Anda di halaman 1dari 17

Konsep Asuhan Kebidanan

Patologis dengan TBC pada


Kehamilan
Oleh :
Septi Kurnia Wati
011311233011
Muadzah Chamidatus S. 011311233057
Siti Azerina Harahap
011511223008
Dewi Kartika Sari
011511223048
YOUR
LOGO

Tuberkulosis Paru-paru
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis complex
granuloma paru.

yang

menyebabkan

reaksi

Prevalensi TBC dalam kehamilan di Indonesia menurut

survey nasional tahun 2004 adalah 119/100.000


penduduk dan dalam kehamilan prevalensi tuberculosis
bervariasi antara 0,37-1,6%.

FAKTOR PREDISPOSISI
Kontak dengan penderita tuberkulosis
Nutrisi kurang
Faktor sosioekonomi

FAKTOR RESIKO
Lingkungan yang terlalu padat
Imigrasi dari area endemik TB
Pajanan nosokomial

(misal panti jompo)


Infeksi TB sebelumnya
HIV
Diabetes
Terapi steroid
Terapi imunosupresif

Tanda dan gejala


Gejala utama : batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
Gejala tambahan

a. Dahak bercampur darah atau batuk darah


b. Sesak nafas
c.

Badan lemas

d. Nafsu makan menurun


e. Berat badan menurun
f.

Malaise

g. Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik


h. Demam meriang lebih dari satu bulan

Patofisiologi TBC
Proses infeksi tuberkulosisi diawali dengan masuknya droplet basili

tuberkel ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan mencapai


alveoli dan difagositosis oleh sel makrofag dan terjadi proses respon
inflamasi lokal yang diawali dengan dikeluarkannya tumor necrosis
factor alpha (TNF-) dan kemokin inflamasi, dimana hal ini akan
menyebabkan rekuitmen dari sel-sel leukosit ke tempat inflamasi
tersebut. Sel leukosit yang berada di tempat inflamasi ini juga akan
turut menghasilkan kemokin dan sitokin dengan pembentukan
Granuloma (afek primer/nodul gohn) sebagai hasil akhirnya yakni
suatu kumpulan massa seluler yang terdiri dari makrofag terinfeksi,
akan mempermudah terjadinya penyebaran hematogen.
Pada sebagian kasus, basili tuberkel ini kemudian akan menyabar

melalui rute limfatik ke kelenjar getah bening regional, membentuk


suatu kompleks tuberkulosis primer ranke yang terdiri dari
granuloma, limfangitis lokal dan pembesaran kelenjar getah bening
regional

KOMPLIKASI
Preeklampsia
Ukuran janin kecil untuk masa kehamilan
Perdarahan antepartum
BBLR
Kelahiran janin dengan nilai APGAR yang rendah
Kematian janin
Tuberkulosis kongenital.

Diagnosis
Foto rontgen: Terlihat gambaran infiltrat pada paru
Uji mantoux : Disuntikkan kuman TB yang sudah di matikan secara

IC (lapisan dermis) dilihat reaksi tonjolan dalam kurun waktu 48-72


jam untuk diukur. Apabila > 10 mm uji mantoux dinyatakan positif.
Kultur sputum: Ditemukan BTA (Basil Tahan Asam)
Kultur darah: Tes laju endap darah( LED) dan limfosit yang tinggi

menandakan tubuh dalam keadaan infeksi


Kehamilan tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Namun, pada
kehamilan dengan infeksi TBC risiko prematuritas, IUGR, dan berat
badan lahir rendah meningkat, serta resiko kematian perinatal
meningkat 6 kali lipat.

Tata Laksana
Selama kehamilan
Tuberculosis bukan merupakan indikasi untuk melakukan

pengguguran kandungan
Pengobatan dengan regimen kombinasi dapat segera dimulai begitu

diagnosis ditegakkan
Antenatal care dilakukan seperti biasa, dianjurkan pasien datang

paling awal atau paling akhir untuk mencegah penularan pada orang
disekitarnya

Saat persalinan
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa. Penderita diberi masker

untuk menutupi hidung dan mulutnya agar tidak terjadi penyebaran


kuman ke sekitarnya
Pemberian oksigen adekuat
Tindakan pencegahan infeksi (kewaspadaan universal)
Ekstraksi vakum/forceps bila ada indikasi obstetric
Sebaiknya persalinan dilakukan di ruang isolasi, cegah pendarahan

pascapersalinan dengan uterotonika

Pasca persalinan
Observasi 6-8 jam kemudian penderita dapat langsung dipulangkan.

Bila tidak mungkin dipulangkan, penderita harus dirawat di ruang


isolasi
Perawatan bayi harus dipisahkan dari ibunyasampai tidak terlihat

tanda proses aktif lagi (dibuktikan dengan pemeriksaan sputum


sebanyak 3 kali dengan hasil selalu negative)
Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi meskipun ibu

mendapat OAT
Profilaksis neonates dengan isoniazid 5-10 mg/kg/hari sampai 6

bulan dan vaksinasi BCG segera setelah pengobatan profilaksis

Pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan pada

umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui


Pada Penggunaan Kontrasepsi
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (Pil KB,

suntikan, KB, susuk KB) sehingga dapat menurunkan efektifitas


kontrasepsi tersebut. Seorang pasien TB sebaiknya menggunakan
kontrasepsi non-hormonal atau mengandung estrogen dosis tinggi.

Penanganan
Pasien TB terbagi 2 kategori:
1.

Kategori 1 (pasien TB baru BTA positif, atau pasien TB baru BTA


negative foto thoraks negative)

2.

Pengobatan TB pada ibu hamil pada prinsipnya tidak berbeda


dengan pengobatan TB pada umumnya. Hanya saja streptomisi
TIDAK BOLEH Diberikan karena dapat menyebabkan cacat
bawaan (Teratogenik)
Ibu diberikan rifampisin, INH, pirazinamid dan etambutol setiap
hari selama 2 bulan, dilanjutkan rifampisin dan INH 3 kali
minggu (intermiten) selama 4 bulan. Dosis yang diberika sebagi
berikut INH dosis 5 mg/kgBB/hari (untuk pemberian setiap hari)
atau 10 mg/kgBB/hari, maksimum 600mg/hari

BB (kg)

Setiap hari ( intensif) selama 56 Tiga kali seminggu (intermiten)


hari (2 bulan) pertama

selama 16 minggu (4 bulan)


berikutnya

30-37

2 tablet 4 KDT

2 tablet 2 KDT

38-54

3 tablet 4 KDT

3 Tablet 2 KDT

55-70

4 tablet 4 KDT

4 tablet 2 KDT

>71

5 tablet 4 KDT

5 tablet 2 KDT

Lakukan pemeriksaan dahak kembali di akhir tahap intensif (bulan


kedua). Bila hasil negative, lanjutkan pengobatan tahap berikutnya.
Bila hasil positif, berikan tambahan pengobatan seperti tahap insentif
selama 28 hari (OAT sisipan). Setelah selesai, lakukan pemeriksaan
dahak ulangan. Bila negative, lanjutkan pengobatan ke tahap
berikutnya. Bila tetap positif, rujuk pasien ke layanan TB-MDR untuk
pemeriksaan resistensi sambil melanjutkan pengobatan ke tahap
lanjutan.

Lakukan pemeriksaan dahak satu bulan sebelum tahap lanjutan

selesai (bulan kelima). Bila hasilnya negative, lanjutkan


pengobatan. Bila hasilnya positif, rujuk pasien ke layanan TB-MDR
dan mulai pengobatan kategori 2.
Lakukan pemeriksaan dahak diakhir pengobatan (bulan keenam).

Bila hasilnya negative, pasien dinyatakan sembuh. Bila hasilnya


positif, rujuk pasien ke layanan TB-MDR dan mulai pengobatan
kategori 2

2. Kategori 2 (pasien kambuh, pasien gagal, dan pasien putus berobat)


Rujuk ibu hamil ke layanan TB-MDR untuk mendapatkan pengobatan
yang sesuai.

Konsep Asuhan Kebidanan

pada Ibu hamil dengan TBC

Anda mungkin juga menyukai