Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

“ SEORANG PASIEN USIA 66 TAHUN DENGAN

LOW BACK PAIN (LBP)”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir Kepaniteraan Klinik Madya
di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura

Disusun oleh :
Aswani Asmuruf
Sri Wahyuni Rumbarar

Dokter Pembimbing :
dr. Rini L. Ansanay, Sp.KFR
dr. Octaviany Hidemi Malamassam, Sp.KFR

SMF ILMU REHABILITASI MEDIK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya sehingga laporan kasus dengan judul “ Seorang
Pasien Usia 66 Tahun Dengan Low Back Pain (LBP)” ini dapat diselesaikan.
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik SMF ILMU REHABILITASI MEDIK Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih dan meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai
“ Seorang Pasien Usia 66 Tahun Dengan Low Back Pain (LBP)”. Pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih
kepada dr. Rini L. Ansanay, Sp.KFR dan dr. Octaviany Hidemi Malamassam,
Sp.KFR selaku pembimbing penulisan laporan kasus ini. Penulis menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam
penyusunan laporan kasus ini akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat
berarti guna menyempurnakan laporan kasus ini. Akhirnya penulis mengharapkan
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jayapura, Februari 2022

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan, diterima dan disetujui oleh penguji LAPORAN


KASUS dengan Judul “ Seorang Pasien Usia 66 Tahun Dengan Low Back
Pain (LBP)”

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik
Madya Pada SMF Ilmu Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura.

Yang dilaksanakan pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 22 Februari 2023

Tempat : SMF Rehabilitasi Medik RSUD Dok II Jayapura

Menyetujui Dosen Menyetujui Dosen

Penguji/Pembimbing Penguji/Pembimbing

dr. Rini L. Ansanay, Sp.KFR dr. Octaviany Hidemi Malamassam, Sp.KFR

ii
LEMBAR PENILAIAN LAPORAN KASUS

Hari/Tanggal : Rabu, 22 Februari 2023


Pembimbing : dr. Rini Lestari Ansanay, Sp.KFR
dr. Oktaviany Hidemi M, Sp.KFR
Judul : “ Seorang Pasien Usia 66 Tahun Dengan Low Back
Pain
(LBP)”

NO NAMA NILAI
1. Aswani Asmuruf, S.Ked
(2020086016572)

2. Sri Wahyuni Rumbarar, S.Ked


(2020086016006)

Pembimbing

dr. Rini Lestari Ansanay, Sp.KFR dr. Oktaviany Hidemi M, Sp.KFR

iii
ABSENSI
LAPORAN KASUS

No Nama Tanda Tangan


1. Alfrid Luis Pasumbung

2. Aswani Asmuruf

3. Sri Wahyuni Rumbarar

4. Thresye Anjela Souhuwat

Jayapura, 22 Februari 2023

Pembimbing

dr. Rini Lestari Ansanay, Sp.KFR dr. Oktaviany Hidemi M, Sp.KFR

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

gangguanmuskuloskeletal yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan

aktivitas tubuh yang kurang baik.1 Low back pain merupakan keluhan yang

sering dijumpai di tempat praktek sehari-hari,dan diperkirakan hampir semua

orang pernah mengalami nyeri punggung, paling kurang sekali semasa

hidupnya.

Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk pernah mengeluh nyeri

punggung bawah. LBP terhitung hampir mengurangi produktivitas hingga 20

juta % atau setara dengan 200 milyar rupiah setiap tahunnya di Amerika.

Lebih dari 80 juta % dihabiskan setiap tahunnya untuk mengatasi LBP di

Amerika Serikat. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di

negara-negara industri. Diperkirakan & 70-85% dari seluruh populasi pernah

mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi pertahunnya

bervariasidari 15-45 % dengan point prevalence rata-rata 30%. Di Indonesia,

nyeri punggung bawah merupakan masalah kesehatan yang nyata dan

merupakan penyakit nomor dua setelah influenza. Kira-kira 80% penduduk

Indonesia pernah sekali merasakan nyeri punggung bawah.2

Nyeri punggung bawah LBP merupakan salah satu gangguan

muskuloskeletal,gangguan psikologis dan akibat mobilisasi yang salah. LBP

menyebabkan timbulnya rasatidak nyaman pada daerah lumbal dan sakrum.

1
Walaupun LBP jarang fatal, namun nyeri yangdirasakan menyebabkan pasien

mengalami disabilitas yaitu keterbatasan fungsional dalam aktifitas sehari-hari

dan banyak kehilangan jam kerja terutama pada usia produktif, sehingga

merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan.

Etiologi low back pain (LBP) dapat bervariasi dari yang paling ringan

(misalnya kelelahan otot) sampai yang paling berat misalnya tumor ganas

tetapi sebagian besar low back pain pada masyarakat adalah akibat adanya

faktor mekanik hal ini terjadi karena kekakuan dan spasme otot punggung

akibat aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh. Tulang

punggung menerima beban lebih besar sebagai konsekuensi tugasnya untuk

menjaga posisi tegak tubuh, dan beban iniakan lebih banyak terkonsentrasi di

bagian bawah dari tulang punggung tersebut.

Selain itu berbagai penyakit juga dapat menyebabkan LBP seperti

osteomielitis, osteoporosis,sclerosis, rematik dan lain-lain. Dari aspek

rehabilitasi medik, LBP menyebabkan nyeri pada tulang belakang

(impairment), keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari 3

(disabilitas) , dan keterbatasan dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas social

(handicap). Sehingga diperlukan penanganan dari segi rehabilitasi medik

dengan tujuan yaitu agar penderita dapat kembali kepada kondisi semula atau

mendekati keadaan sebelum sakit, menghindarisemaksimal mungkin

timbulnya cacat sekunder, mengusahakan sedapat mungkin penderita cepat

kembali ke pekerjaan semula atau pekerjaan baru, serta psikologi penderita

menjadi lebih baik

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Low Back Pain (LBP)


LBP (Low Back Pain/nyeri punggung bawah) adalah suatu gejala dan bukan
suatu diagnosis, dimana pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis
patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun di sebagian besar kasus,
diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama. Dengan demikian maka LBP yang
timbulnya sementara dan hilang timbul adalah sesuatu yang dianggap biasa.
Namun bila LBP terjadi mendadak dan berat maka akan membutuhkan
pengobatan, walaupun pada sebagian besar kasus akan sembuh dengan sendirinya.
LBP yang rekuren membutuhkan lebih banyak perhatian, karena harus merubah
pula cara hidup penderita dan bahkan juga perubahan pekerjaan.
1. Definisi Low Back Pain
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.5
Nyeri punggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:

a. Nyeri pinggang lokal


Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah
dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-
bagian dibawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra,
sendi danligamen.
b. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada
dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-
kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi
motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen
vertebra atau didalam kanalis vertebralis.

3
c. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih
dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-
bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
d. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau
dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
e. Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio
intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau
menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada
percabangan aorta atau pada arteri iliakakomunis.
f. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf
dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan. 9 Nyeri
punggung bawah berdasarkan sumber :
1 ) Nyeri punggung bawah Spondilogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebrata, sendi, dan
jaringan lunaknya. Antara lain spondilosis, osteoma, osteoporosis,
dan nyeri punggung miofasial.
2 ) Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam,
misalnya kelainan ginjal, kelainan ginekologik, dan tumor
retroperitoneal.
3) Nyeri punggung bawah Vaskulogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah,
misalnya aneurisma, dan gangguan peredaran darah.
4) Nyeri punggung bawah Psikogenik
Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti neurosis,
ansietas, dan depresi. Nyeri ini tidak menghasilkan definisi yang
jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari akar saraf atau

4
saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat juga dirasakan pada
bagian dalam secara nyata atau tidak nyata, radikuler maupun non
radikuler, berat atau ringan. Lama keluhan tidak mempunyai pola
yang jelas, dapat dirasakan sebentar ataupun bertahun– tahun.6
2. Insidensi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara- negara
industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami
episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%,
dengan point prevalence rata-rata 30%. Di AS nyeri ini merupakan penyebab
yang urutan palingsering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia
<45 tahun, urutan kedua untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter,
urutan kelima alasan perawatan dirumah sakit, dan alasan penyebab yang
paling sering untuk tindakan operasi. Data epidemiologi mengenai LBP di
Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah
berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-
laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke
beberapa rumah sakit di Indonesia berkisarantara 3-17%.6
3. Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:

a. Diskogenik (sindroma spinal radikuler)

Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nukleus


pulposus yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa
dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan
keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokasinya paling
sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah
torakal. Nukleus terdiri dari mega molekul proteoglikan yang dapat
menyerap air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga,
gel dari nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut
terus sampai dekade ke empat menjadi kira- kira 65%. Nutrisi dari anulus
fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil

5
yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang
menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma yang berulang
menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara melingkar maupun
radial. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan pemisahan
lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus.
Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa
nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan
menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.7
b. Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada
serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa
disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang
mengiritasi n.iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis,
daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n.
Iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).8
4.Penatalaksanaan dan Pencegahan Low Back Pain
Biasanya low back pain hilang secara spontan. Kekambuhan sering terjadi
karena aktivitas yang disertai pembebanan tertentu. Penderita yang sering
mengalami kekambuhan harus diteliti untuk menyingkirkan kelainan
neurologik yang mungkin tidak jelas sumbernya.20 Berbagai telaah yang
dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit menunjukkan bahwa proporsi
pasien yang masih menderita low back pain selama 12 bulan adalah sebesar
62% (kisaran 42 % - 75 %), agak bertentangan dengan pendapat umum bahwa
90% gejala low back pain akan hilang dalam 1 bulan.9

Penanganan terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan menghilangkan


penyebabnya (kausal) walaupun tentu saja pasien pasti lebih memilih untuk
menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu (simptomatis). Jadi perlu
digunakan kombinasi antara pengobatan kausal dan simptomatis. Secara
kausal, penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus penyebabnya. Misalnya
untuk penderita yang kekurangan vitamin saraf akan diberikan vitamin
tambahan. Para perokok dan pecandu alkohol yang menderita LBP akan

6
disarankan untuk mengurangi konsumsinya. Pengobatan simptomatik
dilakukan dengan menggunakan obat untuk menghilangkan gejala-gejala
seperti nyeri, pegal, atau kesemutan. Pada kasus LBP karena tegang otot dapat
dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi otot
(muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang
memerlukan campuran antara obat-obat analgesik, anti inflamasi, NSAID, obat
penenang, dan lain-lain.1

5. Faktor Resiko Low Back Pain


Berdasarkan penelitian secara mekanik dan data statistik didapatkan
kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya cidera
otot (MSDs) akibat bekerja.7
a. Faktor Pekerjaan
Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang mampu menyebabkan
terjadinya cidera otot atau jaringan tubuh :
1) Posisi saat Bekerja
Posisi tubuh saat bekerja yang menyimpang dari normal dan
dilakukan secara berulang akan meningkatkan resiko terjadinya LBP.16
Kriteria Penilaian sikap tubuh:
a) Sikap tubuh normal : tegak/sedikit membungkuk 0-20 derajat dari
garis vertikal
b) Sikap tubuh fleksi sedang : membungkuk 20-45 derajat dari garis
vertikal
c) Sikap tubuh fleksi berlebih : membungkuk >45derajat dari garis
vertikal
d) Sikap tubuh fleksi ke samping atau berputar : menekuk ke samping
kanan atau kiri atau berputar >15 derajat dari vertikal
Hasil penelitian Keyserling (2019) yaitu LBP pada pekerja dengan sikap tubuh
fleksi sedang pada kasus lima kali lebih banyak dari kontrol dan pada pekerja
dengan sikap tubuh fleksi berlebih, fleksi ke samping dan berputar enam kali
lebih banyak dari kontrol.7

7
1) Masa Bekerja
Masa bekerja merupakan lamanya seseorang bekerja di suatu perusahaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, MSDs merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan waktu lama untuk bermanifestasi. Jadi semakin lama
seseorang bekerja di suatu perusahaan atau semakin lama terpajan oleh
faktor resiko, maka semakin tinggi pula terjadinya MSDs.15
2) Durasi Bekerja
Sukarto (2019) mengatakan bahwa ketika manusia duduk, beban yang
diterima lebih berat 6-7 kali dari berdiri. Jika riding position-nya salah,
bagian tulang belakang yakni vertebra lumbal 2-3 akan terserang LBP.
Durasi bekerja yang produktif adalah 8- 10 jam sehari. Diperkirakan apabila
lebih dari 10 jam produktivitas kerja akan menurun.15
3) Repetisi
Pengulangan gerakan kerja yang terjadi secara terus menerus dengan pola
yang sama mampu meningkatkan terjadinya LBP. Hal ini dapat terlihat
dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerja
harus terus menerus bekerja sesuai sistem yang ada. Gerakan bekerja yang
berulang mampu menyebabkan degenerasi tulang punggung daerah lumbal.8
4) Pekerjaan statis
Berdasarkan penelitian oleh Riihiimaki (1995) disebutkan bahwa
pekerjaan dengan postur yang dinamis, memiliki resiko MSDs lebih rendah
dibandingkan dengan pekerjaan yang menuntut postur statis. Hal ini
disebabkan karena dengan postur yang statis mampu menurunkan sirkulasi
darah dan nutrisi pada jaringan otot.8
5) Pekerjaan yang membutuhkan tenaga atau beban
Pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar akan memberikan beban
mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang
berat tersebut akan menyebabkan iritasi, inflamasi otot, kerusakan otot,
tendon dan jaringan lainnya.1

8
b. Faktor Individu

1.) Usia

Menurut Riihimaki et al (1989) menjelaskan bahwa umur mempunyai


hubungan yang sangat erat terhadap keluhan otot, terutama otot leher dan
bahu. Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%,
kemampuan sensoris motoris menurun sebesar 60%, dan kemampuan fisik
seseorang berusia >60 tahun akan menurun hingga 50% dari seseorang yang
berumur 25 tahun.8
2.) Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Hal ini
secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
Berdasarkan beberapa penelitian yang menunjukkan prevalensi kasus MSDs
lebih tinggi wanita dibanding pria dengan perbandingan keluhan otot antara
pria dan wanita adalah 1:3.13
3.) Kebiasaan Merokok
Beberapa penelitian mengatakan bahwa riwayat merokok berhubungan
dengan terjadinya keluhan otot. Semakin lama dan semakin tinggi kebiasaan
merokok, maka semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan.14
Kebiasaan merokok mampu menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga
kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen juga menurun. Bila seseorang
dituntut untuk melakukan tugas yang berat, maka akan cepat lelah karena
kandungan oksigen dalam darah rendah. Menurut Boshuizen et al (1993)
nikotin pada rokok mampu menyebabkan berkurangnya aliran oksigen dalam
darah, sehingga otot mudah lelah.17
4.) Kebiasaan Olahraga
Aerobic fitness meningkatkan kontraksi otot. Delapan puluh persen
(80%) kasus LBP disebabkan karena kurangnya kelenturan tonus otot atau
kurang berolahraga. Berdasarkan laporan dari NIOSH (1979) menyatakan
bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka risiko terjadinya keluhan

9
sebesar 7,1%, tingkat tingkat kesegaran jasmani yang sedang risiko
terjadinya gangguan otot rangka adalah 3,2% dan tingkat kesegaran jasmani
yang tinggi maka risiko untuk terjadinya keluhan otot rangka sebesar 0,8%.13
5.) Tinggi Badan
Berdasarkan penelitian oleh NIOSH dipaparkan bahwa tinggi seseorang
berpengaruh terhadap herniated lumbar disc pada jenis kelamin pria dan
wanita serta pendeknya seseorang berpengaruh terhadap keluhan leher dan
bahu.13
6.) Obesitas
Obesitas atau kegemukan adalah terjadinya penimbunan lemak di
jaringan lemak tubuh. Keadaan ini diakibatkan konsumsi kalori tidak
seimbang dengan kebutuhan energi. Seseorang dikatakan obesitas apabila
berat badan lebih dari 20% dari berat badan ideal. Berat badan berlebihan
(obesitas) menyebabkan tonus abdomen melemah, sehingga menimbulkan
kelelahan pada otot paravertebra, hal ini merupakan faktor resiko terjadinya
LBP.12
c. Faktor Lingkungan
1.) Getaran (vibrasi)
Getaran merupakan suatu serangkaian arus bolak-balik, arus mekanis
bolak-balik, dan pergerakan partikel mengitari suatu keseimbangan,
merupakan sebagian kecil yang dikemukakan. Adanya getaran memberikan
reaksi fisiologis tubuh yang berakibat pada seluruh tubuh dapat bersumber
dari kendaraan atau peralatan berat termasuk mobil, truk, bis, kereta api,
pesawat terbang, dan mesin-mesin untuk konstruksi bangunan.12

2.) Temperatur ekstrim

Temperatur yang tinggi dapat menyebabkan berkurangnya daya kerja


sensor tubuh, aliran darah, kekuatan otot dan keseimbangan. Sedangkan
temperatur rendah dapat menyebabkan pekerja merasa cepat lelah.12

10
2.2 Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya yaitu antaranya
adalah sistem rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem
pernafasan, sistem saraf, sistem penginderaan, sistem otot, dan sebagainya.
Sistem tersebut berkaitan satu dengan yang lainnya berperan menunjang
kehidupan manusia. Dalam hal ergonomik, hal yang paling mempengaruhi
yaitu sistem otot, sistem rangka dan sistem syaraf.22
1. Anatomi Muskuloskeletal
Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat melekatnya
otot-otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti
sel-sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali
dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut. Rangka manusia
terdiri dari tulang-tulang yang menyokong tubuh manusia yang terdiri atas
tulang tengkorak, tulang badan dan tulang anggota gerak.2
Fungsi dari sistem muskuloskeletal adalah mendukung dan melindungi
tubuh dan organ-organnya dalam melakukan gerakan. Terdapat enam elemen
dari muskuloskeletal antara lain: tendon, ligamen, fascia (pembungkus),
kartilago, tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen, fascia dan otot sering
disebut sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang sendi diperlukan untuk
pergerakan antara segmen tubuh. Sistem otot dan rangka merupakan
rangkaian alat gerak yang mampu mempengaruhi postur dalam bekerja.
Sistem ini berguna dalam mendesain atau merancang tempat kerja,
peralatan kerja dan produk baru yang harus disesuaikan dengan karakteristik
manusia. Sistem otot dan rangka berpengaruh dalam kemampuan dan
keterbatasan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan.

2. Anatomi Tulang Belakang

Tulang belakang merupakan bagian terpenting dalam menentukan posisi


ergonomi terutama saat bekerja karena bagian ini merupakan rangka yang

11
menyokong tubuh manusia bersama dengan panggul mentransmisikan beban
kepada kedua kaki melalui persendian pangkal paha. Tulang belakang terdiri
dari beberapa bagian yaitu:
1) Tulang Belakang Servikal
Terdiri dari tujuh tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil dengan
spina atau proccesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang)
yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang
yang mendukung bagian leher.
2) Tulang Belakang Thorax
Terdiri dari 12 tulang (tulang dorsal). Proccesus spinosus pada tulang ini
terhubung dengan rusuk. Kemungkinan beberapa gerakan memutar dapat
terjadi pada tulang ini.
3) Tulang Belakang Lumbal
Terdiri dari lima tulang yang merupakan bagian yang paling tegap
konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya.
Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa
gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
4) Tulang Belakang Sakrum
Terdiri dari lima tulang dimana tulang-tulangnya bergabung dan tidak
memiliki celah atau intervertebral disc satu sama lainnya. Tulang ini
menghubungkan antara bagian punggung dengan bagian panggul.
5) Tulang Belakang Coccyx
Terdiri dari 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1 dengan
yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung menjadi satu kesatuan
dan membentuk tulang yang kuat.

12
Gambar 2.1 Struktur Tulang Belakang
Sumber: Osmond Ergonomics18

Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat
di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi
melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari
annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nukleus pulposus yang
berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Dengan adanya bantalan ini
memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang dan sebagai penahan jika
terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam keadaan melompat. Jika terjadi
kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang
belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian bawah dan
kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi yang
baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan cidera.
a. Fisiologi Kontraksi Otot
Sistem otot terdiri dari sejumlah besar otot yang berperan dalam pergerakan
(body movement) dan menyusun sekitar 40% dari total massa tubuh manusia.
Sel otot merupakan sel khusus yang memiliki kemampuan untuk melakukan
kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan gerakan.26
Ketika melakukan kontraksi, otot membutuhkan energi yang diperoleh dari
reaksi pemecahan ATP (adenosine triphospate) menjadi (adenosine diphospate)
dan energy. Jika kontraksi dilakukan terus-menerus, aliran darah ke otot

13
terhambat sehingga energi diperoleh dari senyawa glukosa otot (glikogen).
Glukosa kemudian mengalami glikolisis menjadi asam piruvat dan ATP yang
menghasilkan energy untuk kontraksi otot serta asam laktat sebagai produk
sampingan yang mengakibatkan timbulnya rasa pegal atau kelelahan. Otot yang
bekerja terus-menerus akan mengalami kejang otot.26
Terdapat dua jenis kerja otot, yaitu kerja otot statis dan dinamis. Dalam
pemanfaatan energy, pekerjaan dinamis lebih baik daripada pekerjaan statis.
Pada pekerjaan statis, peredaran darah ke otot berkurang sehingga energi yang
dihasilkanpun berkurang pula. Hal ini menyebabkan konsumsi energy yang lebih
besar pada pekerjaan statis disbanding pekerjaan dinamis pada beban kerja yang
sama.26
6) Tes Pemeriksaan untuk Diagnosa LBP
Diagnosa LBP dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan diantaranya pemeriksaan fisik yang dilakukan secara
menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik,
sensorik dan otonom lumbal dan kaki.
Menurut Utami (2012) beberapa hal yang harus dilakukan adalah:28

a. Inspeksi
Pada inspeksi yang peru diperhatikan :
1) Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya
angulasi, pelvis yang miring atau asimetris, muskular paravertebral
atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.

2) Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah


ada hamb atan selama melakukan gerakan.

3) Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian,


apakah ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas.

4) Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun


berbaring dan bangun dari berbaring.

5) Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi,

14
pembengkakan, perubahan warna kulit.
b. Palpasi dan perkusi
1) Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling
ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa
paliag nyeri.

2) Ketika meraba kolumna vertebralis seyogyanya dicari


kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau anterior posterior
c. Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus
nyeri pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau
karena sebab yang lain.
1) Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah
satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan
sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian
segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini
meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam
dan rasa getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka tentukanlah batasnya
sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang terganggu.

2) Pemeriksaan motorik

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen


mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai
segmen L4 maka m.tibialis anterior akan menurun kekuatannya.
Pemeriksaan yang dilakukan :

a) Kekuatan

Fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari,
dan jari lainnya dengan menyuruh penderita melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi, sementara pemeriksaan menahan gerakan tadi.

15
b) Perhatikan atrofi otot
c) Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang
bersifat halus) pada otot – otot tertentu.
3) Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi
motor neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri
punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari
segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi (penderita dapat
berbaring atau duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patela
dipukul dengan palu refleks. Apabila ada reaksi ekstensi tungkai
bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5,
refleksi ini negatif.
a) Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut
dalam posisi fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang
satunya, dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan,
kemudian tendo achiles dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar
fleksi maka refleks achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1,
refleksi ini negatif. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi
yang dapat membantu menegakkan diagnosa LBP antara lain:27
1. Tes Laseque (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi
lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri
punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan
dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari
pantat sampai ujung kaki.
2. Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitifdari tes laseque. Caranya
sama seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka
nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini,

16
mulai dari pantat sampai ujung kaki.
3. Tes Sicard
Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari
ibu jari kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada
saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan
saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
4. Tes Patrick
Pada tes ini Pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki
diletakkan pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah ini
dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi
keluar. Bila timbul rasa nyeri, maka hal ini berarti ada suatu
sebab yang non neurologik misalnya coxitis. Tes ini dilakukan
pada kedua kaki.
5. Tes Kontra Patrick
Tes kontra patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang,
sama halnya dengan melakukan tes patrick akan tetapi kaki di
rotasi kedalam (internal). Tangan pemeriksa memegang
pergelangan kaki dan bagian lateral dari lutut. Setelah itu
lakukan penekanan pada sendi lutut ke rotasi dalam. Apabila
nyeri timbul (+) menunjukkan sumber nyeri di sacroiliaka.
6. Tes Valsalva
Pasien disuruh menutup mulut dan hidung kemudian
meniup sekuat-kuatnya. Hasil positif pada hernia nukleus
pulposus (HNP).

17
7) Pengukuran Nyeri

Nyeri pada kasus LBP dapat diukur menggunakanmetode pengukuran


nyeri Visual Analogue Scale (VAS). Skala yang pertama sekali dikemukakan
oleh Keele pada tahun 1948 yang merupakan skala dengan garis lurus 10 cm,
dimana awal garis (0) penanda tidak ada nyeri dan akhir garis (10)
menandakan nyeri hebat. Pengukuran nyeri dilakukan dengan cara pasien
diminta untukmenandai sepanjang garis tersebut untuk mengekspresikan
nyeri yang dirasakan. Nilai VAS antara 0–4 cm dianggap sebagai tingkat
nyeri yang rendah dan nilai VAS > 4 dianggap nyeri sedang menuju berat
sehingga pasien merasa tidak nyaman. Setelah itu nilai tersebut dicatat untuk
melihat kemajuan dari intervensi yang sudah dilakukan.

Gambar 2.2Visual Analog Scale


Sumber: Warden et al23
8) Metode Penilaian Risiko Ergonomi (RULA)
RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr.
Lynn McAttamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom
dari universitas di Nottingham (University’s Nottingham Institute of
Occupational ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal
aplikasi ergonomik pada tahun 1993. Rapid Upper Limb Assessment
(RULA) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur faktor
risiko musculoskeletal disorders pada leher dan tubuh bagian atas.
RULA dikembangkan oleh McAtamney dan Corlett dari University of
Nottingham Institute of Occupational Ergonomics, United Kingdom

18
pada

19
tahun 1993.

Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan


dalam bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi
kerja yang dilakukanoleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak
melakukan piranti khusus dalam memberikan pengukuran postur leher,
punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot dan beban
eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan
metode RULA membutuhkan waktu sedikit untuk melengkapi dan
melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan
perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan pengangkatan fisik
yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan dipakai pada bidang
ergonomi dengan bidang cakupan yang luas RULA menghitung faktor
risiko ergonomi pada pekerjaan dimana pekerjannya banyak melakukan
pekerjaan dalam posisi duduk atau berdiri tanpa adanya perpindahan.
RULA menghitung faktor risiko berupa postur, tenaga/beban, pekerjaan
statis dan repetisi yang dilakukan dalam pekerjaan. Fokus utama
penilaian RULA yang diukur secara detail yaitu postur dari bahu/lengan
atas, siku/lengan bawah, pergelangan tangan, leher dan pinggang. Selain
itu RULA juga mempertimbangkan adanya beban dan perpindahan yang
dilakukan dalam penilaiannya. RULA juga menilai posisi kaki apakah
stabil atau tidak.

Skor-skor pada RULA :

a. Langkah 1
a. +1 Untuk 20° extension hingga 20° flexion
b. +2 Untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion
c. +3 Untuk 45° - 90° flexion
d. +4 Untuk 90° flexion
atau lebih Keterangan:
a. + 1 jika pundak/bahu ditinggikan

20
b. + 1 jika lengan atas abducted
c. -1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang19

Gambar 2.3 Postur Bagian Lengan Atas


Sumber: Osmond Ergonomics18
b. Langkah 2
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari peneliti
Granjean dan Tichauer. Skor tersebut adalah:
a. + 1 untuk 60° - 100° flexion
b. +2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion
Keterangan:
a + 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau
keluar dari sisi

Gambar 2.4 Postur Bagian Lengan Bawah


Sumber: Osmond Ergonomics18
c. Langkah 3
Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari
penelitian Health and Safety Executive, digunakan untuk
menghasilkan skor postur sebagai berikut:
a. + 1 untuk berada pada posisi netral
b. + 2 untuk 0 - 15° flexion maupun extension
c + 3 untuk > 15° atau lebih flexion maupun extension

21
Keterangan:
+1 jika pergelangan tangan berada pada deviasi radial maupun
ulnar

Gambar 2.5 Postur Pergelangan Tangan


Sumber: Osmond Ergonomics18

d. Langkah 4
Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang
dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada postur netral
berdasar pada Tichauer.

Skor tersebutadalah:
a. +1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah
putaran.
b. +2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada
akhir rentang putaran.19

Gambar 2.6 Postur Putaran Pergelangan Tangan


Sumber: Osmond Ergonomics18

e. Langkah 5
Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A
yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan

22
dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor
untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut
dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.

Tabel 2.1 Skor Grup A

Sumber: Osmond Ergonomics18

f. Langkah 6
Skor penggunaan otot
Tambahkan nilai +1, apabila terjadi :
i. Postur statis, berlangsung selama 10 menit atau lebih.
ii. Gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit.19

g. Langkah 7
Skor untuk penggunaan tenaga atau beban
0 Beban < 2 kg, Intermiten
1 Beban 2-10 kg, Intermiten
2 Beban 2-10 kg, Statis atau Repetitif
3 Beban > 10 kg, Repetitif atau dengan Kejutan

23
h. Langkah 8
Tetapkan lajur pada tabel C

Table 2.2 Grand Total Score Table

Sumber: Osmond Ergonomics18

i. Langkah 9
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi
yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran
tersebut adalah:
a. +1 untuk 0 - 10° flexion
b. +2 untuk 10 - 20° flexion
c. +3 untuk 20° atau lebih flexion
d. +4 jika dalam in extention
Apabila leher diputar atau
dibengkokkan Keterangan :
+1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke
kanan atau kiri.19

24
Gambar 2.7 Postur Leher

j. Langkah 10
Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean
dan Grandjean et al:
a.+1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut
paha tubuh 90° lebih
b. +2 untuk 0 - 20° flexion
c. +3 untuk 20° - 60° flexion
d. +4 untuk 60° atau lebih
flexion Punggung diputar
atau dibengkokkan
Keterangan:
+1 jika tubuh diputar
+1 jika tubuh miring kesamping

Gambar 2.8 Postur


Punggung
Sumber: Osmond
Ergonomics18

k. Langkah 11
Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai
berikut:
a. +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang
rata.
b. +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki
dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.

25
c. +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar
merata.

l. Langkah 12
Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok B
yaitu leher, punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan
skor untuk masing- masing postur. Kemudian skor tersebut
dimasukkan ke dalam tabel B untuk memperoleh skor B.19
Tabel 2.3 Skor Grup B

Sumber: Osmond
Ergonomics18

m. Langkah 13
Skor penggunaan otot
Tambahkan nilai +1, apabila terjadi :
Postur statis, berlangsung selama 10 menit atau lebih.
a. Gerakan berulang 4 kali atau lebih dalam 1 menit.

26
n. Langkah 14
Skor untuk penggunan tenaga atau beban.
0 Beban < 2 kg, intermiten
1 Beban 2-10 kg, intermiten
2 Beban 2-10 kg, statis atau repetitif
3 Beban > 10 kg, repetitif atau dengan kejutan

o. Langkah 15
Tetapkan lajur pada tabel C
Tabel 2.4 Skor Grup C

Sumber: Osmond Ergonomics18


Penetapan skor final yaitu dengan memasukkan nilai postur
kelompok A (armand wrist analysis) kedalam kolom vertikal
tabel C, lalu memasukkan nilai postur kelompok B (neck, trunk,
and leg analysis) ke dalam kolom horizontal tabel C. Setelah
diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan
level tindakan (action level) sebagai berikut:

1. Action level 1
Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini biasa
diterima jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam
periode yang lama.
2. Action level 2
Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan
lanjutan dan jugadiperlukan perubahan-perubahan.

27
3. Action level 3
Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan
perubahan perlu segera dilakukan.
4. Action level 4
Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka
pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu
juga).19

28
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Ny. RS
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jayapura
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Tanggal Pemerikasaan : 7 Februari 2023

3.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan autoanamnesis pada tanggal 1 Februari 2023 jam 11.45
WIT
1. Keluhan utama : Nyeri pada punggung bagian bawah kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Onset : Kurang lebih 1 minggu
2. Lokasi : Punggung kanan
3. Kronologis : Pasien mengeluh nyeri di punggung kanan
kurang lebih satu minggu yang lalu. Selama ini Pasien hanya berobat
di RSUD Dok II,
4. Kualitas : Nyeri punggung yang mengganggu.
5. Kuantitas : Nyeri dirasakan saat bekerja dan aktifitas.
6. Faktor yang memperberat : saat m engangkat barang atau duduk lama.
7. Factor yang memperingan: Berbaring
8. Keluhan : Pusing.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat penyakit yang sama : (+)
2. Riwayat Penyakit DM : (-)

29
3. Riwayat penyakit hipertensi : (+)
4. Riwayat penyakit jantung : disangkal
5. Riwayat trauma : disangkal
6. Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat penyakit yang sama : (-)
2. Riwayat Penyakit DM : (-)
3. Riwayat penyakit hipertensi : (-)
4. Riwayat penyakit jantung : disangkal
5. Riwayat trauma : disangkal
6. Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat Pribadi Dan Sosial Ekonomi.
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga yang aktifitas hari-hari
dirumah,. Pasien merasa sakit punggung ini kurang lebih 1 minggu.
Riwayat merokok disangkal, Riwayat alcohol disangkal.
3.3 Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan umum : Baik.
Tanda Vital
Suhu Tubuh : 36.5°C
Tekanan Darah : 140/70 mmHg
Nadi : 70x/ menit
SpO2 : 99% Spontan
2. Status Lokalis
a. Kepala dan Leher
1. Kepala : Normocefali, simetris, tidak ada kelainan, warna
rambut hitam, kulit kepala normal,
alopesia(-)ulkus (-)
2. Muka : Simetris, paresenervus VII (-).
3. Mata : Exoftalmus (-/-), endoftalmus (-/-), konjungtiva
anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), edema palpebra

30
(-/-), pupil bulat isokor, diameter pupil Ø 3mm
ODS, reflex cahaya (+/+), gerakan bola mata
baik kesegala arah.
4. Hidung : Deformitas (-), deviasi (-), krepitasi(-), secret
(-/-), darah (-/-), napas cuping hidung (-), nyeri
tekan sinus (-).
5. Telinga : Deformitas (-), sekret (-),nyeri tekan tragus (-),
nyeri tarik (-), tidak teraba benjolan/
pembesaran KGB lokal.
6. Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-),stomatitis (-),
caries (-), oral candidiasis (- )
7. Tenggorokan : Uvula ditengah, tonsil T1-T1 tenang, faring
hiperemis (-).
b. Thorax
1. Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, Tidak terdapat
kelainan pada dinding dada, retraksi (-/-).
Palpasi : Ekspansi dada (+) Dextra = Sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler/vesikuler, wheezing (-/-),
rhonki (-/-).
2. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi.
Palpasi : Thrill (-).
Perkusi : Pekak, Batas jantung normal.
Auskultasi : BJ I dan BJ II reguler, murmur (-), gallop (-).
c. Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-).

Auskultasi : Bising usus (+) normal 3-4 x/menit.

31
Palpasi : supel (+ ), shifting dullnes (-), undulasi (+),
hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba
membesar

Perkusi : Thimpani.

d. Ekstremitas
Inspeksi : Massa (-), Jejas (-), Ulkus(-)
Palpasi : Akral hangat, CRT < 2 detik, Udem tungkai (-)

3. Status lokalis
Anggota Gerak Atas Kanan Kiri

Inspeksi :
Drop Hand Tidak ada Tidak ada
Claw Hand Tidak ada Tidak ada
Kontraktur Tidak ada Tidak ada
Warna Kulit Normal Normal

4. Sistem Motorik :
Gerakan + normal +normal
Kekuatan 5-5-5 5-5-5
Tonus normal normal
Trofi (-) (-)
Sensibilitas + normal + normal
Nyeri + normal + normal
Reflek fisiologi :
Bisep + normal + normal
Trisep + normal + normal
Radius + normal +
normal

32
Reflek Patologi
Hoffman (-) (-)
Tromer (-) (-)

Anggota Gerak Bawah Kanan Kiri

Inspeksi :
Drop foot tidak ada tidak ada
Claw foot tidak ada tidak ada
Pitcher’s foot tidak ada tidak ada
Kontraktur tidak ada tidak ada
Warna Kulit Normal Normal

5. Sistem Motoric
Gerakan (+) normal (+) normal
Kekuatan 5-5-5 5-5-5
Tonus (+) normal (+) normal
Trofi (-) (-)
Klonus (-) (-)

3.4 Resumen
Pasien mengeluh nyeri punggung punggung kanan ± satu minggu. Nyeri
saat aktifitas pada punggung belakang. Aktivitas sehari-hari berdiri, berjalan,
dengan bantuan saat posisi duduk ke berdiri berjalan baik. Pasien tidak ada
riwayat penyakit DM, hipertensi (+), jantung (-), alergi (-) dan trauma di
daerah punggung disangkal pasien.

33
3.5 Diagnosa
1. Diagnosa Klinis
Low Back Pain
2. Diagnosa Fungsional
Impairment : Nyeri punggung kanan.
Disabilitas : Gangguan Nyeri pada punggung kanan L4- L5
serta merasa pusing. Aktivitas harian pasien
terganggu.
Handicap : pasien tidak bekerja.

3.5 Problem Rehabilitasi Medik.


Fisioterapi : Pasien tidak bisa duduk lama.

3.6 Goal Rehab Medik


1. Jangka Pendek
a. Mengurangi keluhan nyeri
b. Mencegah komplikasi yang lebih parah pada pasien.
2. Jangka Panjang
a. Mengurangi impairment, disabilitas, dan handicap yang dialami
pasien.
b. Meningkatkan dan memelihara kekuatan otot dan sensitivitas syaraf.
c. Meningkatkan ADL.
3.7 Terapi
1. Medikametosa
a. Analgesik ( ibuprofen 500 mg 2x1 )
b. Neurotropik ( mecobalamin 500 mcg x2 )
c. Muscle Relaxan ( Epiriconr HCL 50 mg 2x1 )
2. Rehabilitasi Medik
a. Fisioterapi :

34
Micro Wave Diathermi (MWD) pada daerah punggu dan leher,
dan Eksersise seperti William Flexion exercise, McKenzie
exercise dan Neck Callient exercise.
b. Orthotik prostetik:
Thoracolumbosacral Orthose
c. Terapi edukasi :
1. Mengurangi posisi yang membebani tulang belakang seperti
membungkuk dan cara berdiri yang salah.
2. Membatasi pekerjaan yang berat.
3. Mengistirahatkan punggung dengan cara tidak mengangkak
beban yang berat.
4. Menghindari resiko terjatuh, tertekan atay terpukul didaerah
punggung.

3.9 Prognosis
1. Ad Vitam : ad bonam
2. Ad Functionam : dubia ad bonam
3. Ad Sanationam : dubia ad bonam

35
BAB IV

PEMBAHASAN

5.1 Bagaimana Diagnose Pada Kasus Ini?


Low back Pain (LBP ) adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung
kanan dapat berupa nyeri local, radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut vertebra sampai lipatan bokong bawa yaitu didaerah lumbal
atau lumbo sacral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah
tungkai dan kaki. Penegakan diagnose low back pain (LBP) dilakukan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan secara auto anamnesis pada
tanggal 7 februari 2023 jam 11.45 WIT. Keluhan utamanya yaitu nyeri
punggung kanan ± satu minggu. Pasien mengeluh timbul rasa nyeri saat
beraktifitas. Pasien merasa nyeri berkurang saat baring atau rileks.
Pasien tidak ada riwayat DM, hipertensi (+), jantung (-), alergi (-) dan
trauma didaerah punggung disangkal pasien. keluhan lain adalah pasien
mengaku merasa pusing.
Berdasarkan pemeriksaan tanda vital pasien didapatkan suhu tubuh
Suhu Tubuh : 35°C, Tekanan Darah 140/70 ,Nadi 70x/ menit , SPo2
98%. Status generalis lain dalam batas normal, status interna, status
neurologis, postur, dan gait juga dalam batas normal. Namun pada palpasi
ditemukan adanya nyeri tekan pada punggung bagian kanan. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan foto X-Ray saja, karena
masalah ekonomi, tentunya kita tidak bisa memaksakan pemeriksaan yang
lainnya. Memang pemeriksaan penunjang adalah satu komponen penting
dalam penegakan diagnosis dan berperan dalam pengambilan keputusan
terapi. Akan tetapi seorang dokter dapat memberikan keputusan terapi

36
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang akurat. Dari data
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang akurat bisa didapatkan hasil yang
mengarah ke suatu diagnosis dan menyingkirkan diagnosis lain.
5.2 Bagaimana Penatalaksanaan Pada Kasus Ini?
Penatalaksanaan yang diberikan pada kasus ini adalah terapi
medikametosa untuk mengurangi keluhan dan penyakit penyerta, terapi
non medikametosa untuk mengembalikan fungsi bagian yang bermasalah
dan mencegah komplikasi lanjut Low back pain, pembedahan tidak
dilakukan karena tidak ada indikasi. Terapi medika metosa pada kasus ini
berupa analgesik ( ibuprofen 500mg 2 x 1 ) untuk mengatasi nyeri,
neurotropik ( mecobalamin 500 mcg x 2 ), dan muscle relaxan ( Epiricone
HCL 50 mg 2 x 1 ). Terapi rehabilitasi medik yang diberikan pada pasien
ini seperti fisioterapi Micro Wave Diathermi (MWD) pada daerah
punggung dan leher, dan eksersise seperti William Flexion Exercise,
McKenzie exercise dan Neck Callient Exercise. Ortho protestik seperti
menggunakan korset Thoracolumbosacral Orthoses. Terapi edukasi yaitu
mengurangi posisi yang membebani tulang belakang seperti membungkuk
dan cara berdiri yang salah, membatasi pekerjaan yang berat,
mengistirahatkan punggung dengan cara tidak mengangkat barang yang
berat, menghindari resiko terjatuh, tertekan atau terpukul didaerah
punggung.
5.3 Bagaimana Prognosis Pada Kasus ini?
Kepatuhan pasien dalam mengikuti program terapi dan edukasi yang
diberikan oleh dokter juga penting untuk prognosis, bila pasiennya patuh,
maka tingkat kesembuhan juga cenderung tinggi.

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri local maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawa sampai lipat bokong bawah yaitu didaerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan 10 penjalaran nyeri
kea rah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.
2. Diagnosis Low Back Pain yaitu beruba adanya nyeri diantara sudut
vertebrata terbawa sampai lipatan bokong bawah yaitu di daerah lumbal
atau lumbo sacral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah
tungkai dan kaki. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan
pada punggung bagian bawah yang menjalar kebagian diatas punggung
hingga leher serta didapatkan tes Lessegue (+) dan tes Patrick (+). Pada
pemeriksaan penunjang yang dilakukan hanya pemeriksaan X-Ray.
3. Penatalaksanaan Low Back yaitu terapi medikametosa berupa analgesic,
neurotropic, dan muscle relaxan. Terapi rehabilitasi medik yang diberikan
pada pasien ini berupa fisioterapi ( Micro Wave Diathermi (MWD) dan
Eksersise), menggunakan orthotik prostetik ( Thoracollumbosacral
Orthoses ) dan terapi edukasi ( Mengurangi posisi yang membebani tulang
belakang seperti membungkuk dan cara berdiri salah, membatasi pekerjaan
yang berat, mengistirahatkan punggung dengan cara tidak mengangkat
barang yang berat, menghindari resiko terjatuh, tertekan, atau terpukul di
daerah punggung.
4. Prognosis Low Back Pain yaitu dubia ad bonam.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anis Rahmawati, Yohanes Sudarmanto, Muhammad Hasan. 2019. Risiko Postur


Kerja Tidak Mempengaruhi Indeks Disabilitas Pekerja dengan
Keluhan Low Back Back Pain di PT Muroco Jember. Jurnal.
Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Jember
Devirisdianti. 2018. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Keluhan Low Back
Pain (Lbp) Pada Kuli Panggul Perempuan Di Pasar Legi Surakarta.
Jurnal. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Najoan, S. M, dkk. 2017. Hubungan antara Beban Kerja Fisik terhadap Keluhan
Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Sangrai Kacang di Desa Kinali
Kecamatan Kawangkoan. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi.
Nurindahsari. 2016. Skripsi: Gambaran Kejadian Low Back Pain Pada Pegawai
Rektorat Uin Alauddin Makassar. Program Studi Keperawatan
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Alauddin Makassar
Wijayanti Fitri. 2017. Skripsi: Hubungan Posisi Duduk Dan Lama Duduk
Terhadap Kejadian Low Back Pain (LBP) Pada Penjahit Konveksi Di
Kelurahan Way Halim Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung Bandar Lampung
Wulandari, R. Ayu., J. Maja., H. Khosama. 2013. Gambaran Faktor yang
Mempengaruhi Nyeri Punggung Bawah pada Buruh Kapal. Skripsi.
Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi.

39

Anda mungkin juga menyukai