Anda di halaman 1dari 10

BAB I

ILUSTRASI KASUS

1. Informasi Demografik Pasien


a. Nama : Ny. M
b. Umur : 65 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Status : Sudah Menikah
f. Alamat : Desa Balaraja
g. No. Rekam medis : 459*

2. Pengumpulan Data
a. Metode : Autoanamnesis
b. Tanggal Pemeriksaan : 5 Maret 2019
c. Keluhan Utama : Nyeri di lutut kiri sejak dua bulan yang lalu.
d. Keluhan Tambahan : Kekakuan pada pagi sehari dengan durasi kurang lebih
20 menit.
e. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan terdapat nyeri di lutut kaki kiri. Keluhan ini muncul
sejak dua bulan yang lalu setelah pasien melakukan aktivitas sehari-hari secara tiba-
tiba. Pasien mengalami kekakuan pada lutut kaki kiri saat pagi hari dengan durasi
kurang lebih 20 menit. Nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk jarum.
Nyeri ini tidak menjalar. Nyeri ini muncul secara hilang-timbul dan menjadi semakin
parah dengan seiringnya waktu yang menyebabkan pasien datang ke puskesmas. Pada
awalnya, pasien hanya merasakan nyeri saat setelah melakukan aktivitas, namun
sekarang nyeri yang dirasakan pasien dapat terasa hampir setiap saat. Pasien merasa
lebih nyaman saat sedang berbaring atau istirahat dan merasa tidak nyaman saat
bergerak, terutama saat menuruni tangga. Skala nyeri pasien adalah 5 dari 10. Pasien
tidak mengalami demam. Pada pasien juga tidak didapatkan adanya keluhan penyakit
lain, seperti menurunnya nafsu makan, rasa gatal dan terbakar pada mata, dan nyeri
saat buang air kecil. Pasien belum pernah mengonsumsi obat-obatan tertentu. Pasien
tidak mengalami kesulitan berjalan.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak pernah ada yang mengalami gejala serupa dengan pasien.
Keluarga pasien juga tidak pernah menjalani rawat inap maupun operasi pada lutut
kanan maupun kiri.

g. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami gejala serupa. Pasien juga tidak pernah menjalani
rawat inap dan operasi pada lutut kanan maupun kiri. Pasien tidak pernah mengalami
trauma pada ekstremitas bawah.

h. Riwayat Sosial, Ekonomi, Kebiasaan


Pasien biasanya menghabiskan waktu di rumah dan melakukan pekerjaan-
pekerjaan rumah. Pasien juga tidak pernah mengonsumsi alkohol dan merokok.

3. Hasil Pemeriksaan Fisik


A. Tanda-tanda Vital
 Keadaan umum : Sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Pernafasan : 18x/menit
 Nadi : 88x/menit
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Suhu tubuh : 36.0 oC
 BB/TB : 65 kg / 159 cm
 BMI : 25,7

B. Hasil Pemeriksaan Seluruh Tubuh

Kulit  Normal
Keseluruhan  Tidak ada sianosis
 Tidak ada edema
Kepala dan wajah Rambut Rambut tidak rontok
Kulit kepala Normal
Fungsi Normal
Mata  Sklera tidak iterik
 Konjungtiva tidak anemis
Hidung  Hidung tampak normal, tidak ada deformitas
 Tidak ada pendarahan
Telinga  Telinga kanan dan kiri simetris
 Tidak ada bekas luka
 Tidak ada deformitas
Sinus Tidak dilakukan pemeriksaan
Gigi dan mulut  Bibir normal
 Lidah normal
Leher  Tidak ada perbesaran kelenjar parotis
 Tidak ada deviasi
Jantung Inspeksi Normal
Palpasi Normal
Perkusi Normal
Auskultasi Normal
Paru-paru Inspeksi Normal
Palpasi Normal
Perkusi Normal
Auskultasi Normal
Abdomen Inspeksi Normal
Auskultasi Normal
Perkusi Normal
Palpasi Normal
Ekstremitas Inspeksi Normal
Palpasi Normal
Pergerakan Normal
Status Lokalis : Inspeksi  Cara berjalan pasien normal
Genu Sinistra  Tidak terdapat bekas luka, varus, valgus.
 Terdapat sedikit kemerahan dan edema
pada lutut kaki kiri.
 Terdapat sedikit atrofi pada otot
quadriceps.
Palpasi  Suhu : Meningkat.
 Patella border : Terdapat nyeri tekan.
 Joint lines : Terdapat nyeri tekan.
 Patellar tap : Tidak terdapat efusi.
Pergerakan  Fleksi (Aktif) : Tidak dapat dilakukan
secara maksimal namun terdengar adanya
krepitus.
 Ekstensi (Aktif) : Dapat dilakukan secara
maksimal.
 Fleksi (Pasif) : Tidak dapat dilakukan
secara maksimal namun terdengar adanya
krepitus.
 Ekstensi (Pasif) : Dapat dilakukan secara
maksimal.
Tes Spesial  Anterior Drawer Test : Negatif, tidak
terdapat adanya cedera pada Anterior
Cruciate Ligament (ACL).
 Posterior Drawer Test : Negatif, tidak
terdapat adanya cedera pada Posterior
Cruciate Ligament (PCL).
 Lateral Stress : Negatif, tidak terdapat
adanya cedera pada collateral ligament.
 Medial Stress : Negatif, tidak terdapat
adanya cedera pada collateral ligament.
 McMurray’s Test : Negatif, tidak terdapat
adanya cedera pada meniscus.

4. Resume
Ny. M, 65 tahun, datang dengan keluhan lutut kiri terdapat nyeri. Keluhan ini muncul
sejak dua bulan yang lalu. Pasien mengalami kekakuan pada sendi saat pagi hari dengan
durasi kurang lebih 20 menit. Nyeri ini muncul secara hilang-timbul. Nyeri yang
dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk jarum. Nyeri ini muncul secara hilang-timbul dan
menjadi semakin parah dengan seiringnya waktu yang menyebabkan pasien datang ke
puskesmas. Pada awalnya, pasien hanya merasakan nyeri saat setelah melakukan
aktivitas, namun sekarang nyeri yang dirasakan pasien dapat terasa hampir setiap saat.
Pasien merasa lebih nyaman saat sedang berbaring atau istirahat dan merasa tidak nyaman
saat bergerak, terutama saat menuruni tangga. Skala nyeri pasien adalah 5 dari 10. Pasien
belum pernah mengonsumsi obat-obatan tertentu. Pasien biasanya menghabiskan waktu
di rumah dan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Saat dilakukan pemeriksaan
inspeksi pada lutut, ditemukan adanya atrofi pada otot quadriceps kiri. Saat dilakukan
pemeriksaan palpasi pada lutut, ditemukan adanya peningkatan suhu pada lutut kaki kiri.
Saat dilakukan pemeriksaan palpasi patellar border dan joint lines, terdapat nyeri pada
lutut kaki kiri. Saat dilakukan pemeriksaan pergerakan pada lutut, pasien tidak dapat
melakukan gerakan fleksi secara maskimal baik secara aktif dan pasif dan terdengar
adanya krepitus pada lutut kaki kiri.

5. Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding


a. Diagnosis Kerja : Osteoartritis Primer
b. Diagnosis Banding : Reumatoid artritis, Artritis Reaktif

6. Prognosis :
a. Ad Vitam : Bonam
b. Ad Fungsionam : Bonam
c. Ad Sanationam : Bonam

7. Terapi
a. Terapi yang Diberikan : Ibuprofen.
b. Terapi yg dianjurkan : Asetaminofen 500 mg 3x1.

8. Saran Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan radiologi

BAB II
LANDASAN TEORI

Definisi
Osteoartritis (OA) adalah sebuah penyakit yang menyerang sendi sinovial dimana
terdapat pelunakan yang bersifat progresif dan disintegrasi dari tulang rawan artikular
yang disertai dengan adanya pertumbuhan osteofit, pembentukan kista, sklerosis pada
tulang subkondral, sinovitis ringan, dan fibrosis kapsular. Osteoartritis bersifat kronik dan
biasanya terlokalisasi serta bersifat asimetris. Sendi yang terkena osteoartritis biasanya
merupakan sendi yang weight-bearing joint, seperti panggul, lutut, dan vertebra
lumbosakralis. Penyebab dari osteoartritis primer adalah idiopatik, tidak diketahui, umur
sering direlasikan menjadi penyebab osteoartritis primer.
Reumatoid artritis (RA) adalah sebuah penyakit autoimun yang dapat menyebabkan
nyeri dan edema pada sendi. Reumatoid artritis biasanya menyerang sendi-sendi kecil,
seperti proksimal interphalangeal (PIP).
Artritis reaktif adalah sebuah penyakit yang menyebabkan adanya eritema dan edema
pada sendi yang biasanya muncul setelah adanya infeksi pada tubuh. Infeksi ini biasanya
ditransmisikan secara seksual atau keracunan makanan.

Manifestasi Klinis
Penderita osteoartris akan mengalami gejala-gejala tertentu, seperti ; terdapat nyeri
pada sendi yang biasanya terdistribusi secara asimetrik, kekakuan pada sendi yang
biasanya berlangsung kurang dari 30 menit pada pagi hari, pembengkakan pada sendi,
deformitas pada sendi, krepitus pada sendi, dan berkurangnya fungsi pada sendi. Sendi
yang terkena osteoarthritis juga biasanya mengalami eritema.
Penderita reumatoid artritis akan mengalami gejala-gejala tertentu, seperti ; terdapat
nyeri pada sendi yang biasanya terdistribusi secara simetris, kekakuan pada sendi yang
biasanya berlangsung lebih dari 30 menit pada pagi hari, biasanya menginfeksi lebih dari
satu sendi, edema pada sendi, dan defromitas pada sendi.
Penderita artritis reaktif akan mengalami gejala-gejala tertentu, seperti ; terdapat nyeri
pada sendi yang terdistribusi secara asimetrik, perubahan suhu pada sendi, dan edema
pada sendi. Biasanya terdapat infeksi pada tubuh, seperti konjungtivitis, ureteritis,
entesitis, dan infeksi pada saluran gastrointestinal.

Patogenesis
Osteoartritis muncul karena adanya gangguan metabolisme kartilago dan kerusakan
proteoglikan dengan etiologi beragam, seperti jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial
sendi. Saat sendi mengalami jejas, kondrosit akan bereplikasi dan memproduksi matriks
baru. DNA, kolagen, dan proteoglikan akan disintesis oleh kondrosit, namun terdapat
ketidakseimbangan antara sintesis dengan degradasi kolagen dan protein tersebut. Karena
ada peningkatan produk hasil degradasi matriks kartilago yang berkumpul di sendi,
inflamasi pun terjadi. Pada kartilago penderita osteoartritis, aktivitas fibrinogen akan
meningkat dan aktivitas fibrinolitik akan menurun. Akibatnya, terjadi akumulasi trombus
dan lipid di pembuluh darah subkondral sehingga terjadi iskemia dan nekrosis jaringan.
Mediator kimia akan keluar karena adanya proses inflamasi sehingga timbul rasa nyeri.

Faktor Resiko
Faktor resiko seseorang terkena osteoartritis dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor
intrinsic dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi ; usia lebih dari 40 tahun, jenis
kelamin, suku bangsa, gangguan pertumbuhan, dan herediter. Sedangkan faktor ekstrinsik
meliputi ; obesitas, abnormalitas metabolik, jejas pada sendi, dan faktor pekerjaan
ataupun aktivitas fisik.

Tatalaksana
a. Terapi Medikamentosa
Terapi medikamentosa yang dapat diberikan adalah analgesic, seperti asetaminofen
dan obat anti-inflamasi non-steroidal. Obat-obatan kondroprotektif seperti asam
hialuronat, glilkosaminoglikan, dan vitamin C dapat diberikan pada pasien osteoartritis
juga.

b. Terapi Bedah
Apabila terapi farmakologis tidak berhasil, prosedur yang dapat dilakukan berupa
arthrostopic debridement dan joint lavage, osteotomi, dan atroplasti sendi total.

c. Terapi Non-Medikamentosa
Terapi non-medikamentosa yang dianjurkan adalah fisioterapi dan rehabilitasi untuk
melatih persendian dan mengurangi rasa sakit, menjaga berat badan, dan mengurangi
aktivitas yang menggunakan sendi, dan koreksi mal-alignment, misalnya dengan fitted
brace atau orthotic.
BAB III
ANALISA KASUS

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosa mengalami


osteoartritis primer. Hal ini disebabkan karena pasien mengalami kekakuan pada lutut kiri
saat pagi hari dengan durasi kurang lebih 20 menit dan penyebab dari OA ini adalah
idiopatik. Selain itu, pasien memiliki indeks massa tubuh 25,7 dimana sesuai dengan
indeks massa tubuh Asia-Pasifik termasuk kategori pre-obesitas. Reumatoid artritis (RA)
dan artritis reaktif dipilih sebagai diagnosis banding dikarenakan memiliki gejala yang
serupa dengan osteoartritis primer. Pada pasien yang mengalami reumatoid artritis akan
mengalami gejala – gejala seperti terdapat nyeri, kekakuan, dan pembengkakan pada
sendi yang serupa dengan gejala-gejala osterartritis. Namun, reumatoid artritis tidak dapat
dijadikan diagnosis kerja karena pada pasien yang mengalami reumatoid artritis biasanya
menyerang sendi-sendi lebih kecil, tidak seperti osteoartritis yang menyerang sendi-sendi
besar, dan kekakuan yang dialami pasien reumatoid artritis biasanya berdurasi lebih dari
30 menit dan kekakuan yang dialami pasien ini berdurasi kurang dari 30 menit. Maka dari
itu, reumatoid artritis dijadikan sebagai diagnosis banding. Pada pasien yang mengalami
artritis reaktif akan memiliki gejala yang serupa juga dengan osteoartritis seperti nyeri,
kekakuan, dan pembengkakan pada sendi. Namun, artritis reaktif biasanya terjadi setelah
adanya infeksi bakteri pada alat kelamin atau perut dan pada pasien ini pasien tidak
mengalami infeksi bakteri pada alat kelamin maupun perut. Biasanya, pasien yang
mengalami artritis reaktif juga disertai dengan gejala konjungtivitis, masalah pada saluran
kemih, dan entesitis, yaitu peradangan pada ligamen, tendon, dan otot, dimana pada
pasien ini tidak ditemukan gejala-gejala seperti itu. Maka dari itu, artritis reaktif dijadikan
sebagai diagnosis banding.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan adanya krepitus pada lutut kaki kiri
pasien. Hal ini menjadi pembeda osteoartritis dan reumatoid artritis dimana pasien yang
mengalami reumatoid artritis tidak akan didapatkan krepitus dan sendi yang terkena
reumatoid artritis adalah sendi yang poli artikular, bukan sendi weight-bearing. Selain itu,
hasil pemeriksaan fisik pasien selain pada genu sinistra memiliki hasil yang normal. Hal
ini menjadi pembeda antara osteoartritis dan artritis reaktif dimana pasien yang menderita
artritis reaktif akan ditemukan adanya kelainan pada bagian tubuh yang lain.
Pasien diberikan obat Ibuprofen untuk meredakan nyeri dan dianjurkan untuk
mengurangi aktivitas berlebih dan mengurangi berat badan. Terapi yang dianjurkan
menurut panduan yang sudah ada adalah bahwa pertama, pasien harus menjalankan terapi
non-medikamentosa, seperti perubahan gaya hidup, diet, penurunan berat badan agar
tidak obesitas dan tidak ditumpukkan kepada sendi, mengurangi aktivitas yang berat, dan
koreksi mal-alignment, misalnya dengan fitted brace atau orthotic. Selain itu, terapi
fisioterapi dan rehabilitasi dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Jika kondisi
semakin tidak membaik, terapi medikamentosa dapat diberikan. Terapi medikamentosa
yang dapat diberikan pertama adalah asetaminofen. Asetaminofen digunakan untuk
meredakan nyeri namun tidak dapat meredakan pembengkakan. Asetaminofen dapat
diberikan dalam dosis sebesar 500-1000 mg 3x1 per oral. Biasanya asetaminofen dapat
digunakan untuk pasien yang mengalami osteoartritis ringan dan moderat. Jika
asetaminofen tidak bekerja, maka obat anti-inflamasi non-steroidal (OAINS) dapat
diberikan. OAINS dapat meredakan nyeri dan pembengkakan. Jika kondisi semakin tidak
membaik dengan terapi medikamentosa, maka pasien harus menjalani terapi bedah.

REFERENSI

Kasper, DL. et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. United States of
America
: The McGraw-Hill companies; 2005
Solomon, L. et al. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 9th ed. United Kingdom :
Taylor & Francis Group; 2010
Sudoyo A.W. et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta : The Interna Publishing;
2014
Towheed, T. et al. Acetaminophen for osteoarthritis. 2006. [cited 2019 March 9th]. Available
From : URL : https://www.cochrane.org/CD004257/MUSKEL_acetaminophen-for-
osteoarthritis

Anda mungkin juga menyukai