus dipertimbangkan untuk memberikan 3 TC pada saat

melahirkan dan kepada ibu diberikan ZDV /3 TC selama 7 hari sesudah melahirkan untuk

mengurangi terjadinya resistensi virus terhadap NVP pada ibu .


Menurut Kementerian Kesehatan RI dalam Pedoman Nasional tahun 2012 terkait

Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak ARV pada ibu hamil dengan HIV selain dapat

mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke anak adalah untuk mengoptimalkan kondisi

kesehatan ibu dengan cara menurunkan kadar HIV serendah mungkin . Pilihan terapi yang

direkomendasikan untuk ibu hamil dengan HIV adalah terapi menggunakan kombinasi tiga

obat (2 NRTI +1 NNRTI ). Seminimal mungkin hindari triple nuke (3 NRTI ).

PENATALAKSANAAN DIET
18
MONITORING
2) Memberikan konseling gizisi,
termasuk zat besi dan asam folat,
dan informasi tentang pemberian
Pada Ibu Hamil makan bayi.
3) Mendorong kunjungan klinik
Mayoritas kematian ibu di antara antenatal yang
perempuan dengan HIV berasal dari direkomendasikan.
penyebab non-obstetrik, yang paling 4) Mempromosikan persalinan
berisiko pada mereka dengan penyakit berbasis fasilitas.
lanjut dan paling sedikit waktu yang 5) Kelola kehamilan sebagai
memakai terapi antiretroviral (ARV). risiko tinggi pada akhir trimester
Peningkatan ketersediaan ARV dan ketiga.
inisiasi dini akan mengurangi 6) Pantau dengan cermat
morbiditas dan mortalitas ibu. hipertensi dan preeklamsia yang
Wanita hamil yang terinfeksi HIV harus disebabkan kehamilan, terutama
menerima paket minimum kunjungan bagi mereka yang memulai ART
antenatal dan perawatan kehamilan sebelum konsepsi.
yang direkomendasikan untuk semua 7) Memberikan konseling
wanita hamil dengan mengikuti prinsip- keluarga berencana.
prinsip utama dan praktik menjadi ibu 8) Memberikan dukungan untuk
yang aman. Dokter juga harus: kepatuhan dan kelangsungan
1) Lakukan skrining untuk infeksi perawatan selama kehamilan dan
menular seksual seperti hepatitis B menyusui dan seumur hidup.
dan sifilis. 9) Menyediakan konseling
antenatal yang sesuai untuk
perempuan terinfeksi HIV yang
sudah menerima ART dan hamil.

19
MONITORING
Perawatan Pascanatal
1) Mendorong semua wanita yang
terinfeksi HIV dan wanita dengan
Pada Persalinan status HIV yang tidak diketahui yang
Selama persalinan dan melahirkan: melahirkan di luar fasilitas
1) Ikuti kewaspadaan untuk semua kesehatan untuk mengunjungi
persalinan tanpa memandang status fasilitas kesehatan ibu dan anak
HIV ibu-memantau persalinan sesegera mungkin setelah
menggunakan partograf. melahirkan. Para wanita ini harus
2) Hindari instrumentasi yang tidak dinilai secara medis dan intervensi
perlu. HIV dimulai atau dilanjutkan
3) Hindari ketuban pecah dini. sebagaimana mestinya.
4) Dorong penyedotan sekret 2) Memberikan tindak lanjut dan
nasogastrik non-invasif pada bayi baru keterkaitan dengan perawatan dan
lahir. pengobatan HIV dan perawatan
5) Cuci darah pada bayi baru lahir. pascapartum untuk wanita yang
6) Identifikasi ibu dengan HIV terinfeksi HIV dan bayinya.
menawarkan tes HIV cepat selama 3) Tindak lanjut awal bayi yang
persalinan atau periode segera setelah terpapar HIV harus dilakukan pada
melahirkan untuk semua ibu yang kunjungan imunisasi pertama pada
melahirkan dengan status HIV yang empat sampai enam minggu -
tidak diketahui. tekankan praktik pemberian makan
7) Berikan pengobatan ARV kepada yang aman, tinjau cakupan ARV, dan
perempuan dengan hasil tes positif dan tawarkan tes diagnosis bayi dini.
bayinya sesuai dengan rekomendasi
pengobatan saat ini.

20
MONITORING
Para ibu yang diketahui terinfeksi HIV:
1) Harus memberikan ASI eksklusif
. pada bayi mereka selama 6 bulan
4) Jadwalkan kunjungan tindak pertama kehidupan dan setelah itu
lanjut untuk ibu yang terinfeksi HIV memperkenalkan makanan
sebaiknya pada waktu yang sama pendamping yang sesuai dan
dengan bayi - lakukan pemeriksaan melanjutkan menyusui.
nifas, tawarkan konseling KB, kaji 2) Harus terus menyusui selama 12
ulang rejimen ARV dan berikan bulan pertama kehidupan dan dapat
dukungan kepatuhan. melanjutkan menyusui hingga 24 bulan
5) Mendorong dilakukannya tes pada atau lebih sambil menerima dukungan
anak sebelumnya jika status HIV penuh untuk kepatuhan ART.
mereka tidak diketahui. 3) Harus berhenti menyusui hanya
setelah makanan yang cukup bergizi
dan aman tanpa ASI dapat disediakan.
4) Sebaiknya terus menyusui bayi yang
Pemberian Makan pada terinfeksi HIV sampai 24 bulan atau
Bayi lebih. Otoritas kesehatan nasional dan
lokal harus melindungi,
1) Pemantauan laboratorium dan mempromosikan dan mendukung
klinis- pemberian makan bayi pemberian ASI di antara perempuan
2) Keputusan untuk menasihati dan yang hidup dengan HIV di fasilitas
mendukung ibu yang diketahui kesehatan, tempat kerja, komunitas
terinfeksi HIV untuk menyusui dan dan rumah. Di rangkaian lain, ibu yang
menerima intervensi ARV atau untuk terinfeksi HIV disarankan untuk tidak
menghindari menyusui harus menyusui.
bergantung pada strategi mana yang
menawarkan bayi mereka peluang
terbesar untuk bertahan hidup
bebas HIV.
21
MONITORING

Monitoring kepatuhan adalah istilah yang menggambarkan penggunaan terapi


antiretroviral sesuai dengan petunjuk pada resep. Ini mencakup penggunaan
obat yang benar, pada waktu yang benar, dan dengan cara yang benar.

Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat Antiretroviral (ARV) berarti


pasien patuh dalam menjalankan program pengobatan, yakni pasien minum
obat tepat waktu dan tidak lupa untuk meminum obat, sesuai dengan dosis
yang dianjurkan, sesuai dengan frekuensi yang telah ditentukan. Kepatuhan ini
sangat penting dalam pelaksanaan terapi antiretroviral karena bila obat tidak
mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan memungkin
berkembangnya resistensi, meminum dosis obat tepat waktu dan
meminumnya secara benar (misalnya bersama makan vs lambung kosong)
penting untuk mencegah terjadinya restensi, derajat kepatuhan sangat
berkolerasi dengan keberhasilan dalam mempertahankan supresi virus.25

22
PENCEGAHAN
PEMILIHAN KELAHIRAN (CESAR PEMBERIAN
ATAU NORMAL)
VAKSIN
Ibu hamil HIV positif perlu Ibu hamil dengan HIV positif harus
mendapatkan konseling sehubungan mendapat vaksin hepatitis A,
dengan keputusannya sendiri untuk hepatitis B, Pneumovax, untuk
melahirkan bayi secara operasi seksio mencegah infeksi pneumokokal dan
caesaria ataupun persalinan normal. virus influenza, termasuk vaksin
Pelaksanaaan persalinan, baik secara H1N1. Selain ibu, bayi juga harus
operasi seksio caesaria maupun menerima imunoglobulin hepatitis B
persalinan normal, harus dan memulai vaksinnya pada 12 jam
memperhatikan kondisi fisik dari ibu pertama kelahiran.26
hamil HIV positif.26
Tindakan menolong persalinan ibu
hamil HIV positif, baik secara operasi
seksio caesaria maupun persalinan
secara normal, harus mengikuti standar
kewaspadaan universal. Selain itu,
infeksi tertentu mungkin terkait dengan
kelahiran prematur, suatu peristiwa yang
terjadi lebih sering pada perempuan
HIV-positif bila dibandingkan dengan
perempuan yang tidak terinfeksi HIV.26

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Davey, P. Infeksi HIV dan AIDS,. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2008.
2. Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. Nutrition Therapy&Pathophysiology 2nd Edition.
USA: Wadsworth Cengage Learning; 2010.
3. Mahan LK, Raymond JL. Krause’s. Food&The Nutrition Care Process 14th Edition.
Canada: Elsevier; 2017.
4. World Health Organization. HIV/AIDS [Internet]. WHO. 2020 [Diakses pada 05 Mei 2021].
Tersedia dari: https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids
5. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2014.
6. UNAIDS. Global HIV&AIDS Statistics—202 Fact Sheet [Internet]. UNAIDS. 2020 [Diakses
pada 5 Mei 2021]. Tersedia dari: https://www.unaids.org/en/resources/fact-
sheet#:~:text=GLOBAL%20HIV%20STATISTICS&text=38.0%20million%20%5B31.6%20milli
on%E2%80%9344.5,AIDS%2Drelated%20illnesses%20in%202019.
7. Kementerian Kesehatan RI. LAporan Perkembangan HIV ADIS&Penyakit Infeksi Menular
Seksual (PIMS) Triwulan III Tahun 2020 [Internet]. Kementerian Kesehatan RI. 2020
[Diaskes 5 Mei 2021]. Tersedia dari:
https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_Perkembangan_HIV_AIDS_dan_PIMS
_Triwulan_III_Tahun_2020.pdf
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Program Pencegahan Penularana
HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak. Jakarta: Kemeterian Kesehatan RI; 2019.
9. Goering RV, Dockrell HM, Zuckerman M, Walekin D, Roitt IM, Mims C, et al. Medical
Microbiology Edisi ke-4. China: Mosby Elseiver; 2008. hlm. 261-86
10. World Health Organization. Consolidated guidelines on the use of antiretroviral drugs for
treating and preventing HIV infection: recommendations for a public health approach- 2nd ed
[Internet]. WHO. 2016 .[Diakses pada 5 Mei 2021]. Tersedia dari:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/208825/1/9789241549684_eng.pdf?ua=1
11. Nugraheni Ambar Y, Amelia R, et all. Evaluasi Terapi Antiretroviral Pasien HIV/AIDS. J
Farmasetis. 2019;8(2):45-54.
12. Ajmala Indana E,Wulandari Laksmi. Terapi ARV pada Penderita Ko-Infeksi TB-HIV. J
Respirasi. 2015;1(1):2-28.
24
DAFTAR PUSTAKA
13. Mandelbrot L, Tubiana R, Le Chenadec J, Dollfus C, Faye A, Pannier E. No Perinatal
HIV-1 Transmission from Women With Effective Antiretroviral Therapy Starting Before
Conception. Clin Infect Dis. 2015;61(11):1715–25.
14. Hartanto, Marianto. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam Kehamilan.
CDK. 2019;46(5):347.
15. Permenkes No HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana HIV.
16. Saputri LR, Niruri et al. Pelaksanaan Intervensi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA) Di RSUP Sanglah Denpansar Tahun 2007-2011. J Farmasi Udayana.
2013;2(3):136-44.
17. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2012.
18. WHO. Antiretroviral Drugs For Treating Pregnant Women and Preventing HIV Infection In
Infants. 2010.
19. Bendich Adrianne Zilberboim Ronit. Handbook of Drug-Nutrient Interactions: Part
VI/Drug-utrient Interaction and Immune Function. Springer, Human Press; 2010.
20. Wardani PK,Ulfa NM,et all. Studi Efektifitas Antiretroviral Regimen Obat Kombinasi Dosis
Tetap (Tenofovir/Lamivudin/Efavirenz) berdasarkan Peningkatan Kadar CD4 T-Limfosit.
Journal of Pharmmacy and Science. 2017;2(1):22-8.
21. Wardhana Adhitya Angga, et all. Manajemen HIV/AIDS Terkini,Komprehensif dan
Multidisiplin. Surabaya: Airlangga University Press; 2019.
22. Green CW. HIV, Kehamilan, dan Kesehatan Perempuan.Yayasan Spritia; 2016.
23. Fakultas Keperawatan. Apa Saja Nutrisi yang Anda Butuhkan saat Hamil dalam Kondisi
HIV/AIDS?. Universitas Airlangga; 2020.
24. Budyandani, Meylitha NP. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Ibu Hamil
Terinfeksi HIV dalam Mengonsumsi ARV di RSUD Mangusada Badung Tahun 2018.
Poltekkes Makasar; 2018.

25
DAFTAR PUSTAKA
25. Erliana, Nina; Suryoputro, Antono; Mustofa, Syamsulhuda Budi. Gambaran Pelaksanaan
Prevention Mother to Child Transmission di RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Kabupaten Bojonegoro. J Promosi Kesehatan Indonesia. 2016;11(2):1-17.
26. Elisanti, Alinea Dwi. HIV-AIDS, Ibu Hamil dan Pencegahan Pada Janin. Deepublish;
2018.
27. World Health Organization, Et Al. WHO Technical Brief: Preventing HIV During
Pregnancy And Breastfeeding In The Context Of Prep. World Health Organization, 2017.

26

Anda mungkin juga menyukai