Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

TATALAKSANA BAYI
DENGAN IBU
TUBERKULOSIS
PEMBIMBING : dr. Novita Dewi, Sp.A
Muhammad Anka
2012730064

LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB
Anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun

200
anak
di
dunia
meninggal
setiap
hari
akibat TB, 70.000 anak
meninggal setiap tahun
akibat TB

Sekurang-kurangnya 500.000 anak


menderita TB setiap tahun

Kehamilan dengan TB akan meningkatan risiko berkembangnya TB aktif


pada wanita yang sebelumnya terinfeksi dan berisiko tinggi menularkan
bayi baik kongenitas atau neonatal/ perinatal

PATOGENESIS

Pengelolaan Neonatus dari


Ibu Sakit TB
Kehamilan akan meningkatan risiko berkembangnya TB aktif pada wanita yang
sebelumnya terinfeksi, terutama pada trimester terakhir atau pada periode awal
pasca-natal. Peningkatan risiko untuk bayi yang baru lahir dari ibu dengan TB
meliputi :
Infeksi dan penyakit TB
Lahir prematur dan berat badan lahir rendah
Kematian peri-natal dan neonatus

Pengelolaan TB pada
Kehamilan
TB sering tidak terdiagnosis pada ibu sebelum neonatusnya dicurigai atau
terbukti TB
TB diseminata terjadi pada 5-10% dari wanita hamil yang menderita TB,
dan ini adalah risiko utama untuk terjadinya perinatal TB
Semua wanita hamil di daerah endemik TBharus ditapis untuk gejala TB

TB Neonatal
TB kongenital : terjadi ketika neonatus tertular M tuberculosis saat dalam rahim
melalui penyebaran hematogen lewat vena umbilikal, atau saat persalinan melalui
aspirasi

atau

meminum

cairan

amnion

atau

sekresi

cervicovaginal

yang

terkontaminasi M tuberculosis. Gejala TB kongenital biasanya muncul pada minggu


pertama kehidupan dan mortalitas TB kongenital tinggi.
TB neonatal/TB perinatal : adalah ketika neonatus terinfeksi setelah lahir
dengan terpapar pada kasus TB BTA (+), yaitu biasanya ibu atau kontak dekat lain.
Penularan pascanatal terjadi secara droplet dengan patogenesis yang sama seperti
TB pada anak. Seringkali sulit membedakan antara TB kongenital dan TB
neonatal/perinatal.

Manajemen Neonatus Asimptomatik


yang Terpapar terhadap Ibu dengan
Jika neonatus tersebut tidak memiliki gejala (asimtomatik), dan ibunya
terbukti TB yang sensitif dengan OAT, maka neonatus diberikan terapi
pencegahan dengan isoniazid (5 mg/kg) selama 6 bulan. Neonatus harus
dipantau secara rutin setiap bulan, dan dievaluasi kemungkinan adanya
gejala TB untuk memastikan TB aktif tidak berkembang
Pada akhir bulan ke 6, bila bayi tetap asimptomatik, pengobatan dengan
INH distop dan dilakukan uji tuberkulin. Jika uji tuberkulin negatif dan
tidak terinfeksi HIV, maka dapat diberikan BCG 2 minggu setelahnya, Akan
tetapi jika uji tuberkulin positif, harus dievaluasi untuk kemungkinan sakit
TB
Jika ibu terbukti tidak terinfeksi dan sakit TB, bayi harus diskrining TB.
Jika tidak ada bukti infeksi TB, maka bayi harus dipantau secara teratur
untuk memastikan penyakit TB aktif tidak berkembang.

Manajemen Neonatus Asimptomatik


yang Terpapar terhadap Ibu dengan
Jika diagnosis sakit TB sudah dikonfirmasi atau bayi menunjukkan tanda
klinis sugestif TB, pengobatan harus dimulai oleh dokter spesialis anak.
Imunisasi BCG diberikan 2 minggu setelah terapi jika bayi tidak terinfeksi
HIV. Jika terinfeksi HIV, BCG tidak diberikan
Neonatus yang lahir dari ibu yang MDR atau XDR-TB harus dirujuk ke ahli
untuk menangani masalah ini. Kontrol infeksi diperlukan untuk
mengurangi kemungkinan transmisi dari ibu ke anak yaitu dengan
menggunakan masker.

Tatalaksana Neonatus dengan


Sakit TB
Neonatus sakit TB harus dirawat di ruang perinatologi atau NICU di
fasilitas rujukan. Pengobatan TB kongenital dan TB neonatal sama, dan
harus dilaksanakan oleh dokter yang berpengalaman dalam manajemen
TB anak
Foto toraks dan pengambilan spesimen dari lokasi yang memungkinkan
harus diambil, untuk membuktikan diagnosis TB pada neonatus.
Pemberian OAT harus dimulai pada bayi yang kita curigai TB sambil
menunggu konfirmasi bakteriologis karena TB berkembang dengan cepat
pada neonatus.
Respon baik terhadap terapi dapat dilihat dari nafsu makan yang
meningkat, pertambahan berat badan dan perbaikan radiologis. Menyusui
bayi tetap dilakukan oleh karena risiko penularan M tuberculosis melalui
ASI dapat diabaikan
OAT yang dikonsumsi ibu, hanya dieksresikan dalam jumlah kecil, dan
tidak terbukti dapat menginduksi resistensi obat

ALGORITMA
TATALAKSANA

INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300


mg/hari
Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600
mg/hari
Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2
000 mg/hari
Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1
250 mg/hari
Streptomisin: 1540 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1
000 mg/hari

Catatan
1) Diagnosis TB
mikrobiologis.

pada

ibu

dibuktikan

secara

klinis,

radiologis

dan

) Bila ibu terdiagnosis TB aktif maka diobati dengan OAT.


) Apabila memungkinkan, bayi tetap disusui langsung, tetapi ibu harus
memakai masker untuk mencegah penularan TB pada bayinya.
) Pada ibu yang sangat infeksius (BTA positif), bayi dipisahkan sampaI
terjadi konversi BTA sputum atau ibu tidak infeksius lagi, tetapi tetap
diberikan ASI yang dipompa.
) Pemeriksaan ulangan BTA pada ibu yang memberikan ASI dilakukan 2
minggu
setelah pengobatan. Dosis obat TB yang ditelan ibu mencapai ASI dalam
jumlah maksimal 25% dosis terapeutik bayi.
2) Lakukan pemeriksaan plasenta (PA, makroskopik & mikroskopik), dan
darah v.umbilikalis (Mikrobiologi=BTA & biakan TB).

Catatan
3) Klinis:
Prematuritas, berat lahir rendah, distres pernapasan, hepato-splenomegali, demam, letargi,
toleransi minum buruk, gagal tumbuh, distensi abdomen.

Bila klinis sesuai sepsis bakterialis dapat diberikan terapi kombinasi.

4) Pemeriksaan penunjang :

Foto rontgen toraks dan bilas lambung

Bila pada evaluasi klinis terdapat limfadenopati, lesi kulit atau ear discharge, lakukan
pemeriksaan mikrobiologis dan/atau PA
Bila selama perjalanan klinis terdapat hepatomegali, lakukan pemeriksaan USG abdomen,
jika ....ditemukan lesi di hati, lanjutkan dengan biopsi hati
5) Imunisasi BCG sebaiknya tidak diberikan dahulu. Setelah ibu dinyatakan tidak infeksius
lagi, maka dilakukan uji tuberkulin. Jika hasilnya negatif, isoniazid dihentikan dan diberikan
BCG
pada
bayi.

SIMPULAN
Prognosis TB kongenital ataupun perinatal buruk jika terjadi keterlambatan
diagnosis dan adanya komplikasi pada bayi. Oleh karena itu deteksi dini TB
sangat penting sekali untuk menurunkan angka kematian bayi, baik itu
kongenital atau perinatal yang dilihat dari berbagai faktor risiko terhadap
bayi yang dalam hal ini ibu yang menderita TB. Karena dengan diagnosa
cepat dan tepat, sehingga dapat dilakukan tatalaksana yang tepat, dan
edukasi terhadap ibu bayi

Anda mungkin juga menyukai