TANATOLOGI :
ALGOR MORTIS DAN DEKOMPOSISI
DISUSUN OLEH :
Maria Jozilyn Bria Seran 2008020001
Agatha D. S. Diamanta 2008020031
Ni Kadek A. V. Natalia 2008020036
Wahda Dwi Sari 2008020039
Pembimbing:
dr. Enno Elfandri
SUPERVISOR
drg. Peter Sahelangi, Sp.OF, DFM
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Mengetahui,
Tahun : 2019
BAB I
PENDAHULUAN
sebab kematian dan saat kematian. Kata thanatologi berasal dari bahasa Yunani.
Thanato yang artinya adalah sesuatu yang berhubungan dengan kematian; logy
adalah pengetahuan.(1)
“Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi system jantung, sirkulasi dan sistem
pernafasan terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang
otak telah dapat dibuktikan.” Mekanisme kematian timbul karena kelainan pada
aspek biokimia dan fisiologi tubuh yang berujung pada kematian. Pemeriksaan
dapat diperkirakan dengan perubahan yang terjadi pada tubuh. Terdapat 2 macam,
yaitu terjadinya penurunan suhu (algor mortis), terbentuknya lebam mayat (livor
TINJAUAN PUSTAKA
Algor mortis atau penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas
dari tubuh yang panas ke lingkungan dengan cara radiasi, konduksi, evaporasi,
konstitusi tubuh dan pakaian. Penurunan suhu tubuh lebih cepat terjadi pada suhu
lingkungan yang rendah, berangin dengan kelembaban rendah, tubuh kurus, posisi
proses konversi yaitu kehilangan suhu sebanding dengan perubahan suhu antara
tubuh dan lingkungan sekitarnya. Kurva penurunan suhu berbentuk sigmoid: 30-
60 menit setelah kematian, suhu tubuh hanya turun sedikit karena masih ada
metabolisme tubuh, kemudian suhu turun drastis dan menjadi mendatar saat
Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya suhu tubuh mayat sebagai
berikut:(5)
Suhu tubuh awal tidak dapat dianggap sebagai 37C karena pada
kenyataannya tidak dapat diukur sebelumnya. Suhu pada rektal, hepar, otak,
aksila, mulut , dan suhu kulit pada orang yang hidup berbeda dari waktu ke waktu.
Jika suhu rongga mulut 37 C maka suhu di aksila akan beberapa derajat lebih
rendah dan di rektum 1 C lebih tinggi. Beberapa kegiatan seperti olahraga berat
istirahat. Ketika hampir semua metode untuk menghitung waktu kematian hanya
pada suhu tubuh, maka suhu tubuh awal dapat dianggap 37 C. Kematian karena
pendarahan otak, kerusakan jaringan otak, penjeratan dan infeksi akan selalu
dengan masa tubuh dan luas permukaan tubuh serta dengan sifat konduksi dari
jaringan. Tinggi dan berat badan dari tubuh yang ditemukan harus diketahui tetapi
itu biasanya sulit saat ditemukan di tempat kejadian. Jumlah dari lemak subkutan
dan perut mempengaruhi gradien suhu, tapi tidak ada cara untuk menilai obesitas
secara akurat. Secara umum pada orang kurus penurunan suhu lebih cepat karena
Gambar 2.2 Diagram perbedaan dari suhu tubuh: (a) tubuh normal, (b) tubuh
obesitas, (c) tubuh dengan pakian tebal, (d) tubuh kurus, (e) tubuh telanjang, (f)
3. Postur
oleh akses dari udara ke kulit juga proses radiasi dan konveksi. Tubuh yang
jauh lebih sedikit dibanding posisi tubuh terlentang. Faktor lainnya yang
berpengaruh adalah luas permukaan kulit yang bertumpu pada permukaan benda
dan pada kenyataannya akan mempercepat dekomposisi. Pakaian yang basah akan
5. Suhu lingkungan
tubuh tidak akan mendingin apabila suhu lingkungan lebih tinggi dari 37 C,
dengan udara yang berdekatan sebagai media pengangkut. Dalam kondisi diam,
lapisan udara yang hangat akan menempel pada kulit terutama jika berpakaian
atau berbulu. Kelembaban adalah faktor yang kurang aktif, tetapi udara yang
Media di sekitar tubuh biasanya adalah air, tetapi bila medianya air atau
cairan lainnya (biasanya jarang), penurunan suhu akan lebih cepat terjadi. Apabila
tubuh yang tenggelam, khususnya pada air yang bergerak seperti di sungai atau
laut akan kehilangan panas lebih cepat dan akan terjadi hipotermia yang fatal.(5)
8. Pendarahan
Sudah menjadi tradisi pendarahan berat terjadi sesaat sebelum kematian
mengakibatikan penurununan suhu tubuh yang cepat. Volume darah yang hilang
jumlah minimal. Mungkin bisa jadi karena perdarahan yang hebat itulah yang
usaha untuk mengatur tekanan darah, dan ini bisa mendorong terjadinya
(5)
pembentukan dini gradasi/gradien suhu yang memendekkan fase plateu
postmortem antara kematian dan penemuan individu yang telah meninggal. Ini
suhu tubuh dengan menyentuh bagian tubuh dengan tangan adalah manuver
dapat diletakkan pada daerah terbuka seperti dahi, wajah atau tangan dapat
memberikan kesan pertama apakah kematian baru terjadi atau tidak. Tangan juga
dapat diletakkan pada daerah yang tertutup seperti dada, aksila atau perut. Pada
tubuh yang berada di dalam ruangan, akan terasa dingin pada area yang
terbuka/terekspos dalam 2-4 jam dan pada daerah yang tertutup dalam 6-8 jam
setelah kematian.(5)
menit kemudian.(2)
Pada kasus-kasus yang dicurigai adanya keterlibatan seksual/homoseksual,
pengukuran ini harus ditunda sampai setelah dilakukan swab penuh untuk
alternative yang dapat dilakukan adalah pengukuran suhu tubuh pada daerah
adalah :
98,6 F−suhu
= Saat kematian
1,5
kasar dapat pula dikatakan bahwa tubuh akan kehilangan panasnya sebesar
1oC per jam. Aturan praktis lainnya adalah penurunan oC dari 37oC
2.2 Dekomposisi
2.2.1 Definisi
pemecahan bahan kimia internal menjadi autolisis jaringan dari enzim digestif
yang dibebaskan, dan proses eksternal yang dilakukan oleh bakteri dan jamur
yang bersumber dari usus dan lingkungan luar. Satwa predator, belatung hingga
beda tergantung pada setiap individu dan lingkungan, bahkan dari satu bagian
tubuh dan bagian tubuh yang lain dapat berbeda. Satu bagian dari mayat mungkin
dapat terlihat kasar, bagian yang lain tampak mumifikasi, sementara sisanya
Proses Dekomposisi
(pembusukan).
jaringan tubuh oleh enzim. Segera setelah kematian, membran sel menjadi
berujung pada autodigesti dan disintegrasi organ, yang terjadi tanpa pengaruh
bakteri. Proses kimia ini dipicu oleh suhu panas dan dihentikan dengan
pembekuan atau inaktivasi enzim oleh suhu panas. Perubahan autolitis paling
awal terjadi pada jaringan parenkim dan kelenjar dan di otak. Lapisan usus,
pada bayi baru lahir dan terlihat sebagai pelunakan dan ruptur lambung dan
esofagus bagian bawah. Pada orang dewasa, proses autodigesti tersebut dapat
waktu 4 jam dan puncaknya dicapai dalam waktu 24-30 jam. Usus
seluruh tubuh. Karena agen pelindung tubuh tidak ada, bakteri menyebar
media kultur. Ini adalah tahap akhir setelah kematian, di mana terjadinya
kerusakan jaringan lunak tubuh. Kehancuran disebabkan terutama oleh aksi
enzim bakteri, sebagian besar organisme anaerobik yang berasal dari usus.
Enzim lain merupakan derivat fungi, seperti Penicillium dan Aspergillus dan
kadang-kadang dari serangga, yang mungkin matang atau dalam tahap larva.
jaringan tubuh. Lesitinase yang diproduksi oleh Cl. welchii adalah yang
paling penting peranannya. Lesitin yang ada di semua sel membran termasuk
sel darah akan terhidrolisis dan bertanggung jawab untuk hemolisis darah
sampai 100 kali dan bahkan lebih produktif dalam darah dan pada jaringan
mayat yang disimpan pada suhu ruangan. Proses ini dimulai segera setelah
Terdapat lima tahap dekomposisi, yaitu fresh stage, bloated, active decay,
advanced decay, and skeletal. Tahapan ini dapat terjadi secara bersamaan di
1. Fresh Stage
Tahap ini dimulai dari saat awal kematian hingga kemunculan tanda
autolisis terjadi. Algor mortis, livor mortis, dan rigor mortis terlihat jelas
2. Bloated Stage
Pada tahap bloated, bagian tubuh, termasuk organ dan jaringan lunak,
menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan berupa H2S, HCN, dan
AA. H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS yang
payudara, dan alat kelamin. Juga, selama tahap ini terjadi perubahan kulit,
degloving. Selain itu, fenomena marbling juga hadir selama tahap ini, di
setelah kematian.(8,9)
3. Active Decay Stage
tahap bloated. Pada tahap ini terjadi postmortem purging di mana cairan
tubuh pembusukan dipaksa keluar dari lubang tubuh dan dapat diamati
selama tahap ini terjadi. Terlihat juga pelepasan rambut dan perubahan
tulang rawan, rambut dan jaringan kering. Indikator pada tahap ini adalah
5. Skeletal Stage
Disebut juga tahap sisa-sisa kering atau kerangka. Pada tahap ini kulit
1. Faktor Eksternal
1. Temperatur
Temperatur memiliki pengaruh besar pengaruh pada reaksi
perkembangan artropoda.(10)
21 °C dan 38 °C. Tahap dekomposisi terjadi dua kali lipat lebih cepat
terlihat dalam waktu 24-36 jam di musim panas. Perbedaan suhu dapat
perubahan warna kulit dari warna alami menjadi oranye atau hitam.
2. Kelembaban
4. Pakaian
berkembang biak dalam periode yang lebih lama. Jika pakaian ketat
seperti ikat pinggang, kaus kaki, pakaian dalam yang ketat, dan sepatu
kompresi dari jaringan sehingga tidak ada aliran darah pada area tubuh
2. Faktor Internal
a. Usia dan Jenis Kelamin
Tubuh bayi baru lahir dan anak-anak yang belum diberi makan,
terurai sangat lambat karena tubuh biasanya steril. Jika anak diberi
cara apa pun, dekomposisi cenderung terjadi lebih cepat. Dalam hal
b. Kondisi tubuh
cepat daripada tubuh kurus, karena lebih besar jumlah cairan dalam
c. Sebab kematian
dikarenakan CI. welchii, mis. obstruksi usus akut, kasus aborsi dan
oleh asam karbol, seng klorida, strychnine dan keracunan logam berat
mempengaruhi dekomposisi.(6)
1. Tanda eksternal
perubahan warna menjadi kehijauan dari sisi kanan perut di area caecum. Secara
bertahap warna menyebar ke seluruh perut, dan di dada dan muncul bau busuk. Isi
caecum lebih banyak cairan dan penuh bakteri sehingga pembusukan terjadi
pertama di area ini. Caecum dekat dengan dinding perut sehingga tampilan luar
yang terlihat pertama yaitu pada perut kanan bawah. Perubahan warna kehijauan
terjadi dalam rentang 12 sampai 18 jam dan pada musim dingin terjadi dalam
mengakibatkan edema dan tubuh tidak dapat dikenali. Proses berlanjut hingga
tubuh mencair dan hancur. Pada kulit terjadi marbling yang akan menonjol setelah
24 jam pada musim panas dan 36 sampai 48 jam pada musim dingin. Hal ini
membuat pembuluh darah terlihat lebih menonjol dan disebut sebagai fenomena
marbling pada kulit. Pada post mortem dapat ditemukan gigi berwarna merah
akan menarik serangga terutama lalat untuk menginvasi tubuh. Lalat akan bertelur
lingkungannya. Tempat tersering lalat bertelur yaitu pada lubang di tubuh. Telur
akan menetas dalam 12 sampai 24 jam menjadi larva atau belatung. Belatung
cedera permukaan.(12)
2. Tanda internal
Dekomposisi dari organ internal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti :(12)
a. Keutuhan organ
c. Kepadatan organ
Limpa Paru-paru
Hati Ginjal
Kandung kemih
Uterus
Prostat
Proses dekomposisi organ internal(12)
abu-abu kemerah mudaan dan kemudian menjadi pucat, otak menjadi lebih
Larynx dan trakea : terjadi perubahan pada mukosa menjadi lebih lunak dan
lalu hitam.
Lambung dan usus : awalnya akan terlihat bercak multipel berwarna merah tua
hingga coklat pada dinding posterior yang akan menyebar ke dinding anterior.
Hati : menjadi lunak dan lembek dalam 12 hingga 24 jam pada musim panas.
Akan muncul lepuh pada permukaan hati. Hati tampak berbusa atau seperti
sarang lebah karena akumulasi dari gas hasil dekomposisi. Hati berubah warna
Jantung : menjadi lunak dan rapuh, selanjutnya akan dipenuhi oleh lepuh yang
Paru-paru : terdapat lepuh berisi gas pada bagian bawah permukaan pleura.
Ginjal : terjadi perubahan yaitu warna menjadi coklat, lebih lunak dan
bagian dalam hingga bagian luar. Dan kelenjar adrenal akan tampak seperti
kista.
Limpa : menjadi lunak, lembek dan berwarna abu-abu dan akan di reduksi
Uterus : pada perempuan yang belum pernah hamil uterus merupakan organ
2.2.5 Mumifikasi
kelembaban udara rendah, ventilasi yang baik dimana jaringan tubuh menjadi
lebih gelap, keras dan tampak keriput. Pada mumifikasi kulit menjadi kering
karena dehidrasi sel dan menampilkan perubahan warna hitam kecoklatan dan
jari-jari tangan dan kaki dalam keadaan kering, keras dan mengkerut. Dalam kasus
yang ekstrim betis dan lengan bawah mengkerut dan menggelap. Jari-jari dalam
kulit yang akan menyebabkan muculnya retak atau robek pada kulit yang
umumnya terjadi di pangkal paha, leher dan ketiak. Lemak subkutan mejadi cair
selama mummifikasi. Ukuran organ internal menjadi berkurang karena kehilangan
terjadi lebih lambat karena kadar air yang dimiliki tidak memadai untuk aktivitas
lingkungan tersebut dalam waktu yang lama jaringan akan diubah menjadi debu.
karena bergantung pada beberapa faktor yaitu ukuran tubuh, kondisi atmosfer dan
dewasa bertubuh kecil atau pada lingkungan yang dingin atau kering.(8,12,13)
penguapan.
Karena kelembaban rendah dan suhu panas, bakteri pembusuk tidak dapat
2.2.6 Adipocere
pembentukan bahan lunak seperti lilin di tubuh mayat. Adipocere berasal dari
adipo (lemak) dan cire (lilin) dan menunjukkan sifat-sifat antara lemak dan lilin.
Ciri khas adipocere yaitu keras, lembab, berbau tengik, berwarna keputihan dan
tembus cahaya. Adipocere mudah terbakar dan jika terbakar akan berwarna
kuning pucat. Adipocere paling sering ditemukan pada tubuh yang terurai tanpa
pucat, rapuh dan retak. Bakteri gram positif mampu mendegradasi adipocere.(8,12,13)
Adipocere biasanya pertama kali terlihat pada lemak subkutan dari pipi,
dalam 3 hingga 15 hari dalam tubuh yang terendam di sungai Hooghly atau
1. Asam lemak tak jenuh pada tubuh diubah menjadi asam lemak jenuh
lemak jenuh yang khas yaitu keras, berwarna putih kekuningan dan seperti
menjadi 20% dalam sebulan dan lebih dari 70% dalam tiga bulan.
2. Suhu hangat
4. Jaringan adiposa
1. Kondisi lingkungan
2. Suhu
3. Kelembaban
4. Perpindahan udara
KESIMPULAN
Algor mortis atau penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan
lamanya suhu tubuh mayat adalah suhu tubuh awal, luas permukaan tubuh, postur,
pakian dan penutup tubuh, suhu lingkungan, pergerakan udara dan kelembaban,
pemecahan bahan kimia internal menjadi autolisis jaringan dari enzim digestif
yang dibebaskan, dan proses eksternal yang dilakukan oleh bakteri dan jamur
yang bersumber dari usus dan lingkungan luar. Dekomposisi mencakup dua
dekomposisi, yaitu fresh stage, bloated, active decay, advanced decay, and
skeletal.
Daftar Pustaka
1. Tanto, C. (2014). kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid II. jakarta: media
aesculapius.
pathology 4th ed.. Forensic Science, Medicine and Pathology. 14. 1-1.
10.1007/s12024-017-9908-z.
6. Reddy, KSN & Murty, Om. (2014). The Essentials of Forensic Medicine and
Jul 27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
8. Teo, Chee Hau & Hamzah, Noor Hazfalinda & Hing, Hl & HAMZAH, SRI.
1873-1882. 10.17576/jsm-2014-4312-08.
2021 May 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554464/
293, DOI: 10.1080/20961790.2018.1488571
11. Woollen, Katharine C., "Chilled to the Bone: An Analysis on the Effects of
https://ir.library.illinoisstate.edu/etd/1059
12. Bardale R. 2011. Principle of Forensic Medicine and Toxicology. New Delhi:
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-809360-3.00003-5.
15. Brooks JW. Postmortem Changes in Animal Carcasses and Estimation of the
doi:10.1177/0300985816629720