Anda di halaman 1dari 22

BUTA SENJA

(NICTALOPIA)
Oleh:
Prisilia Mawikere
Salomina Sayori
Thresye Anjela Souhuwat

SMF ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
Definisi

 Buta senja atau rabun senja disebut juga nyetalopia atau


hemarolopia adalah ketidakmampuan untuk melihat
dengan baik pada malam hari atau pada keadaan gelap.

 Hal ini terjadi karena kelainan sel batang retina untuk


penglihatan gelap.
Epidemiologi

 Ada 63.000 kasus baru penyakit mata akibat kurang vitamin A yang
menjangkit anak-anak usia pra-sekolah di Indonesia tiap tahunnya

 Diperkirakan 250.000 – 500.000 orang anak setiap tahun yang kekurangan


vitamin A menjadi buta
Patogenesis
o Rabun senja terjadi karena kerusakan sel retina yang semestinya
bekerja saat melihat benda pada lingkungan kurang cahaya.

o Banyak hal yang dapat menyebabkan kerusakan sel tersebut, tetapi


yang paling sering akibat dari kekurangan vitamin A
Faktor Resiko

01 Defisiensi
. vitamin A

02 Retinitis Pigmentosa

03 Katarak

04 Diabetes
Faktor Resiko
1) Defisiensi vitamin A
 Defisiensi vitamin A. Salah satu penyebab kondisi ini adalah penyakit fibrosis
kistik yang mengakibatkan saluran pencernaan menjadi tersumbat oleh lendir yang
kental dan lengket, sehingga tubuh tidak mampu menyerap serat dan vitamin.

 Defisiensi Vitamin A sangat diperlukan untuk fungsi penglihatan yang normal


karena berhubungan dengan phototransduction cascade, dimana retinal yang
merupakan derivat vitamin A yang berfungsi sebagai pengabsorpsi cahaya.Selain
fungsi tersebut, vitamin A juga berfungsi untuk mempertahankan epitel kornea.
Faktor Resiko
2) Retinitis Pigmentosa

 Retinitis pigmentosa. Pada kondisi terjadi penumpukan pigmen pada retina


dan menimbulkan penyempitan lapangan pandang yang dikenal dengan
tunnel vision. Kondisi ini belum dapat diobati.

 Retinitis pigmentosa (RP) merupakan suatu distrofi retina yang disebabkan


oleh hilangnya fotoreseptor dan ditandai oleh deposit pigmen yang terlihat
pada pemeriksaan funduskopi.
Faktor Resiko
 Urutan keterlibatan sel fotoreseptor tersebut yang menjelaskan mengapa pasien
Retinitis pigmentosa menunjukkan gejala awal buta senja, yang kemudiaan
diikuti dengan gangguan penglihatan diurnal pada RP yang lebih berat

 Niktalopia merupakan gejala awal yang umum pada Retinitis pigmentosa ,


diikuti oleh penyempitan lapangan pandang secara perlahan-lahan atau
"penglihatan terowongan" dan akhirnya diikuti hilangnya penglihatan total.

 Suplementasi vitamin A dapat mengurangi progresivitas Retinitis pigmentosa .


Faktor Resiko
3) Katarak
Katarak perlahan akan mengaburkan lensa dan penglihatan, sehingga
mendistorsi cahaya yang masuk ke mata. Orang yang mengidap katarak biasanya
akan melihat ‘lingkaran cahaya’ pada penglihatannya dan membuat penglihatan
semakin buram.

4) Diabetes
Penyakit ini membuat Anda rentan terhadap masalah penglihatan di malam
hari. Gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah dan saraf di mata
Anda dari waktu ke waktu sehingga menyebabkan kondisi yang
disebut retinopati.
Gejala Klinis
1. Sulit melihat pada tempat dengan cahaya minimal
2. Kesulitan melihat saat mengemudi di sore hari
3. Selain itu, perasaan bahwa mata memerlukan waktu yang lebih lama
untuk penyesuaian terhadap perubahan dari terang ke gelap juga dapat
merupakan gejala rabun senja.
Diagnosis
1) Anamnesis

2) Pemeriksaan Biofisik

a. Tes adap tasi gelap sederhana

b. Tes adaptasi gelap dengan alat adaptometri gelap

c. Pemeriksaan dengn Elektroretinography


Anamnesis

1. Identitas diri dan identitas orang tua

2. Penglihatan menurun pada malam hari atau pada keadaan gelap, sulit

beradaptasi pada cahaya yang redup

3. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya (apakah pernah menderita DM,

campak, penyakit infeksi,dll)

4. Devisiensi Vitamin A Keluhan utama buta senja


Pemeriksaan Fisik

Dapat di temukan tanda-tanda lain defisiensi vitamin A :

1) Kekeringan (xerosis) konjungtiva bilateral

2) Terdapat bercak bitot pada konjungtiva

3) Xerosis Kornea

4) Ulkus Kornea dan sikatriks kornea

5) Kulit tampak xerosis dan bersisik

6) Nekrosis kornea difus atau keratomalasia


TES ADAPTASI GELAP SEDERHANA

 Dilakukan pada ruangan gelap (kurang cahaya).


 Dengan memerintahkan orang yg akan diperiksa untuk melakukan sesuatu,
seperti mengambil benda.
 Orang yang skotopiknya normal masih dapat membedakan bentuk karena masih
dapat melihat dalam keadaan kurang cahaya setelah beradaptasi beberapa
waktu.
 Sedangkan orang yang menderita rabun senja sudah tidak dapat lagi
membedakan bentuk, karena penglihatannya akan hitam dan gelap sama sekali
Tes Adaptasi Gelap Dengan Menggunakan
Alat Adaptometri Gelap

 Pemeriksaan kekurangan vitamin A dengan adaptometri gelap menggunakan alat


iluminator. Iluminator terdiri dari dua lampu LED (light emitting diode) yang
digunakan untuk pemeriksaan.

 Lampu pertama memancarkan cahaya kuning-hijau dengan panjang gelombang


572 nanometer. Sedangkan lampu kedua memancarkan cahaya kuning-merah
dengan panjang gelombang 626 nanometer
PEMERIKSAAN ERG

 Electroretinography adalah alat yang digunakan untuk mengukur respons


elektrik dari fotoreseptor cahaya di mata, yaitu sel batang dan sel kerucut di
retina.

 Mata pasien akan dibuka dengan sebuah retraktor setelah mata dibuat mati
rasa dengan ditetesi cairan.

 Elektroda akan ditempatkan pada setiap mata dan elektroda tersebut akan
mengukur aktivitas listrik ke retina sebagai respons terhadap cahaya.

 Petugas pemeriksa akan mengukur hasilnya saat berada di keadaan terang


dan dalam keadaan gelap
Pemeriksaan Penunjang
 Tidak diperlukan
Penatalaksanaan

1. Pada defisiensi vitamin A, diberikan vitamin A dosis tinggi

2. Lubrikasi kornea

3. Pencegahan terhadap infeksi sekunder dengan tetes mata antibiotik


Komplikasi
1. Peningkatan risiko kecelakaan dan cedera karena sering terjatuh

2. Kebutaan, bila penyebab rabun senja adalah glaukoma


Edukasi

1. Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari)

2. Mengonsumsi makanan yang mengandung antioksidan dan mineral

3. Memakai kacamata untuk rabun jauh

4. Menjalani kontrol dan pengobatan rutin jika menderita penyakit kronis,

seperti diabetes
Prognosis

 Quo Ad vitam : bonam

 Quo Ad fungsionam : dubia ad bonam

 Quo Ad sanationam: bonam


Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak
akan hilang
(Amsal 23:18)A

Anda mungkin juga menyukai