Oleh:
Pembimbing :
dr. Eka Maya Sari Pane
Kesadaran
Kompos mentis
Keadaan umum
TD : 116/74mmhg
HR : 71 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Temperatur : 36,3 ℃
BB : 63 Kg
TB : 160cm
Kepala
Mulut
Paru
Abdomen
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit kembali dengan cepat
Genital
Extremitas
Kulit
1.5 PENATALAKSANAAN
1. Non-Medikamentosa
a. Edukasi keluarga pasien bahwa dengan penatalaksanaan yang tepat
maka nyeri pinggang dapat berkurang.
2. Medikamentosa
- Mersibion tablet 5000 1x1
- Pehavral tab 1x1
- Natrium diklofenac 50mg tablet 3x1
- Calcium Lactate (kalk) tablet 500mg
- Pasien boleh pulang
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain merupakan gejala yang paling sering timbul di masyarakat
kita. Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling
tidak satu periode nyeri punggung bawah selama hidupnya tanpa mengenal
perbedaan umur dan jenis kelamin.1
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta sampai lumbosakral. Nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung
bagian atas dan pangkal paha. Low back pain (LBP) merupakan salah satu
gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik. Gejala yang dirasakan pada penderita low back pain bermacam-macam
seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk, hingga kelemahan pada tungkai. Low
back pain dapat menyebabkan penderita mengalami suatu disabilitas atau
keterbatasan fungsional dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan banyak
kehilangan jam kerja terutama dalam usia produktif.2
Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 15% orang dewasa mengeluh
nyeri punggung bagian bawah atau nyeri yang bertahan hampir dua minggu.
Nyeri punggung bagian bawah telah diidentifikasi oleh Pan American Health
Organization (PAHO) di antara tiga masalah kesehatan pekerjaan yang dikenal
pasti oleh World Health Organization (WHO). Di Amerika Serikat lebih dari
80% penduduk mengeluh nyeri punggung bagian bawah.2
Di Indonesia prevalensi low back pain belum diketahui secara pasti,
berdasarkan penelitian di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia pada bulan Mei
2002 jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total kunjungan),
dimana 1.589 orang (35,86%) diantaranya adalah penderita low back pain.2
Gejala yang dialami biasanya berupa nyeri di punggung ataupun di sekitar
ektremitas bawah yang biasanya bersifat terus-menerus ataupun hanya timbul
pada posisi tertentu serta juga sering diikuti dengan kekakuan dan keterbatasan
dalam melakukan gerakan. Nyeri punggung bawah atau low back pain dapat
disebabkan oleh banyak kondisi. Faktor yang sering adalah penuaan, trauma,
infeksi, ataupun tumor. 1
Penyebab Low Back Pain bermacam-macam salah satunya adalah
hiperlordosis, dimana nyeri punggung bawah terjadi akibat adanya peningkatan
kemiringan anterior panggul menyebabkan peningkatan fleksi sendi pinggul.
Lutut bisa dalam hiperekstensi dan, karena posisi lutut ini, fleksi plantar kaki
terjadi ada peningkatan pengakuan akan pentingnya (fungsional dan klinis)
lordosis lumbal. Ini adalah fitur utama dalam menjaga keseimbangan sagital.
Disposisi sagital di luar rentang normal mengakibatkan penurunan kapasitas
fungsional dan persepsi kualitas hidup. Selain itu, ketidaksejajaran tulang
belakang dikaitkan dengan gaya berjalan yang lambat, keseimbangan yang
buruk, dan risiko jatuh yang lebih tinggi.
2.1 Definisi
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri
ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
ke arah tungkai dan kaki. LBP atau nyeri punggung bawah termasuk salah
satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari
mobilisasi yang salah. 1
Berdasarkan onset, LBP dikategorikan atas akut, subakut dan kronis. LBP
akut terjadi di bawah 6 minggu, LBP subakut apabila nyeri menetap salama
6-12 minggu awitan, sedangkan LBP kronis bila nyeri dalam satu serangan
menetap lebih dari 12 minggu. Sedangkan pendapat lain menyatakan LBP
didefinisikan sebagai kronis bila kejadian LBP berlanjut lebih dari 3 bulan,
karena sebagian besar jaringan ikat yang normal akan mengalami
penyembuhan dalam 6-12 minggu, kecuali ketidak stabilan patoanatomik
tersebut berlanjut. 2
Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada low back pain
maka harus dipahami anatomi dan fisiologi tulang belakang pada umumnya
dan tulang lumbosakral pada khususnya. 4
1. Kolumna vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri
dari:
a. Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk
oleh korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh
diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen
longitudinal posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen
longitudinal posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi
penyakit justru karena bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput,
ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus intervertebra.
Mulai L1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar
ligamen hanya tinggal separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah
ini terdapat daerah lemah, yakni bagian posterolateral kanan dan kiri
diskus intervertebra, daerah tak terlindung oleh ligamen longitudinal
posterior. Akan nyata terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah
paling rawan.
b. Segmen posterior, bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan
prosesus spinosus. Satu dengan yang lainya dihubungkan oleh sepasang
artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika
tubuh (di luar kepala dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang
paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian ekstensi. Dalam
kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah
lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan
letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi daerah
torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan
gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi. 4
2.3 Epidemiologi
Low Back Pain merupakan suatu sindrom yang mempunyai dampak
sangat luas tidak hanya bagi penderita itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan
kerja dan lingkungan sosialnya. Bagi penderita selain rasa nyeri dan
kecacatan yang mungkin timbul, juga dapat mengakibatkan terganggunya
karier kerja, bahkan kehilangan pekerjaan. Bagi lingkungan kerja, dapat
mengakibatkan penurunan produktifitas kerja.
Prevalensi LBP di Indonesia sebesar 18%. Prevalensi LBP meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia dan paling sering terjadi pada usia dekade
tengah dan awal dekade empat. Penyebab LBP sebagian besar (85%) adalah
nonspesifik, akibat kelainan pada jaringan lunak, berupa cedera otot,
ligamen, spasme atau keletihan otot. Penyebab lain yang serius adalah
spesifik antara lain, fraktur vertebra, infeksi dan tumor. 8
2.4 Etiologi
Berdasarkan etiologinya, Low Back Pain dibagi dalam 4 kelompok : 7
1. LBP oleh faktor mekanik (berdasarkan kelainan muskuloskeletal)
a. Mekanik akut : biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan
mendadak, melakukan gerakan melampaui batas kemampuan sendi dan
otot (range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu
lama.
b. Mekanik kronik (menahun) : disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek
(membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada
kempes mendatar). Sikap tubuh yang demikian mendorong Titik Berat
Badan (TBB) tergeser ke arah depan.
3. Nyeri psikogenik
c. LBP Akibat Penyakit Inflamasi. Kondisi ini sering dijumpai pada orang
muda antara usia 25 sampai 45 tahun. Salah satu penyebabnya adalah
rematoid artritis. Kondisi ini sering timbul sebagai penyakit inflamasi
akut di mana persendian keempat anggota gerak (terutama jari-jari
tangan dan kaki) dapat terkena secara serentak atau dengan selisih waktu
beberapa hari atau minggu. Selain itu, kondisi ini bisa juga menyerang
tulang belakang baik cervical maupun lumbal. Apabila seseorang
mengalami sakit punggung bawah berupa sindroma poliartritis yang
memperlihatkan ciri bilateral, maka sangat mungkin LBP ini disebabkan
oleh rematoid artritis.
i. LBP Viserogenik. Pada LBP jenis ini terdapat gangguan pada saluran
genitourinaria atau gangguan di retroperitoneal. Penyakit-penyakit di
thorax, abdomen atau pelvis dapat menjalarkan nyeri ke arah tulang
belakang. Penyakit abdominal atas biasanya menyebabkan nyeri ke regio
thorax bawah dan lumbal atas (T8 sampai L1-L2). Penyakit abdominal
bawah menyebabkan nyeri ke regio lumbal (L2-L4) dan penyakit pelvis
menyebabkan nyeri ke regio sakral. Tanda lokal (nyeri dengan palpasi
tulang belakang, spasme otot paraspinal) tidak ada, dan nyeri tidak
berhubungan dengan gerakan normal tulang belakang.
j. LBP Akibat Gangguan Vaskuler, seperti stagnasi peredaran darah vena pada
kehamilan. Sekitar 50% - 90% wanita hamil mengalami LBP. Prevalensi
LBP selama kehamilan meningkat 5% setiap pertambahan usia 5 tahun dari
usia wanita hamil. Selain usia, faktor lain seperti pekerjaan berat, merokok,
dan riwayat LBP sebelumnya merupakan faktor risiko terjadinya LBP
vaskuler. Gejalanya berupa nyeri punggung bawah pada malam hari yang
muncul setelah berbaring 1-2 jam.
k. LBP Psikogenik. Jenis LBP ini merupakan kompensasi neurosis, histeris
atau terlalu banyak mengeluh walaupun tidak dilanda penyakit apapun,
kecemasan atau depresi.
2.6 Patofisiologi
2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
1. Anamnesis
Untuk mendapatkan diagnosis Low Back Pain seawal mungkin,
perlu adanya anamnesis yang terarah yaitu:
a) Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul
setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,
peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena
penyebab lain timbul bertahap.
b) Lama dan frekuensi serangan
LBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai
beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari
sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
c) Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan LPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama
terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai
bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf.
Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan
sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran
yang tetap.
d) Faktor yang memperberat / memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat
aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat
nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri.
Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.
e) Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan
antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan
intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan
nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP
dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin
memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak
daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu
kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan
operatif. Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh
periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang
terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat,
yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan
suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi
setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
memungut barang yang ringan.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan
nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan
yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan
dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu
defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik.
Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa
menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu
keganasan ataupun infeksi.
2. Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi
Pada inspeksi yang peru diperhatikan :
1) Kurvatura yag berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi,
pelvis yang miring atau asimetris, muskular paravertebral atau pantat
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal
2) Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah
ada hambatan selama melakukan Gerakan
3) Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian, apakah
ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas
4) Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan
bangun dari berbaring
5) Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi,
pembengkakan, perubahan warna kulit.
C. Pemeriksaan Neurologik
c) Tes Sicard
Tes Sicard ialah test ialah tes yang hampir sama seperti dengan
tes Laseque namun ditambah dengan dorsofleksi pada ibu jari
kaki.
d) Tes Patrick
Tes Patrick ialah tes dengan cara membengkokkan sendi lutut ke sisi
medial dan menekan sendi lutut tersebut. Positif apabila terdapat
nyeri dan dicurigai terkena coxitis.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Darah
2. Leukositosis
Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi leukositosis)
b) Pemeriksaan Radiologi
1) Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau
kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral,
spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal.
Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat
bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot.
Gambar B.1 Foto Polos Skoliosis akibat spasma otot
2) CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
3) MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan
ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk
menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna
bila:
- vertebra dan level neurologis belum jelas
2.9 Penatalaksanaan
Penyebab LBP sangatlah beraneka ragam sehingga tatalaksananya juga
bervariasi. Pada dasarnya ada dua tahapan terapi pada LBP yakni terapi
konservatif dan terapi operatif. Kedua terapi ini mempunyai kesamaan tujuan
yaitu rehabilitasi.
a. Terapi Konservatif
Terapi konservatif meliputi rehat baring atau bed rest, medikamentosa dan
fisioterapi.
a) Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per,
dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan kemudian
ditutup dengan lembar busa yang tipis.
Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk LBP, fraktur dan Hernia
Nukleus Pulposus. Lama tirah baring bergantung pada berat-ringannya
gangguan yang dirasakan penderita. Setelah tirah baring dianggap cukup,
maka dapat dilakukan latihan tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset.
Tujuan latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
b) Medikamentosa
Ada dua jenis obat dalam tatalaksana LBP, ialah obat yang
bersifat simtomatik . Obat-obat simtomatik antara lain analgetika
(salisilat, paracetamol, dll), kortikosteroid (prednisolon,
prednisone), anti- inflamasi non steroid (AINS) misalnya
piroksikam, antidepresan trisiklik secara sentral misalnya
amitriptilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam,
klordiasepoksid.
A. LATIHAN
Rehabilitasi medik, latihan peregangan dan penguatan, senam
punggung, penggunaan Back Braces. Latihan atau exercise
diperlukan untuk
1.meningkatkan dan mempertahankan rentang sendi (ROM = Range of
Motion)
2.mengajar kembali (re-edukasi) dan menguatkan otot
3.meningkatkan ketahanan statik dan dinamik
4.memungkinkan sendi berfungsi secara biomekanik lebih baik
5.meningkatkan fungsi menyeluruh dan rasa nyaman penderita Latihan
terdiri dari
b) Latihan Penguatan
McKenzie Exercise
d) Terapi Operatif
Terapi operatif dilakukan jika tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang
menyebabkan defisit neurologic. Pada kondisi ini memerlukan
tindakan yang bersifat segera (cito). Rehabilitasi mempunyai
makna yang luas apabila ditinjau dari segi pelaksanaannya.
Namun demikian tujuannya hanya satu ialah mengupayakan agar
penderita dapat segera bekerja seperti semula dan tidak timbul
LBP lagi di kemudian hari. Pada kasus tertentu, tujuan rehabilitasi
tadi teoritis tidak akan tercapai, maka tujuannya diturunkan satu
tingkat, ialah agar penderita tidak menggantungkan diri pada orang
lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the activities of daily
living), misalnya makan, minum, berganti pakaian, ke kamar mandi
dan sebagainya.
Apabila tujuan rehabilitasi kelas dua ini teoritis juga tidak akan
tercapai, maka tujuan rehabilitasi perlu diturunkan lagi agar
penderita tidak mengalami komplikasi yang membahayakan
penderita, misalnya pneumonia, osteoporosis, dan sebagainya.
Teknik pelaksaanaan rehabilitasi akan melibatkan berbagai macam disiplin,
atau dengan kata lain rehabilitasi bersifat multidisipliner dan dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor (multifaktorial).
Penatalaksanaan konservatif, seperti terapi fisik, imobilisasi serviks atau
obat anti-inflamasi lebih disukai. Tetapi ketika pasien mengalami nyeri
yang tidak dapat disembuhkan atau gejala neurologis yang progresif,
intervensi bedah diperlukan. Seperti yang telah disebutkan, mielopati
biasanya disebabkan oleh kompresi. Ketika intervensi bedah diperlukan,
maka fokus terapi adalah dekompresi medulla spinalis dan radix.
Pencegahan kelainan bentuk dengan mempertahankan atau menambah
stabilitas tulang belakang akan menjadi tujuan lain dari intervensi bedah ini.
Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk dekompresi medulla
spinalis baik dari anterior maupun posterior. Pilihan teknik yang paling
efektif bergantung pada berbagai faktor seperti lokasi, komborbiditas,
stabilitas tulang belakang dan pengalaman ahli bedah.
Teknik bedah berikut dapat digunakan untuk mendekompresi sumsum
tulang belakang:2
1. Laminectomy, pendekatan posterior yang telah terbukti menjadi
teknik yang aman dan efektif.
2. Laminoplasty, pendekatan posterior yang dikembangkan untuk
memungkinkan dekompresi medula spinalis sambil mempertahankan
gerakan dengan perubahan yang lebih kecil dari biomekanika tubuh.
3. Anterior cervical discectomy, efektif untuk patologi ventral seperti
osteofit atau herniasi diskus
4. Anterior cervical corpectomy, efektif dalam patologi yang lebih
dari sekadar gangguan discus intervertebralis.
2.10 Edukasi
Waktu berdiri :
• Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode jongkok
sebentar.
• Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi
tekuklah pada lutut. Waktu berjalan :
• Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan
tergesa-gesa. Waktu duduk :
• Busa kursi jangan terlalu lunak.
• Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang
punggung.
• Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari
paha.
• Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak
dengan punggung kursi.
Waktu tidur :
• Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur sebaiknya
yang keras.
Gunakan bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah
untuk menjaga kelengkungan tulang leher dan tulang punggung tetap
dalam keadaan normal. Gunakan bantal di bawah lutut agar lutut tetap
dalam keadaan tertekuk.
• Ketika tidur dengan posisi menyamping atau miring, tekuk sedikit
lutut, letakkan bantal antara kedua lutut.
Saat mengangkat barang, terlebih dahulu tekuk lutut dan berjongkok,
jaga punggung agar tetap lurus dan kepala juga lurus selama mengangkat.
Pastikan benda selalu menempel pada tubuh, selama mengangkat dan
membawanya. Jangan mendadak atau menyentak mengangkat dan jangan
memutar atau menyamping. Ketika membawa suatu benda, gunakan postur
yang tepat yaitu berdiri tegak. Jangan terlalu membungkuk ketika berjalan.
Membawa dengan beban di depan dan menempel ke tubuh.
- Olahraga: Pada penderita LBP dimana kondisi punggung belum stabil
harus menghindari olahraga yang bersifat beregu. Yang dianjurkan adalah
olahraga perorangan yaitu berenang dan jogging.
2.11 Prognosis
Prognosis LBP akut (berlangsung dari 0 – 6 minggu) cukup baik, yaitu
60% penderita biasanya kembali ke fungsinya semula dalam 1 bulan. Pada
LBP sub-akut (berlangsung antara 6 – 12 minggu) 90% penderita kembali
ke fungsinya dalam 3 bulan.
BAB IV
PEMBAHASA
N
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta sampai lumbosakral. Nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti
punggung bagian atas dan pangkal paha. Low back pain (LBP) merupakan
salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh
yang kurang baik. Hiperlordosis merupakan keadaan kelengkunganyang
berlebihan dari lumbar tulang belakang dengan kemiringan berlebih panggul
anterior
Pada kasus ini berdasarkan anamnesa di dapatkan Pasien mengeluhkan
nyeri punggung bawah mulai dirasakan sejak pasien terjatuh di kamar mandi
± 3 tahun yang lalu. Pasien mengaku jatuh dengan posisi terduduk. Pasien
juga merasa kekakuan sendi, ada keluhan nyeri menjalar dari pinggang
hingga ke bokong. Tidak ada kram dan kesemutan. Tidak ada kelemahaan
anggota gerak. Tidak ada keluhan buang besar dan buang air kecil. Selain
itu, proses degenerasi progresif diskus intervertebra dapat menimbulkan
nyeri yang bersumber dari osteoartritis dan radikulitis.
Pada Kasus ini berdasarkan pemeriksaan Penunjang dilakukan
pemeriksaan radiologi didapatkan peregangan pada Lumbal L4-L5 dan L5-
S1. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Hiperlordosis merupakan keadaan
kelengkungan yang berlebihan dari lumbal tulang belakang dengan
kemiringan berlebih pada panggul anterior. Diskus lumbal bawah, L4 – L5
dan L5- S1 dapat menderita stess mekanis paling berat dan perubahan
degenerasi terberat apabila didukung oleh kesalahan aktivitas.
Pada kasus ini diberikan modalitas fisik seperti stimulasi listrik,dan
latihan gentle stretching lumbosacral. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
modalitas fisik pada pasien low back pain dapat diberikan terapi stimulasi
listrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) dapat digunakan pada
LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa nyeri. Tujuan pemberian TENS
antara lain: memelihara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot. Selain
itu, dilakukan latihan gentle stretching
lumbosacral, latihan yang di gunakan untuk mengurangi nyeri punggung
dengan memperkuat otot-otot yang yang memfleksikan lumbosacral spine
terutama otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan
kelompok
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
http://www.repository.usu.ac.id
6. Ropper AH, Brown RH. Pain in the back, neck, and extremities.
Dalam Adams and Victor’s: Principles of Neurology. Eight Edition.
New York: McGraw-Hill, 2005.
7. Anonim. Anatomi dan fisiologi tulang belakang. Diakses tanggal 7
November
18 Mei 2016]
:https://www.aci.health.nsw.gov.au/
data/assets/pdf_file/0003/212889/Red_Flags.pdf