Anda di halaman 1dari 6

Panduan

Penolakan Resusitasi (DNR)

Rumah Sakit ..
Jl. ...
Telp : 021
Website:...com
e-mail:..com
PANDUAN

PENOLAKAN RESUSITASI (DNR)

A. PENGERTIAN
Resusitasi merupakansegala bentuk usaha medis, yang dilakukan terhadap
mereka yang berada dalam keadaan darurat atau kritis, untuk mencegah kematian.

Do Not Resusitation (DNR) adalah sebuah perintah untuk tidak dilakukan


Resusitasi, yang merupakan pesan untuk tenaga kesehatan ataupun masyarakat
umum untuk tidak mencoba CPR (cardiopulmonary resusitation) atau Resusitasi
Jantung Paru (RJP) jika terjadi permasalahan darurat pada jantung pasien atau
pernapasan berhenti.

Perintah ini ditulis atas permintaan pasien atau keluarga tetapi harus
ditandatangani oleh dokter yang berlaku. DNR merupakan salah satu keputusan
yang paling sulit, adalah masalah etika yang menyangkut perawat ataupun dokter
dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini akan berhadapan dengan masalah moral atau
pun etik, apakah akan mengikuti sebuah perintah 'jangan dilakukan resusitasi'
ataupun tidak. Bagaimana tidak jika tiba-tiba pasien henti jantung sebagai perawat
yang sudah handal dalam melakukan RJP membiarkan pasien mati dengan begitu
saja tapi masalahnya jika kita memiliki hati dan melakukan RJP pada pasien
tersebut, kita bisa dituntut oleh pasien dan keluarga pasien tersebut. Ini adalah
sebuah dilema. Jika terjadi kedaruratan jantung pasien atau pernapasan berhenti.

Salah satu alasan utama orang menandatangani perintah DNR adalah karena
apa yang terjadi ketika staf rumah sakit mencoba untuk melakukan RJP. Situasi ini
umumnya disebut sebagai "kode." Hal ini kadang-kadang diberikan nama samaran
yang berbeda di rumah sakit yang berbeda. Pada pasien biasa ketika kode staf
pasien suatu kawanan seluruh tim resusitasi ruangan. Dada akan dikompresi dengan
tangan untuk mensimulasikan detak jantung dan sirkulasi darah. Sebuah tabung
dimasukkan ke dalam mulut dan tenggorokan dan Pasien diletakkan pada ventilator
untuk bernafas untuk Pasien. Jika hati Pasien dalam irama mematikan Pasien
terkejut dengan jumlah besar listrik untuk tersentak kembali ke irama. Obat yang
diberikan dan secara manual dipompa melalui sistem dengan penekanan dada. Jika
semua ini berhasil, hati Pasien mulai untuk mengalahkan sendiri lagi dan pasien
berakhir di ventilator untuk membuatnya / napasnya. Ini tidak biasanya datang tanpa
konsekuensi.

Salah satu konsekuensi potensial utama dilakukan RJP adalah kekurangan


oksigen ke organ-organ tubuh. Meskipun penekanan dada sedang dilakukan untuk
mengedarkan darah melalui tubuh, masih belum seefektif detak jantung biasa.
Meskipun oksigen dipompa ke paru-paru mekanik, penyakit itu sendiri dapat
mencegah beberapa oksigen dari mencapai aliran darah. Semakin lama RJP
berlangsung, semakin besar kemungkinan kerusakan pada organ-organ. Tapi jika
tidak dilakukan RJP akan berdampak dari kerusakan otak, kerusakan ginjal, hati,
atau kerusakan paru-paru. Apa pun bisa rusak berhubungan dengan kurangnya
oksigenasi.

Ada juga kemungkinan trauma tubuh dari penekanan dada. Hal ini sangat
normal untuk mendengar retak tulang rusuk dan tulang. Dibutuhkan banyak
kekuatan untuk kompres jantung dengan sternum dan tulang rusuk duduk di
sampingnya. Terutama orang tua biasanya mengalami kerusakan dari ini. Kejutan
listrik juga dapat traumatis dalam dan dari dirinya sendiri.

Jadi bahkan jika Pasien bangkit kembali, kemungkinan Pasien pemulihan


dan kelangsungan hidup dapat berpotensi jauh lebih rendah daripada mereka
sebelum resusitasi tersebut. Biasanya Pasien berakhir pada ventilator setelah RJP.
Jika Pasien memiliki organ yang rusak, kerusakan terutama otak, ada kemungkinan
Pasien mungkin bukan karena ventilator tapi karena terlambatnya oksigen masuk ke
otak.

Pasien DNR biasanya sudah memberikan tanda utuk melarang melakukan


Resusitasi biasanya terdapat pada baju, di ruaang perawatan ataupun di pintu
masuk, sudah ada tandan tulisan DNR. Pasien DNR tidak benar-benar mengubah
perawatan medis yang diterima. Pasien masih diperlakukan dengan cara yang sama.
Semua ini berarti bahwa jika tubuh pasien meninggal (berhenti bernapas, atau
jantung berhenti berdetak) tim medis tidak akan melakukan CPR/RJP.

Menjadi DNR tidak berarti obat berhenti untuk diberikan. Ketika dokter dan
perawat berhenti berfokus pada pengobatan dan mulai fokus pada tindakan
penghiburan adalah sesuatu yang disebut Perawatan Paliatif

B. TUJUAN
Untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang
nyaman dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis emergensi dalam kasus henti
jantung henti nafas.

C. PERTIMBANGAN STATUS DNR


DNR diberikan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu:
1. sudahtidak ada harapan hidup walaupun pasien itu masih sadar, misal pasien
dengan kanker stadium empat parah, jadi rasanya tidak perlu adanya
resusitasi.
2. Pasien yang pada penyakit kronis dan terminal.
3. Pasien dengan kontra indikasi CPR ataupun pasien yang di cap eutanasia (
dibiarkan mati ataupun suntik mati karena kehidupan yang sudah tidak
terjamin).
4. Kaku mayat.
5. Dekapitas: yaitu suatu tindakan untuk memisahkan kepala janin dari
tubuhnya dengan cara memotong leher janin agar janin dapat lahir per
vaginam. Dekapitasi dilakukan pada persalinan yang macet pada letak
lintang dan janin sudah meninggal.
6. Dekomposisi.
7. Lividitas dependen.
8. Jelas trauma kepala atau tubuh yang masif yang tidak memungkinkan untuk
hidup (pastikan pasien tidak memiliki tanda-tanda vital)

D. PROSEDUR MENOLAK RESUSITASI (DNR)


Untuk menentukan status DNR ini diperlukan konsultasi dan kesepakatan
para dokter yang merawat pasien dan tentu saja persetujuan dari keluarga pasien.
Karena apabila walaupun menurut para dokter yang merawat si pasien bahwa
keadaan pasien sudah tidak memungkinkan untuk dapat survive dan status DNR
diperlukan, tetapi keluarga pasien tidak menghendaki status DNR tersebut, maka
status DNR tidak dapat diberikan. Karena hal itu dapat dianggap neglectingpatient,
dan pihak keluarga dapat menuntut dokter yang merawat pasien dan rumah sakit
tempat pasien dirawat. Jadi sebelum menentukan DNR, maka keluarga pasien perlu
diberitahu tentang keadaan pasien.

Tetapi terkadang, keluarga pasien sendiri yang meminta status DNR,


walaupun pasien masih sadar. Pertimbangan mereka biasanya karena mereka tidak
ingin pasien mengalami kesakitan, mengingat bagaimanapun juga keadaan pasien
sudah parah, atau karena pasien sudah lanjut usia. Karena apabila kita ingat dan
bayangkan proses resusitasi itu sebenarnya memang menyakitkan. Bayangkan saja
tubuh yang sudah sakit parah atau renta diberikan kompresi jantung, atau bahkan
diberikan DCshock, pasti sakit sekali. makanya terkadang keluarga pasien yang
meminta DNR alias dibiarkan meninggal dengan tenang.
Prosedur yang direkomendasikan :
1. Meminta informed consent dari pasien atau walinya
2. Mengisi formulir DNR. Tempatkan kopi atau salinan pada rekam medis pasien
dan serahkan juga salinan pada pasien atau keluarga
3. Menginstruksikan pasien atau caregiver memasang formulir DNR di tempat-
tempat yang mudah dilihat seperti headboard, bedstand, pintu kamar atau kulkas
4. Dapat juga meminta pasien mengenakan gelang DNR di pergelangan tangan
atau kaki (jika memungkinkan)
5. Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya, revisi
bila ada perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam medis. Bila
keputusan DNR dibatalkan, catat tanggal terjadinya dan gelang DNR di
musnahkan.
6. Perintah DNR harus mencakup hal-hal di bawah ini :
a. Diagnosis
b. Alas an DNR
c. Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
d. Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh siapa
7. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter
yang merawat, atau oleh wali yang sah. Dalam hal ini, catatan DNR di rekam
medis harus pula dibatalkan dan gelang DNR (jika ada) di musnahkan.

Perintah Do Not Resuscitate (DNR) harus dengan dasar yang kuat. Bila keluarga
pasien memberikan surat perintah DNR dari dokter pribadinya, yaitu dengan
mengikuti prosedur berikut :

1. Hubungi kontrol medik.


2. Berikan keterangan yang jelas mengenai situasi yang ada.
3. Pastikan agar diagnosis yang mengakibatkan DNR sudah dijelaskan (misal :
kanker).
4. Buat laporan status pasien secara jelas (tanda-tanda vital, EKG).
5. Pastikan mengisi form DNR tertulis. Pastikan mencatat nama dokternya.
6. Dokter kontrol medik menentukan apakah menyetujui atau menolak perintah
DNR.
7. Bila pasien dalam henti jantung saat tiba di UGD, mulai BHD sambil
menghubungi kontrol medik.
8. Pikirkan potensi untuk donasi organ. Pasien dengan cedera mematikan
mungkin tetap membutuhkan tindakan gadar hingga ditentukan apakah pasien
mungkin potensial sebagai donor organ atau jaringan.
9. Bila mungkin, letakkan telapak tampak segera atau leads EKG untuk
memastikan irama asistol atau agonal dan lampirkan strip kopi pada laporan.

Anda mungkin juga menyukai