Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
dalam Mengikuti Program Internship Dokter Indonesia
Angkatan II Periode Mei 2023

Oleh:

dr. Revila Aulia

Pembimbing :
dr. Eka Maya Sari Pane

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PERIODE MEI 2023
UPT PUSKESMAS BOTANIA KOTA BATAM
KEPULAUAN RIAU
BAB I
ILUSTRASI KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. PAS
Umur : 55Tahun 4 Bulan 28 Hari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : JL Taman Baloi Golf I No.09 RT006/RW001
Kel.Baloi Permai
Tanggal Masuk : Kamis, 1 Januari 2024 (Via Poli Umum pukul 10.02
wib)
No. MR : 00177389

1.2 ANAMNESIS (alloanamnesis)


Keluhan Utama :
Nyeri pinggang sejak 1minggu yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien seorang datang ke Poli Umum UPT Puskesmas Botania bersama suaminya
dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1 minggu yang lalu, nyeri yang dirasakan
semakin memberat. Pasien juga mengatakan sering mengalami nyeri pinggang,
namun keluhan hilang timbul. Keluhan lainnya disangka, bak dan bab dalam
batas normal.
Riwayat pengobatan : (-)
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat kesehatan/penyakit : (-)
Riwayat penyakit keluarga : Disangkal

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


 Status Generalis

Kesadaran

Kompos mentis

Keadaan umum

Tampak sakit sedang, tidak tampak pucat, tampak lemas

TD : 116/74mmhg

HR : 71 x/ menit

RR : 20 x/ menit
Temperatur : 36,3 ℃

BB : 63 Kg

TB : 160cm

 Kepala

Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam, persebaran merata, tidak


mudah dicabut, ubun-ubun normal, mata tidak tampak cekung.

 Mulut

Mukosa basah, bibir basah

 Paru

Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk dada, pergerakan dada asimetris

Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler di seluruh lapang paru, tidak ada rhonki atau


wheezing

 Abdomen

Inspeksi : Datar, lemas, tidak terdapat venektasi

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit kembali dengan cepat

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi : Bising usus dalam batas normal 15x/menit

 Genital

Tidak tampak kelainan

 Extremitas

Akral hangat, CRT <2 detik, tidak terdapat edema.

 Kulit

Tidak ada kelainan, cubitan kulit kembali cepat.


1.4 DIAGNOSIS UTAMA
Low Back Pain

1.5 PENATALAKSANAAN
1. Non-Medikamentosa
a. Edukasi keluarga pasien bahwa dengan penatalaksanaan yang tepat
maka nyeri pinggang dapat berkurang.

b. Edukasi kepada anggota keluarga, mengenai faktor risiko yang


menyebabkan nyeri pinggang berulang.

c. Edukasi kepada keluarga untuk melakukan tindakan pencegahan nyeri


pinggang, dengan cara menhindari aktivitas yang berlebih.

2. Medikamentosa
- Mersibion tablet 5000 1x1
- Pehavral tab 1x1
- Natrium diklofenac 50mg tablet 3x1
- Calcium Lactate (kalk) tablet 500mg
- Pasien boleh pulang
BAB I
PENDAHULUAN

Low back pain merupakan gejala yang paling sering timbul di masyarakat
kita. Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling
tidak satu periode nyeri punggung bawah selama hidupnya tanpa mengenal
perbedaan umur dan jenis kelamin.1
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta sampai lumbosakral. Nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung
bagian atas dan pangkal paha. Low back pain (LBP) merupakan salah satu
gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik. Gejala yang dirasakan pada penderita low back pain bermacam-macam
seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk, hingga kelemahan pada tungkai. Low
back pain dapat menyebabkan penderita mengalami suatu disabilitas atau
keterbatasan fungsional dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan banyak
kehilangan jam kerja terutama dalam usia produktif.2
Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 15% orang dewasa mengeluh
nyeri punggung bagian bawah atau nyeri yang bertahan hampir dua minggu.
Nyeri punggung bagian bawah telah diidentifikasi oleh Pan American Health
Organization (PAHO) di antara tiga masalah kesehatan pekerjaan yang dikenal
pasti oleh World Health Organization (WHO). Di Amerika Serikat lebih dari
80% penduduk mengeluh nyeri punggung bagian bawah.2
Di Indonesia prevalensi low back pain belum diketahui secara pasti,
berdasarkan penelitian di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia pada bulan Mei
2002 jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total kunjungan),
dimana 1.589 orang (35,86%) diantaranya adalah penderita low back pain.2
Gejala yang dialami biasanya berupa nyeri di punggung ataupun di sekitar
ektremitas bawah yang biasanya bersifat terus-menerus ataupun hanya timbul
pada posisi tertentu serta juga sering diikuti dengan kekakuan dan keterbatasan
dalam melakukan gerakan. Nyeri punggung bawah atau low back pain dapat
disebabkan oleh banyak kondisi. Faktor yang sering adalah penuaan, trauma,
infeksi, ataupun tumor. 1
Penyebab Low Back Pain bermacam-macam salah satunya adalah
hiperlordosis, dimana nyeri punggung bawah terjadi akibat adanya peningkatan
kemiringan anterior panggul menyebabkan peningkatan fleksi sendi pinggul.
Lutut bisa dalam hiperekstensi dan, karena posisi lutut ini, fleksi plantar kaki
terjadi ada peningkatan pengakuan akan pentingnya (fungsional dan klinis)
lordosis lumbal. Ini adalah fitur utama dalam menjaga keseimbangan sagital.
Disposisi sagital di luar rentang normal mengakibatkan penurunan kapasitas
fungsional dan persepsi kualitas hidup. Selain itu, ketidaksejajaran tulang
belakang dikaitkan dengan gaya berjalan yang lambat, keseimbangan yang
buruk, dan risiko jatuh yang lebih tinggi.

Orang dengan nyeri punggung bawah telah mengurangi ROM lumbal


dan proprioception. Otot penstabil mereka bekerja lebih lambat dibandingkan
dengan orang tanpa LBP. Biasanya otot penstabil diaktifkan sebelum gerakan
dimulai, tetapi pada orang dengan nyeri punggung bawah, kontraksi ini
tertunda.bahwa Lordosis merupakan keadaan kelengkunganyang berlebihan dari
lumbar tulang belakang dengan kemiringan berlebih panggul anterior. Dalam
kondisi ini, berat badan dipindahkan berdasarkan kuat, luas, posisi yang
mendukung badan vertebra ke lengkungan yang lebih halus, dan pada saat yang
sama, proses spinosus bergerak lebih dekat dari biasanya satu sama lain.
BAB II
TINJAUANPUSTAKA

2.1 Definisi
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri
ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
ke arah tungkai dan kaki. LBP atau nyeri punggung bawah termasuk salah
satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari
mobilisasi yang salah. 1
Berdasarkan onset, LBP dikategorikan atas akut, subakut dan kronis. LBP
akut terjadi di bawah 6 minggu, LBP subakut apabila nyeri menetap salama
6-12 minggu awitan, sedangkan LBP kronis bila nyeri dalam satu serangan
menetap lebih dari 12 minggu. Sedangkan pendapat lain menyatakan LBP
didefinisikan sebagai kronis bila kejadian LBP berlanjut lebih dari 3 bulan,
karena sebagian besar jaringan ikat yang normal akan mengalami
penyembuhan dalam 6-12 minggu, kecuali ketidak stabilan patoanatomik
tersebut berlanjut. 2

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada low back pain
maka harus dipahami anatomi dan fisiologi tulang belakang pada umumnya
dan tulang lumbosakral pada khususnya. 4
1. Kolumna vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri
dari:
a. Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk
oleh korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh
diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen
longitudinal posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen
longitudinal posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi
penyakit justru karena bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput,
ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus intervertebra.
Mulai L1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar
ligamen hanya tinggal separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah
ini terdapat daerah lemah, yakni bagian posterolateral kanan dan kiri
diskus intervertebra, daerah tak terlindung oleh ligamen longitudinal
posterior. Akan nyata terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah
paling rawan.

Gambar 1. Segmen Anterior Kolumna Vertebrata 5

b. Segmen posterior, bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan
prosesus spinosus. Satu dengan yang lainya dihubungkan oleh sepasang
artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika
tubuh (di luar kepala dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang
paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian ekstensi. Dalam
kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah
lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan
letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi daerah
torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan
gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi. 4

Gambar 2. Segmen Anterior dan Posterior Columna


2. Diskus Intervertebra
Struktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan low
back pain adalah diskus intervertebra. Di samping berfungsi sebagai
penyangga beban, diskus intervertebra berfungsi pula sebagai peredam kejut.
Diskus intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman
serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas
dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra sedemikian rupa hingga
terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu
bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Menjelang usia
dekade kedua, mulailah terjadi perubahan-perubahan, baik menyangkut
nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada beberapa tempat serat-serat
fibroelastik terputus, sebagian rusak, dan sebagian diganti jaringan ikat. Proses
ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus terbentuk rongga-
rongga. 4

Gambar 3. Diskus Intervertebra

2.3 Epidemiologi
Low Back Pain merupakan suatu sindrom yang mempunyai dampak
sangat luas tidak hanya bagi penderita itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan
kerja dan lingkungan sosialnya. Bagi penderita selain rasa nyeri dan
kecacatan yang mungkin timbul, juga dapat mengakibatkan terganggunya
karier kerja, bahkan kehilangan pekerjaan. Bagi lingkungan kerja, dapat
mengakibatkan penurunan produktifitas kerja.
Prevalensi LBP di Indonesia sebesar 18%. Prevalensi LBP meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia dan paling sering terjadi pada usia dekade
tengah dan awal dekade empat. Penyebab LBP sebagian besar (85%) adalah
nonspesifik, akibat kelainan pada jaringan lunak, berupa cedera otot,
ligamen, spasme atau keletihan otot. Penyebab lain yang serius adalah
spesifik antara lain, fraktur vertebra, infeksi dan tumor. 8

2.4 Etiologi
Berdasarkan etiologinya, Low Back Pain dibagi dalam 4 kelompok : 7
1. LBP oleh faktor mekanik (berdasarkan kelainan muskuloskeletal)
a. Mekanik akut : biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan
mendadak, melakukan gerakan melampaui batas kemampuan sendi dan
otot (range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu
lama.
b. Mekanik kronik (menahun) : disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek
(membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada
kempes mendatar). Sikap tubuh yang demikian mendorong Titik Berat
Badan (TBB) tergeser ke arah depan.

2. LBP oleh faktor organik (proses patologik primer berada di tulang


vertebra, diskus intervertebra atau dalam kanalis spinal) :
a. Osteogenik : radang, trauma (fraktur, osteoporosis), keganasan,
kongenital.
b. Diskogenik : spondilosis (proses degenerasi progresif diskus
intervertebra dan menimbulkan nyeri yang bersumber dari osteoartritis
dan radikulitis jebakan), Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yang terbagi
menjadi hernia posterosentral (penekanan ligamen longitudinal
posterior) dan hernia posterolateral yang mungkin melibatkan radix,
spondilitis ankilosa (dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke
atas daerah leher).
c. Neurogenik : neoplasma, arakhnoiditis, stenosis kanal (akibat
proses degenerasi, timbul penyempitan kanal spinal).

3. Nyeri psikogenik

2.5 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis


a. LBP Traumatik. Kondisi ini biasanya terjadi karena trauma yang
terjadi pada area punggung bawah. Manifestasinya antara lain fraktur
kompresi dan spondilolistesis (pergeseran korpus vertebra). Fraktur
kompresi biasanya terjadi akibat jatuh dari ketinggian. Meski demikian,
fraktur kompresi juga bisa terjadi pada kondisi tulang belakang yang
patologik seperti pada kasus osteoporotik dan metastase kanker ke tulang.
Pada LBP jenis ini, nyeri biasanya muncul seketika setelah fraktur dan
sering terlokalisir. Gejala lainnya antara lain spasme otot dan keterbatasan
lingkup gerak sendi (LGS) tulang belakang.
b. LBP Akibat Proses Degeneratif. Perubahan degeneratif pada vertebra
lumbosakral dapat terjadi pada korpus vertebra beserta arkus dan prosesus
artikularis serta ligamen yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang
belakang satu dengan lainnya. Dulu proses degeneratif ini dikenal sebagai
osteoartrosis, tetapi kini dinamakan spondilosis. Pada LBP jenis ini,
penderita sering mengeluh nyeri punggung bawah yang bertambah hebat
bila bergerak dan seringkali berhubungan dengan kekakuan atau
keterbatasan LGS.

c. LBP Akibat Penyakit Inflamasi. Kondisi ini sering dijumpai pada orang
muda antara usia 25 sampai 45 tahun. Salah satu penyebabnya adalah
rematoid artritis. Kondisi ini sering timbul sebagai penyakit inflamasi
akut di mana persendian keempat anggota gerak (terutama jari-jari
tangan dan kaki) dapat terkena secara serentak atau dengan selisih waktu
beberapa hari atau minggu. Selain itu, kondisi ini bisa juga menyerang
tulang belakang baik cervical maupun lumbal. Apabila seseorang
mengalami sakit punggung bawah berupa sindroma poliartritis yang
memperlihatkan ciri bilateral, maka sangat mungkin LBP ini disebabkan
oleh rematoid artritis.

d. LBP Metabolik, seperti osteoporosis dan Paget’s disease. Sakit punggung


bawah pada orang tua terutama wanita sering disebabkan oleh
osteoporosis. Biasanya penderita merasa pegal, nyeri tajam atau dapat
juga mengalami nyeri radikuler. Komplikasi osteoporosis tulang
belakang antara lain fraktur kompresi yang biasanya terjadi pada T12 dan
L1. Paget’s disease merupakan penyakit yang ditandai dengan gangguan
fokal pada arsitektur tulang berkaitan dengan meningkatnya aktivitas
osteoblastik secara abnormal. Penyakit ini sering terjadi pada orang tua.

e. LBP Akibat Neoplasma, baik tumor benigna maupun maligna yang


bersarang di vertebra lumbosakral. Nyeri punggung merupakan gejala
neurologis tersering pada penderita dengan kanker sistemik dan
biasanya berkaitan dengan metastase vertebra. Nyeri biasanya
konstan, tidak berkurang saat istirahat dan bertambah parah saat malam
hari.
f. LBP Akibat Kelainan Kongenital. Anomali kongenital seperti spina bifida
dan skoliosis dapat menyebabkan LBP. Meski demikian, seringkali
LBP jenis ini disertai faktor lainnya yaitu sikap tubuh yang salah dalam
melakukan aktivitas serta gangguan pada otot abdominal dan paraspinal.
Biasanya penderita mengeluh nyeri punggung bawah yang tidak begitu
jelas atau difus saat duduk dalam waktu lama, atau saat berdiri. Nyeri
akan berkurang saat istirahat.
g. LBP Akibat Infeksi, seperti spondilitis vertebralis, infeksi diskus
intervetebralis, abses epidural. Spondilitis vertebralis biasanya disebabkan
oleh staphylococcus, tetapi Mycobacterium tuberculosis juga bisa
bertanggung jawab pada kasus seperti Pott’s disease. Umumnya nyeri
punggung bawah bertambah hebat saat melakukan gerakan dan berkurang
saat istirahat. Demam dan lekositosis dapat ditemukan pada penderita.
Sementara itu, nyeri punggung bawah pada abses epidural memiliki gejala
yang hampir serupa yaitu nyeri yang bertambah hebat dengan gerakan atau
palpasi, dan disertai demam.

h. LBP mekanik. Jenis LBP ini terjadi akibat kelainan muskuloskeletal,


seperti strain lumbal, ataupun karena postur tubuh yang abnormal,
misalnya pada kehamilan. Nyeri biasanya terbatas pada punggung bawah
dan tidak menyebar ke bokong atau kaki. Nyeri akan bertambah hebat
bila membungkuk, mengangkat barang berat, ataupun duduk dalam
waktu lama. Kondisi ini sering dikaitkan dengan spasme otot yang
biasanya bermasalah pada otot paraspinal. LBP mekanik tidak secara jelas
digambarkan sebagai suatu lesi anatomi spesifik.

i. LBP Viserogenik. Pada LBP jenis ini terdapat gangguan pada saluran
genitourinaria atau gangguan di retroperitoneal. Penyakit-penyakit di
thorax, abdomen atau pelvis dapat menjalarkan nyeri ke arah tulang
belakang. Penyakit abdominal atas biasanya menyebabkan nyeri ke regio
thorax bawah dan lumbal atas (T8 sampai L1-L2). Penyakit abdominal
bawah menyebabkan nyeri ke regio lumbal (L2-L4) dan penyakit pelvis
menyebabkan nyeri ke regio sakral. Tanda lokal (nyeri dengan palpasi
tulang belakang, spasme otot paraspinal) tidak ada, dan nyeri tidak
berhubungan dengan gerakan normal tulang belakang.

j. LBP Akibat Gangguan Vaskuler, seperti stagnasi peredaran darah vena pada
kehamilan. Sekitar 50% - 90% wanita hamil mengalami LBP. Prevalensi
LBP selama kehamilan meningkat 5% setiap pertambahan usia 5 tahun dari
usia wanita hamil. Selain usia, faktor lain seperti pekerjaan berat, merokok,
dan riwayat LBP sebelumnya merupakan faktor risiko terjadinya LBP
vaskuler. Gejalanya berupa nyeri punggung bawah pada malam hari yang
muncul setelah berbaring 1-2 jam.
k. LBP Psikogenik. Jenis LBP ini merupakan kompensasi neurosis, histeris
atau terlalu banyak mengeluh walaupun tidak dilanda penyakit apapun,
kecemasan atau depresi.

l. LBP Pasca Operasi Punggung Bawah. Nyeri terus menerus setelah


operasi tulang belakang sering terjadi, dan diagnosis ini diberikan kepada
penderita di mana tidak ada penyakit lain yang mungkin teridentifikasi.
Nyeri terasa terus menerus terutama pada saat aktivitas. 8

2.6 Patofisiologi

Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang


tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat
berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas
mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
pendukung ini.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang
thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan
dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint
menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya
menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung tulang
dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis,
yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut. 10

2.7 Faktor Risiko


Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya Nyeri Punggung
Bawah :
1. Lifestyle seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau olahraga dan
juga inadekuat nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan diskus
2. Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi lebih
kering yang akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas dari diskus
3. Postur tubuh yang tidak proporsional yang dikombinasikan dengan
mekanisme gerak tubuh yang tidak benar dapat menyebabkan stres dari
lumbal spine
4. Berat badan
5. Trauma.

Beberapa membagi faktor risiko menjadi :


1. Faktor risiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur
tubuh yang tidak anatomis, kegemukan, skoliosis berat (Kurvutura berat
>80), HNP, spondilitis, spinal stenosis, osteoporosis, merokok
2. Faktor risiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama menerima
getaran, terpelintir
3. Faktor risiko psikososial : ketidak nyamanan bekerja, depresi dan stres. 11

2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

umum dan neurologis, serta pemeriksaan penunjang. 12

1. Anamnesis
Untuk mendapatkan diagnosis Low Back Pain seawal mungkin,
perlu adanya anamnesis yang terarah yaitu:
a) Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul
setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot,
peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena
penyebab lain timbul bertahap.
b) Lama dan frekuensi serangan
LBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai
beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari
sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
c) Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan LPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama
terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai
bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf.
Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan
sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran
yang tetap.
d) Faktor yang memperberat / memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat
aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat
nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri.
Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.
e) Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan
antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan
intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan
nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP
dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin
memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak
daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu
kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan
operatif. Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh
periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang
terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat,
yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan
suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi
setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
memungut barang yang ringan.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan
nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan
yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan
dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu
defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik.
Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa
menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu
keganasan ataupun infeksi.

f) Penyakit penyerta lain


Adakah keluhan nyeri di bagian tubuh lain, gangguan libido,
jika penderita seorang wanita ditanyakan adakah gangguan dalam
siklus haid, atau memakai IUD (kemungkinan inflamasi).

g) Riwayat penyakit yang dahulu dan keluarga


Diabetes Melitus, Hipertensi, penyakit jantung, hati, ginjal, paru, dan
lain-lain. 13

2. Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi
Pada inspeksi yang peru diperhatikan :
1) Kurvatura yag berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi,
pelvis yang miring atau asimetris, muskular paravertebral atau pantat
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal
2) Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah
ada hambatan selama melakukan Gerakan
3) Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian, apakah
ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas
4) Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan
bangun dari berbaring
5) Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi,
pembengkakan, perubahan warna kulit.

B. Palpasi dan perkusi


1) Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling
ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paliag
nyeri.
2) Ketika meraba kolumna vertebralis sejogjanya dicari kemungkinan
adanya deviasi ke lateral atau anterior – posterior.

C. Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri


pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena
sebab yang lain.
a) Tes lasegue (straight leg raising)

Tes Laseque ialah tes yang dilakukan dengan cara


meluruskan tungkai dan menaikkan nya setinggi 60 derajat
sehingga sendi coxae tertarik. Lalu saraf ischiadicus akan tertarik.
Positif apabiila nyeri pinggang dirasakan, maka terjadi iritasi pada
saraf tersebut.
b) Test Bragard
Test Bragard yaitu test yang hampir sama seperti tes laseque,
namun menambahkan dorsofleksi pada kaki. Positif apabila
nyeri, menandakan terjadi iritasi pada saraf terkait.

c) Tes Sicard
Tes Sicard ialah test ialah tes yang hampir sama seperti dengan
tes Laseque namun ditambah dengan dorsofleksi pada ibu jari
kaki.
d) Tes Patrick
Tes Patrick ialah tes dengan cara membengkokkan sendi lutut ke sisi
medial dan menekan sendi lutut tersebut. Positif apabila terdapat
nyeri dan dicurigai terkena coxitis.

e) Tes kontra Patrick


Tes kontra Patrick adalah tes yang berlawanan dengan tes Patrick, yaitu
dengan cara merotasikan lutut kearah lareral, dan tangan penguji
memegang bagian lateral. Apabila ditemukan hasil positif, maka terjadi
kelainan pada sendi sakroiliaka.

3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Darah

1. Laju endap darah


Pada proses keganasan ataupun keradangan akan dijumpai peningkatan
laju endap darah yang menyolok.

2. Leukositosis
Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi leukositosis)

b) Pemeriksaan Radiologi
1) Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau
kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral,
spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal.
Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat
bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot.
Gambar B.1 Foto Polos Skoliosis akibat spasma otot

2) CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.

3) MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan
ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk
menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna
bila:
- vertebra dan level neurologis belum jelas

- kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan


lunak
- untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
- kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

2.9 Penatalaksanaan
Penyebab LBP sangatlah beraneka ragam sehingga tatalaksananya juga
bervariasi. Pada dasarnya ada dua tahapan terapi pada LBP yakni terapi
konservatif dan terapi operatif. Kedua terapi ini mempunyai kesamaan tujuan
yaitu rehabilitasi.
a. Terapi Konservatif
Terapi konservatif meliputi rehat baring atau bed rest, medikamentosa dan
fisioterapi.
a) Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per,
dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan kemudian
ditutup dengan lembar busa yang tipis.
Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk LBP, fraktur dan Hernia
Nukleus Pulposus. Lama tirah baring bergantung pada berat-ringannya
gangguan yang dirasakan penderita. Setelah tirah baring dianggap cukup,
maka dapat dilakukan latihan tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset.
Tujuan latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.

b) Medikamentosa

Ada dua jenis obat dalam tatalaksana LBP, ialah obat yang
bersifat simtomatik . Obat-obat simtomatik antara lain analgetika
(salisilat, paracetamol, dll), kortikosteroid (prednisolon,
prednisone), anti- inflamasi non steroid (AINS) misalnya
piroksikam, antidepresan trisiklik secara sentral misalnya
amitriptilin, dan obat penenang minor misalnya diazepam,
klordiasepoksid.

c) Fisioterapi/Rehabilitasi Medik pada Low Back Pain


Berdasarkan definisi, dokter spesialis KFR dalam menangani para
penderitanya, sebagaimana hal-nya dengan dokter spesialis kedokteran
bidang lain, harus berpikir secara ilmiah Ilmu Kedokteran yaitu berpikir
Logiko ― Hipotetiko ― Verivikatif untuk melakukan pemeriksaan dengan
menganalisis semua data yang ada mulai dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis penyakit dan
diagnosis kecacatan (Impairment, Disability, Handicap) dan selanjutnya
menentukan manajemen atau program yang komprehensif dengan tepat dan
profesional dan terbukti benar secara medis (eνidence based). Dalam
prakteknya disabilitas paling sering disebabkan oleh penyakit atau cidera
yang mengenai sistem neuro- muskulo skeletal dan kardio-respirasi.
Pelayanan medis tidak lengkap jika penderita yang mengalami disabilitas
tidak dapat hidup dan bekerja kembali menurut kemampuan fungsi yang
masih ada. Strategi upaya rehabilitatif dilaksanakan melalui paduan
intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan medik dan upaya rehabilitatif
lainnya melalui pendekatan psiko sosio-edukasiokupasi-vokasional yang
bertujuan mengembalikan dan meningkatkan kemampuan fungsi dan
meningkatkan kemampuan partisipasi (posisi dan peran) di masyarakat
sehingga terjadi peningkatan kualitas hidup. Harus dipahami oleh semuanya
bahwa menangani penderita dengan kecacatan fisik harus dilakukan secara
Tim yang kompak dan berfilosofi yang sama yaitu bahwa tujuan terpenting
dari pekerjaan secara tim ini adalah untuk kepentingan penderita.

A. LATIHAN
Rehabilitasi medik, latihan peregangan dan penguatan, senam
punggung, penggunaan Back Braces. Latihan atau exercise
diperlukan untuk
1.meningkatkan dan mempertahankan rentang sendi (ROM = Range of
Motion)
2.mengajar kembali (re-edukasi) dan menguatkan otot
3.meningkatkan ketahanan statik dan dinamik
4.memungkinkan sendi berfungsi secara biomekanik lebih baik
5.meningkatkan fungsi menyeluruh dan rasa nyaman penderita Latihan
terdiri dari

a) Latihan Aktif dan Pasif ROM

Latihan fleksibilitas (ROM) yang dilakukan pada latihan fisik tahap


pertama dapat meningkatkan panjang dan elastisitas otot dan jaringan
sekitar sendi. Untuk pasien LBP, latihan fleksibilitas ditujukan untuk
mengurangi kekakuan, meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah
kontraktur jaringan lunak.

b) Latihan Penguatan

Latihan kekuatan otot secara isometrik, isotonik, maupun isokinetik dapat


mengurangi nyeri dan disabilitas. Latihan isotonik memberikan perbaikan
lebih besar dalam menghilangkan nyeri. Latihan ini dianjurkan untuk
latihan kekuatan awal pada pasien LBP dengan nyeri punggung saat latihan.
Latihan isokinetik menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan paling
besar dan pengurangan disabilitas sesudah terapi dan saat evaluasi,
sehingga latihan ini disarankan untuk memperbaiki stabilitas sendi dan
ketahanan berjalan.
Latihan isometrik diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut
atau sendi tidak stabil. Kontraksi isometrik memberikan tekanan ringan
pada sendi dan ditoleransi baik oleh penderita LBP dengan pembengkakan
dan nyeri punggung. Latihan ini dapat memperbaiki kekuatan otot dan
ketahanan statis dengan cara menyiapkan sendi untuk Gerakan yang lebih
dinamis dan merupakan titik awal program penguatan. Peningkatan
kekuatan terjadi saat kontraksi isometrik dikenakan pada otot saat panjang
otot sama dengan kondisi istirahat. Apabila instabilitas sendi dan nyeri
berkurang program latihan bertahap diubah ke latihan yang dinamis
(isotonik).

c) Latihan Peregangan (Stretching)

Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki ruang gerak sendi.


Latihan peregangan ini dilakukan dengan menggerakkan otot-otot,
sendisendi dan jaringan sekitar sendi. Semua gerakan sebaiknya
menjangkau ruang gerak sendi yang tidak menimbulkan rasa nyeri

d) Latihan Endurance (Ketahanan)

William Flexion Exercise

McKenzie Exercise
d) Terapi Operatif
Terapi operatif dilakukan jika tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang
menyebabkan defisit neurologic. Pada kondisi ini memerlukan
tindakan yang bersifat segera (cito). Rehabilitasi mempunyai
makna yang luas apabila ditinjau dari segi pelaksanaannya.
Namun demikian tujuannya hanya satu ialah mengupayakan agar
penderita dapat segera bekerja seperti semula dan tidak timbul
LBP lagi di kemudian hari. Pada kasus tertentu, tujuan rehabilitasi
tadi teoritis tidak akan tercapai, maka tujuannya diturunkan satu
tingkat, ialah agar penderita tidak menggantungkan diri pada orang
lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the activities of daily
living), misalnya makan, minum, berganti pakaian, ke kamar mandi
dan sebagainya.
Apabila tujuan rehabilitasi kelas dua ini teoritis juga tidak akan
tercapai, maka tujuan rehabilitasi perlu diturunkan lagi agar
penderita tidak mengalami komplikasi yang membahayakan
penderita, misalnya pneumonia, osteoporosis, dan sebagainya.
Teknik pelaksaanaan rehabilitasi akan melibatkan berbagai macam disiplin,
atau dengan kata lain rehabilitasi bersifat multidisipliner dan dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor (multifaktorial).
Penatalaksanaan konservatif, seperti terapi fisik, imobilisasi serviks atau
obat anti-inflamasi lebih disukai. Tetapi ketika pasien mengalami nyeri
yang tidak dapat disembuhkan atau gejala neurologis yang progresif,
intervensi bedah diperlukan. Seperti yang telah disebutkan, mielopati
biasanya disebabkan oleh kompresi. Ketika intervensi bedah diperlukan,
maka fokus terapi adalah dekompresi medulla spinalis dan radix.
Pencegahan kelainan bentuk dengan mempertahankan atau menambah
stabilitas tulang belakang akan menjadi tujuan lain dari intervensi bedah ini.
Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk dekompresi medulla
spinalis baik dari anterior maupun posterior. Pilihan teknik yang paling
efektif bergantung pada berbagai faktor seperti lokasi, komborbiditas,
stabilitas tulang belakang dan pengalaman ahli bedah.
Teknik bedah berikut dapat digunakan untuk mendekompresi sumsum
tulang belakang:2
1. Laminectomy, pendekatan posterior yang telah terbukti menjadi
teknik yang aman dan efektif.
2. Laminoplasty, pendekatan posterior yang dikembangkan untuk
memungkinkan dekompresi medula spinalis sambil mempertahankan
gerakan dengan perubahan yang lebih kecil dari biomekanika tubuh.
3. Anterior cervical discectomy, efektif untuk patologi ventral seperti
osteofit atau herniasi diskus
4. Anterior cervical corpectomy, efektif dalam patologi yang lebih
dari sekadar gangguan discus intervertebralis.

2.10 Edukasi

Edukasi penderita (Proper Back Mechanism): 14

- Proper Body Mechanism

Waktu berdiri :
• Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode jongkok
sebentar.
• Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi
tekuklah pada lutut. Waktu berjalan :
• Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan
tergesa-gesa. Waktu duduk :
• Busa kursi jangan terlalu lunak.
• Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang
punggung.
• Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari
paha.
• Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak
dengan punggung kursi.

Waktu tidur :
• Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur sebaiknya
yang keras.
Gunakan bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah
untuk menjaga kelengkungan tulang leher dan tulang punggung tetap
dalam keadaan normal. Gunakan bantal di bawah lutut agar lutut tetap
dalam keadaan tertekuk.
• Ketika tidur dengan posisi menyamping atau miring, tekuk sedikit
lutut, letakkan bantal antara kedua lutut.
Saat mengangkat barang, terlebih dahulu tekuk lutut dan berjongkok,
jaga punggung agar tetap lurus dan kepala juga lurus selama mengangkat.
Pastikan benda selalu menempel pada tubuh, selama mengangkat dan
membawanya. Jangan mendadak atau menyentak mengangkat dan jangan
memutar atau menyamping. Ketika membawa suatu benda, gunakan postur
yang tepat yaitu berdiri tegak. Jangan terlalu membungkuk ketika berjalan.
Membawa dengan beban di depan dan menempel ke tubuh.
- Olahraga: Pada penderita LBP dimana kondisi punggung belum stabil
harus menghindari olahraga yang bersifat beregu. Yang dianjurkan adalah
olahraga perorangan yaitu berenang dan jogging.

Gambar 4. Posisi tidur dan cara bangun tidur


15
Gambar 5. Posisi duduk dan cara mengambil barang
15

Gambar 6. Posisi duduk membaca dan bekerja


15

2.11 Prognosis
Prognosis LBP akut (berlangsung dari 0 – 6 minggu) cukup baik, yaitu
60% penderita biasanya kembali ke fungsinya semula dalam 1 bulan. Pada
LBP sub-akut (berlangsung antara 6 – 12 minggu) 90% penderita kembali
ke fungsinya dalam 3 bulan.
BAB IV
PEMBAHASA
N

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta sampai lumbosakral. Nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti
punggung bagian atas dan pangkal paha. Low back pain (LBP) merupakan
salah satu gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh
yang kurang baik. Hiperlordosis merupakan keadaan kelengkunganyang
berlebihan dari lumbar tulang belakang dengan kemiringan berlebih panggul
anterior
Pada kasus ini berdasarkan anamnesa di dapatkan Pasien mengeluhkan
nyeri punggung bawah mulai dirasakan sejak pasien terjatuh di kamar mandi
± 3 tahun yang lalu. Pasien mengaku jatuh dengan posisi terduduk. Pasien
juga merasa kekakuan sendi, ada keluhan nyeri menjalar dari pinggang
hingga ke bokong. Tidak ada kram dan kesemutan. Tidak ada kelemahaan
anggota gerak. Tidak ada keluhan buang besar dan buang air kecil. Selain
itu, proses degenerasi progresif diskus intervertebra dapat menimbulkan
nyeri yang bersumber dari osteoartritis dan radikulitis.
Pada Kasus ini berdasarkan pemeriksaan Penunjang dilakukan
pemeriksaan radiologi didapatkan peregangan pada Lumbal L4-L5 dan L5-
S1. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Hiperlordosis merupakan keadaan
kelengkungan yang berlebihan dari lumbal tulang belakang dengan
kemiringan berlebih pada panggul anterior. Diskus lumbal bawah, L4 – L5
dan L5- S1 dapat menderita stess mekanis paling berat dan perubahan
degenerasi terberat apabila didukung oleh kesalahan aktivitas.
Pada kasus ini diberikan modalitas fisik seperti stimulasi listrik,dan
latihan gentle stretching lumbosacral. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
modalitas fisik pada pasien low back pain dapat diberikan terapi stimulasi
listrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) dapat digunakan pada
LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa nyeri. Tujuan pemberian TENS
antara lain: memelihara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot. Selain
itu, dilakukan latihan gentle stretching
lumbosacral, latihan yang di gunakan untuk mengurangi nyeri punggung
dengan memperkuat otot-otot yang yang memfleksikan lumbosacral spine
terutama otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan
kelompok
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung


bawah, dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler
atau keduanya. Sedangkan Hiperlordosis merupakan keadaan
kelengkungan yang berlebihan dari lumbar tulang belakang dengan
kemiringan berlebih panggul anterior
2. Penatalaksanaan LBP dapat diberikan stimulasi listrik, dan latihan
gentle stretching lumbosacral.
3. Prognosis LBP jarang sekali mengancam nyawa, tetapi
sangat mengganggu kualitas hidup. Prognosisnya kurang
menguntungkan bagi mereka yang memiliki kecacatan yang tinggi
atau intensitas nyeri yang tinggi, memiliki pendidikan yang rendah
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwili I. Hubungan beban kerja perawat terhadap angka kejadian LBP


(Low

Back Pain). [Journal] 2015 ;5:25-33

2. Anonim. Low back pain. Diakses tanggal 18 November 2019.. Diunduh


dari:

http://www.repository.usu.ac.id

3. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri


Neuropatik, Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L,
Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
4. Nice Clinical Guideline 88. Early management of persistent non-
specific lowback pain. Nice National Institute for Health and care
Excellence. 2009.
5. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah
Mada

University Press, 2009: 256-267.

6. Ropper AH, Brown RH. Pain in the back, neck, and extremities.
Dalam Adams and Victor’s: Principles of Neurology. Eight Edition.
New York: McGraw-Hill, 2005.
7. Anonim. Anatomi dan fisiologi tulang belakang. Diakses tanggal 7
November

2020. Diunduh dari: http://rsop.co.id/orthopaedi/anatomi-dan-


fisiologi- tulang-belakang-bagian-1
8. Anonim. Struktur tulang belakang, sakit pinggang dan skiatika.
Diakses tanggal 7 November 2020. Diunduh dari:
http://ortotik- prostetik.blogspot.com/2013/07/struktur-tulang-belakang-
sakit- pinggang.html
9. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. Back and Neck Pain.
Dalam Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Edition. New
York: McGraw- Hill, 2008.
10. Van der Linden S, Ankylosing Spondylitis. In: Kelly W, Harris
ED,Ruddy S, Sledge CB. Eds. Textbook of Rheumatology. 5th
ed,Philadelphia-London- Toronto-Sydney-Tokyo : WB Saunders Co
1997; pp : 969-82
11. Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low Back
Pain.

The American academy of family physician. November 15, 1999


[Accesed

18 Mei 2016]

12. Waddel. G, A.K.Burton. Occupational Health Guideline for The Management


Low Back Pain at Work Evidence Review. Occup Med vol.51no. 2 pp 124 –
135. Oxford University Press. Great Britain. 2001
13. Bener et al. Obesity and Low Back Pain.Coll. Antropol, 2003, 27: 95-104.

14. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam : Meliala L,


Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA., editor. Nyeri Punggung Bawah.
Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. 2003.
15. Red Flags-Low Back Pain. Diakses tanggal 7 November 2020.
Diunduh dari

:https://www.aci.health.nsw.gov.au/
data/assets/pdf_file/0003/212889/Red_Flags.pdf

16. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2018. Rehabilitasi Medik pada


Low Back Pain. Diakses tanggal 7 November 2020. Diunduh dari:
http://www.yankes. kemkes. go.id/read-rehabilitasi-mediak-pada-low-back-
pain-3952.html

Anda mungkin juga menyukai