PENYAKIT MATA
DAFTAR ISI
I. MIOPIA
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekutan pembiasan sinar yang
berlebihan,sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan didepan retina.
Gejala miopia
1. Gejala paling penting yaitu melihat menjadi buram
2. Sakit kepala
3. Kecenderungan terjadinya juling saat melihat jauh
4. asien lebih jelas melihat dekat
Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan koreksi sferis negatip
terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
II. HIPERMETROPIA
Mata hipermetropia mempunyai kekuatan refraksi yang lemah, sinar sejajar yang
dating dari obyek terletak jauh tak terhingga dibiaskan dibelakang retina.Berasarkan
struktur bola mata hipermetropia dibedakan menjadi beberapa tipe,yaitu:
1. Hipermetropia axial: Kekuatan refraksi mata normal, tetapi diameter anterior-
posterior bola mata lebih pendek dari normal
2. Hipermetropia kurvatura: Kelengkungan kornea dan lensa lebih lemah dari
normal
3. Hipermetropia indeks refraksi:Indeks refraksi lebih rendah dari normal
4. Perubahan posisi lensa: Hipermetropia dapat disebabkan perubahan posisi lensa
ke belakang
Gejala hipermetropia
1. Bila hipermetropia 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh
penglihatan jauh kabur.turunnya tajam penglihatan jauh pada pasien usia tua
disebabkan menurunnya amplitude akomodasi, sehingga tidak dapat lagi
mengkompensasi kelainan hipermetropia nya.
2. penglihatan dekat lebih cepat buram. Karena kemampuan akmodasi menurun
dengan bertambahnya usia, sehingga akomodasi tidak cukup adekuat lagi untuk
penglihatan dekat.Penglihatan dekat yang buram akan lebih terasa lagi pada keadaan
kelelahan, atau penerangan yang kurang
3. sakit kepala biasanya pada daerah frontaldan dipacu oleh kegiatan melihat dekat
jangka panjang.jarang terjadi pada pagi hari.cenderung terjadi pada siang hari dan
bias membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.
4. eyestrain
5. Sensitif terhadap cahaya.
6. spasme akomodasi; yaitu terjadinya cramp m.cilliaris diikuti penglihatan buram
intermiten. Over aksi akomodasi dapat menyebabkan pseudomiopia.sehingga
penglihatan lebih jelas saat diberikan koreksi lensa negatip
III. ASTIGMATISMA
Adalah keadaan dimana sinar sejajar tidak dibiaskan secara seimbang pada seluruh
meridian. Pada astigmatisma regular,terdapat dua meridian utama yang terletak saling
tegak lurus.
Tipe-tipe astigmatisma
1. Astigmatisma hipermetropikus simpleks: satu meridian utamanya emetropik,
meridian yang lainnya hipermetropik.
2. Astigmatisma myopikus simpleks: satu meridian utamanya emetropik, meridian
lainnya miopik.
3. Astigmatisma hipermetropikus kompositus: kedua meridian utama
hipermetropik dengan derajat yang berbeda.
4. Astigmatisma miopikus kompositus: kedua meridian utamanya miopik dengan
derajat yang berbeda
5. Astigmatisma mikstus: satu meridian utamanya hipermetropik, meridian yang
lain miopik.
Bentuk-bentuk Astigmatisma
1. Astigmatisma regular
2. Astigmatisma irregular
3. Astigmatisma oblik
4. Astigmatisma simetrik
5. Astigmatisma asimetrik
6. Astigmatisma with the rule
7. Astigmatisma against the rule
Gejala Astigmatisma
1. Penglihatan kabur
2. Head tilting
3. Menengok untuk melihat jelas
4. Mempersempit palpebra
5. Memegang bahan bacaan lebih dekat
Penatalaksanaan Astigmatisma
Koreksi dengan lensa silinder, bersama dengan sferis, kalau ada.
VOD :6/6
VOU :6/5
VOS :6/6
Karena pemeriksaan bias dilakukan dengan atau tanpa kaca mata, maka hasil
hasil pemeriksaan dicatat dengan notasi s(sine= tanpa koreksi) dan c(cum=
dengan koreksi) missal 6/6c, atau 6/12s.
Hasil pemeriksaan yang dicatat adalah baris terakhir yang dapat terbaca
seluruhnya atau sebagian oleh pasien ,misalnya
V :6/9 berarti pasien dapat membaca semua huruf / angka pada baris 6/9
V :6/9+ berarti pasien dapat membaca pada baris 6/9 ditambah beberapa pada
baris dibawahnya.
V :6/18 atau lebih dijelaskan 6/18 (-2 huruf) berarti pasien dapat membaca
pada
baris 6/18 dengan 2 huruf salah
Apabila hitung jari tidak bisa, maka dilakukan pemeriksan dengan gerakan
tangan didepan pasien dengan latar belakang terang, missal jendela. Tajam
penglihatan dicatat sebagai V:1/300 atau HM(hand movement).Apabila pasien
tetap tidak dapat maka ruangan digelapkan dan kita sinari engan senter kearah
mata pasien. Apabila pasien bisa mengenali perbedaan saat disinari dan saat
tidak disinari, yajam penglihatannya adalah V:1/~ atau PL (Perception of
light). Sebaliknya bila sinar tidak bisa dikenali oleh pasien, maka V:no ,atau
PL= nol. Pada tajam penglihatan PL maka harus diperiksa proyeksinya, yaitu
dari arah mana sinar datang dapat dikenali(nasal, temporal, atas , bawah)
b. Pemeriksaan Refraksi
Dilakukan dengan cara memeriksa tajam penglihatan mata satu persatu.
Dengan satu mata ditutup pasien diminta untuk membaca huruf pada kartu
snellen,apabila pasien mampu membaca pada baris yang menunjukkan angka
20, maka dicatat tajam penglihatan tanpa kaca mata 6/20, selanjutnya
ditambah lensa S+0,50 D untuk menghilangkan akomodasi pasien. Bila akibat
penambahan lensa tadi penglihatan bertambah jelas, maka kemungkinan
pasien menderita hipermetropia. Kemudian koreksi dengan lensa sferis positif
diteruskan dengan ditambah perlahan-lahan sampai dicapai tajam penglihatan
terbaik.
Koreksi diteruskan dengan menambah lensa positif sampai pada satu saat
pasien mengatakan tajam penglihatannya berkurang. Pada pasien
hipermetropia tersebut kita berikan koreksi lensa positif terbesar/ terkuat yang
masi memberiksn tajam penglihatan 6/6. Bila ditambah lensa S+0,50D tadi
penglihatan menjadi bertambah kabur, maka kemungkinan pasien menderita
miopia. Pada mata tersebut kita berikan lensa sferis negatip yang makin
dikurangi secara perlahan-lahan sampai terlihat huruf pada baris 6/6.
Apabila setelah prosedur diatas tetap belum dicapai tajam penglihatan
maksimal, maka kemungkinan ada astigmatisma.
Anamnesis
Gejala dan Tanda
1. Apa keluhan utamanya, jenis lensa kontak yang dipakai, sudah berapa lama umur
lensa kontaknya, berapa lama sehari lensa kontak dipakai, bila tidur apakah lensa
kontaknya dipakai, bagaimana perawatan sehari-harinya, apakah menggunakan
enzym.
2. Sakit, fotophobia, rasa seperti ada benda asing, tajam penglihatan menurun, mata
merah dan rasa gatal
EVALUASI
Pelayanan kesehatan mata Primer (PEC)
Dengan menggunakan lampu senter dan lup dapat dikenali adanya kelainan pada mata,
seperti keratitis, konjungtivitis, ulkus kornea, dan kelainan lain yang termasuk dalam
problema lensa kontak
4. Pemeriksaan sediaan langsung apus dan biakan, bila ada ulkus kornea
5. Kalau perlu diambil bahan biakan yang diambil dari lensa kontak atau tempat lensa
kontak.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer(PEC)
1. Bila ada problema lensa kontak, mata merah, lensa kontak harus segera dilepas dan
diobati, diberikan obat tetes mata chloramfenicol
2. Cara melepaskan lensa kontak lunak oleh dokter:
a. Cuci tangan terlebih dahulu
b. Pasien diminta melihat keatas, letakkan jari tengah tangan kanan pada kelopak
bawah dan sentuh pinggir lensa kontak dengan jari telunjuk.Kemudian dengan
bantuan ibu jari,lensa kontak dicubit perlahan-lahan antara ibu jari dan telunjuk
sehingga lensa terlipat dan dengan mudah dapat dikeluarkan
3. Cara melepas lensa kontak RGP oleh dokter:
a. Cuci tangan terlebih dahulu
b. Ujung pipet penghisap dicelupkan kedalam air bersih layak minum, lalu kita
tempelkan ujung karet penghisap pada lensa RGP di mata. Kemudian pipet
penghisap beserta lensa RGP yang sudah menempel kita tarik pelan-pelan keluar
dari mata.
Perlu diingat bahwa cairan untuk perawatan lensa kontak lunak dan lensa RGP tidak
sama. Juga untuk membilas lensa RGP cukup dengan air bersih layak minum.
Ini tidak boleh dilakukan pada lensa kontak lunak, karena adanya mineral-mineral yang
terkandung di dalam air minum dan dapat diserap oleh lensa kontak lunak.
9. Dislokasi lensa
Lensa kontak diperiksa, apakah ada kerusakan atau tidak, bila tidak ada, clean &
disinfect lensa, periksa kembali fitting nya. Periksa segment depan mata dengan
seksama.
Bila ada infeksi kornea, follow up pada hari berikutnya dan diteruskan sampai sembuh.
Bila pada kondisi non infeksi, follow up 1-4 minggu berikutnya tergantung kondisi
klinisnya. Penderita yang diberi steroid topikal harus di follow up lebih ketat.
Rekomendasi
Pada semua problema lensa kontak
1. Lensa kontak pada umumnya lebih aman kalau dilepas
2. Setelah pemeriksaan baru tindakan selanjutnya atau dirujuk
Penggunaan lensa kontak pada pelayanan kesehatan mata primer, perlu dapat
membedakan soft contact lens dan lensa RGP (rigid gas permeable) dan dapat
melepaskan/ mengeluarkan lensa kontak bila didapatkan problema lensa kontak pada
penderita yang datang. Cara melepaskan lens kontak pada kedua jenis lens kontak itu
berbeda.
Adalah suatu inflamasi atau peradangan pada konjungtiva, yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri, iritasi atau reaksi alergi/ hipersensitivitas. Peradadngan dapat
terjadi acute dan chronis.acute bila peradangan terjadi dalam beberapa hari sampai
2minggu, umumnya disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Kronis bila peradangan
terus nerlangsung dan tidak tidak sembuh lebih dari 2 minggu. Umumnya disebabkan
oleh infeksi bakteri yang resisten terhadap pengobatan, reaksi alergi/hipersensitivitas,
atau iritasi kronis(dry eye). Konjungtivitis merupakan salah satu masalah penyakit mata
tersering yang ditemukan dinegara berkembang.
Gejala klinis
1. Mata merah
2. Rasa mengganjal, gatal, berair/ sekret
3. Umumnya tidak ada penurunan penglihatan
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Riwayat trauma/ kelilipan, kontak dengan penderita mata merah, riwayat iritasi dan
alergi/ hipersensitivitas (udara, debu, obat, makanan)
2. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu snellen dan koreksi terbaik
menggunakan pinhole
3. Pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk melihat, konjungtiva bulbi dan
tarsal, dan memastikan pada kornea tidak ditemukan kelainan akibat peradangan
konjungtiva
4. Konjungtivitis bakteri bila ditemukan konjungtiva hiperemis, sekret mukopurulen
atau purulen, dapat disertai membrane atau pseudomembran pada konjuntivitis
tarsalis
5. Konjungtivitis virus ditemukan konjungtiva hiperemis, sekret umumnya mukoserosa,
dan pembesaran kelenjar limfe preauriculer
6. Konjungtivitis allergi bila mempunyai riwayat alergi atau atopi dan ditemukan
keluhan gatal, dan hiperemis konjungtiva
7. Curigai steven jhonson syndrome jika terjadi konjungtivitis pada kedua mata yang
timbul setelah min atau mendapatkan terapi obat-obatan.
8. Curigai konjungtivitis gonoroe, tertama pada bayi baru lahir. Jika ditemukan
konjungtivitis pada dua mata dengan sekret purulen yang sangat banyak.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Berikan tetes mata chloramfenikol (0,5%-1 %) 6x sehari atau salp mata 3x sehari
selama minimal 3 hari bila dicurigai infeksi bakteri
2. Berikan salp anti virus bila dicurigai infeksi virus
3. Berikan tetes mata anti alergi (steroid) bila dicurigai alergi/ hioersensitivitas
4. Berikan tetes mata buatan 6x sehari bila dicurigai iritasi
5. Pada steven jhonson syndrome diberikan tetes mata anti inflamasi (steroid)dan air
mata buatan/ lubrikan kemudian dirujuk ke dokter spesialis kulit.
6. Pada konjungtivitis gonoroe, pada bayi di injeksikan penicillin procain 50.000 IU/ kg
BB/hr dan kloramfenicol tetes mata (0,5%-1%) tiap jam.
7. Bila tidak ada perbaikan dalam imingu pada konjungtivitis bakteri, 2 minggu pada
konjungtivitis virus dan alergi segera rujuk ke fasilitas sekunder atau tersier
Adalah peradangan kornea yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau suatu
proses alergi imunologi. Infeksi kornea pada umumnya didahului oleh trauma,
penggunaan lensa kontak, pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak
terkontrol.merupakan penyebab kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia.
Gejala Klinis
1. Penurunan tajam penglihatan
2. Mata merah, berair, silau, nyeri
3. Tampak lesi/kekeruhan di kornea
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata Primer(PEC)
1. Riwayat trauma (kelilipan benda asing dikornea, khusus riwayat trauma tumbuh-
tumbuhan atau penggunaan obat tetes mata tradisional yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang dapat dicurigai disebabkan oleh jamur , penggunaan lensa kontak)
penggunaan kortikosteroid topikal
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer(PEC)
1. Beri tetes/ salp mata kloramenikol (0,5-1%) 6 kali sehari atau salp mata tetrasiklin 3
kali sehari sekurang-kurang nya selama 3 hari
Adalah peradangan pada jaringan uvea (iris, badan ciliar dan koroid) akibat infeksi,
trauma, neoplasia atau proses auto imun. Penyakit ini dapat dikelompokkan menurut
letak anatomi(uveitis anterior, inter media, posterior, atau panuveitis), menurut gambaran
patologik (granulomatosa atau non granulomatosa atau secara klinis (idiopatik atau
berhubungan dengan penyakit sistemik). Penanganan uveitis memerlukan anamnesis
yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan opthalmologis yang menyeluruh, pemeriksaan
penunjang dan penanganan yang tepat. Uveitis merupakan salah satu penyebab kebutaan.
Gejala klinis
1. Mata merah disertai rasa sakit
2. Foto fobia dan penurunan tajam penglihatan yang bevariasi dari ringan hingga berat
Evaluasi:
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Riwayat mata merah dengan penurunan tajam penglihatan yang berulang, silau, dapat
disertai rasa sakit pada uveitis anterior, sedangkan pada uveitis posterior umumnya
terjadi penurunan tajam penglihatan pada mata tenang
2. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu snellens, dan menggunakan pin hole
3. Pemeriksaan dengan sentolop dan lup untuk memeriksa pelebaran pmbuluh darah
konjungtiva dan sirkum kornea serta melihat ukuran pupil yang mengecil, atau
irregular, dan memeriksa refleks fundus
4. Pemeriksaan TIO dengan cara palpasi
Penatalaksanaan :
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pada uveitis anterior diberikan kortikosteroid 23laucom 6 kali sehari dan untuk
mencegah sinekia posterior dan mengurangi spasme siliar dapat diberikan sikloplegia
(sulfas atropine 0,5-1%) 3 kali sehari. Bila penyakit berulang rujuk ke fasilitas
sekunder
Adalah glaukoma yang disebabkan oleh peninggian tekanan intra ocular yang mendadak.
Glaukoma akut dapat primer atau sekunder. Glaukoma primer adalah glaukoma yang
timbul dengan sendirinya pada orang yang mempunyai bakat bawaan glaukoma,
sedangkan glaukoma sekunder adalah glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit
mata lain ataupun sistemik.
Bila tekanan intra ocular yang mendadak tinggi ini tidak diobati segera akan
mengakibatkan kehilangan penglihatan sampai kebutaan yang permanent.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Pemeriksaan dengan lampu senter dan lup.
1. Tajam penglihatan kurang
2. Mata merah, bengkak, mata berair
3. Kornea suram karena edema
4. Bilik mata depan dangkal dan pupil lebar dapat pula terlihat penyakit mata lain
seperti uveitis, hifema, akibat trauma, luksasi lensa, katarak hipermatur, tumor dan
lain sebagainya. Glaukoma akut sering disalah diagnosa kan dengan radang
5. Bola mata teraba dengan palpasi (tonometri digital) lebih keras dibandingkan mata
normal/sebelahnya dan tekanan intra ocular sangat meningkat dengan tonometer
schiotz
GLAUKOMA KRONIS
Adalah kelompok penyakit mata yang umumnya ditandai kerusakan syaraf N.II dan
kehilangan lap.pandang yang karakteristik-progresif serta berhubungan dengan berbagai
faktor resiko terutama TIO yang tinggi. Glaukoma bila tidak diobati secara tepat dapat
menimbulkan kerusakan yang permanent. Glaukoma kronis dapat dibagi menjadi
glaukoma kronis primer dan sekunder. Kasus glaukoma sekunder dapat diketahui secara
kebetulan bila melakukan pengukuran TIO, terutama pada mereka yang tergolong kasus
dicurigai berisiko glaukoma, seperti mereka yang berusia 40 thn atau lebih, ada keluarga
menderita glaukoma, penderita miopia, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, hipotensi,
vasospasme, diabetes melitus, dan migren. Upaya pencegahan kebutaan akibat glaukoma
memerlikan penyuluhan dan penjaringan glaukoma secara aktif di masyarakat, baik untuk
penemuan kasus maupun deteksi dini.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pemeriksaan tajam penlihatan dengan kartu snelen dengan koreksi terbaik dan pin-
hole: biasanya tajam pnglihatan masih baik. Pada stadium lanjut dapat dikoreksi
tajam penglihatan tidak penuh dengan pupil melebar dan berwarna hitam.
Masalah diagnosis glaukoma sudut terbuka primer stadium dini adalah akibat terdapatnya
sekitar 2,5% diantara populasi memiliki TIO lebih dari 21 mmHG (hipertensi okuli).
Masalah lain adalah banyaknya variasi normal papil N.II yang sering sukar dibedakan
dengan kerusakan dengan kerusakan dini akibat glaukoma (glaukoma suspect). Selain itu
sukarnya menjumpai cacat awal lap. Pandang. Keadaan papil N.II yang mencurigakan
adalah rasio C/D lebih 0,4; asimetri papil C/D vertical C/D horizontal lebih dari 0,2 dan
batas ekskavasi yang tak teratur. Keadaan inipun harus didiagnosis banding dengan
glaukoma tekanan rendah (glaukoma normotensi/ low tension glaukoma, normotension
glaukoma). Pemeriksaan lapangan pandang pada kasus-kasus tersebut dilakukan dengan
perimetri goldmann.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. TIO diturunkan dengan obat-obatan secara bertahap berupa:
a. Timolol 0,25% - 0,5% 2x1tetes/hari (bila tidak ada kontra indikasi)
b. Pilokarpin 2% 4x1tetes/hari
c. Asetazolamide 3-4 x 125-250 mg/hari
d. KCl 2-3 x 0,25-0,5 gr/hari
2. Obat-obatan prinsipnya diberikan secara sendiri-sendiri, tetapi dapat dikombinasikan
tergantung dari sasaran TIO diharapkan lebih rendah dari 21mmHg.
3. Oleh karena obat-obatan diberikan untuk jangka lama danterus-menerus, sangat
penting diperhatikan kepatuhan penderita dalam melaksanakan pengobatannya.
Penderita dirujuk ke spesialis mata, pelayanan tingkat sekunder atau tersier bila TIO
tetap diatas 21 mmHg, penderita tidak patuh, tidak tahan terhadap obat-obatan, dalam
stadium lanjut glaukoma dan/atau untuk menilai progresifitas peyakitnya.
4. Upaya pencegahan kebutaan akibat glaukoma memerlukan penyuluhan dan
penjaringan glaukoma secara aktif di masyarakat, baik untuk penemuan kasus
maupun deteksi dini.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu snellen dan pin-hole.
2. Pemeriksaan bola mata dengan lampu senter dan lup: bola mata baik.
3. Pemeriksaan saraf optik demgan funduskopi: rasio CD lebih dari 0,6 diatas 28
mmHg.
4. Pemeriksaan lap. Pandang dengan tes konfrontasi.
Follow up
1. Pemeriksaan mata:
a. TIO: variasi diurnal bila perlu.
b. Biomikroskopi lampu celah.
c. Gonioskopi.
d. Funduskopi.
e. OCT/HRT.
f. Perimetri: Goldmann/octopus/Humphrey.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkna penurunan tajam penglihatan
(visus), dimana paling sering berkaitan dengan proses degenerasi lensa pada penderita
berusia lanjut yaitu diatas 40 tahun (katarak senilis). Katarak pada penderita dewasa
(diatas 18 tahun) selain karena proses degenerasi, juga dapat disebabkan oleh penyakit
mata seperti glaukoma, uveitis, trauma mata, dan lain-lain; ataupun menderita kelainan
sistemik seperti DM, penggunaan obat-obatan yang steroid, dll. Katarak biasanya
ditemukan pada kedua mata (bilateral), tetapi dapat juga terjadi pada satu mata
(monocular).
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen dengan koreksi terbaik serta menggunakan
pin-hole
2. Pemeriksaan lampu senter dan lup untuk segmen anterior dimana tidak ditemukan
kekeruhan kornea dan tampak reflek pupil yang masih baik.
3. TIO diukur dengan tonometri Schiotz
4. Jika TIO dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan
tetes mata tropicamide 0,5%, setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan
dengan lampu senter dan lup untuk untuk melihat adanya kekeruhan lensa.
5. Pemeriksaan funduskopi dengan oftalmoskop langsung untuk melihat segmen
posterior jika katarak masih tidak terlalu keruh.
b. Derajat 2: Nukleus dan kekerasan ringan, tampak nucleus sudah mulai bewarna
kekuningan, visus biasanya antara 6/12 sampai 6/30. reflek fundus juga masih
mudah diperoleh pada katarak jenis ini paling sering memberikan gambaran
seperti katarak subkapsularis posterior.
d. Derajat 4: Nukleus keras, dimana nucleus sudah berwarna kuning kecoklatan dan
visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, dimana refleks fundus maupun keadaan
fundus sudah sulit dinilai.
e. Derajat 5: Nukleus sangat keras, nucleus sudah berwarna kecoklatan bahkan ada
yang berwarna agak kehitaman. Visus biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek dan
usia penderita sudah diatas 65 tahun. Katarak ini sangat keras dan disebut juga
brunescent cataract atau black cataract
6. Dilakukan pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop langsung ataupun tidak langsung.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer(PEC)
1. Penatalaksanaan bersifat non bedah, dimana pasien dengan visus 6/12 diberikan
kacamata dengan koreksi terbaik
2. Jika visus < 6/12 atau sudah mengganggu untuk melakukan kegiata sehari-hari
berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi lain untuk operasi, pasien dirujuk
ke spesialis mata pada fasilitas sekunder atau tersier.
9. Operasi katarak bilateral (operasi dilakukan pada kedua mata sekaligus secara
berurutan) sangat tidak dianjurkan berkaitan dengan resiko pasca
operasi(endofthalmitis)yang bisa berdampak kebutaan. Tetapi ada beberapa keadaan
khusus yang bisa dijadikan alas an pembenaran dan keputusan tindakan operasi katarak
bilateral ini harus dipikirkan sebaik-baiknya.
11. Dokter spesialis mata yang melakukan operasi ataupun staf dokter tersebut
berkewajiban mendidik, menjelaskan dan memberi instruksi kepada pasien mengenai
gejala ataupun tanda-tanda mengenai kemungkinan terjadinya komplikasi pasca
operasi, penggunaan proteksi mata, adanya pembatasan kegiatan, pengobatan , jadwal
kunjungan lanjutan (follow up) dan petunjuk dimana harus mendapatkan perawata
13. Obat-obat yang digunakan pasien pasca operasi bergantung dari keadaan mata serta
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien (misalnya analgetika,
antibiotika oral, anti glaukoma, atau edema kornea, dll). Tetapi penggunaan tetes
mata kombinasi antibiotika dan steroid harus diberikan pada pasien untuk digunakan
setiap hari selama minimal 2 minggu pasca operasi.
Adalah pertumbuhan jaringan fibrovascular berbentuk segi tiga yang tumbuh dari arah
konjungtiva menuju kornea pada daerah inter palpebra. Asal kata pterygium adalah dari
bahasa yunani, yaitu pteron yang artinya wing atau sayap. Insiden pterygium cukup
tinggi di Indonesia yang terletak didaerah equator, yaitu 13,1%. Diduga bahwa paparan
ultra violet merupakan salah satu faktor esiko terjadinya pterygium.
Pterygium umumnya tumbuh pada daerah inter palpebra, lebih sering terdapat pada
bagian nasal konjungtiva. Puncak segitiga disebut apeks, yaitu bagian pterygium yang
tumbuh masuk ke jaringan kornea. Usia penderita biasanya pada usia dewasa muda
(diatas 40 tahun).
Derajat pertumbuhan pterygium ditentukan berdasarkan bagian kornea yang tertutup oleh
pertumbuhan pterygium, dan dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Derajat 1: jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
2. Derajat 2: jika pterygium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm
melewati kornea
3. Derajat 3: jika pterygium sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran
pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal
sekitar 3-4 mm)
4. Derajat 4: jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan.
Prinsip penanganan pterygium dibagi 2, yaitu cukup dengan pemberian obat-obatan jika
pterygium masih derajat 1 atau 2, sedangkan tindakan bedah dilakukan pada pterygium
yang melebihi derajat 2. tindakan bedah juga dapat dipertimbangkan pada pterygium
derajat 1 atau 2 jika penderita sudah mengeluh maupun karena alas an kosmetik.
Pada pterygium lanjut (derajat 3 dan 4), dapat menutupi pupil dan aksis visual sehingga
tajam penglihatan juga menurun.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer(PEC)
1. Penatalaksanaan bersifat non bedah, penderita diberi penyuluhan untuk menguragi
iritasi ataupun paparan terhadap ultra violet.
2. Pada pterygium derajat 1-2 yang mengalami anflamasi, pasien dapat diberikan obat
tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid seperti C-Xitrol 3 kali sehari selama 5-
7 hari. Diperhatikan juga bahwa penggunaan korikosteroid tidak dibenarkan pada
penderita dengan TIO yang tinggi ataupun mengalami kelainan kornea.
Kelainan refraksi merupakan istilah yang dipakai untuk keadaan ametropia akibat dari
satu atau lebih komponen optik bola mata memperlihatkan variasi yang bermakna dari
nilai variasi biologis yang normal; dan bukan merupakan penyakit atau kelainan bola
mata congenital. Komponen yang berkontribusi terhadap kelainan refraksi antara lain
panjang sumbu bola mata, kurvatura kornea dan power lensa mengalami penyesuaian
selama anak mengalami proses emetropisasi sehigga status refraksi mata anak bersifat
dinamis. Variasi komponen ini sangat luas yang sifatnya individual sehingga pada
sekelompok individu dapat menimbulkan ametropia berat yag sulit diperkirakan
sebelumya.
Tidak semua kelainan refraksi/ametropia pada anak perlu dikoreksi. Kelainan ametropia
yang berat yang membuat mata anak tidak mendapat clear retinal image perlu dikoreksi
agar tidak mengganggu proses perkembangan penglihatan yang normal, karena
keterlambatan koreksi akan menimbulkan cacat penglihatan yang serius dan bahkan
menimbulkan kebutaan.
Bila ditemukan kelainan refraksi pada anak, harus ditentukan apakah perlu dilakukan
koreksi. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan koreksi yang terbaik
untuk kelainan refraksi pada anak dengan memperhatikan jenis dan derajat ametropia,
umur anak, dan potensi terjadinya ambliopia.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Mengenai gejala dan tanda pada masing-masing kelaian refraksi sesuai usia. Usia
biasanya dibagi 3 kelompok yaitu <2tahun, usia pra-sekolah, dan usia sekolah
2. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata.
3. Pemeriksaan visus yang disesuaikan dengan umur (kelompok non verbal dengan
pemeriksaan fiksasi, symbol chart, E chrt dan kelompok verbal dengan snellen chart).
4. Pemeriksaan segmen anterior dengan senter dan lup.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Koreksi kelainan refraksi pada kelompok usia sekolah bila pada pemeriksaan
subjektif visus mencapai 6/6.
2. Rujuk ke fasilitas sekunder, bila:
a. Pada kelompok usia sekolah visus dengan koreksi tidak mencapai 6/6.
b. Pada kelompok usia <2 tahun dan kelompok usia pra-sekolah didapatkan tanda
dan gejala kelainan refraksi dan kemampuan penglihatan tidak sesuai dengan
umur.
c. Dijumpai kelainan posisi bola mata (kelainan refraksi + mata juling)
3. Koreksi kelainan refraksi pada semua kelompok harus berdasarkan pertimbangan:
besarnya kelainan refraksi cukup mengganggu aktivitas. Kemampuan akomodasi
Rekomendasi
Pemberian koreksi kaca mata pada anak harus memperhatikan hal di bawah ini:
1. Jenis kelainan refraksi.
2. Besar kelainan refraksi.
3. Umur penderita: kaca mata tidak diperlukan bila kebutuhan untuk aktivitas sehari-hari
tidak terganggu.
4. Apakah kelainan refraksi tersebut merupakan faktor penyebab ambliopia.
Hipermetropia >3D, astigmatisma >0,75 D, anisometropia, isoametropia tinggi
5. Follow up teratur.
Katarak congenital adalah kekeruhan lensa yang timbul sejak lahir, dan merupakan salah
satu kebutaan pada anak yang cukup sering dijumpai. Prognosis visus tergantung dari
jenis katarak (unilateral/bilateral, total/partial) ada tidaknya kelainan mata yang
menyertai katarak, tindakan operasi (waktu operasi, teknik operasi, komplikasi operasi)
dan rehabilitasi tajam penglihatan pasca operasi.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata.
2. Pemeriksaan visus yang disesuaikan dengan uur.
3. Pemeriksaan segmen anterior dengan senter dan lup, sebelum dan sesudah dilakukan
dilatasi pupil dengan tropicamide 0,5%.
Rekomendasi
Rekomendasi pra-operasi
1. Pasien diberi penjelasan mengenai keadaan penyakitnya, resiko operasi, prognosis
tajam penglihatan dan perawatan rehabilitasi tajam penglihatan pasca operasi.
2. Pasien/orang tua menanda tangani informed concent.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pengukuran diameter kornea.
Pengukuran ini dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan penggaris.
Didapatkan diameter kornea yang lebih besar dari normal. Diameter kornea rata-rata
adalah 10 mm (kisaran 9,5-10,5 mm) pada saat lahir, kemudian meningkat menjadi
11,8 mm pada usia 1 tahun. Diameter kornea sebesar 12 mm atau lebih pada bayi
berusia kurang dari 1 tahun dapat dianggap tidak normal.
3. Pengukuran TIO
Dilakukan dengan tonometer schiotz. Pada bayi dan anak yang tidak koperatif,
penilaian dilakukan dalam anesthesia umum. Dalam hal ini perlu diperhitungkan
pengaruh obat anestesi yang digunakan terhadap pembacaan TIO normal pada bayi
adalah 10-15 mmHg. Pada glaukoma primer congenital nilai TIO umumnya melebihi
25 mmHg, dan sering diatas 30 mmHg. Nilai TIO yang rendah secara relative dalam
anestesi umum pada pasien dengan manifestasi klinis yang jelas, tidak menyingkirkan
diagnosis glaukoma.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Rujuk ke fasilitas sekunder
Retinoblastoma adalah tumor mata primer yang berasal dari retina dan biasanya pada
anak-anak dibawah 5 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 2-3 tahun. Tumor ini
bersifat multifokal, sehingga dapat dijumpai pada kedua mata (bilateral) atau beberapa
lesi pada satu mata (monocular). Pada jenis bilateral biasanya dijumpai pada usia yang
lebih muda dan bersifat herediter.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata.
2. Pemeriksaan visus yang disesuaikan dengan umur.
3. Pemeriksaan segmen anterior dengan senter dan lup.
4. Pemeriksaan funduskopi kedua mata (multifokal) dengan oftalmoskopi direk, dengan
sebelumnya dilakukan dilatasi pupil dengan tropicamide 0,5%
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Penderita segera dirujuk ke fasilitas tertier untuk pemeriksaan dan penanganan
selanjutnya.
I. Exotropia
Exotropia adalah keadan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang menjadi pusat
perhatian sedangkan mata yang lain menuju kearash lain yaitu kearah luar (eksodeviasi).
Exotropia merupakan kelainan kedudukan bola mata yang sering ditemukan. Anak-anak
tertentu mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadi exotropia meliputi anak yang
mengalami gangguan perkembangan saraf, premature, atau berat lahir rendah dan anak
dengan riwayat keluarga juling serta anomaly ocular atau sistemik.
Evaluasi
Pemeriksaan pada pasien dengan strabismus yang onsetnya dimulai sejak kecil meliputi
semua aspek pemeriksaan anak dan mata anak atau mata orang dewasa dengan
penekanan pada sensori, motor, refraksi dan fungsi akomodasi. Al-hal pnting yang perlu
ditekankan pada pasien strabismus, adalah sebagai berikut:
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
II. Esotropia
Esotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang menjadi pusat
perhatian sedangkan mata yang lain menuju arah lain yaitu kearah hidung. Esotropia ada
yang bersifat congenital yaitu onsetnya sampai dengan usia 6 bulan, dan bisa pula didapat
yaitu onsetnya setelah usia 6 bulan. Disamping itu bila dilihat dari status refraksi ada
yang bersifat akomodatif dan ada pula yang bersifat non-akomodatif.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pemeriksaan visus dilakukan sesuai keadaan. Bila penderita adalah bayi,
pemeriksaan visus tidak dapat dilakukan secara subyektif, bila penderita anak yang
sudah lebih besar pemeriksaan dilakukan sesuai tingkatan usia dan kemampuan
masing-masing anak, demikian pula yang dewasa.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Rujuk ke fasilitas sekunder.
Evaluasi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) dan sekunder (SEC)
1. Bila ptosis terjadi pada mata dan pupil tertutup oleh kelopak pada posisi primer,
segera rujuk ke TEC untuk dilakukan tindakan koreksi ptosis agar tidak terjadi
ambliopia.
2. Bila ada juling, segera rujuk ke TEC.
3. Bila ptosis terjadi pada 1 atau 2 mata dan pupil tidak tertutup oleh kelopak, tidak
perlu diberi terapi atau rujuk tidak segera. Bayi dapat dirujuk untuk tindakan koreksi
ptosis nya kapan saja orang tua atau pasien menginginkan. Tindakan ini hanya untuk
tujuan kosmetik, tidak akan mempengaruhi penglihatan. Biasanya dianjurkan sekitar
umur 5-6 tahun atau sebelum masuk SD
Epiblefaron inferior adalah lipatan kulit yang berlebihan pada tepi kelopak bawah yang
menyebabkan bulu mata mengarah ke kornea dan dapat menyebabkan iritasi yang terus
menerus pada kornea.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pemeriksaan dengan senter dan lup, terlihat lipatan kulit yang berlebihan pada tepi
kelopak bawah dan arah bulu mata mengenai kornea
2. Periksa keadaan kornea apakah jernih atau ada kekeruhan di daerah yang terkena bulu
mata.
Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC)
Pemeriksaan dengan slit lamp, terlihat lipatan kulit yang berlebihan pada tepi kelopak
bawah dan silia mengenai kornea. Kornea mungkin masih jernih atau sudah terdapat
epiteliopati tanpa/dengan neovaskularisasi akibat iritasi cilia.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Bila kornea masih jernih, boleh lakukan tarukan pada kulit kelopak bawah dengan
plester sepanjang siang dan malam agar bulu mata tidak mengenai kornea atau boleh
lagsung dirujuk ke SEC
2. Bila dilakukan tarikan pada kulit dengan plester, observasi selama 3 bulan. Bila
terjadi perbaikan posisi bulu mata, boleh tidak dirujuk. Bila setelah 3 bulan keadaan
menetap, rujuk ke SE. Bila pada pemeriksaan pertama sudaha ada kekeruhan pada
kornea, rujuk ke SEC.
Yang dimaksud adalah obstruksi duktus naso lakrimal yang terjadi sejak lahir.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pemeriksaan dengan senter dan lup, tampak mata berair.
2. Pada saat daerah sakus lakrimal ditekan dengan jari/cotton bud akan tampak
regurgitasi sekret dari punctum lakrimal.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Bila bayi dibawah 3 bulan, beri tetes antibiotik topikal selama 5-7 hari.
2. Pengasuh, dan/atau orang tuanya diberi tahu cara melakukan massage pada sakus
lakrimal.
3. Bila bayi sudah beumur diatas 3 bulan dan mata masih berair dan ada sekret, rujuk ke
SEC.
Lagoftalmus karena parese facialis terjadi akibat lumpuhnya otot orbicularis, sehingga
pasien tidak dapat menutup kelopak mata atas dan bawah, menyebabkan kornea terpapar
dengan segala akibatnya.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Dengan lup dan senter, pasien disuruh menutup kelopak matanya dan terlihat tidak
seluruh bolamata tertutup kelopak/tidak dapat menutup.
2. Kornea mungkin masih jernih atau keruh.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Beri antibiotik salf mata
2. Tetes air mata buatan sesering mungkin.
3. Rapatkan kelopak atas dan bawah dengan plester.
4. Rujuk ke SEC.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Enoftalmus ringan atau berat dapat timbul.
2. Pada perabaan mungkin terdapat krepitasi dibawah kulit kelopak bawah, terdapat
hambatan gerak bola mata terutama kearah superior dan inferior.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC), dan sekunder SEC
Rujuk ke TEC
Tumor orbita adalah massa yang berada dirongga orbita, dapat berasal primer dari
jaringan lunak orbita atau merupakan metastasis-invasi dari organ lain tubuh dan
palpebra/konjungtiva. Setiap jaringan dapat berpotensi berubah pertumbuhan menjadi
neoplasma. Di orbita terdapat jaringan yang secara embriologik berasal dari mesoderm
dan neuroektoderm. Palpebra dan konjungtiva berasal dari ectoderm.jenis tumornya dapat
berifat jinak atau ganas, dan jenisnya dapat ditemui lebih dari 50 jenis tumor. Walaupun
hanya terdapat dalam frekwensi kecil, penyakit neoplasma pada mata cukup
menimbulkan masalah karena angka kehilangan tajam penglihatan tinggi jika
dibandingkan dengan kelainan atau penyakit mata lainnya. Tumor mata mengakibatkan
cacat kosmetik, bahkan kematian. Penderita tumor orbita mempunyai prognosis
buruk.pada penelitian Riyanto didapatkan angka kelangsugan hidup tumor orbita sebesar
84,62%.
Prognosis penderita diperburuk akibat keterlambatan datang berobat. Data dirumah sakit
menunjukkan bahwa keterlambatan penderita dalam upaya mencari pengobatan sebagai
akibat faktor sosio-ekonomi sebesar 35%, ketidak tahuan penderita mengenai mata dapat
terkena tumor sebesar 31,60%, dan yang disebabkan oleh keterlambatan oleh dokter atau
paramedic dalam merujuk atau ketidak tepatan pengobatan sebesar 34,40%. Kesulitan
atau masalah lain yang dihadapi adalah pembuatan diagnosis tumor orbita, akibat lokasi
massa yang terkungkung oleh tulang cranial dan berada diantara jaringan lunak serta bola
mata-suatu organ yang memiliki fungsi yang vital bagi manusia. Tumor orbita menjadi
sulit di jangkau oleh pemriksaan klinis sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Identitas: umur (anak, dewasa muda, dan tua)
2. Anamnesis (mata menonjol/benjolan atau ulkus di kelopak mata dan putih mata, lama
gejala, penglihatan ganda, rasa nyeri, dan penurunan visus).
3. Pemeriksaan mata tanpa slit lamp:
a. Terlihat adanya benjolan/ulkus di palpebra konjungtiva dengan permukaan
benjol-benjol pada usia tua, tidak menyembuh dengan pengobatan antibiotika,
dengan lama gejala yang kronis-diagnosis tumor ganas epithel adneksa
(basalioma;karsinoma sel skuamosa; adenokarsinoma kelenjar meibom; atau
melanoma maligna).
b. Teraba massa di orbita dengan lokasi tertentu, menunjukkan lebar fissure yang
melebar, gejala dirasakan lebih dari 1 tahun, dan usia dewasa muda-diagnosis
tumor primer orbita jinak.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor orbita dapat terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Non bedah: pengobatan dengan steroid
2. Pembedahan:
a. Biopsi eksisi/insisi.
b. Eksisi luas dan rekonstruksi.
c. Enukleasi dengan/tanpa dermofatgraft
d. Orbitotomi lateral.
e. Osteoplasti orbitotomi transkranial.
3. Pengobatan tambahan (adjuvant therapy): radiasi dan sitostatika.
Diabetic retinopati adalah suatu mikroangiopati yang mengenai prekapiler retina, kapiler
dan venula, sehingga menyebabkan oklusi mikrovaskuler dan kebocoran vaskuler, akibat
kadar gula darah yang tinggi dan lama. Terapi yang ada saat ini adalah laser
fotokoagulasi, vitrektomi dan krioterapi. Hasil pengobatan laser fotokoagulasi lebih
kearah mempertahankan penglihatan yang dibandingkan memperbaiki. Terapi vitrektomi
lebih keaah memperbaiki kerusakan yang ada, dengan prognosis tergantung kerusakan
yang ada. Kontrol gula darah penting untuk memperlambat proses. Diabetic retinopati
akan selalu timbul, umumnya lebih diatas 5 tahun, walaupun gula darah selalu terkontrol.
Evaluasi
Pemeriksaan dilakukan pada semua penderita diabetes pada saat pertama kali datang.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan visus, tekanan bola mata, segmen anterior dan segmen
posterior.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Selksi pasien, ada diabetes atau tidak. Bila ditemukan adanya diabetes melitus, pasien
dikonsulkan ke dokter spesialis penyakit dalam untuk mengontrol gula darahnya dan
apabila dari anamnesis penyakit diabetes diderita sudah lebih dari 2 evaluasi lebih
lanjut. Apabila diabetes diderita kurang dari 2 tahun, pasien pasien dikonsul bilamana
keadaan memungkinkan.
2. Apabila dari anamnesis tidak diketahui lamanya diabetes diderita.
3. Apabila funduskopi tersedia dan gambaran fundus dapat dinilai, adanya retinopati
merupakan indikasi untuk rujukan ke tingkat yang lebih tinggi.
Defenisi secara umum adalah kerusakan macula degeneratif pada usia diatas 50 tahun.
Terdapat 2 bentuk yaitu tipe basah (20%) dan tipe kering (sekitar 80%). Tipe basah
merupakan tipe yang lebih progresif, yang dapat menimbulkan kerusakan macula dan
menyebabkan kebutaan permanent apabila berlangsung tanpa pengobatan. Kerusakan
tersebut terjadi dalam sekitar 2 minggu sejak ditemukan. Kerusakan pada salah satu mata
berarti resiko timbul pada mata sebelahnya meningkat 10-12 % pertahun seiring
bertambahnya usia, sehingga usia semakin tua resiko semakin tinggi. Faktor resiko
adalah usia lanjut (usia semakin lanjut resiko semakin tinggi), riwayat keluarga, merokok,
hipertnsi, dan hipermetropia.
Tanda klinis
1. Pada kondisi awal, pada funduskopi ditemukan lesi di macula berupa drusen,
pengumpulan pigmen epitel retina (RPE) di retina luar, atropi RPE, atropi geografik,
atau lesi neovaskular (choroidal neovascular membrane [CNVM]), di
macula/paramacula dan pada keadaan lebih lanjut timbul skotoma/bintik buta
disentral/parasentral.
2. Pada tipe basah sering ditemukan perdarahan subretina, eksudat subretina, fibrosis
subretina (jaringan parut disciformis) atau perdarahan preretinal/subhyaloid hingga
perdarahan vitreus.
3. Kelainan yang ditemukan umumnya bilateral.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Anamnesis mengenai lama kejadian, dan faktor resiko seperti disebutkan diatas.
Kecurigaan akan ARMD memerlukan uji pemeriksaan Amsler, apabila ditemukan
metamorfobsia, skotoma atau gambaran lain yang meragukan maka kemungkinan ARMD
harus disingkirkan sampai terbukti tidak. Kesulitan akan timbul apabila ada katarak,
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) dan sekunder (SEC)
Apabila tidak ada kecurigaan, tetapi ada keluhan, penderita dapat melakukan uji Amsler
sedikitnya setiap minggu, umumnya dengan meletakkan kartu uji Amsler di depan
cermin. Saat ini tidak ada pengobatan terpilih untuk ARMD, tetapi pemberian suplemen
oral yang mengandung anti oksidan seperti vitamin A,C, dan E dan mineral traceseperti
selenium, zincum sudah terbukti bermanfaat sebelum ada kerusakan, disamping
mengurangi faktor resiko seperti disebutkan sebelumnya.
Gejala klinis
1. Penurunan tajam penglihatan
2. Mata merah, bengkak, nyeri.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Riwayat trauma tembus bola mata, riwayat operasi intraokuler atau keadaan infeksi
kornea yang memburuk yang ditemukan saat anamnesis.
2. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu snellen dan menggunakan pin-hole.
3. Pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk melihat keadaan kornea, bilik mata
depan, dan penurunan refleks fundus.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Pada endoftalmitis diberikan antibiotik topikal dan sistemik spektrum luas.
2. Segera rujuk ke spesialis mata.
klasifiasi defenisi
Lokasi:
Zona I Daerah posterior retina berbentuk lingkaran dengan radius 60 (dua
kali jarak papil saraf optik ke pusat macula) dengan papil saraf
optik sebagai pusatnya.
Zona II Lingkaran konsentris diluar zona II, engan ora serata bagian nasal
sebagai batas nasalnya
Plus disease Pembuluh darah retina yang melebar dan berkelok-kelok di polus
posterior, yang dapat disertai pelebaran pembuluh darah iris, pupil
yang rigid dan kekeruhan vireus. Plus disease dapat ditemukan pada
semua stadium, dan menggambarkan tingkat keparahan yang makin
tinggi.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Bayi neonatus dengan resiko ROP yang memerlukan screening (seperti tertera dalam
butir A), atau balita/anak dengan kecurigaan riwayat ROP sebaiknya dirujuk ke
pelayanan kesehatan mata sekunder untuk menjalani pemeriksaan.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Bayi neonatus dengan resiko ROP yang memerlukan screening (seperti tertera dalam
butir A), atau balita/anak dengan kecurigaan riwayat ROP sebaiknya dirujuk ke
pelayanan kesehatan mata sekunder untuk menjalani pemeriksaan.
Tanda klinis
Sumbatan vena retina sentral
1. Perdarahan berbentuk lidah api (flame shaped) luas, mencakup seluruh kuadran
retina, dengan vena retina yang berdilatasi dan berkelok-kelok.
2. Tanda klinis lain yang dapat menyertai berupa eksudat lunak, edema papil saraf optik,
edema macula. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul pembuluh darah kolaeral pada
papil saraf optik, retina atau iris. Neovaskularisasi iris paling jelas terlihat ditepi pupil
dengan pembesaran maksimal pada slit lamp biomicroscopy sebelum dilakukan
dilatasi.
3. Dibedakan 2 jenis:
a. Tipe iskemik, tanda yang umum ditemui:
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Melakukan anamnesis terhadap gejala/keluhan yang timbul serta investigasi terhadap
faktor-faktor predisposisi. Pemeriksaan tajam penglihatan dan segmen anterior sederhana
untuk menemukan tanda-tanda klinis yang berhuungan pada kedua mata. Funduskopi
direk akan sangat berguna dalam menegakkan diagnosis dan melakukan rujukan kasus ke
tingkat yang lebih tinggi (sekunder/ tertier).
Faktor resiko tergantung pada jenis RD, pada yang rhegmatogen adalah miopia, trauma,
vitreus prolaps, dsb. Pada tipe exudative adalah hipertensi, pre-eklampsia/eklampsia,
neoplasma, peradangan intra okuler (Vogt-Koyanagi Harada Disease, posterior scleritis,
dsb). Pada tipe traksial misalnya pada vascular disease sepeerti diabetes lama terutama
juvenile, bendungan vena retina, vasculitis retina, riwayat neonatus premature (ROP) atau
respiratory distress, dsb
Tanda klinis
Rhegmatogen
1. Ditemukan peniggian retina umumya mulai dari perifer dan dapat mencapai posterior
pole dengan cairan di bawah retina.
2. Retina nampak bergelombang, kadang ditemukan perdarahan vitreus. Di vitreus
ditemukan sel pigmen retina, tanda utama adalah robekan retina dengan cairan
dibawahnya.
3. Umumnya disertai dengan penurunan TIO, retina yang lepas tampak
bergelombang/rugae.
4. Kadang ditemukan afferent papillary defect (APD).
5. Pada yang kronis sering ditemukan pigmen epitel retina berbentuk garis lurus
(demarcation line) membatasi antara daerah retina lepas dengan yang masih melekat,
atau pada yang berat ditemukan fibrosis vitreus berat (proliferative vitreo-
retinophaty) hingga perlekatan retina hebat (star fold, napkins ring fixed fold, sub
retinal band, dsb).
Traksial
1. Ditemukan retina lepas, umumnya tidak terlalu tinggi kecuali pada ROP.
2. Retina yang lepas berhubungan dengan traksi/fibrosis yang terjadi didalam vitreus,
dengan detachment paling tinggi ditempat perlekatan traksi/fibrosis.
3. Kadang disertai dengan robekan retina (Combined RD) akibat tarikan fibrosis/traksi.
4. Tanda yang lain dapat ditemukan sesuai dengan penyakit yang mendasari/penyerta.
Pemeriksaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Anamnesis mengenai lama kejadian, dan faktor resiko seperti disebutkan diatas.
Kecurigaan akan retinal detachment memrlukan uji konfrontasi. Pemeriksaan dengan
funduskopi langsung-apabila tersedia-memberi gambaran retina lepas atau perdarahan
retina, fibrosis vitreus dengan perlekatan retina dan tanda lain seperti disebutkan
sebelumnya.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) dan sekunder (SEC)
Acute blindness adalah suatu keadaan buta mendadak. Pada keadaan yang mengenai
sarak optik, keadaan ini dapat disebabkan oleh inflamasi atau gangguan vaskularisasi.
Bila disebabkan inflamasi, keadaan ini dapat mengenai semua golongan umum, tapi
umumnya akan mengenai golongan usia muda.
Gangguan vaskularisasi biasanya akan dijumpai pada golongan usia yang lebih tua pada
penderita yang memang sebelumnya telah mempunyai kelainan sistemik yang dapat
berpengaruh pada system hemorheologi.
Tanda Klinis
1. Biasanya mengenai satu mata, kecuali pada penyebab sistemik seperti intoksikasi
methanol
2. Tajam bervariasi dari hitung jari hingga no light perception (NLP)
3. Pada pemeriksaan lapangan pendangan, dapat mengenai seluruh atau sebagian
lapangan pandangan. Bila mengenai sebagian lapangan pandangan, biasanya berupa
skotoma arcuata, altitudinal hemianopsia atau quadranopsia.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Anamnesis untuk mencari kemungkinan intoksikasi (methanol) atau trauma okuli.
2. Pemeriksaan oftalmologi sederhana terdiri dari pemeriksaan tajam penglihatan,
lapang pandangan (tes konfrontasi), serta pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop
bila memungkinkan.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Segera rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Amaurosis fugax adalah hilangnya penglihatan sesaat, dapat beberapa detik hingga
beberapa menit. Biasanya juga disebut transient obscuration. Dapat terjadi pada semua
golongan umur, tetapi amat jarang didapatkan pada anak-anak. Penderita amaurosis fugax
biasanya mempunyai riwayat penyakit sistemik seperti diabetes melitus, hipertensi,
hiperlipidemia, polisitemia dan kelainan darah lain yang menyebabkan darah menjadi
lebih kental serta lebih cepat membeku.
Tanda klinis
Pada pemeriksaan oftalmologi biasanya tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan terutama
ditujukan untuk mencari etiologi.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Anamnesis lengkap mengenai hilangnya penglihatan sesaat tersebut, lamanya hilang
penglihatan, apakah berhubungan dengan perubahan posisi tubuh.
2. Pemeriksaan yajam penglihatan terbaik. Bila perlu sekaligus dengan pemeriksaan
refraksi.
3. Pemeriksaan oftalmologi untuk segmen anterior maupun segmen posterior dengan
menggunakan senter dan lup serta oftalmoskop direk.
4. Pemeriksaan lapang pandangan dengan tes konfrontasi.
5. Pemeriksaan penglihatan warna dengan buku iscihara.
6. Pemeriksaan status generalis serta laboratorium darah rutin.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Segera rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan mata yang lebih tinggi.
Tanda klinis
1. Tajam penglihatan mundur.
2. Lapang pandangan menyempit.
Evaluasi
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
1. Anamnesis lengkap untuk mengetahui kemungkinan intoksikasi (etambutol), penyakit
herediter (retinis pigmentosa, glaukoma), degeneratif (ARMD, retinopati) atau tanda-
tanda peningkatan tekanan intra cranial (sakit kepala, muntah)serta kompresi pada
kiasma (siklus haid).
2. Pemeriksaan tajam penglihatan terbaik dengan snellen chart.
3. Bila memungkinkan, dilakukan pemeriksaan refraksi dan diberikan koreksi kaca mata
terbaik. Bila tidak memiliki sarana untuk pemeriksaan tersebut, dapat dilakukan tes
pin-hole.
4. Pemeriksaan lapang pandangan dengan tes konfrontasi.
Penatalaksanaan
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
Rujuk ke pelayanan kesehatan mata yang lebih tinggi. Bila penyebabnya bukan kelainan
refraksi.