Anda di halaman 1dari 117

REFERAT

PERAN DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN FOTO POLOS PERUT

Di Susun Oleh:
Nur Fitriyanti 4151131450
Iqbal Anugrah F 4151131485
Ridha Fatharani 4151131490
Arreush Ainny G 4151131504
Sonia Avila VP 4151131506
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Pemeriksaan penunjang  diagnosa suatu penyakit.
 Salah satu pemeriksaan radiologik adalah pemeriksaan
foto polos abdomen.
 Menganalisa kelainan-kelainan yang terjadi pada
organ-organ dalam rongga abdomen
 Penilaian awal untuk pemeriksaan Urografi Intra Vena
(IVP) dan Barium Enema.
 Pasien harus dipersiapkan dengan baik
 Membersihkan usus dari materi fekal dan gas/udara
 Foto polos abdomen juga dapat membantu untuk
kelainan lainnya seperti trauma tumpul abdomen
 Kontusio ginjal atau kontur psoas yang terlihat
suram atau terselubung.
 Bernilai sebagai awal investigasi
 Memerlukan operasi atau tidak
 Bila perlu dioperasi apakah bersifat segera atau masih
dapat ditunda.
TINJAUAN PUSTAKA
Foto Polos Abdomen
Indikasi dan Kontraindikasi Foto Polos Abdomen
 Dalam keadaan akut, abdominal X ray digunakan untuk mendia
gnosis : Obstruksi usus, perforasi saluran cerna, pankreatitis, ba
tu ginjal atau batu empedu dan distribusi faeces.
 Tidak ada kontraindikasi mutlak pada foto polos abdomen, teta
pi jika mungkin harus dihindari pada wanita sampai akhir perio
de reproduksi dan wanita hamil untuk mencegah paparan radia
si.
Jenis-Jenis Foto Polos Abdomen
A. Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana, tanpa persiapan
Melihat gambaran distribusi dari gas dalam usus serta kelainannya
(BOF).
B. Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana dengan persiapan se
belumnya
Dikerjakan terutama bila nantinya diperkirakan akan ada gangguan
dari hasil foto bila kondisi penderita belum memenuhi syarat 
pada foto polos abdomen untuk melihat saluran kencing (BNO
atau KUB), dalam hal ini kotoran dalam usus sangat mengganggu
hasil foto sehingga harus dibersihkan sebelumnya.
 Foto polos abdomen dengan persiapan untuk melihat keadaan
ginjal dan salurannya serta bagian belakang abdomen.
 Dalam hal ini kita harus membersihkan sisa makanan (faecal
material) dari usus yang akan mengganggu gambaran di film.
 Persiapan penderita: makanan yang bebas serat selama
beberapa hari  dibersihkan dengan pencahar agar kotoran
makanan dalam usus yang ada dikeluarkan semua  usus akan
bersih dari kotoran sisa makanan/faecal material yang
menutupi daerah dibelakangnya.
Teknik Pemeriksaan
Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :

1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan pro


yeksi antero-posterior (AP).
 Untuk melihat distribusi usus, preperitonian fat, ada tidaknya
penjalaran.
 Gambaran yang diperoleh: pelebaran usus diproksimal daerah
obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan
(Herring bone appearance).
 Persyaratan teknis: uk. film 35x43 cm/30x40 cm, posisi
memanjang menggunakan grid yang bergerak maupun statis,
dengan variasi 70-80 kV dan 20-25.
 Posisi pasien: pasien tidur terlentang dengan MSP (Mid Sagital
Plane) padagaris tengah meja atau kaset, lengan pasien
diletakkkan di samping tubuh,garis tengah, badan terletak
tepat pada garis tengah pemeriksaan, keduatungkai ekstensi.
 Posisi obyek: berada di tengah kaset setinggi crista iliaca,
dengan batas bawah pada sympisis pubis, tanpa ada rotasi
pelvis atau shoulder (dengan melihat kedua SIAS mempunyai
jarak yang sama pada kedua sisi). Central ray tegak lurus dan
langsung pada kaset (film) setinggi cristailiaca, FFD minimal 100
cm. Kolimasi meliputi pada tepi atas dan bawah kaset. Eksposi
dilakukan pada saat akhir ekspirasi kira-kira 1 detik setelah
ekspirasi  menyebabkan terhentinya pergerakan usus.
2. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD),
dengan sinar horizontal, proyeksi AP.
 Untuk melihat air fluid level dan kemungkinan
perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga adanya
gangguan pasase usus.
 Bila air fluid level pendek  ileus letak tinggi
 Jika air fluid level panjang-panjang  gangguan
dikolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya
udara bebas infra diagfragma dan air fluid level.
 Pasien harus pada posisi LLD minimal 5 menit sebelum eksposi
(supaya udara naik atau cairan yang abnormal terakumulasi).
Left lateral Decubitus paling baik untuk menampakkan udara
bebas intraperitoneum pada daerah liver abdomen atas bagian
kanan (rightupper abdomen) terpisah dengan udara gaster.
 Posisi pasien: ditempatkan pada permukaan yang keras dimana
hepar berada dibawah, hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi
“anatomy cutoff”. Lutut ditekuk dan pada salah satu lutut saling
superposisi dengan yang lain untuk sabilisasi pasien. Kedua
lengan berada didekat kepala dan diganjal dengan bantal
 Posisi obyek: pasien berada ditengah kaset kira-kira 5 cm
setinggi crista iliaca (termasuk diafragma), margin proximal
kaset kira-kirasetinggi axilla. dengan batas bawah pada sympisis
pubis, tanpa ada rotasi pelvis atau shoulder (dengan melihat
kedua SIAS mempunyaijarak yang sama pada kedua sisi. Atur
tinggi kaset ditengah MSP pasien menuju tengah Film (Image
reseptor), tetapi pastikan bagian atas abdomen masuk dalam
film (Image Reseptor / IR).
 Central ray horizontal, langsung menuju tengah film kira-kira
5cm setinggi Krista iliaca, menggunakan sinar horizontal
untukmemperlihatkan air-fluid levels dan udara bebas
intraperitoneum. FFDminimal 100 cm. Kolimasi meliputi pada
keempat sisi jangan ada “ cut off ”pada abdomen bagian atas.
Eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi
3. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan
, dengan sinar horizontal proyeksi AP.
 Untuk melihat gambaran radiologis adanya air fluid level dan st
ep ladder appearance. Jadi gambaran radiologis pada ileus obst
ruktif yaitu adanya distensi usus partial, air fluid level, dan herri
ng bone appearance.
 Posisi pasien: tungkai berdiri pada posisi meregang, punggung
menempel pada buck stand atau grid (posisi ini bukan untuk pa
sienyang KU-nya kurang baik). Lengan berada pada samping tub
uh. tubuh pasien berada ditengah meja dan bucky stand.
 Posisi obyek: tidak boleh ada rotasi pada pelvis dan shoulder.
Atur ketinggian film / IR sehingga tengah-tengahnya kira-kira 5
cm diatas Krista iliaca (termasuk diafragma). Dimana rata-rata
pasien akanditempatkan diatas film / IR kira-kira setinggi axilla.
 Central ray yaitu Horisontal menuju tengah pada kaset film / IR
FFDminimal 100 cm. Kolimasi meliputi pada keempat tepi kaset.
Jangan ada cut off abdomen atas. Eksposi dilakukan pada saat
akhir ekspirasi.
Peran Diagnostik Pemeriksaan
Foto Polos Perut pada Penyakit Hepar,
Galbladder, dan Pankreas
a. Duktus hepatikus dekstra
b. Duktus hepatikus sinistra
c. Duktus hepatikus komunis
d. V.Porta
e. A. hepatika
f. A.gastroduodenale
g. A.Gastroepiploika
h. CBD
i. Fundus vesika felea
j. Corpus vesika felea
k. Infundibulum
l. Duktus sistikus
m. A.sisitikus
n. A.pankreatikoduodenale-
superior
Sekresi Empedu

 Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-


1500 mL per hari. Di luar waktu makan, empedu
disimpan untuk sementara di dalam kandung empedu
dan terjadi pemekatan sekitar 50%.
 Pengaliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor, yaitu
sekresi empedu oleh hati, kontraksi kantung empedu,
dan tahanan sfingter koledokus.
 Kolesistokinin, hormon APUD dari mukosa usus halus
akan dikeluarkan atas rangsang makanan berlemak
atau produk lipolitik di dalam lumen usus 
merangsang nervus vagus  kontraksi kandung
empedu.
 Sfingter Oddi mengelilingi CBD yang mengontrol aliran
empedu ke duodenum.
Komposisi cairan empedu
 Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan
komponen terbesar cairan empedu (90%). Sisanya
adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik.
Gambaran Normal pada Radiografi
Foto Polos Abdomen
 Udara: Radioluscen → pada lambung, duodenum,
usus halus, dan colon.
 Tulang & elemen kalsium: Radioopak.
 Cairan : Air-fluid levels (N: 3-5 air-fluid levels dengan
panjang < 2,5 cm) → usus halus & usus besar.
 Jaringan lunak : keabuan sesuai ketebalan organ →
psoas line: m.psoas mayor & m. Quadratus lumborum
valvulae coniventes : garis tipis teratur di lumen
yeyunum. Diameter normal <=3 cm kontur ginjal.
Gambar Foto polos abdomen
 Pneumobilier : Udara dalam lumen sistem bilier intra
dan ekstrahepatik → infeksi sistem biliaris / gangguan
pada papila vateri di daerah duodenum → udara pada
lumen duodenum mengisi duktus bilier.
 Mercedez-Benz sign : Gas di pusat kandung empedu
→ gambaran berbentuk segitiga ” ”.
 Gas didalam duktus biliaris: hubungan abnormal gas
kandung empedu/ duktus choledochus ec penetrasi
ulkus duodenum ke traktus biliaris/ erosi batu
kedalam lambung, duodenum, atau kolon.
 10%-15% batu kandung empedu mengapur
(kalsifikasi) → dapat diidentifikasi pada foto polos di
kandung empedu dan saluranya berbentuk poligonal.
 Batu lusen : adalah batu dengan kandungan kalsium
minimal sehingga tidak dapat terlihat pada foto polos
abdomen yang biasanya mengandung komponen
asam urat → pemeriksaan CT scan polos tanpa media
kontras untuk mengevaluasinya.
 Porcelain gallbladder: dinding empedu mengapur
(kalsifikasi).
GAMBARAN RADIOLOGIS PENYAKIT
TRAKTUS DIGESTIVUSTRACTUS
DIGESTIVUS
ACHALASIA
DEFINISI
Adanya suatu defek pada reseptor cholinergic pada
plexus Auerbach
Gambaran klinis
 Disfagia
 Cegukan
 Heart burn
 Chest pain
 Aspirasi
Gambaran Radiologis

FOTO THORAX BARIUM


 dilatasi esophagus dengan air fluid  Stage 1  penyempitan pada GE
level pada arcus aorta atau junction
diatasnya  Progressive  gambaran bird’s beak
 tidak adanya gambaran udara pada pada GE junction yaitu bagian distal
gaster esophagus membentuk sebuah sudut
sebelum memasuki lambung.
 Hurst phenomenon  gambaran
dilatasi esophagus menyerupai
sigmoid.
 Severe  dilatasi esophagus dengan
ukuran yang sangat besar sehingga
terjadi retensi maknan dan cairan
Ct-Scan
 Dilatasi pada struktur luminal
serta adanya debris dan
penyempitan pada daerah
sebelum masuk ke lambung.

Dilatasi esofagus yang mengandung barium,


debris dan cairan
CARCINOMA ESOPHAGUS
 95% berasal dari sel skuamosa
 5 % berasal dari lapisan mukosa atau lapisan columnar
serta carcinosarcoma
 Gejala  disfagia, nyeri retrospinal, regurgitasi.
 Lokasi  1/3 atas : 20%
1/3 tengah : 50%
1/3 bawah : 30%
Gambaran Radiologis
1. Tipe polipoid
gambaran polip dan apple- core.
2. Tipe ulcerating
ulkus serta massa
3. Tipe infiltrative
penyempitan secara berangsur akibat adanya suatu massa.
4. Tipe varicoid
lipatan nodul yang tipis menyerupai varises.
PENYAKIT CROHN
Penyakit peradangan granulomatosa kronik yang
etiologinya tidak diketahui dan mengenai saluran
pencernaan, mulai dari esophagus sampai anus, namun
lebih sering mengenai ileum terminalis.
Gambaran Klinis Lokasi

• Diare • usus halus (80%)


• Demam yg tidak • colon (22-55%)
terlalu tinggi • duodenum (4-
• Anemia 10%)
• Nyeri peur • gaster (2-20%)
• Esofagus (jarang)
Gambaran Radiologis

 Ulserasi yang dalam pada usus


 Cobblestone
 Pembentukan striktur akibat edema dan fibrosis
 Colon  ulkus, skip lession
APPENDISITIS
 Appendisitis  inflamasi pada appendiks
 Etiologi  obstruksi lumen
 Gejala  nyeri perut kanan bawah, nausea
vomitus, nyeri tekan, nyeri lepas titik
McBurney, leukositosis
Gambaran Radiologis
 Foto polos abdomen  adanya kalsifikasi
appendikolit pada kuadran kanan bawah, penebalan
dinding caecum.
 USG  appendikolit yang menyumbat dengan
gambarab ujung buntu yang non-peristaltik, struktur
tubular non-compresibble dan vaskulatur yang jelas
pada meso-appendiks
INTUSUSEPSI
 Definisi  segmen usus prolapse ke dalam lumen
usus yang berdekatan.
 Gejala  nyeri abdomen kolik yang berat, muntah.
Pada beberapa kasus dapat teraba massa berbentuk
sosis yang dapat teraba di abdomen dan pada buang
air besar pasien menyerupai kismis merah
Gambaran Radiologis
 Foto polos abdomen  massa panjang lunak
terkadang dengan bukti adanya obstruksi usus
proksimal
 Kontras  coiled spring, beak-like narrowing
 USG  bull’s eyes pada scanning transversal.
Gambaran sandwich dapat terlihat pada scanning
longitudinal
ILEUS LOKAL
 Disebabkan oleh iritasi local seperti peradangan
disekitar usus  usus kehilangan fungsi peristaltic dan
berdilatasi
 kuadran kanan atas  kolesistitis.
 Kuadran kiri atas  pankreatitis.
 Kuadran kanan bawah  appendicitis,
 Kuadran kiri bawah  diverticulitis
 Abdomen tengah  ulkus peptikum, batu ginjal atau
ureter
Gambaran Radiologis
 Satu atau dua loop usus yang secara persisten
berdilatasi.
 Air fluid level
 Gambaran udara biasanya terlihat di rectum atau
kolon sigmoid
ILEUS OBSTRUKTIF LETAK RENDAH
 Penyebab paling sering dari obstruksi mekanik 
keganasan biasanya terdapat di distal dari kolon
descenden, hernia, volvulus, intususepsi, diverticulitis.
Obstruksi lebih sering terjadi pada usia lanjut
 Nyeri kram abdominal bawah biasanya dissertai gejala
konstipasi, muntah dan nyeri lokal
Gambaran Radiologis
 Usus besar terlihat berdilatasi di perifer ( gambaran
picture frame).
 Gambaran air fluid level.
 Tidak terdapat gambaran udara di rectum jika
obstruksi sudah berlangsung cukup lama.
ILEUS OBSTRUKTIF LETAK TINGGI
 Obstruksi dinamik karena usus berusaha untuk melewati
sumbatan fisik.
 Penyebab nya  intraluminal ( neoplasma, intususepsi dan
benda asing ), mural ( neoplasma, dan striktur) atau ekstrinsik
(adhesi, hernia, volvulus dan neoplasma).
 Gambaran klinis  akut abdomen, distensi, muntah, pada
obstruksi usus halus flatus dan pasase feses biasanya tetap ada
kecuali pada tahap lanjut.
 Semakin proksimal obstruksi yang terjadi semakin cepat
gambaran kllinis muncul.
 Pada pemeriksaan auskultasi biasanya didapatkan peningkatan
bising usus dan metallic sound
Gambaran Radiologis
 obstruksi usus halus terdapat gambaran step ladder
 udara dalam colon biasanya jarang atau tidak ada.
 Pada foto tegak terdapat gambaran air fluid level.
 Gambaran string of beads/pearls juga menjadi
pertanda adanya ileus obstruksi letak tinggi
PERFORASI
 Lokasi perforasi  duodenum, appendiks, kolon.
 Gambaran klinis yang terjadi yaitu akut abdomen.
Lokasi nyeri menunjukan letak organ yang terlibat.
Nyeri abdomen atas menunjukan gaster dan
duodenum, nyeri abdomen bawah menunjukan kolon.
 Nyeri tekan dan defans muscular
Gambaran Radiologis
 Udara bebas pada subdiafragma.
 Pada foto polos abdomen yaitu dengan posisi lateral
decubitus didapatkan adanya udara di tepi lateral dari
hati, double wall sign. Volume udara yang besar akan
terkumpul di tengah abdomen pada posisi pasien
berbaring hal ini akan memberiksan gambaran football
sign.
Gambaran Radiologis
Penyakit Traktus Biliaris
KOLELITIASIS
 Kolelitiasis: Penyakit batu empedu dalam kandung
empedu atau duktus koledokus atau keduanya.
 Sebagian besar terutama batu kolesterol terbentuk
dalam kandung empedu (kolesistolitiasis).
 Koledokolitiasis sekunder : Apabila batu berpindah ke
saluran empedu ekstrahepatik.
 Kriteria batu primer saluran empedu:
- Masa asimtomatik setelah kolesistektomi, morfologik cocok
dengan batu empedu primer, tidak ada striktur pada duktus
koledokus atau tidak ada sisa duktus sistikus yang panjang
- Khusus Asia, dapat ditemukan sisa cacing Ascaris Lumbricoides
atau jenis cacing lain di dalam batu tersebut.
 Morfologi batu primer saluran empedu:
Bentuk ovoid, lunak, rapuh, seperti lumpur atau tanah dan
berwarna coklat muda sampai coklat gelap.
 Dikenal tiga jenis batu empedu:
Batu kolestrol, batu pigmen atau batu bilirubin yang
terdiri dari kalsium bilirubinat, atau batu campuran.
 Batu kolesterol
• 70% kristal kolesterol dan sisanya: kalsium karbonat, kalsium
palmitat, dan kalsium bilirubinat.
• Terbentuknya hampir selalu di dalam kandung empedu, dapat
berupa batu soliter atau multipel.
• Permukaan licin/multifaset, bulat, berduri, dan ada yang seperti
buah murbei.
• Proses pembentukan batu kolestrol melalui empat tahap yaitu
penjenuhan empedu → oleh kolesterol → pembentukan nidus
→ kristalisasi → pertumbuhan batu.
• Penjenuhan ini dapat disebabkan:
Bertambahnya seksresi kolesterol (obesitas, diet
tinggi kalori dan kolesterol, dan pemakaian obat yang
mengandung estrogen atau klofibrat)
Penurunan relatif asam empedu atau fosfolipid
(Penderita gangguan absorbsi di ileum dan gangguan
daya pengosongan primer kandung empedu)
 Pembentukan batu  pengendapan kristal kolesterol
diatas matriks inorganik.
 Kecepatan  ditentukan oleh kecepatan relatif
pelarutan dan pengendapan
 Stasis kandung empedu  berperan dalam proses
pembentukan batu, selain itu puasa yang lama dapat
menimbulkan empedu yang litogenik akibat stasis.
 Penjenuhan kolesterol yang berlebihan  tidak dapat
membentuk batu kecuali bila ada nidus dan proses
kristalisasi meliputi suatu nidus maka akan terjadi
pembentukan batu.
 Batu bilirubin
= Batu pigmen/ batu lumpur

• Bentuk tidak teratur, kecil-kecil, dan banyak seperti lumpur atau


tanah yang rapuh.
• Warnanya bervariasi antara coklat , kemerahan, sampai hitam.
• Kadar kolesterol <25 % dan sisanya kalsium bilirubinat. Dapat
bersatu membentuk batu besar di saluran empedu.
• Terjadinya batu bilirubin berhubungan dengan bertambahnya
usia. Infeksi, stasis, dekonjugasi bilirubin dan eksresi kalsium
merupakan faktor kausal. Pada bakteribilia terdapat bakteri
gram negatif terutama E.Coli.
Gejala Klinik
 2/3nya Asimtomatik:
Keluhan dispepsia + intoleransi makanan berlemak.
 Simtomatik:
 Nyeri epigastrium, kuadran kanan atas, atau prekordium.
 Rasa nyeri lainya ialah kolik bilier yang berlangsung lebih dari
15 menit , menghilang beberapa jam kemudian.
 Sifat nyeri timbul perlahan tapi pada 1/3 kasus dapat timbul
mendadak.
 Penyebaran nyeri ke punggung tengah skapula atau ke puncak
bahu disertai mual dan muntah.
 Sekitar 1/4 penderita melaporkan nyeri menghilang setelah
mengkonsumsi antasida.
 Pada kasus yang telah menjadi kolesistitis nyeri akan menetap,
(Murphy’s Sign): nyeri bertambah pada waktu menarik napas
dalam & saat kandung empedu tersentuh ujung jari sehingga
pasien berhenti bernapas → tanda rangsang peritoneum
setempat.
 Batu duktus koledokus  terdapat keluhan nyeri/ kolik di
epigastrium & perut kanan atas
 Biasanya terdapat ikterus dan urine berwarna gelap yang
hilang-timbul
 Pruritus ditemukan pada ikterus obstruktif yang
berkepanjangan terutama pada daerah tungkai daripada di
daerah badan
 Pemeriksaan fisiknya: sklera ikterik, hepatomegali, dan apabila
telah terjadi kolangitis dapat ditemukan
Trias Charcot: demam dan menggigil, nyeri di daerah hati, dan
ikterus
 Apabila terjadi kolangiolitis piogenik intrahepatik akan timbul
lima gejala Pentade Reynold berupa gejala Trias Charcot
ditambah syok dan kekacauan mental atau penurunan
kesadaran hingga koma
 Foto polos perut batu kandung empedu dan duktus koledokus
tidak memberikan gambaran yang khas (10-15% batu yang
bersifat radioopak)
 Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu
berkadar kalsium tinggi dapat dilihat pada foto polos perut
 Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang
membesar atau hidrops, kandung empedu terlihat sebagai
masa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan
gambaran udara dalam usus besar di fleksura hepatika.
Kolesistolitiasis pada foto polos abdomen
Batu pada kandung empedu berbentuk poligonal
 USG spesifisitas & sensitivitas tinggi untuk mendeteksi
batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatik maupun ekstrahepatik
 USG dapat pula melihat dinding kandung empedu
yang menebal karena fibrosis atau udema akibat
peradangan, serta lumpur empedu dapat diketahui
karena bergerak sesuai gravitasi
Kolesistolitiasis pada Ultrasonografi abdomen
ERCP & PTC
 Foto roentgen dengan kolangiopankreatikografi
endoskopi retrograd (ERCP) di papila vater atau
melalui kolangiografi transhepatik perkutan (PTC)
berguna untuk pemeriksaan batu di duktus koledokus
dan dapat memvisualisasikan saluran empedu dengan
baik
 Indikasinya ialah batu dengan gangguan fungsi hati
yang tidak dapat dideteksi dengan USG dan
kolesitografi oral misalnya pada batu kecil.
ERCP dan PTC
ABSES HEPAR
Jenis Abses Hepar
 Bakteri : abses hepar piogenik
 Parasit : abses hepar amuba
 Jamur : abses hepar fungal.

Di negara barat
80% abses hepar piogenik
10% abses hepar amuba
<10% abses hepar fungal
Abses hepar piogenik
 Pada anak dan dewasa muda terjadi akibat komplikasi
apendisitis
 Pada orangtua sebagai komplikasi dari penyakit empedu
 Biasanya abses soliter atau multipel di kedua lobus hepar
 Abses hepar piogenik dapat berasal dari radang bilier, dari
daerah splanknik melalui vena porta seperti apendisitis akut
dan divertikulitis akut, atau sistemik dari tubuh melalui arteri
hepatik
Klinis Abses Hepar
 Demam yang naik turun, malaise, mual, lemah, anoreksia,
penurunan berat badan, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi,
nyeri perut terutama dibawah iga kanan atau di kuadran kanan
atas. Nyeri sering berkurang bila penderita berbaring miring ke
sisi kanan
 Dapat dijumpai efusi pleura, dan bila abses di dekat diafragma
dapat timbul gejala nyeri seperti pleuritis dengan batuk dan
sesak, hepatomegali, ketegangan perut kuadran kanan atas,
ikterus, ascites, dan diare
 Foto polos abdomen : elevasi diafragma pada 50% kasus,
atelektasis pleura kanan, efusi pleura kanan, pleuritis,
empiema, abses paru, dan jarang sekali fistel bronkopleural.
Kadang dapat dilihat air-fluid level dalam rongga abses
A pyogenic abcess (pus-filled cavity)
PANKREATITIS
Pankreatitis
 Pankreatitis: radang pankreas yang disertai
manifestasi lokal dan sistemik
 Kebanyakan bukan karena bakteri ataupun virus
melainkan karena autodigesti oleh enzim pankreas
yang keluar dari asinus ke parenkim pankreas,
selanjutnya enzim ini merembes ke organ sekitarnya
Gejala kinis
 Nyeri mendadak/perlahan di daerah pertengahan
epigastrium yang menjalar menembus ke belakang
 Nyeri berkurang apabila pasien duduk membungkuk
dan bertambah bila pasien tidur terlentang. Terdapat
muntah yang tidak didahului mual sewaktu lambung
sedang kosong
 Serangan pankreatitis timbul setelah kenyang makan/
setelah minum alkohol
Pada pemeriksaan fisik
 Perut tegang, nyeri tekan daerah pertengahan epigastrium
 Demam (90% kasus), dan tanda syok pada pasien dengan muntah
yang hebat
 Rangsangan cairan pankreas dapat menyebar ke perut bawah atau ke
rongga dada kiri sehingga terjadi efusi pleura kiri
 Umunya terdapat usus yang paralitik di sekitar pankreas yang
meradang
 Dapat terjadi ikterus akibat pembengkakan di hulu pankreas atau
hemolisis eritrosit karena rapuh.
 Grey-Turner’s Sign yaitu perubahan warna di daerah perut samping
berupa bercak darah atau Cullen’s Sign berupa bercak darah di
daerah pusar jarang terjadi
Pemeriksaan biomarker pankreatitis akut
Dibagi dua: pembantu diagnosis & prediksi diagnosis (prognosis)
 Pembantu diagnosis:
Pemeriksaan amilase yang meningkat pada 12 jam pertama dan
kemudian turun dalam 3-5 hari apabila tidak terjadi komplikasi.
Kenaikan kadar amilase lebih dari tiga kali batas normal mengandung
nilai sensitivitas 61% dan spesifisitas 95% untuk diagnosis
pankreatitis akut
Kadar lipase serum dapat tetap normal hingga 14 hari. Kadar lipase
600 IU/L mempunyai nilai spesifisitas > 95% dan sensitivitas 55-100%.
 Prediksi diagnosis (prognosis):
Pemeriksaan petanda serum yang menimbulkan respon sistemik
antara lain TAP, Il-6, prokalsitonin, elastase polimorfonuklear, serum
amiloid A dan C-reactive protein
Foto polos abdomen
 Stadium awal
ditemukan distensi yeyunum karena paralisis segmental
distensi duodenum seperti huruf C
gambaran kolon transversum yang gembung dan tiba-tiba
menyempit di suatu tempat karena spasme atau inflamasi, dan
udema setempat dinding kolon
Gambaran otot iliopsoas dapat menghilang karena adanya
cairan eksudat di retroperitoneum.
Pankreatitis akut dengan kalsifikasi multipel
Gambaran Radiologis
Penyakit Ginjal dan Saluran Kemih
Organ saluran kemih:
- Ginjal
- Ureter
- Vesica urinaria
- Urethra

Letak ginjal
retroperitoneal setinggi
T12 sampai L3, dimana
ginjal kanan lebih
rendah dari ginjal kiri
 Kelenjar adrenal berada di rongga
perirenal yang dikelilingi oleh
lemak.
 Kelenjar adrenal kanan terletak di
posterior vena cava inferior (VCI)
setinggi VCI memasuki hepar.
Kelenjar adrenal kanan berada
diantara lobus kanan hepar dan di
lekukan diafragma kanan, tepat
diatas ginjal kanan.
 Kelenjar adrenal kiri terletak di
medial dan anterior dari kutub
ginjal kiri, di posterior dari pankreas
dan pembuluh darah limpa serta
berada di lekukan kiri dari
diafragma.
Gambaran Radiologi Foto Polos Abdomen
pada Ginjal Normal

• Secara radiologi, ginjal merupakan jaringan lunak


berbentuk seperti kacang dengan densitas tinggi.
Ginjal memiliki permukaan yang halus, terletak di
batas atas vertebra T12 di sisi kiri hingga ke batas
bawah dari vertebra L3 di sebelah kanan, dengan
perbedaan ketinggian sekitar 1,5 cm dimana
ginjal kiri lebih tinggi daripada ginjal kanan.

• Kedua ginjal membentuk sudut ke arah tengah


terhadap tulang belakang sekitar 12º di bagian
ujung atas ginjal. Biasanya hanya garis
permukaan luar yang dapat terlihat pada foto
polos abdomen.
Kalsifikasi Adrenal
 Dapat terjadi pada semua usia
 Etiologi tersering akibat
perdarahan adrenal
 Penyebab lain seperti
tuberculosis, histoplasmosis,
ganglioneuroma, karsinoma
adrenal, neuroblastoma, dan
kista adrenal
Batu Ginjal dan Saluran Kemih
 80 – 90 % batu saluran
kemih dapat terlihat pada
pemeriksaan foto polos
abdomen

 Jenis – jenis batu

Jenis Batu Radio-opasitas

Kalsium Opak

MAP Semiopak

Urat / Sistin Non opak


Sistitis
 Peradangan pada kandung
kemih dapat terjadi akibat
banyak faktor seperti infeksi
(bakteri, adenovirus,
schistosomiasis), obat-obatan
(siklofosfamid), radiasi dan
reaksi autoimun
 Sistitis memiliki beberapa
macam seperti sistitis cystica,
sistitis glandularis, sistitis
interstisial, sistitis hemoragic,
sistitis eosinophilic, dan
emphysematous cystitis
Kalsifikasi Dinding Kandung Kemih
 Kalsifikasi dapat terjadi akibat
infeksi schistosoma dan
tuberkulosis.
 Pada schistosomiasis, dinding
kandung kemih menjadi
kalsifikasi akibat menempelnya
telur schistosoma pada dinding
kandung kemih.
 Kandung kemih dapat mengecil,
mengalami fibrosis dan kaku.
Pneumoperitoneum
 Udara bebas pada cavum  Posisi berdiri atau duduk
peritoneum sebagai tanda saat pengambilan foto,
adanya perforasi saluran merupakan posisi terbaik
cerna, yang terbanyak untuk melihat adanya
akibat ulkus gaster dan gambaran udara bebas,
duodenum, atau dapat namun pasien dengan
disebabkan adanya infeksi keterbatasan dapat
oleh bakteri yang dilakukan dengan posisi
menghasilkan gas, post lateral decubitus
laparatomi , maupun  Gambaran udara akan
trauma terlihat di bawah kubah
diafragma
Pneumoperitoneum
 Tanda dari pneumoperitoneum pada
posisi supine ialah
 Udara pda kedua sisi dinding (Rigler
Sign)
 Udara pada garis ligament falciform
 Gas pada garis luar peritoneum
(football sign)
 Gas ekstraluminar berbentuk garis
ataupun segitiga pada kuadran kanan
atas

Supine radiograph in a patient with a perforated


gastric ulcer demonstrates visualization of both sides
of the bowel wall (arrowheads), free air outlining the
falciform ligament (arrow), free air outlining the edge
of the liver (curved arrow), and free air outlining the
pericolic gutters (asterisk).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
 Pemeriksaan radiologi  Pemeriksaan radiologi
foto polos abdomen foto polos abdomen
masih memegang masih menjadi
peranan penting dalam pemeriksaan awal pada
menegakan diagnosis pemeriksaan penunjang
penyakit-penyakit yang radiologi, karena
berada di rongga sederhana, murah dan
abdomen mudah
Saran
Pemeriksaan foto polos abdomen walaupun banyak
keuntungannya, namun tetap memiliki keterbatasan
diagnostik, sehingga penulis menyarankan untuk
melakukan penelitian tambahan mengenai moda
radiodiagnostik lainnya dalam mendiagnosis penyakit-
penyakit pada rongga abdomen.
TERIMA KASIH...

Anda mungkin juga menyukai