Oleh:
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2
depresi respirasi dan kardiovaskular6,7,8. Pemberian propofol secara kontinyu jarang
digunakan di RSUD Dr. Soetomo disebabkan belum tersedianya sarana penunjang
seperti TCI pada ruang tindakan kolonoskopi.
3
1 Menganalisa hubungan antara index qCON dengan Modified Observer’s
Assessment of Alertness/Sedation Scale untuk menilai kedalaman sedasi.
2 Menganalisa kualitas sedasi pada kelompok sedasi menggunakan
propofol intermittent bolus.
3 Menganalisa kualitas sedasi pada kelompok sedasi menggunakan
propofol manual infusion.
4 Menganalisa hubungan kualitas sedasi menggunakan index qCON
dengan Modified Observer’s Assessment of Alertness/Sedation Scale.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Untuk Pasien
Menemukan metode alternatif pemberian sedasi yang aman untuk
tindakan kolonoskopi.
1.4.2 Manfaat Untuk Pelayanan Kesehatan
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, yaitu dengan
menyediakan prosedur sedasi yang tepat untuk tindakan kolonoskopi.
1.4.3 Manfaat Akademik
Memberikan pengetahuan mengenai perbedaan indeks qCON pada
pemberian sedasi kolonoskopi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kolonoskopi
2.2 Propofol
5
2.2.1 Farmakokinetik
2.2.1.1 Absorbsi
2.2.1.2 Distribusi
2.2.1.3 Metabolisme
6
Metabolisme propofol utamanya terjadi di hepar, 70% dari propofol akan
dikonjugasikan menjadi propofol glukoronidase oleh uridin 5’-difosfat (UDP)
glukoroniltransferase. Sekitar 29% akan dihidroxilasi menjadi 2,6-diisopropil-1,4-
quinol (4-hidroksipropofol). Metabolit propofol kemudian akan dikonjugasikan
menjadi 4-(2,6-diisopropil-1,4-quinol)-sulfat, 1-(2,6-diisopropil-1,4-quinol)-
glukoronid, dan 4-(2,6-diisopropil-1,4-quinol)- glucoronid. Zat metabolit tersebut
tidak memiliki edek sedasi19.
7
Setelah termetabolisme, 88% propofol akan diekskresi melalui urine dalam
5 hari. Kurang dari 0.3% dari propofol diekskresi dalam bentuk tidak termetabolis.
Metabolit dalam bentuk fenol dapat mengakibatkan perubahan warna urine menjadi
hijau pada kurang dari 1% pasien.
2.2.2 Farmakodinamik
8
2.2.2.1.1 Hipnotik
2.2.2.1.2 Amnesia
2.2.2.1.3 Anxiolitik
9
Propofol memiliki efek anxiolitik pada dosis subhipnotik. Hal ini telah
didemonstrasikan mada tikus dan pada pasien yang mendapat sedasi propofol ketika
menjalani proses pembedahan dengan regional anestesi. Beberapa riset juga
menganggap propofol dapat digunakan sebagai pengganti golongan benzodiazepine
sebagai anxiolitik pada pasien ambulatoir dengan harapan untuk memperpendek
waktu keluar dari rumah sakit. Mekanisme pasti dari efek anxiolitik masih belum
diketahui, akan tetapi inhibisi dari 5-HT pada hipotalamus, amygdala dan
hipokampus diperkirakan menjadi mekanisme terjadinya efek tersebut26.
10
mengubah pola nafas pasien dengan menumpulkan reflex jalan nafas atas sehingga
mapat menurunkan tidal volume.
Meskipun hepar dan ginjal terlibat dalam proses metabolisme dan ekskresi
propofol, akan tetapi fungsi organ tidak berubah. Pada hewan coba, pemberian
propofol kontinyu meningkatkan perfusi hepar akibat tingginya aliran darah arterial
dan vena porta, sementara tidak ada perubahan pada perfusi ginjal. Akan tetapi
apabila curah jantung tidak terjaga perfusi organ, termasuk hepar dan ginjal, dapat
menurun28.
2.3 Sedasi
11
bisa saja tidak ada pada penggunaan opioid, cholinergic- dan betaadrenergic
antagonis, vasodilator, dan obat antihipertensi, dan karena hal tersebut tidak
memadai untuk mengukur kedalaman anestesi umum. Gerakan dan pola pernafasan
mungkin mencerminkan kedalaman anestesi, tetapi tidak dapat digunakan ketika
obat NMBAs (neuromuskular blocking agents) digunakan29.
12
Elektroencefalograf menggambarkan aktivitas sinaptik dari senyawa
eksitasi dan inhibisi post-sinaps yang dihasilkan oleh neuron kortikal. Monitor
kedalaman anestesi monitor, yang berdasarkan sinyal EEG diproses dan biosignals
lainnya (misalnya EMG), telah dikembangkan. Monitor ini termasuk Bispectral
Index (BIS) dan Index of Consciousness (IoC) yang saat ini, telah banyak dipelajari
dan telah terbukti menjadi indikator yang berguna dari kedalaman anestesi29.
BIS melibatkan 2 jenis deteksi BS. Pertama, burst suppression ratio (BSR)
mendeteksi porsi isoelektrik EEG pada 60 detik terakhir, kedua, QUAZI-
Suppression mendeteksi pola BS selama gangguan jaringan listrik, yang nantinya
dapat mempengaruhi algoritma BS. Selanjutnya, data preprocessed digunakan untuk
menghitung parameter rasio-beta. Parameter ini dihitung sebagai rasio empiris antara
13
rentang frekuensi yang telah ditentukan (30- 47 Hz dan 11-20 Hz). Secara simultan,
parameter kedua, synch-fast-slow, dihitung dari analisis bispektral. Parameter synch-
fast-slow dinyatakan sebagai rasio antara jumlah semua puncak spektral antara 0,5 –
47 Hz dan jumlah semua puncak spektral pada interval 40 – 47 Hz. Akhirnya, semua
parameter kemudian dimasukkan dalam algoritma, yang nantinya menghasilkan
indeks BIS Indeks BIS adalah angka antara 0 dan 100 yang berhubungan dengan titik
akhir klinis yang penting dan keadaan EEG selama administrasi agen anestesi. Nilai
BIS mendekati 100 menunjukkan keadaan klinis “sadar/ awake” , sementara nliai 0
menunjukkan isoelektrik EEG30.
14
diterapkan untuk memperlancar transisi cepat, oleh karena itu waktu pembaruan 50%
dari qCON adalah 5 detik, dengan asumsi tidak artefak di EEG31.
2.3.2.2 Kontinyu
15
2.3.2.2.2 Manual Infusion
16
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Kolonoskopi
Sedasi
Propofol Propofol kontinyu
intermittent
Peningkatan Peningkatan
konsentrasi konsentrasi
propofol ???? propofol ????
17
3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual
18
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Soetomo Surabaya
Sampel yang dikehendaki (intended sample) pada penelitian ini adalah pasien
usia 18-65 tahun dengan tindakan kolonoskopi di GPDT RSUD dr. Soetomo
Kriteria inklusi:
19
2. Bersedia menandatangi lembar informed consent
Kriteria eksklusi:
2. Gangguan psikiatri
3.
Zα : derivat baku alfa dengan derajat kepercayaan 95%, hipotesis dua arah
(1.96)
μ0- μa :
sebanyak
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan dilakukan randomisasi
dan diberi label A dan B. Pasien dengan label A akan mendapat sedasi
20
menggunakan propofol intermittent bolus, sedangkan pasien dengan label B akan
21
1. Malam hari sebelum operasi semua subyek penelitian akan mendapatkan
22
4.5.2 Kerangka Operasional Penelitian
Manual
Intermittent
infusion
bolus 10-30 mg
100100µg/kgBB/
setiap 5 menit
- Pencatatan tanda vital setiap 3 menit menit
- Penilaian kualitas sedasi dengan
MOAA/S setiap 3 menit
- Pencatatan index qNOX setiap 3
menit
- Tambahan bolus propofol 10-30 mg
apabila sedasi tidak adekuat
23
4.6 Analisa Data
24