Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat

menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya, atau nyeri yang

berasal dari punggung bawah yang dapat menjalar ke daerah lain atau sebaliknya

(referred pain). Low back pain bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis

untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area

anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri

punggung bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan yang

mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Low back pain dapat

disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan psikologis dan

mobilisasi yang salah. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim dari

LBP, yang menyebabkan sekitar 80% kasus.

Low Back Pain (nyeri pinggang belakang) sering dijumpai dalam praktek

sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh

populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya

bervariaasi 15-45 %, dengan point prevalensi rata-rata 30%. Di Amerika serikat

nyeri ini merupakan penyebab paling sering dari pembatasan aktivitas pada

penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk penyebab paling sering

berkunjung ke dokter, urutan ke 5 penyebab paling sering untuk dilakukan tidakan

operasi.

Data epidemiologi mengenai Low Back Pain di Indonesia belum ada, namun

diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah

menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%
Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa Rmah Sakit di Indonesia

berkisar antara 3-17%

Penyebab Low Back Pain bermacam-macam dan multifaktorial, banyak yang

ringan, namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat dan

tepat. Sebagian besar Low Back Pain dapat sembuh dalam waktu singkat,

sehingga keluhan ini sering tidak mendapat perhatian yang cukup mendalam. Oleh

karena itu, kemungkinan penyebab yang lebih serius tidak dikenali sedini

mungkin. Dengan anamnesis dan pemeriksaan yang teliti serta analisis perasaan

nyeri yang seksama dapat didiagnosis dengan tepat dan sedini mungkin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Low Back Pain (LBP)

2.1.1 DEFINISI

Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu

gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang

kurang baik atau low back pain adalah kelainan umum yang melibatkan

otot dan tulang. Sumber rasa sakit yang dialami individu ini adalah karena

cidera pada struktur jaringan lunak yang meliputi otot, fascia dan ligamen.

Low back pain merupakan suatu nyeri pada daerah punggang bawah yang

dihasilkan dari rangsangan fisik atau sikap tubuh yang buruk (poor

posture), ini merupakan suatu proses kumulatif yang menyebabkan

punggung bagian bawah di bawah tekanan mekanik yang berat yang

menyebabkan penurunan disabilitas dan keterbatasan gerak sendi

lumbosacral. Nyeri punggung bawah berhubungan dengan unsur miogenik

dengan stress atau strain otot punggung bawah, tendon, ligament yang

biasanya melakukan aktivitas sehari hari secara berlebihan. Nyeri barsifat

tumpul, intensitas bervariasi dan seringkali menjadi kronik. Nyeri ini tidak

disertai dengan parestesi, kelemahan atau defisit neorologis, bila batuk

atau bersin tidak menjalar ke tungkai.

Gangguan yang terjadi pada low back pain yaitu nyeri tekan pada

regio lumbal, spasme otot-otot punggung bawah, sehingga dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan antara otot abdominal dan


paravertebrae, yang dapat mengakibatkan terjadinya keterbatasan gerak.

Adanya ketidakseimbangan tersebut akan menyebabkan penurunan

mobilitas lumbal akibat adanya nyeri, spasme, dan ketidakseimbangan otot

tersebut, sehingga aktivitas fungsional terganggu, terutama aktivitas yang

memerlukan gerak membungkuk dan memutar badan

2.2 Struktur Anatomi Tulang Belakang (Vertebrae)

Susunan tulang belakang merupakan suatu sistem axis dari tubuh

manusia yang terdiri dari kolumna vertebra, spinal cord, otot-otot dan

jaringan lunak. Susunan kolumna vertebra ini tersegmentasi dan simetris

bilateral. Fungsi dari tulang belakang adalah untuk penyangga tubuh saat

posisi berdiri dan duduk, melindungi spinal cord dan sebagai fungsi

pergerakan.

Kolumna vertebra membentuk sumbu tubuh tersusun atas 33 tulang

vertebra. Regio cervical terdiri dari tujuh tulang vertebra cervikal, regio thorakal

tersusun atas dua belas tulang vertebra. regio lumbal terdiri dari 5 tulang vertebra,
region sacral terdiri dari 5 tulang yang menyatu dan regio coccygeal terdiri dari

empat tulang yang menyatu.

Tulang belakang secara umum memiliki bagian-bagian antara lain body,

arkus (pedikel dan lamina), prosesus (spinosus dan transverses) dan foramina

(vertebra dan neural). Pada korpus vertebra memiliki artikulasi pada permukaan

superior dan inferiornya. Korpus vertebra juga berhubungan langsung dengan

diskus intervertebral. Arkus vertebra terdiri atas pedikel dan lamina. Arkus

vertebra terbentuk dari dua pusat osifikasi yang menyatu. Kegagalan penyatuan

ini akan menimbulkan poenyakit yang disebut spina bifida. Arkus vertebra yang

menyatu di bagian tengahnya akan terbentuk kanal vertebra yang terisi oleh spinal

cord. Pada prosesus spinosus akan melekat ligament interspinosus yang

menghubungkan prosesus spinosus bagian distal dan proximal. Pada prosesus

transversus akan berfungsi sebagai perlekatan ligament dan artikulasi dengan

tulang rusuk.

Diskus intervertebral terdiri dari annulus fibrosus dan nucleus pulposus.

Annulus fibrosus meurpakan struktur terluar yang terdiri dari annulus bagian luar

dan annulus bagian dalam. Annulus bagian luiar tersusun atas serat padat kolagen

tipe 1 sedangkan annulus bagian dalam merupakan fibrocartilage kolagen tipe 2

yang terususun lebih longgar. Serat kolagen terususun oblik dan kuat menahan

beban regangan . Annulus bagian luar memiliki inervasi saraf sehingga apabila

terjadi robekan akan menimbulkan nyeri. Nucleus pulposus terletak di tengah

annulus fibrosus. Nucleus pulposus merupakan masa kenyal yang terususu atas

air, proteoglikan dan kolagen tipe 2. Struktur ini mampu menahan beban kompresi

dimana beban kompresi terbesar adalah dalam posisi duduk sambil condong ke
depan. Komposisi air dan proteoglykan akan menurun seiring bertambahnya usia.

Nucleus pulposus mampu mendorong keluar annulus dan menekan serat saraf

pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada punggung bagian

bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi

yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan cidera.

 Otot – Otot Punggung

Adapun otot-otot yang turut membantu menyangga tulang belakang secara

garis besar dibagi menjadi dua yaitu otot ekstrinsik dan otot instrinsik. Otot

ekstrinsik terdiri dari M. Trapezius, M. Latissiumus dorsi, M. Levator scapulae,

M. Rhomboid minor, M. Rhomboid mayor, M. Serratus posterior superior, M.

Serratus posterior. Otot-otot intrinsic yaitu M. Splenius Lig. Nuchae dan Proc.

Spinosus vertebrae, M. Erector Spinae, M. Transversospinales.

 Saraf Spinal

31 asang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan

ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks

bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf

gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui

neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. Saraf spinal

diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna vertebra tempat

munculnya saraf tersebut.

 Saraf serviks ; 8 pasang, C1 – C8.

 Saraf toraks ; 12 pasang, T1 – T12.

 Saraf lumbal ; 5 pasang, L1 – L5.

 Saraf sacral ; 5 pasang, S1 – S5.


 Saraf koksigis, 1 pasang.

2.2.2 EPIDEMIOLOGI

Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) ada disetiap

budaya dan negara. Hampir 80% dari setiap individu pernah mengalami

LBP dalam hidup mereka. Pada titik waktu tertentu, minimal 15% dari

individu melaporkan bahwa mereka mengalami LBP. Kejadian tahunan

rata-rata LBP diperkirakan menjadi sekitar 16%, dengan 50% kasus

pelaporan kekambuhan dan 8% evolusi kronis.

Prevalensi kejadian LBP di Amerika adalah 60%-80%. Prevalensi

LBP serius (terjadi lebih dari 2 minggu) adalah 14%. Prevalensi nyeri

yang menjalar ke salah satu tungkai sebesar 2%. Sedangkan prevalensi

LBP di negara-negara industri lebih dari 70%, kejadian dalam satu tahun

15%-45%, pada orang dewasa 5% per tahun. Dari semua kasus LBP di

Amerika 70% disebabkan oleh peregangan otot atau keseleo, 10% karena

proses degeneratif tulang vertebra, 4% karena penyempitan DIV, 4%

disebabkan oleh fraktur kompresi osteoporosis, dan 3% disebabkan oleh

stenosis tulang belakang. Penyebab lainnya hanya sekitar 1%. LBP

merupakan penyebab utama kecacatan pada pekerja yang berusia dibawah

45 tahun di Amerika.

Nyeri punggung atau LBP di Indonesia merupakan masalah kesehatan

yang nyata. LBP merupakan penyakit nomor dua terbanyak setelah

influenza. Di Indonesia LBP sering terjadi pada penduduk berusia 40-59

tahun. Secara keseluruhan kejadian LBP di Indonesia adalah sekitar 49%.

Khusus di provinsi Jawa Tengah diperkirakan 40% dari penduduk berusia


diatas 50 tahun pernah mengeluhkan nyeri pinggang, dengan prevalensi

pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan

kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-

17%.

2.2.3 ETIOLOGI

Nyeri punggung adalah gejala. Penyebab umum nyeri punggung

adalah penyakit atau cedera pada otot, tulang, dan / atau saraf tulang

belakang. Rasa sakit yang timbul dari kelainan organ di dalam perut,

panggul, atau dada juga dapat dirasakan di punggung. Ini disebut nyeri

alih. Banyak kelainan dalam perut, seperti radang usus buntu, aneurisma,

penyakit ginjal, infeksi ginjal, infeksi kandung kemih, infeksi panggul,

kelainan ovarium, fibroid rahim, dan endometriosis, di antaranya, dapat

menyebabkan nyeri yang dirujuk ke punggung. Kehamilan normal dapat

menyebabkan sakit punggung dengan berbagai cara, termasuk peregangan

ligamen di dalam panggul, saraf yang mengiritasi, dan meregangkan

punggung bagian bawah. Selain itu, efek hormon estrogen wanita dan

hormon pelonggaran ligamen dapat berkontribusi untuk melonggarnya

ligamen dan struktur punggung

a) Berdasarkan perjalanan klinis

1. Acute Low Back Pain

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba – tiba, keluhan dirasakan

kurang dari 6 minggu. Rasa ini dapat hilang atau sembuh. Acute Low

Back Pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakan

mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan

tendon. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri pingang akut

terfokus pada istirahat dan pemakain analgetik

2. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang

berulang- ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki

onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low

back pain dapat terjadi karena osteoartritis, rheumatoidarthritis, proses

degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

b) Organ yang mendasari

1. LBP Viserogenik

Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera

didaerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan

tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang

dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami neri

hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang

penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam

dalam posisi tertentu untuk menghilangkan nyerinya.

2. LBP vaskulogenik

Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan

nyeri punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria

glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang

makin memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat

menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi


rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya:

membungkuk, mengangkat benda berat yang mana dapat

menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis. Klaudikatio

intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh

iritasi radiks.

3. LBP neurogenik

 Neoplasma: Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan

motorik, sesibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada

waktu sedang tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa

nyeri berkurang bila penderita berjalan.

 Araknoiditis: Pada keadaan ini terjadi perlengketan –

perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks

oleh perlengketan tersebut.

 Stenosis kanalis spinalis: Penyempitan kanalis spinalis

disebabkan oleh proses degenerasi discus intervertebralis dan

biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis timbulnya

gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri

tetap ada walaupun penderita istirahat.

4. LBP spondilogenik

Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna

vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan

proses patologik di artikulatio sacroiliaka.


5. LBP psikogenik

Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan

depresi atau campuran keduanya.

6. LBP osteogenik

Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan

spondilitis tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur

maupun spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis

lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan

selaput artikulasi posterior satu sisi, metabolik misalnya

osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.

7. LBP diskogenik

 Spondilosis

Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis,

sehingga jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan

timbulnya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen

intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri

disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan tertekannya radiks

oleh kantong duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang.

Gejala neurologik timbul karena gangguan pada radiks yaitu:

gangguan sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan atrofi

otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan

dengan cara penderita disuruh mengejan (percobaan valsava) atau

dengan menekan kedua venajugularis (percobaan Naffziger).


 Hernia nucleus pulposus (HNP)

Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk

kemudian menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus

fibrosus yang robek. Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi

discus intervertebralis. Pada umumnya HNP didahului oleh

aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat benda berat,

mendorong barang berat. HNP lebih banyak dialami oleh laki –

laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul yaitu rasa

nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar lesi

dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme

otot – otot tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya

lordosis lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan

paraparesis flaksid, parestesia dan retensi urin. HNP lateral

kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5. pada HNP lateral L5-

S1 rasa nyeri terdapat dipunggung bawah, ditengah – tengah

antara kedua bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.

Kekuatan ekstensi jari V kaki juga berkurang dan reaksi achilles

negative. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan

didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai

bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu

jari kaki berkurang dan refleks patella negative. Sensibilitas pada

dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena, menurun.

Pada tes lasegue akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian


belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan memberikan

hasil positif.

 Spondilitis ankilosa

Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar

keatas, ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku

dipunggung bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah

mengadakan gerakan. Pada foto roentgen terlihat gambaran yang

mirip dengan ruas – ruas bamboo sehingga disebut bamboo spine.

8. LBP miogenik

 Ketegangan otot

Sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang sama

akan memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa

nyeri. Rasa nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot,

regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap

tulang, serta regangan pada kapsula.

 Spasme otot atau kejang otot

Disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana jaringan

otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau

kurang pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang

disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan

memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi.


 Defisiensi otot

Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari

mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama

maupun karena imobilisasi.

 Otot yang hipersensitif

Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan

menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.

c) Faktor Resiko

Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :

a. Usia

Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa

saja, pada umur berapa saja. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada

mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai

pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin

lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.

b. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap

keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada

kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi

timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini

lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi,

selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan

tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga

memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.


d) Faktor Indeks Massa Tubuh

 Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko

timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi

penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat

memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

 Tinggi Badan

Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai

lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat

beban tubuh.

 Pekerjaan

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas

mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat

diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan

keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar

yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat

beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko

timbulnya keluhan nyeri pinggang.

 Aktivitas atau Olahraga

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang

yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh

yang menjadi kebiasaan. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri

dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah

seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang
diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian

tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri

langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang

salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih

dahulu.

e). Low back pain traumatic

Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah

punggung bawah, semua unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena

oleh trauma. LBP ini dibagi menjadi:

 Trauma pada unsur miofasial

Setiap hari banyak orang mendapat trauma miofasial, mengingat

banyaknya pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi

kesehatan badan yang kurang optimal. Juga di kalangan sosial yang

serba cukup atau berlebihan keadaan tubuh tidak optimal karena

kegemukan, terlalu banyak duduk dan terlalu kaku karena tidak

mengadakan gerakan-gerakan untuk mengendurkan ototnya.

 Trauma pada komponen keras

Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di

vertebrata torakal bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur

kompresi dapat terjadi juga pada kondisi tulang belakang yang

patalogik. Karena trauma yang ringan (misal jatuh terduduk dari

kursi pendek), kolumna vertebralis yang sudah osteoporotik mudah

mendapat fraktur kompresi.


2.2.4 PATOGENESIS

Struktur-struktur jaringan yang sering terlibat dalam nyeri punggung

bawah atau low back pain antara lain otot, tendon, diskus, ligamen dan

sendi pada vertebra lumbal sehingga struktur tersebut sering mengalami

inflamasi atau cidera pada kondisi dibawah tekanan mekanik atau

gerakan. Komponen struktural vertebra sangat sensitive dan responsive

terhadap stimuli nociceptive dalam hal ini nyeri seperti pada peregangan

ligamen, otot, fascia atau kapsul sendi secara terus menerus yang

dipengaruhi oleh beban mekanik baik secara statis maupun dinamis.

Nyeri terjadi jika saraf sensoris perifer, yang disebut nociseptor terpicu

oleh rangsang mekanik kimiawi maupun thermal maka impuls nyeri akan

dihantarkan ke serabut-serabut afferen cabang spinal, dari medula

spinalis impuls diteruskan ke otak melalui traktus spinotalamikus

kolateral. Selanjutnya akan memberikan respon terhadap impuls saraf

tersebut. Respon tersebut berupa upaya untuk menghambat atau

mensupresi nyeri dengan pengeluaran substansi peptide endogen yang

mempunyai sifat analgesik yaitu endorphin.

Disamping itu impuls nyeri yang mencapai medulla spinalis, akan

memicu respon reflek spinal segmental yang menyebabkan spasme otot

dan vasokonstriksi. Spasme otot yang terjadi disini adalah merupakan

suatu mekanisme proteksi, karena adanya spasme otot akan membatasi

gerakan sehingga dapat mencegah kerusakan lebih berat, namun dengan

adanya spasme otot, juga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah yang

menyebabkan ischemia dan sekaligus menjadi titik picu terjadinya nyeri.


penyebab nyeri lainnya adalah ischemia, dimana ischemia dapat

menyebabkan akumulasi asam laktat dengan jumlah yang besar di dalam

jaringan, yang terbentuk sebagai konsekuensi dari metabolisme anaerobik.

Kemungkinan juga adalah keterlibatan unsur-unsur kimiawi lainnya seperti

bradykinin dan enzim proteolytic yang terbentuk di dalam jaringan karena

adanya kerusakan sel. Keterlibatan ke dua enzim dan akumulasi asam laktat di

dalam jaringan dapat merangsang ujung-ujung saraf nyeri (reseptor nyeri). Di

samping itu, muscle spasm juga penyebab umum dari nyeri. Nyeri dapat

berasal dari efek langsung dari muscle spasm yang merangsang reseptor nyeri

mechanosensitive, tetapi dapat juga berasal dari efek tidak langsung dari

muscle spasm yang mengompresi pembuluh darah sehingga menyebabkan

ischemia. Hal ini akan menciptakan pelepasan substance kimiawi penyebab

nyeri. Adanya spasme otot menyebabkan ketidakseimbangan otot abdominal

dan paravertebrae, maka akan membatasi mobilitas lumbal terutama untuk

gerakan membungkuk(fleksi) dan memutar(rotasi). Nyeri dan spasme otot

seringkali membuat individu takut menggunakan otot-otot punggungnya

untuk melakukan gerakan lumbal, selanjutnya akan menyebabkan perubahan

fisiologi pada otot tersebut yaitu berkurangnya massa otot dan penurunan

kekuatan otot, akhirnya menimbulkan gangguan aktivitas fungsionalnya.

Penyebab Spasme atau tightness merupakan manifestasi dari reflex

muscle guarding sebagai respon terhadap adanya stimulus nyeri. Muscle

spasm juga dapat terjadi sebagai respon terhadap perubahan sirkulasi dan

metabolik lokal yang terjadi ketika otot dalam keadaan kontraksi yang

terus menerus. Nyeri juga merupakan hasil dari adanya perubahan

lingkungan sirkulasi dan metabolic. Pada kondisi low back pain, jaringan
lunak yang sering mengalami muscle spasm adalah otot paravertebralis

lumbal. nyeri yang berasal dari mechanical spine disebabkan oleh

deformasi mekanikal dari jaringan yang terganggu secara struktural, di

mana sebagian besar disfungsi terjadi pada komponen artikular tetapi

keterlibatan struktur kontraktil tidak dapat diabaikan. Keadaan ini akan

menyebabkan muscle tension(spasme/tightness), scarring, adherence

(perlengketan), pemendekan adaptif atau kontraktur otot, atau perbaikan

yang tidak sempurna.

2.2.5 DIAGNOSIS

a. Dalam anamnesis perlu diketahui:

 Awitan Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak

yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin

terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi.

Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.

 Lama dan frekuensi serangan LBP akibat sebab mekanik

berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi diskus

bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi

diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan

eksaserbasi selama 2-4 minggu.

 Lokasi dan penyebaran Kebanyakan LPB akibat gangguan mekanis

atau medis terutama terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang

menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah

ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat


disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak

mempunyai pola penyebaran yang tetap.

 Faktor yang memperberat/memperingan Pada lesi mekanis keluhan

berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada

penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk,

bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada

penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.

 Kualitas/intensitas Penderita perlu menggambarkan intensitas

nyeri serta dapat membandingkannya dengan berjalannya waktu.

Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang

lebih dominan dan intensitas dari masingmasing nyerinya, yang

biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih

banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya

radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila

nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak

menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya

tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala LBP yang sudah lama

dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan

gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis.

Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat,

yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan

suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi

setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau

memungut barang yang enteng. Harus diketahui pula gerakan-


gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri LBP,

yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang

bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa

menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat

menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu

defekasi. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-

mekanik. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan,

karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti

adanya suatu keganasan ataupun infeksi.

b. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi : Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan

gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna

vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis.

Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan

oleh spasme otot paravertebral. Gerakan-gerakan yang perlu

diperhatikan pada penderita: Keterbatasan gerak pada salah satu

sisi atau arah, Ekstensi ke belakang (back extension), Fleksi ke

depan (forward flexion), Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang

2. Palpasi : Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa

menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis di

bawahnya (psychological overlay). Kadang-kadang bisa

ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan

menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan


menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil

melihat respons pasien.

3. Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus

nyeri punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan

saraf atau karena sebab yang lain.

c. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk

memastikan penyebab LBP:

1. Laboratorium : pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan cairan

cerebrospinal.

2. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang

bermanfaat untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan

sebagian diskogenik.

3. Pemeriksaan Elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk

membuktikan adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus

tertentu.

4. Pemeriksaan mielografi (untuk indikasi tertentu).

2.2.6 PENATALAKSANAAN

A. Low Back Pain (LBP)

1. Obat-obatan

Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan untuk

mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat

yang diberikan dapat berupa golongan analgetika, dimana


golongan ini terdiri dari analgetika antipiretik dan analgetika

narkotik. Yang umum digunakan adalah analgetik antipiretik yang

bekerja menghambat sintesa dan pelepasan “endogenous pain

substance” sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Di

samping itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-

inflamasi di samping analgetik yaitu obat anti inflamasi non

steroid.

2. Penanganan Rehabilitasi Medik

a. Low Back Pain oleh faktor mekanik akut.

Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra

merah, kompres air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan

4-5 hari.

b. Low Back Pain oleh faktor mekanik

Tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk

menghilangkan hiperlordosis tersebut. Pada prinsipnya untuk :

Latihan penguatan dinding perut, otot gluteus maksimus,

Latihan peregangan untuk otot yang memendek, terutama otot

punggung dan hamstring.

c. Low Back Pain oleh karena fraktur kompresi Dikenal dua

macam penanganan :

- Konsevatif : tirah baring 4-6 minggu disusul mobilisasi

dengan korset untuk 4-6 minggu lagi, bila jenis fraktur stabil.

Bila tidak stabil, diperlukan tirah baring yang lebih lama (6-8

minggu)
- Operatif : Tindakan operatif merupakan indikasi bila

kedudukan fragmen fraktur jelek, sedangkan reposisi sulit

dilakukan secara konservatif.

d. Osteoporosis

Penanganannya latihan-latihan, pemasangan korset, pemanasan

dangkal.

e. Keganasan Terhadap fraktur patologik yang mungkin terjadi

atau instabilitas tulang belakang dapat diberikan korset.

f. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Penanganannya :

Konservatif, berupa:

 Tirah baring selama 3-5 hari dengan alas keras selama fase

akut, dengan posisi semi Fowler

 Terapi fisik Shortwave Diathermy

 Traksi pelvis

 Latihan-latihan yang pada prinsipnya untuk memperkuat

otot-otot tulang belakang

3. Tindakan Operatif

 Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi)

 Adanya gangguan neurologis yang progresif (kelemahan otot)

 Nukleolisis, merupakan metoda alternatif setelah operatif gagal.


Modalitas Fisik

a. Terapi Panas

 Infra Red, mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat memberikan rasa

nyaman karena dapat mempengaruhi hantaran perasaan sakit oleh serabut

aferen.

 Microwave diathermy, prinsip pemanasan melalui elektromagnetik

potensial. Daya tembus dapat mencapai subkutis, lemak, dan otot.

 Shortwave Diathermy, prinsip pemanasan melalui potensial listrik.

 Ultrasound Diathermy, prinsip pemanasan dengan high frequency vibration,

memiliki daya tembus yang paling besar.

b. Terapi Dingin Cold packs dan masase dengan balok es dapat digunakan sebagai

terapi dingin.

c. Stimulasi Listrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) Dapat digunakan

pada LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa nyeri.

d. Massage Efek yang timbul dalam pemberian massage adalah bersifat reflektoris

dan mekanik.

e. Latihan

 Relaksasi, berbaring di alas yang kaku dengan punggung lurus dan lutut

ditekuk. Atur nafas dalam hitungan dua-dua. Kepalkan tangan lalu biarkan

relaksasi, rasakan menyebar dari lengan ke punggung.

 Pelvic tilt, tekan punggung ke bawah sehingga datar seluruhnya dan

menempel dasar selama 5-10 hitungan sebelum relaksasi kembali.

 Lutut ke dada, tarik lutut kiri bergantian dengan kanan ke dada dengan

kedua tangan.
 William Flexion Exercise William flexion exercise adalah program latihan

yang terdiri atas 7 macam gerak yang menonjolkan pada penurunan lordosis

lumbal (terjadi fleksi lumbal). William flexion exercise telah menjadi dasar

dalam manajemen nyeri pinggang bawah selama beberapa tahun untuk

mengobati beragam problem nyeri pinggang bawah berdasarkan temuan

diagnosis. Dalam beberapa kasus, program latihan ini digunakan ketika

penyebab gangguan berasal dari facet joint (kapsul-ligamen), otot, serta

degenerasi corpus dan diskus. Tn. William menjelaskan bahwa posisi

posterior pelvic tilting adalah penting untuk memperoleh hasil terbaik.

Adapun tujuan dari william flexion exercise adalah untuk mengurangi nyeri,

memberikan stabilitas lower trunk melalui perkembangan secara aktif pada

otot abdominal, gluteus maximus, dan hamstring, untuk menigkatkan

fleksibilitas/elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower back

(sacrospinalis), serta untuk mengembalikan/menyempurnakan

keseimbangan kerja antara group otot postural fleksor & ekstensor

2.2.7 PROGNOSIS

Prognosis LBP jarang sekali mengancam nyawa, tetapi sangat

mengganggu kualitas hidup. Prognosisnya kurang menguntungkan bagi

mereka yang memiliki kecacatan yang tinggi atau intensitas nyeri yang

tinggi, memiliki pendidikan yang rendah.


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas

Nama : Tn. B.M

Umur : 63 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak

Alamat : Dok V

No. DM :

3.2 Keluhan Utama

Nyeri punggung bagian bawah

3.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri punggung bawah mulai dirasakan sejak pasien mengalamai kecelakaan

lalu lintas ± 30 tahun yang lalu saat pasien masih berusia 32 tahun. Pasien

mengaku ditabrak oleh pengendara mobil dari arah belakang pasien. Sejak

kejadian kecelakaan tersebut pasien sering mengalami nyeri punggung bagian

bawah, namun nyeri tersebut hilang timbul.

Nyeri punggung bagian bawah dirasakan pasien semakin menghebat nyerinya

saat pasien mengalami trauma kedua kalinya yaitu kecelakaaan lalu lintas lagi

pada awal tahun 2019. Sejak kejadian kecelakaan pada awal tahun 2019

tersebut pasien sering sekali merasakan nyeri punggung bawah yang terus

menerus, seperti di ramas-ramas dan di tusuk-tusuk.


Pasien mengaku nyeri semakin mmemberat dirasakan bila pasien sedang

melakukan aktivitas, saat akan berdiri dari posisi duduk dan pada saat

penderita hendak mau duduk. Nyeri dirasakan berkurang bila pasien

berbaring lurus ditempat yang lurus seperti di lantai atau di Kasur yang tipis.

Riwayat kelemahan pada anggota gerak tidak ada, riwayat kram-kram pada

anggota tubuh tidak ada, riwayat nyeri sendi pada pagi hari tidak ada, buang

air kecil biasa, pada saat buang air besar kadang-kadang penderita merasa

nyeri pada punggung bawah.

3.4 Riwayat Penyakit Dahulu

 Hipertensi : Disangkal

 Jantung : Disangkal

 Kolesterol : (+) Terkontrol

 Asam Urat : (+) Terkontrol

 Diabetes Melitus : (+) Terkontrol

 Batu Ginjal : (+) sudah di lakukan SWL

3.5 Riwayat Kebiasaan

Pasien mengaku tidak pernah mengangkat beban berat.

3.6 Riwayat Penyakit Keluarga

Menurut pasien tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti

pasien.
3.6 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos mentis

1. Kepala :

 Inspeksi :

− Bentuk : Simetris

− Kontrol kepala : Adekuat

− Rambut dan kulit kepala : Warna hitam

− Wajah : Simetris

2. Leher :

Perbesaran kelenjar getah bening (-)

3. Thoraks :

 Inspeksi : Bentuk simetris, ikut gerak nafas

 Palpasi : Tidak dilakukan

 Perkusi : Sonor

4. Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan

epigastrium (-), Hepar/Lien : Tidak teraba.

5. Ekstremitas : Akral hangat,

Musculokeletal Status

HIP ROM MMT

Fleksi F/F 5/55/

Elstensi F/F 5/5

Abbduksi F/F 5/5

Adduksi F/F 5/5


Ext. Rotasi F/F 5/5

Int. Rotasi F/F 5/5

KNEE F/F 5/5

Fleksi F/F 5/5

Ekstensi F/F 5/5

ANKLE F/F 5/5

Plantar Fleksi F/F 5/5

Dorso fleksi F/F 5/5

Inversi F/F 5/5

Enversi F/F 5/5

TOES F/F 5/5

Fleksi F/F 5/5

Ekstensi F/F 5/5

Status lokalis ( Regio Lumbosakral )

Inspeksi : Simetris, tanda radang (-), eritema (-), deformitas (-)

Palpasi : Hangat (-), Nyeri tekan (+) regio lumbosakral, Spasme otot (-)
3.7 Diagnosa

 Low back pain (LBP) e.c Hernia nucleus pulposus (HNP)

3.8 Pemilihan Terapi

a. Low Back Pain (LBP)

Terapi panas :

 Infra Red, mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat memberikan

rasa nyaman karena dapat mempengaruhi hantaran perasaan sakit oleh

serabut aferen.

 Stimulasi Listrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) Dapat

digunakan pada LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa nyeri.

 Korset TLSO

3.9 Prognosis

LBP jarang sekali mengancam nyawa, tetapi dapat sangat mengganggu

kualitas hidup. Setelah 1 bulan pengobatan, 35% pasien dilaporkan membaik,

dan 85% pasien membaik setelah 3 bulan. Dilaporkan tingkat kekumatan LBP

mencapai 62% pada tahun pertama. Setelah tahun kedua, 80% pasien

setidaknya mengalami satu kali kekumatan.

Lebih dari sepertiga pasien dengan nyeri kronis sembuh dalm 12 bulan.

Prognosisnya kurang menguntungkan bagi mereka yang memiliki kecacatan

yang tinggi atau intensitas nyeri yang tinggi, memiliki pendidikan yang

rendah.
BAB IV

PEMBAHASAN

Low back pain merupakan suatu nyeri pada daerah punggang bawah

yang dihasilkan dari rangsangan fisik atau sikap tubuh yang buruk (poor

posture), ini merupakan suatu proses kumulatif yang menyebabkan punggung

bagian bawah di bawah tekanan mekanik yang berat yang menyebabkan

penurunan disabilitas dan keterbatasan gerak sendi lumbosacral.

Pada kasus ini berdasarkan anamnesa di dapatkan bahwa pasien datang

dengan keluhan utama nyeri punggung bagian bawah yang dirasakan sejak

pasien masih usia muda akibat kecelakaan lalu lintas. Hal ini sesuai dengan

teori bahwa Low back pain dapat disebabkan oleh karena adanya trauma dan

sikap / postur tubuh yang tidak seimbang.

Pada teori Low back pain di berikan modalitas fisik seperti Terapi

Panas, Infra Red, mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat

memberikan rasa nyaman karena dapat mempengaruhi hantaran perasaan

sakit oleh serabut aferen, Microwave diathermy, prinsip pemanasan melalui

elektromagnetik potensial. Daya tembus dapat mencapai subkutis, lemak, dan

otot. - Shortwave Diathermy, prinsip pemanasan melalui potensial listrik. -

Ultrasound Diathermy, prinsip pemanasan dengan high frequency vibration,

memiliki daya tembus yang paling besar. Stimulasi Listrik (Transcutaneus

Electrical Nerve Stimulation) Dapat digunakan pada LBP akut atau kronik

untuk menurunkan rasa nyeri. Relaksasi, berbaring di alas yang kaku dengan

punggung lurus dan lutut ditekuk. Pada kasus pasien di berikan Infra Red dan

TENS dimana sudah sesuai dengan teori.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu

gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang

kurang baik atau low back pain adalah kelainan umum yang melibatkan

otot dan tulang.

2. Dari semua kasus LBP di Amerika 70% disebabkan oleh peregangan otot

atau keseleo, 10% karena proses degeneratif tulang vertebra, 4% karena

penyempitan DIV, 4% disebabkan oleh fraktur kompresi osteoporosis, dan

3% disebabkan oleh stenosis tulang belakang.

3. Penyebab umum nyeri punggung adalah penyakit atau cedera pada otot,

tulang, dan / atau saraf tulang belakang.

4. Penatalaksanaan LBP dapat diberikan terapi panas, terapi dingin, hingga

TENS.

5. Prognosis LBP jarang sekali mengancam nyawa, tetapi sangat

mengganggu kualitas hidup. Prognosisnya kurang menguntungkan bagi

mereka yang memiliki kecacatan yang tinggi atau intensitas nyeri yang

tinggi, memiliki pendidikan yang rendah.


DAFTAR PUSTAKA

Andini F.2015. Risk Factor of Low Back Pain in Workers. J Majority. Vol.4.

No.1. Faculty of Medicine, Universitas Lampung

Maher Christpher G, dkk. 2011. Prognosis For Patients with chronic low back

pain. George Institute for International Health, University of Sydney

Paulsen, F & Waschke. J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Kedokteran. Edisi 23.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Anda mungkin juga menyukai