DENGAN HIV
AIDS
DEPARTEMEN ILMU GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TIM
PENYUSUN
MEISYA NUR'AINI
22030118130064
4 PENATALAKSANAAN DIET
19 MONITORING
23 PENCEGAHAN
24 DAFTAR PUSTAKA
UMUM PADA
IBU HAMIL
DEFINISI
HIV atau Human Immunodeficiensy Virus adalah Namun, HIV dan AIDS sendiri dapat
sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan seseorang mengalami
perubahan status gizi. Selain HIV dan
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS, komplikasi dan koinfeksi
Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency penyakit, pengobatan penyakit, masalah
Sindrom merupakan kumpulan gejala penyakit sosial, masalah ekonomi, dan juga klinis
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang semuanya berinteraksi dengan status
gizi.1,2,3
disebabkan oleh retrovirus yaitu HIV yang
menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh PREVALENSI IBU HAMIL
secara simtomatis atau asimtomatis. Berdasarkan data dari United Nations
Perkembangan kondisi AIDS berpotensi membuat Programme on HIV/AIDS (UNAIDS),
individu yang terinfeksi rentan terhadap infeksi pada tahun 2019 diperkirakan terdapat
oportunistik yang dapat menyebabkan berbagai sekitar 38 juta jiwa penduduk di dunia
yang terinfeksi HIV, 3,8 juta jiwa
kecacatan atau kematian. Namun, perkembangan
penduduk di Asia Tenggara positif HIV,
dari infeksi HIV menjadi AIDS dan bahkan ke dan sekitar 85% wanita hamil hidup
kematian tidak lagi dilihat sebagai hasil yang tak dengan HIV di dunia telah mendapatkan
terhindarkan jika intervensi medis dan gizi yang akses obat ARV untuk mencegah
transmisi HIV ke anaknya. Data kasus
efektif dimulai. Status gizi memainkan peran yang
HIV AIDS di Indonesia terus meningkat
penting dalam menjaga kesehatan sistem imun dan dari tahun ke tahun.
mencegah progresivitas HIV ke AIDS.
1
HIV SECARA UMUM PADA IBU HAMIL
2
HIV SECARA UMUM PADA IBU HAMIL
3
CARA
PENULARAN HIV
CARA PENULARAN
Deteksi dini atau skrining HIV pada ibu hamil dapat dilakukan untuk mencegah
penularan infeksi HIV dari ibu ke anak. Deteksi ini dapat dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan atau petugas kesehatan yang berkunjung ke rumah.
Selain itu, pengobatan antiretroviral (ARV) sangat efektif dalam mencegah
penularan HIV dari ibu ke anak. Pencegahan ini dapat mengurangi risiko
penularan HIV dari ibu ke anak hingga kurang dari 5% pada populasi
menyusui dan kurang dari 2% pada populasi non menyusui. Prevention of
Mother-To-Child Transmission mencakup semua intervensi untuk mencegah
penularan HIV dari ibu yang hidup dengan HIV ke bayinya selama kehamilan,
persalinan, dan selama menyusui. Ada empat pendekatan untuk strategi
PMTCT yang komprehensif yaitu:10
1) Pencegahan infeksi primer HIV pada wanita usia subur
2) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita yang hidup
dengan HIV
3) Pencegahan penularan HIV dari perempuan dengan HIV ke bayinya
4) Memberikan pengobatan, perawatan, dan dukungan yang tepat untuk ibu
yang hidup dengan HIV.
4
Cara Efektif Mengurangi Viral Load
Ibu (WHO)
1) PENGOBATAN ARV HARUS DIMULAI PADA SEMUA IBU
HAMIL DAN MENYUSUI YANG POSITIF HIV TERLEPAS DARI
STADIUM KLINIS MAUPUN JUMLAH CD4 APAPUN.
PENGOBATAN INI PERLU DITERAPKAN DALAM SEUMUR HIDUP.
Dalam memulai pengobatan ARV pada ibu hamil dan ibu menyusui yang
positif HIV, WHO merekomendasikan sebagai berikut:10
1) ARV harus segera dimulai pada semua wanita hamil dan menyusui bahkan jika mereka teridentifikasi
pada akhir kehamilan atau pascapartum. Harus ada keseimbangan antara memulai ARV yang dipercepat
dan memastikan bahwa perempuan cukup siap untuk menerima ARV seumur hidup dan memiliki akses ke
sistem pendukung, termasuk dukungan untuk mempromosikan kepatuhan pengobatan.
2) Menerapkan intervensi untuk menghilangkan hambatan dalam memulai ARV.
3) Memulai pengobatan berdasarkan keputusan wanita untuk memulai ARV. Pendekatan berbasis
keputusan seperti itu mungkin akan menghasilkan penerimaan dan hasil kesehatan yang lebih baik.
4) Mempromosikan untuk lebih memperhatikan pengobatan termasuk informasi tentang manfaat
pengobatan dini, komitmen seumur hidup, risiko penundaan pengobatan, dan dukungan kepatuhan yang
tersedia.
5) Penyedia layanan untuk mendukung pengambilan keputusan bersama.
6) Mempercepat memulai ARV dalam keadaan seperti sakit parah dan untuk wanita hamil dalam persalinan
yang positif HIV.
7) Jangan mulai ARV pada wanita hamil yang mengalami mual berat selama kehamilan sampai mual
terkontrol dengan baik. Sebagian besar obat yang digunakan untuk menghentikan mual pada kehamilan
dapat diberikan bersamaan dengan ARV.
5
OBAT
ANTIRETROVIRAL
(ARV)
PENGERTIAN
Pengobatan Antiretroviral (ARV) merupakan bagian dari pengobatan HIV/AIDS
dengan tujuan untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan
infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV dan menurunkan
jumlah virus (viral load). Selain itu pemberian ARV dapat menekan reprikasi HIV
secara maksimun dan meningkatkan limfosit CD4.11,12
1) ARV diberikan pada ibu hamil yang 2) ARV Profilaksis diberikan pada
terinfeksi HIV tujuannya yaitu untuk ibu hanya untuk mencegah
kesehatan pribadi sekaligus untuk penularan HIV dari ibu ke anak dan
pencegahan penularan HIV dari ibu ke tidak untuk menjaga morbiditas
anak ARV disarankan pada ibu hamil dan mortalitas bagi ibu itu sendiri.
dengan stadium klinis 1 atau 2 dengan Tujuan diberikan ARV profilaksis
CD4 kurang dari 200 sel/mm3 atau yaitu mencegah penularan HIV
stadium klinis 3 dengan CD4 ≤ 350 dari ibu ke anak.
sel/mm3 atau stadium klinis 4 tanpa
mempertimbangkan jumlah CD4.
7
PEMBERIAN OBAT ANTIRETROVIRAL DALAM PROGRAM
PMTCT/PPIA SEBAGAI BERIKUT:17
8
RISIKO PEMBERIAN ARV PADA MASING-MASING JENIS
GOLONGAN OBAT:18
9
Tujuan perawatan saat kehamilan adalah untuk mempertahan
kesehatan dan status gizi ibu, serta mengobati ibu agar jumlah
viral load tetap rendah sampai pada tingkat yang tidak dapat
dideteksi. Gizi yang baik membantu tubuh menyerang infeksi,
mengurangi masalah kelahiran (berat badan bayi rendah,
kematian bayi), membantu khasiat ARV, dan dapat mengurangi
efek samping obat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
PENATALAKSANAAN
10
ASUPAN ZAT GIZI
Protein bisa didapatkan dari protein Keseimbangan vitamin dan mineral selama
kebutuhan sebanyak 12-15% dan tingkat perkembangan janin dan kesehatan ibu
kecukupan yang dianjurkan BB ideal hamil penderita HIV sendiri , namun saat ini
perhari adalah 0,8-1,0 / g kgBB . belum ada nilai angka kecukupan gizi yang
-
lain lain . cairan agar dapat memenuhi kebutuhan cairan ibu
sebanyak 1, 5 - 2 /
liter hari . Namun , jika mengalami
,
HIV juga membutuhkan asupan lemak
keseimbangan cairan yaitu asupan cairan yang
yang berasal dari hewani dan yang
dibutuhkan merupakan hasil dari diminum dikurangi
( ).
bersumber dari nabati dengan jumlah
11 PENATALAKSANAAN DIET
PENATALAKSANAAN DIET
BAHAN MAKANAN YANG Tempe dan produknya, selain mengandung
protein B12 juga mengandung bakterisida yang
mana bisa mengobati dan mencegah terjadinya
diare.
Kelapa dan produknya dapat memenuhi
kebutuhan lemak sekaligus mengandung sumber
energi yang mudah untuk diserap sehingga tidak
menyebabkan diare serta dan bisa untuk
pembentukan sel.
Wortel mengandung beta karoten yang tinggi
DISARANKAN
PENATALAKSANAAN DIET
13
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)
antenatal lain sebaiknya mulai mengadakan pengamatan tentang kemungkinan adanya ibu
hamil yang berisiko untuk menularkan penyakit HIV kepada bayinya . Anamnesis yang dapat
dilakukan antara lain dengan menanyakan apakah ibu pemakai obat terlarang , perokok ,
mengadakan hubungan seks bebas , dan lain lainnya - . Bila ditemukan kasus tersebut di atas ,
harus dilakukan tindakan lebih lanjut .
Risiko penularan HIV secara vertikal dapat berkurang sampai 1-2% dengan melakukan tata
laksana yang baik pada ibu dan anak . Semua usaha yang akan dilakukan sangat tergantung
-
pada temuan pertama dari ibu ibu yang berisiko Oleh karena itu semua ibu usia subur yang. ,
akan hamil sebaiknya diberi konseling HIV untuk mengetahui risiko , dan kalau bisa , sebaiknya
semua ibu hamil disarankan untuk melakukan tes HIV -1 sebagai bagian dari perawatan
antenatal , tanpa memperhatikan faktor risiko dan prevalensi HIV -1 di masyarakat . Akan
tetapi , ibu hamil sering menolak untuk dilakukan tes HIV , karena peraturan yang memaksa
muda yang justru pada masa ini mereka tidak terjangkau oleh sistem pelayanan kesehatan .
-
Pada hal pada masa masa ini banyak terjadi penularan melalui hubungan seks bebas , dan
juga banyak sebagai pengguna obat terlarang . Kepada mereka harus diberi konseling dan
disarankan untuk dilakukan tes infeksi HIV -1. Kemudian , jika ditemukan ada ibu hamil yang
terinfeksi HIV dan sebagai pengguna obat terlarang , maka harus dimasukkan ke dalam
mengetahui jumlah virus di dalam plasma , jumlah sel T CD 4+, dan genotipe virus . Juga perlu
diketahui , apakah ibu tersebut sudah mendapat anti retrovirus ( ARV ) atau belum . Data
tersebut kemudian dapat digunakan sebagai bahan informasi kepada ibu tentang risiko
penularan terhadap pasangan seks , bayi , serta cara pencegahannya Selanjutnya . , ibu harus
diberi penjelasan tentang faktor risiko yang dapat mempertinggi penularan infeksi HIV -1
dari ibu ke bayi .
PENATALAKSANAAN DIET
14
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)
Banyak ibu terinfeksi HIV hamil tanpa rencana . Ibu hamil sangat jarang melakukan
. , -
perawatan prenatal Di samping itu ibu ibu ini sering terlambat untuk melakukan perawatan
prenatal . -
Kelompok ibu ibu ini juga sangat jarang melakukan konseling dan tes HIV pada
,
waktu prenatal sehingga mereka tidak dapat dicatat dan dipantau dengan baik .
Catatan medis yang lengkap sangat perlu untuk ibu hamil terinfeksi HIV termasuk catatan
tentang kebiasaan yang meningkatkan risiko dan keadaan sosial yang lain , pemeriksaan fisik
yang lengkap , serta pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui status virologi dan
imunologi . Pada saat penderita datang pertama kali harus dilakukan pemeriksaan
laboratorium . Pemeriksaan ini akan digunakan sebagai data dasar untuk bahan banding
lengkap , urinalisis , tes fungsi ginjal dan hati , amylase , lipase , gula darah puasa , VDRL ,
gambaran serologis hepatitis B dan C subset sel T dan jumlah salinan RNA HIV , , .
Selanjutnya , ibu harus selalu dipantau . Cara pemantauan ibu hamil terinfeksi HIV sama
dengan pemantauan ibu terinfeksi HIV tidak hamil Pemeriksaan jumlah sel T CD . 4+ dan kadar
RNA HIV -1 harus dilakukan setiap trimester ( yaitu , setiap 3-4 bulan ) yang berguna untuk
menentukan pemberian ARV dalam pengobatan penyakit HIV pada ibu . Bila fasilitas
pemeriksaan sel T CD 4+ dan kadar HIV -1 tidak ada maka dapat ditentukan berdasarkan
Untuk mencegah penularan vertikal dari ibu ke bayi , maka ibu hamil terinfeksi HIV harus
mendapat pengobatan atau profilaksis antiretrovirus ARV ( ). Tujuan pemberian ARV pada ibu
hamil , di samping untuk mengobati ibu , juga untuk mengurangi risiko penularan perinatal
kepada janin atau neonatus . Ternyata ibu dengan jumlah virus sedikit di dalam plasma
(<1000 salinan RNA ml / ), akan menularkan HIV ke bayi hanya 22%, sedangkan ibu dengan
jumlah muatan virus banyak menularkan infeksi HIV pada bayi sebanyak 60%. Jumlah virus
dalam plasma ibu masih merupakan faktor prediktor (<1000 salinan RNA ml / ), akan
menularkan HIV ke bayi hanya 22%, sedangkan ibu dengan jumlah muatan virus banyak
menularkan infeksi HIV pada bayi sebanyak 60%. Jumlah virus dalam plasma ibu masih
merupakan faktor predictor bebas yang paling kuat terjadinya penularan perinatal . Karena
itu , semua wanita hamil yang terinfeksi HIV harus diberi pengobatan antiretrovirus ( ARV )
untuk mengurangi jumlah muatan virus .24
PENATALAKSANAAN DIET
15
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)
Cara paling efektif untuk menekan replikasi HIV adalah dengan memulai pengobatan dengan
kombinasi ARV yang efektif . Semua obat yang dipakai harus dimulai pada saat yang
bersamaan pada pasien baru . Terapi kombinasi ARV harus menggunakan dosis dan jadwal
yang tepat . Obat ARV harus diminum terus menerus secara teratur untuk menghindari
timbulnya resistensi . Diperlukan peran serta aktif pasien dan pendamping keluarga dalam /
terapi ARV . Di samping ARV , timbulnya infeksi oportunistik harus mendapatkan perhatian
dan tatalaksana yang sesuai . Pemilihan antiretrovirus untuk ibu hamil terinfeksi HIV sama
.
dengan ibu yang tidak hamil Yang harus diketahui dari ibu hamil terinfeksi HIV adalah status
penyakit HIV ( beratnya penyakit AIDS ditentukan berdasarkan hitung sel T CD 4+,
perkembangan infeksi ditentukan berdasarkan jumlah muatan virus , antigen p 24 atau
/
RNA DNA HIV di dalam plasma ), riwayat pengobatan antiretrovirus saat ini dan sebelumnya ,
usia kehamilan , dan perawatan penunjang yang diperlukan seperti perawatan psikiater ,
nutrisi , aktivitas seksual harus memakai kondom , dan lain lain - . ARV cukup aman diberikan
kepada ibu hamil . Obat ini tidak bersifat teratogenik pada manusia , dan tidak bersifat lebih
toksik pada ibu hamil dibandingkan dengan ibu tidak hamil . Walaupun demikian , pemantauan
jangka pendek dan jangka panjang tentang toksisitas dari paparan sampai penggunaan
kombinasi ARV untuk janin di dalam kandungan dan pada bayi adalah sangat penting karena ,
keterbatasan informasi , dan data yang ada sering tidak sesuai . Indikasi pemberian
antiretrovirus pada wanita hamil sama dengan pada wanita tidak hamil . Untuk wanita hamil
yang sudah mendapat pengobatan antiretrovirus , keputusan untuk mengganti obat adalah
oleh WHO untuk ibu hamil sebagai pengobatan utama HIV selama masa kehamilan dan
transmisi perinatal yaitu dengan mengurangi replikasi virus dan menurunkan jumlah viral load
maternal. Obat pilihan pertama yang boleh digunakan untuk ibu hamil adalah lamivudine
(3 ) 150
TC mg dan zidovudine ZDV ( ) 250 mg untuk golongan nucleoside reverse transcriptase
inhibitors ( NRTIs ), nevirapine ( NVP ) 200 mg untuk golongan non NRTIs - ( NNRTIs ), indinavir 800
mg dan nelfinavir 750 mg untuk golongan protease inhibitors ( ).
PI -
Obat obatan ini terbukti
memiliki potensi teratogenik dan efek samping maternal yang sanagt minimal . Sasaran
terapi ARV pada kehamilan adalah untuk menjaga viral load dibawah 1000 / . kopi ml Kombinasi
-
merupakan satu satunya obat yang menunjukkan penurunan transmisi perinatal , obat ini
harus digunakan kapan saja memungkinkan sebagai bagian dari HAART . Apabila viral load
test , lebih dari satu pilihan pengobatan tersedia tetapi semua harus termasuk infus ZDV , .24
PENATALAKSANAAN DIET
16
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)
Ibu hamil yang terinfeksi HIV dan tidak pernah mendapatkan terapi ARV , HAART harus
dimulai secepat mungkin , termasuk selama trimester pertama Pada kasus dimana ibu hamil .
yang sebelumnya mengkonsumsi HAART untuk kesehatannya sendiri , harus melakukan
konseling mengenai pemilihan obat yang tepat . Efek samping obat terlihat meningkat pada
ibu hamil dengan jumlah sel T CD 4+ <250 mL . Misalnya pada ibu dengan CD 4 <200/ ml yang
-
tenofovir emtricitabine , diganti dengan NVP ditambah tenofovir emtricitabine - sebagai
terapi awal . Oleh karena itu , NVP sebaiknya bukan single dose karena berpotensi
menimbulkan hepatotoksik yang fatal pada ibu hamil . Ibu hamil juga membutuhkan antibiotik
pertama , sebaiknya obat ini diganti dengan pentamidine aerosol karena obat berpotensi
teratogenik . TMX SMX/ juga digunakan untuk mencegah toksoplasmik ensefalitis dan
ibu hamil yang terinfeksi agar risiko penularan HIV perinatal berkurang .24
CDC and Prevention USA menyarankan untuk memberikan pengobatan dan profilaksis
memandang jenis antivirus yang diberikan pada saat antepartum ; ini bertujuan mengurangi
stavudine d ( 4 ), T maka obat ini distop selama pemberian ZDV intravena pada saat persalinan .
c . Pada mereka yang mendapat antiretrovirus kombinasi , pengobatannya harus diteruskan
selama persalinan dan sebelum dilakukan bedah saesar sesuai jadwal dengan tepat .
d . Mereka yang mendapat terapi kombinasi dengan dosis yang sudah ditentukan termasuk
ZDV , maka pada saat persalinan harus diberi ZDV intravena , sementara komponen
ternyata jumlah penurunan virus kurang optimal ( misal >1000 salinan mL / ) maka disarankan
untuk dilakukan bedah saesar . Tidak disarankan untuk menambahkan NVP dosis tunggal
PENATALAKSANAAN DIET
17
Tatalaksana untuk Mengurangi Penularan
Vertikal dari Ibu Hamil dengan HIV ke Bayi
pada Masa Antenatal (Hamil)
f . Ibu dengan status HIV yang tidak jelas yang datang pada saat akan melahirkan , harus
dilakukan pemeriksaan tes cepat terhadap antibodi HIV , dan pemberian ZDV intravena
harus dimulai jika hasil test positif ( tanpa menunggu hasil tes konfirmasi ) tes konfirmasi
dilakukan sesudah melahirkan , dan bayi harus mulai diberi ZDV . Jika hasil tes positif , maka
disarankan untuk memberikan ZDV kepada neonatus selama 6 minggu , dan jika hasil tes
,
negatif maka pemberian ZDV pada neonatus distop .
g . Pada ibu terinfeksi HIV yang sedang melahirkan tetapi tidak mendapat pengobatan
bayinya selama 6 minggu . Beberapa ahli sering mengkombinasi obat ini dengan NVP dosis
tunggal yang diberi kepada ibu dan neonatus Jika digunakan NVP dosis tunggal . ( sendiri atau
dikombinasi dengan ZDV ), maka harus dipertimbangkan untuk memberikan 3 TC pada saat
melahirkan dan kepada ibu diberikan ZDV /3 TC selama 7 hari sesudah melahirkan untuk
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak ARV pada ibu hamil dengan HIV selain dapat
mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke anak adalah untuk mengoptimalkan kondisi
kesehatan ibu dengan cara menurunkan kadar HIV serendah mungkin . Pilihan terapi yang
direkomendasikan untuk ibu hamil dengan HIV adalah terapi menggunakan kombinasi tiga
PENATALAKSANAAN DIET
18
MONITORING
2) Memberikan konseling gizisi,
termasuk zat besi dan asam folat,
dan informasi tentang pemberian
Pada Ibu Hamil makan bayi.
3) Mendorong kunjungan klinik
Mayoritas kematian ibu di antara antenatal yang
perempuan dengan HIV berasal dari direkomendasikan.
penyebab non-obstetrik, yang paling 4) Mempromosikan persalinan
berisiko pada mereka dengan penyakit berbasis fasilitas.
lanjut dan paling sedikit waktu yang 5) Kelola kehamilan sebagai
memakai terapi antiretroviral (ARV). risiko tinggi pada akhir trimester
Peningkatan ketersediaan ARV dan ketiga.
inisiasi dini akan mengurangi 6) Pantau dengan cermat
morbiditas dan mortalitas ibu. hipertensi dan preeklamsia yang
Wanita hamil yang terinfeksi HIV harus disebabkan kehamilan, terutama
menerima paket minimum kunjungan bagi mereka yang memulai ART
antenatal dan perawatan kehamilan sebelum konsepsi.
yang direkomendasikan untuk semua 7) Memberikan konseling
wanita hamil dengan mengikuti prinsip- keluarga berencana.
prinsip utama dan praktik menjadi ibu 8) Memberikan dukungan untuk
yang aman. Dokter juga harus: kepatuhan dan kelangsungan
1) Lakukan skrining untuk infeksi perawatan selama kehamilan dan
menular seksual seperti hepatitis B menyusui dan seumur hidup.
dan sifilis. 9) Menyediakan konseling
antenatal yang sesuai untuk
perempuan terinfeksi HIV yang
sudah menerima ART dan hamil.
19
MONITORING
Perawatan Pascanatal
1) Mendorong semua wanita yang
terinfeksi HIV dan wanita dengan
Pada Persalinan status HIV yang tidak diketahui yang
Selama persalinan dan melahirkan: melahirkan di luar fasilitas
1) Ikuti kewaspadaan untuk semua kesehatan untuk mengunjungi
persalinan tanpa memandang status fasilitas kesehatan ibu dan anak
HIV ibu-memantau persalinan sesegera mungkin setelah
menggunakan partograf. melahirkan. Para wanita ini harus
2) Hindari instrumentasi yang tidak dinilai secara medis dan intervensi
perlu. HIV dimulai atau dilanjutkan
3) Hindari ketuban pecah dini. sebagaimana mestinya.
4) Dorong penyedotan sekret 2) Memberikan tindak lanjut dan
nasogastrik non-invasif pada bayi baru keterkaitan dengan perawatan dan
lahir. pengobatan HIV dan perawatan
5) Cuci darah pada bayi baru lahir. pascapartum untuk wanita yang
6) Identifikasi ibu dengan HIV terinfeksi HIV dan bayinya.
menawarkan tes HIV cepat selama 3) Tindak lanjut awal bayi yang
persalinan atau periode segera setelah terpapar HIV harus dilakukan pada
melahirkan untuk semua ibu yang kunjungan imunisasi pertama pada
melahirkan dengan status HIV yang empat sampai enam minggu -
tidak diketahui. tekankan praktik pemberian makan
7) Berikan pengobatan ARV kepada yang aman, tinjau cakupan ARV, dan
perempuan dengan hasil tes positif dan tawarkan tes diagnosis bayi dini.
bayinya sesuai dengan rekomendasi
pengobatan saat ini.
20
MONITORING
Para ibu yang diketahui terinfeksi HIV:
1) Harus memberikan ASI eksklusif
. pada bayi mereka selama 6 bulan
4) Jadwalkan kunjungan tindak pertama kehidupan dan setelah itu
lanjut untuk ibu yang terinfeksi HIV memperkenalkan makanan
sebaiknya pada waktu yang sama pendamping yang sesuai dan
dengan bayi - lakukan pemeriksaan melanjutkan menyusui.
nifas, tawarkan konseling KB, kaji 2) Harus terus menyusui selama 12
ulang rejimen ARV dan berikan bulan pertama kehidupan dan dapat
dukungan kepatuhan. melanjutkan menyusui hingga 24 bulan
5) Mendorong dilakukannya tes pada atau lebih sambil menerima dukungan
anak sebelumnya jika status HIV penuh untuk kepatuhan ART.
mereka tidak diketahui. 3) Harus berhenti menyusui hanya
setelah makanan yang cukup bergizi
dan aman tanpa ASI dapat disediakan.
4) Sebaiknya terus menyusui bayi yang
Pemberian Makan pada terinfeksi HIV sampai 24 bulan atau
Bayi lebih. Otoritas kesehatan nasional dan
lokal harus melindungi,
1) Pemantauan laboratorium dan mempromosikan dan mendukung
klinis- pemberian makan bayi pemberian ASI di antara perempuan
2) Keputusan untuk menasihati dan yang hidup dengan HIV di fasilitas
mendukung ibu yang diketahui kesehatan, tempat kerja, komunitas
terinfeksi HIV untuk menyusui dan dan rumah. Di rangkaian lain, ibu yang
menerima intervensi ARV atau untuk terinfeksi HIV disarankan untuk tidak
menghindari menyusui harus menyusui.
bergantung pada strategi mana yang
menawarkan bayi mereka peluang
terbesar untuk bertahan hidup
bebas HIV.
21
MONITORING
22
PENCEGAHAN
PEMILIHAN KELAHIRAN (CESAR PEMBERIAN
ATAU NORMAL)
VAKSIN
Ibu hamil HIV positif perlu Ibu hamil dengan HIV positif harus
mendapatkan konseling sehubungan mendapat vaksin hepatitis A,
dengan keputusannya sendiri untuk hepatitis B, Pneumovax, untuk
melahirkan bayi secara operasi seksio mencegah infeksi pneumokokal dan
caesaria ataupun persalinan normal. virus influenza, termasuk vaksin
Pelaksanaaan persalinan, baik secara H1N1. Selain ibu, bayi juga harus
operasi seksio caesaria maupun menerima imunoglobulin hepatitis B
persalinan normal, harus dan memulai vaksinnya pada 12 jam
memperhatikan kondisi fisik dari ibu pertama kelahiran.26
hamil HIV positif.26
Tindakan menolong persalinan ibu
hamil HIV positif, baik secara operasi
seksio caesaria maupun persalinan
secara normal, harus mengikuti standar
kewaspadaan universal. Selain itu,
infeksi tertentu mungkin terkait dengan
kelahiran prematur, suatu peristiwa yang
terjadi lebih sering pada perempuan
HIV-positif bila dibandingkan dengan
perempuan yang tidak terinfeksi HIV.26
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Davey, P. Infeksi HIV dan AIDS,. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2008.
2. Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. Nutrition Therapy&Pathophysiology 2nd Edition.
USA: Wadsworth Cengage Learning; 2010.
3. Mahan LK, Raymond JL. Krause’s. Food&The Nutrition Care Process 14th Edition.
Canada: Elsevier; 2017.
4. World Health Organization. HIV/AIDS [Internet]. WHO. 2020 [Diakses pada 05 Mei 2021].
Tersedia dari: https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids
5. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2014.
6. UNAIDS. Global HIV&AIDS Statistics—202 Fact Sheet [Internet]. UNAIDS. 2020 [Diakses
pada 5 Mei 2021]. Tersedia dari: https://www.unaids.org/en/resources/fact-
sheet#:~:text=GLOBAL%20HIV%20STATISTICS&text=38.0%20million%20%5B31.6%20milli
on%E2%80%9344.5,AIDS%2Drelated%20illnesses%20in%202019.
7. Kementerian Kesehatan RI. LAporan Perkembangan HIV ADIS&Penyakit Infeksi Menular
Seksual (PIMS) Triwulan III Tahun 2020 [Internet]. Kementerian Kesehatan RI. 2020
[Diaskes 5 Mei 2021]. Tersedia dari:
https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_Perkembangan_HIV_AIDS_dan_PIMS
_Triwulan_III_Tahun_2020.pdf
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Program Pencegahan Penularana
HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak. Jakarta: Kemeterian Kesehatan RI; 2019.
9. Goering RV, Dockrell HM, Zuckerman M, Walekin D, Roitt IM, Mims C, et al. Medical
Microbiology Edisi ke-4. China: Mosby Elseiver; 2008. hlm. 261-86
10. World Health Organization. Consolidated guidelines on the use of antiretroviral drugs for
treating and preventing HIV infection: recommendations for a public health approach- 2nd ed
[Internet]. WHO. 2016 .[Diakses pada 5 Mei 2021]. Tersedia dari:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/208825/1/9789241549684_eng.pdf?ua=1
11. Nugraheni Ambar Y, Amelia R, et all. Evaluasi Terapi Antiretroviral Pasien HIV/AIDS. J
Farmasetis. 2019;8(2):45-54.
12. Ajmala Indana E,Wulandari Laksmi. Terapi ARV pada Penderita Ko-Infeksi TB-HIV. J
Respirasi. 2015;1(1):2-28.
24
DAFTAR PUSTAKA
13. Mandelbrot L, Tubiana R, Le Chenadec J, Dollfus C, Faye A, Pannier E. No Perinatal
HIV-1 Transmission from Women With Effective Antiretroviral Therapy Starting Before
Conception. Clin Infect Dis. 2015;61(11):1715–25.
14. Hartanto, Marianto. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam Kehamilan.
CDK. 2019;46(5):347.
15. Permenkes No HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana HIV.
16. Saputri LR, Niruri et al. Pelaksanaan Intervensi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA) Di RSUP Sanglah Denpansar Tahun 2007-2011. J Farmasi Udayana.
2013;2(3):136-44.
17. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2012.
18. WHO. Antiretroviral Drugs For Treating Pregnant Women and Preventing HIV Infection In
Infants. 2010.
19. Bendich Adrianne Zilberboim Ronit. Handbook of Drug-Nutrient Interactions: Part
VI/Drug-utrient Interaction and Immune Function. Springer, Human Press; 2010.
20. Wardani PK,Ulfa NM,et all. Studi Efektifitas Antiretroviral Regimen Obat Kombinasi Dosis
Tetap (Tenofovir/Lamivudin/Efavirenz) berdasarkan Peningkatan Kadar CD4 T-Limfosit.
Journal of Pharmmacy and Science. 2017;2(1):22-8.
21. Wardhana Adhitya Angga, et all. Manajemen HIV/AIDS Terkini,Komprehensif dan
Multidisiplin. Surabaya: Airlangga University Press; 2019.
22. Green CW. HIV, Kehamilan, dan Kesehatan Perempuan.Yayasan Spritia; 2016.
23. Fakultas Keperawatan. Apa Saja Nutrisi yang Anda Butuhkan saat Hamil dalam Kondisi
HIV/AIDS?. Universitas Airlangga; 2020.
24. Budyandani, Meylitha NP. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Ibu Hamil
Terinfeksi HIV dalam Mengonsumsi ARV di RSUD Mangusada Badung Tahun 2018.
Poltekkes Makasar; 2018.
25
DAFTAR PUSTAKA
25. Erliana, Nina; Suryoputro, Antono; Mustofa, Syamsulhuda Budi. Gambaran Pelaksanaan
Prevention Mother to Child Transmission di RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo
Kabupaten Bojonegoro. J Promosi Kesehatan Indonesia. 2016;11(2):1-17.
26. Elisanti, Alinea Dwi. HIV-AIDS, Ibu Hamil dan Pencegahan Pada Janin. Deepublish;
2018.
27. World Health Organization, Et Al. WHO Technical Brief: Preventing HIV During
Pregnancy And Breastfeeding In The Context Of Prep. World Health Organization, 2017.
26