Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN

DISUSUN OLEH: 1. 2. 3. Uli Ririn Marpaung Sisca Afril Lenny Yogi Oktiandi (07310284) (08310289) (08310331)

PEMBIMBING: dr. Luhu A Tapiheru, Sp.S

BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

2013

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PRIBADI NAMA JENIS KELAMIN USIA SUKU BANGSA AGAMA ALAMAT STATUS PEKERJAAN TANGGAL MASUK TANGGAL KELUAR : Ny. Sapriani : Perempuan : 36 tahun : INA / Batak : Islam : Jl. Letda Suyono Gg.Subur No.2 : Menikah : Ibu Rumah Tangga : 14 Maret :-

ANAMNESIS / ALLOANAMNESIS Keluhan Utama Telaah : Sakit Pinggang :

Os mengeluh sakit pada pinggang sejak 5 hari yang lalu. OS tiba-tiba mengeluh sakit pinggang setelah mengambil dan mengangkat taperware. Sakit makin lama dirasakan bertambah, sakit dirasakan di pinggang kanan dan kiri. OS juga mengeluh sakit jika bergerak. OS menyangkal adanya nyeri kholik pada daerah pinggang. OS juga menyangkal adanya sakit kepala, kebas pada anggota gerak tubuh. BAK dan BAB normal. Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat Pengguna Obat ::-

ANAMNESIS TRAKTUS Traktus Sirkulatorius Traktus Respiratorius Traktus Digestivus Traktus Urogenitalis Penyakit Terdahulu & Kecelakaan Intoksikasi & Obat-obatan : Normal : Normal : Normal : Normal ::-

ANAMNESIS KELUARGA Faktor Herediter Faktor Familier Lain-lain :::-

ANAMNESIS SOSIAL Kelahiran dan Pertumbuhan Imunisasi Pendidikan Pekerjaan : Normal : Tidak Ditanyakan : SMA : Ibu Rumah Tangga

Perkawinan dan Anak PEMERIKSAAN JASMANI PEMERIKSAAN UMUM Tekanan Darah Nadi Frekuensi Nafas Temperatur Kulit dan Selaput Lendir Kelenjar dan Getah Bening Persendian

: Menikah / 3 anak

: 120/80 mmhg : 96 x/menit : 20 x/menit : 36,9 C : Normal : Normal : Normal

KEPALA DAN LEHER Bentuk dan Posisi Pergerakan Kelainan Panca Indera Kelenjar Parotis Desah Dan Lain-lain : Normal : Normal : Normal : Normal ::-

RONGGA DADA DAN ABDOMEN Rongga Dada Inspeksi Perkusi Palpasi Auskultasi : Normal : Normal : Normal : Normal

Abdomen Normal Normal Normal Normal

GENITALIA Toucher : Tidak Dilakukan

STATUS NEUROLOGI SENSORIUM KARNIUM Bentuk Fontanella Palpasi Perkusi Auskultasi Transiluminasi : Bulat : Tertutup :+ : Cracked Pot Sign (-) :: Tidak Dilakukan : Compos Mentis

PERANGSANGAN MENINGEAL Kaku Kuduk Tanda kernig Tanda Laseque Tanda Brudzinski I Tanda Brudzinski II : Negatif (-) : Negatif (-) : Negatif (-) : Negatif (-) : Negatif (-)

PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL Muntah Sakit Kepala Kejang :::-

SARAF OTAK / NERVUS KRANIALIS NERVUS I Normosmia Anosmia Parosmia Meatus Nasi Dextra : Normal ::Meatus Nasi Sinistra Normal -

Hiposmia NERVUS II Visus Lapang pandang Normal Menyempit Hemianopsia Scotoma

:Oculi Dextra : Normal

Oculi Sinistra Normal

: Normal ::::+

Normal +

Refleks Ancaman Fundus Oculi Warna Batas Ekskavasio Arteri Vena

: Tidak Dilakukan : Tidak Dilakukan : Tidak Dilakukan : Tidak Dilakukan : Tidak Dilakukan

NERVUS III, IV, VI Gerakan Bola Mata Nistagmus Pupil Lebar Bentuk Refleks Cahaya Langsung

Oculi Dextra (OD) : Normal :-

Oculi Sinistra (OS) Normal -

: Isokor : Bulat : Miosis

Isokor Bulat Miosis Normal Normal -

Refleks Cahaya Tidak Langsung: Normal Rima Palpebra Deviasi Konjugate Fenomena Dolls Eye : Normal ::-

Strabismus

:-

NERVUS V Motorik

Kanan

Kiri

Membuka dan Menutup Mulut : Normal Palpasi Otot Maseter&Temporalis: Normal Kekuatan Gigitan : Normal

Normal Normal Normal

Sensorik Kulit Selaput Lendir : Normal : Normal Normal Normal

Refleks Kornea Langsung Tidak Langsung :+ :+ : Normal : Normal + +

Refleks Maseter Refleks Bersin

NERVUS VII Motorik Mimik Kerut Kening Menutup Mata Meniup Sekuatnya Memperlihatkan Gigi Tertawa

Kanan

Kiri

: Normal : Normal : Normal : Normal : Normal : Normal

Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Sensorik Pengecapan 2/3 Depan Lidah Produksi Kelenjar Ludah : Normal : Normal Normal Normal

Hiperakusis Refleks Stapedial

::+

NERVUS VIII Auditorius Pendengaran Test Rinne Test Weber Test Schwabach

Kanan

Kiri

: Normal : Tidak Dilakukan : Tidak Dilakukan : Tidak Dilakukan

Normal

Vestibularis Nistagmus Reaksi Kalori Vertigo Tinnitus :: Tidak Dilakukan ::-

NERVUS IX, X Pallatum Mole Uvula Disfagia Disartria Disfonia Refleks Muntah Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : Normal : Normal / Medial ::::+ : Normal

NERVUS XI Mengangkat Bahu Fungsi Otot Sternocleidomastoideus :+ : Normal

NERVUS XII Lidah Tremor Atrofi Fasikulasi :::: Normal : Normal

Ujung Lidah Sewaktu Istirahat Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan

SISTEM MOTORIK Trofi Tonus Otot Kekuatan Otot :: Baik :ESD: E: 55555 F:55555 EID: E:55555 F:55555 Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring) Gerakan Spontan Abnormal Tremor Khorea Ballismus Mioklonus Atetosis Distonia Spasme Tic Dan lain-lain ::::::: Otot Pinggang ::: Terganggu EIS: ESS: E:55555 F:55555 E:55555 F:55555

TEST SENSIBILITAS Eksteroseptif Propioseptif Fungsi Kortikal untukn Sensibilitas Stereognosis Pengenalan Dua Titik Grafestesia : Normal : Normal : Normal : Normal : Normal

REFLEKS Refleks Fisiologis Biceps Triceps Radioperiost APR KPR Strumple

Kanan

Kiri

: Normal : Normal : Normal : Normal : Normal : Normal

Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Refleks Patologis Babinski Oppenheim Chaddock Gordon Schaefer Hoffman Tromner Klonus Lutut Klonus Kaki ::::::::: Normal -

Refleks Primitif

KOORDINASI Lenggang Bicara Menulis Percobaan Apraksia Mimik Test Telunjuk-Telunjuk Test Telunjuk-Hidung Diadokhokinesia Test Tumit-Lutut Test Romberg : Normal : Normal : Normal :: Normal : Normal : Normal : Normal : Normal : Tidak Dilakukan

VEGETATIF Vasomotorik Sudomotorik Pilo Erektor Miksi Defekasi Potensi dan Libido : Normal : Normal : Tidak Dilakukan : Normal : Normal : Normal

VERTEBRAE Bentuk Normal Scoliosis Hiperlordosis : Normal ::-

Pergerakan Leher Pinggang : Normal : Terganggu

TANDA PERANGSANGAN RADIKULER Laseque Cross Laseque Test Lhermitte Test Naffziger ::: Tidak Dilakukan :-

GEJALA GEJALA SEREBERAL Ataksia Disartria Tremor Nistagmus Fenomena Rebound Vertigo Dan Lain-lain :::::::-

GEJALA GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL Tremor Rigiditas Bradikinesia Dan Lain-lain ::::-

FUNGSI LUHUR Kesadaran Kualitatif Ingatan Baru Ingatan Lama Orientasi Diri : Baik : Baik : Baik : Baik

Tempat Waktu Situasi

: Baik : Baik : Baik : Normal : Baik : Normal

Intelegensia Daya Pertimbangan Reaksi Emosi Afasia Ekspresif Represif

: Normal : Normal :-

Apraksia Agnosia Agnosia Visual Agnosia Jari-jari Akalkulia Disorientasi Kanan-Kiri

::::-

KESIMPULAN PEMERIKSAAN Hasil pemeriksaan menunjukan tidak ada kelainan pada perangsangan radikuler yang menunjukan gangguan nervus spinalis.

DIAGNOSA BANDING LBP (Low Back Pain) et causa spasmae otot HNP (Hernia Nukleus Pulposus) Osteoathritis Osteoporosis

DIAGNOSA KLINIS DIAGNOSA FUNGSIONAL : Low Back pain

DIAGNOSA ETIOLOGIK DIAGNOSA ANATOMIK DIAGNOSA KERJA

: Low Back pain et causa Spasmae Otot : Low Back Pain (lumbago) : Low Back pain et causa Spasmae Otot

PEMERIKSAAN PENUNJANG Foto Rontgen (Foto Lumbal Sacral AP Lateral) Aligment Vertebrae Lumbo Sacral Baik. Foramen Intervertebrae Baik. Discus, Pedicle, processus Normal. Kesan : Tak Tampak Kelainan.

PENATALAKSANAAN Inf. RL 20 tts/jam Ketrolac 1/8jam Ranitidin 1/12jam Dexametasone 18/8jam Paracetamol 500mg 3xII Myonel 3xI

ANJURAN Bed Rest Kurangi Aktivitas Berat Hindari aktivitas angkat beban agar tidak menimbulkan kontraksi otot pinggang.

PROGNOSIS Jika nyeri pinggang akibat spasmae otot, istirahat dalam beberapa hari dapat sembuh sendiri dengan bed rest.

LOW BACK PAIN Definisi Low back Pain dipersepsikan ketidak nyamanan berhubungan dengan lumbal atau area sacral pada tulang belakang atau sekitar jaringan. ( Randy Mariam,1987 ). Low Back Pain terjadi dilumbal bagian bawah,lumbal sacral atau daerah sacroiliaca (L4-L5 dan L5-S1), biasanya dihubungkan dengan proses degenerasi dan ketegangan musulo (Prisilia Lemone,1996). Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999). Klasifikasi Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu: a. Acute low back pain Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak

jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik. b. Chronic low back pain Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor. Etiologi 1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder. a. Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan. b. Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis. 2. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot. 3. Prosedur degenerasi pada pasien lansia. 4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi. 5. Kegemukan. 6. Mengangkat beban dengan cara yang salah. 7. Keseleo. 8. Terlalu lama pada getaran. 9. Gaya berjalan. 10. Merokok. 11. Duduk terlalu lama. 12. Kurang latihan (oleh raga). 13. Depresi /stress. 14. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).

Penyebab lain dari nyeri pinggang antara lain : 1. Gangguan ginjal Gangguan ginjal yang sering dihubungkan dengan nyeri pinggang antara lain infeksi ginjal, batu ginjal, dan perdarahan pada ginjal akibat trauma. Diagnosa ditegakan berdasarkan pemeriksaan kencing, dan pemeriksaan radiologi.

2. Kehamilan Wanita hamil sering mengalami nyeri pinggang sebagai akibat dari tekanan mekanis pada tulang pinggang dan pengaruh dari posisi bayi dalam kandungan. 3. Masalah pada organ reproduksi Beberapa masalah pada organ reproduksi endometriosis. 4. Tumor Nyeri pinggang bisa pula disebabkan oleh karena tumor, baik tumor jinak maupun ganas. Tumor dapat terjadi lokal pada tulang pinggang atau terjadi di tempat lain tetapi mengalami metastase atau penyebaran ke tulang pinggang. Faktor Resiko Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan. 1. Faktor Umur perempuan yang dapat menimbulkan nyeri pinggang antara lain kista ovarium, tumor jinak rahim dan

Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.1 Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun. 2. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. 3. Faktor Indeks Massa Tubuh a. Berat Badan Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. b. Tinggi Badan Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh. c. Pekerjaan Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan

keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang. 4. Aktivitas / Olahraga Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang. Manifestasi Klinik a. Perubahan dalam gaya berjalan. Berjalan terasa kaku. Tidak bias memutar punggung. Pincang. b. Persyarapan

Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang. Tidak terkontrol Bab dan Bak. c. Nyeri. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit. Nyeri otot dalam. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis. Nyeri pada pertengahan bokong. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat. Pasien biasanya mengeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf. Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang. Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu

meninjau kembali hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja Patofisiologi Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor

nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri. Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium: Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat laju endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal. 2. Pungsi Lumbal (LP) :

LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali level normal. 3. Pemeriksaan Radiologis : Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadangkadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang. Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna bila: a. vertebra dan level neurologis belum jelas b. kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak c. untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi d. kecurigaan karena infeksi atau neoplasma Elektromiografi (EMG) dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis / neurofisiologis sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk : a. Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks

b. Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer c. Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks Pemeriksaan EMG adalah suatu pemeriksaan yang non-invasif, Motor Unit Action Potentials (MUAP) pada iritasi radiks terlihat sebagai : a. Potensial yang polifasik b. Amplitudo yang lebih besar dan c. Durasi potensial yang lebih panjang, pada otot-otot dari segmen yang terkena. Pada kompresi radiks, selain kelainan-kelainan yang telah disebut diatas, juga ditemukan aktivitas spontan pada pemeriksaan EMG berupa fibrilasi di otot-otot segmen terkena atau di otot paraspinal atau interspinal dari miotoma yang terkena. Sensifitas pemeriksaan EMG untuk mendeteksi penderita radikulopati lumbal sebesar 92,47%. EMG lebih sensitif dilakukan pada waktu minimal 10-14 hari setelah onset defisit neurologis, dan dapat menunjukkan tentang kelainan berupa radikulopati, fleksopati ataupun neuropati. Elektroneurografi (ENG) dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-wave dan Hreflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa menurun bila telah ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan. Penatalaksanaan Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya

atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut. Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia. Penatalaksanaan yang terbaik adalah menghilangkan penyebabnya (kausal), walaupun bagi pasien yang terpenting adalah menghilangkan rasa sakitnya (simptomatis). Jadi kita menggunakan kombinasi antara pengobatan kausal dan simptomatis. Untuk mencari penyebab yang tepat disamping pemeriksaan foto rontgen poros tulang belakang, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan khusus misalnya Scanning, MRI, dll. Pada LBP karena tegang otot dapat dipergunakan SIRDALUD (Tizanidine) yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi otot tersebut (muscle relaxan). Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara obat-obat analgesic, anti inflamasi, NSAID,

penenang, dll. Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil mungkin fisioterapi (rehabilitasi) dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi (tulang belakang ditarik). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan fisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada HNP atau pada pengapuran yang berat. Jadi penatalaksanaan LBP ini memang cukup kompleks. Disamping berobat pada Neurolog (spesialis Penyakit Saraf), mungkin juga diperlukan untuk berobat ke internist. Bedah Saraf, Bedah Orthopedi bahkan mungkin perlu konsultasi pada Psikiater atau Psikolog. Daftar Pustaka Lumbantobing SM, Tjokronegoro A, Junada A. Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta. Fakultas . Kedokteran Universitas Indonesia. 1983 Nursamsu, Handono Kalim. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Malang. Lab./SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya. 2004 Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2002

Anda mungkin juga menyukai