Anda di halaman 1dari 57

KEJANG DEMAM PADA

ANAK

Dr. WORO INDRI PADMOSIWI S.pA


Definisi
 Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada anak berumur 6 bulan samapai 5
tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh
(suhu lebih dari 38oC, dengan metode
pengukuran suhu apapun) yang tidak
disebabkan oleh suatu proses intrakranial.

 Rekomendasi for the management of febrile seizures:


epilepsi.2009;50(1):2-6.
 American Academic of Pediatrics.Subcommitee on Febrile
Seizures>Pediatr.2011;127(2): 389_94
Keterangan
1. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh,
bukan karena gangguan elektrolit atau
metabolik.
2. Tidak disebut kejang demam bila ada
riwayat kejang tanpa demam.
3. Anak berumur 1-6 bulan masih dapat
mengalami kejang demam, namun jarang
sekali..
4. Bayi < 1 bulan termasuk dalam kejang
neonatus.
Keterangan:
 Biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan
sampai dengan 5 tahun.
 AAP, Provisional Committee on Quality Improvement. Pediatrics
1996;97: 769-74

 Anak yang pernah mengalami kejang tanpa


demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam.
 ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia
1993;34:592-8
Epidemiologi
 2-5% dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun
 Kejang demam:
 80% kejang demam sederhana
 20% kejang demam kompleks
 8% berlangsung > 15 menit
 16% berulang dalam waktu 24 jam
 Kejang pertama terbanyak di antara umur

17-23 bulan.
 laki-laki > perempuan
 Kejang disertai demam pada bayi berumur
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam.

ILAE, Commission on Epidemiology and


Prognosis. Epilepsia 1993;34:592-8
 Kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului
demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam.

Kesepakatan Saraf Anak 2005


Fakta Mengenai Kejang Demam
 kejang demam sederhana pertama:
 < 12 bulan → risiko kejang demam kedua 50%
 > 12 bulan →risiko kejang demam kedua 30%.

 Setelah kejang demam pertama:


 kemungkinan epilepsi → 2-4%

- Hirz DQ, Febrile seizures. Ped in rev 1997; 18:5-9

- Baumer JH. Evidence based Guideline for post-seizure

management in children presenting acutely to secondary

care Arch Dis Child 2004; 89:278-280.


Klasifikasi
 1. Kejang demam sederhana (Simple
febrile seizure)
 2.Kejang demam kompleks (Complex
febrile seizure)

ILAE, Commission on Epidemiology and


Prognosis. Epilepsia 1993;34:592-8
Kejang Demam Sederhana
 Berlangsung singkat (<15 menit),
 Umum tonik dan atau klonik,
 Umumnya akan berhenti sendiri,
 Gerakan fokal (-)
 Tidak berulang dalam waktu 24 jam.

_ ILAE, Commission on Epidemiology and


Prognosis. Epilepsia 1993;34:592-8
 Stafstrom CE. The incidence and prevalence of febrile
seizures. In Baram TZ,
 Shinnar S, eds, Febrile seizures. San Diego: Academic
Press 2002;p.1-20
Kejang demam kompleks
 Bila ada salah satu dari gejala berikut ini:
◦ Kejang lama (> 15 menit)
◦ Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial
◦ Berulang atau lebih 1 kali dalam 24 jam
Keterangan:
1. Kejang lama: adalah kejang yang
berlangsung lebih dari15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan diantara
bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang
lama terjadi pada 8% kejang demam.

 Nelson KB, Ellenberg JH.


Prognosis in febrile seizures. Pediatrics 1978;61:
720-7
 Berg AT, Shinnar S. Complex febrile seizure.
Epilepsia 1996;37:126-33.
2. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi,
atau kejang umum didahului kejang parsial

 Annegers J, Hauser W, Shirts SB, Kurland LT.


Factors prognostic of unprovoked seizures after
febrile convulsions.
NEJM 1987;316: 493-8.
3. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau
lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan
kejang anak sadar. Kejang berulang
terjadipada 16% anak yang mengalami
kejang deman.

 Shinnar S. Febrile seizures In: Swaiman KS, AshwalS,


eds.
Pediatric Neurology priciples and practice. St Lois:
Mosby 1999.p.676-82.
Pemeriksaan Penunjang.
 Pemeriksaan laboratorium
 Pungsi lumbal
 Elektroensefalografi (EEG)
 CT scan kepala/ MRI

 Gerber dan Berliner, The child with a simple febrile seizure.


Appopropriate diagnostic evaluation. Archs Dis Child
1981;135:431-3
 AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple
febrile seizures. Pediatr 1996;97:769-95
Pemeriksaan Laboratorium

 Tidak dikerjakan secara rutin


 Dikerjakan untuk evaluasi sumber infeksi

penyebab kejang
 Pemeriksaan yang dikerjakan al:
 darah perifer
 elektrolit
 gula darah
Pungsi lumbal

Pemeriksaan LCS:
Menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis
Risiko meningitis bakterialis :0,6% - 6,7%.
Tidak dikerjakan secara rutin pada anak berusia <12
bulan dengan kejang deman dalam keadaan umum
baik.
Indikasi pungsi Lumbal:

1. Terdapat tanda dan gejala rangsang


meningeal
2. Terdapat kecuriagaan adanya infeksi SSP
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis
3. Dipertimbangkan pada aanak dengan kejang
disertai demam yang sebelumnya telah
mendapat antibiotik ( dapat mengaburkan
tanda dan gejala meningitis ).
 AAP, subcommittee on febrile seizures.
Pediatr.2011;127:389_94
 Kesepakatan UKK Neurologi IDAI. 2016
Elektroensefalografi (EEG)
 Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk
kejang deman , KECUALI apabila bangkitan
bersifat fokal.

 Keterangan:
 EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk

menentukan adanya fokus kejang di otak


yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut
 Kesepakatan UKK Neurologi IDAI. 2016
Pencitraan
 Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau
MRI) tidak rutin dikerjakan pada anak dengan
KDS.
 Dilakukan bila ada kelainan neurologis fokal

yang menetep, misalnya hemiparesis atau


paresis nervus kranialis.
PROGNOSIS
Kecacatan atau lelainan neurologis
. Prognosis kejang demam umumnya baik
. Kejadian kecacatan tidak pernah
dilaporkan
. Perkembangan mental dan neurologis
umumnya tetao normal
. Kelainan neurologis dapat terjadi pada
kejang lama atau berulang, umum /
fokal
. Ggn recognition memory pada kejang lama
Faktor risiko berulangnya kejang
demam

1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam


keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur kurang dari 39 derajat Celsius
saat kejang
4. Interval waktu yang singkat antara awitan
deman dengan terjadinya kejang.
5. Apabila kejang demam pertama merupakan
kejang demam kompleks
Faktor risiko terjadinya epilepsi

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang


jelas sebelum kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara
kandung.
4. Kejang demam sederhana yang berulang 4
episode atau lebih dalam 1 tahun

 Nelson dan Ellenberg.Prognosis in children with febrile


seizures. Pediatr 1978;61:720-7
 Annegers, dkk, Factor prognostic of unprovoked seizures
after febrile convulsions.
NEJM 1987;316:493-8
 Kesepakatan UKK Neurologi IDAI. 2016
Kematian
 Kematian langsung akibat kejang deman
tidak pernah dilaporkan.
Tata laksana saat kejang

Bila kejang telah berhenti, pemberian obat


selanjutnya tergantung dari jenis kejang
demamnya dan faktor risikonya, apakah
kejang demam sederhana atau kompleks.
Antipiretik

 Antipiretik tetap dapat diberikan


 walaupun tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam (level I,
rekomendasi E).
 Dosis parasetamol 10 – 15 mg/kg/kali
 diberikan tiap 4 _ 6 jam
 Dosis Ibuprofen 5 _ 10 mg/kg/kali, 3 _ 4
kali sehari
Anti konvulsan
 Pemberian obat anti konvulsan intermiten
 obat yg diberikan hanya pada saat
 deman.
 Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam
dengan salah satu faktor risiko sbb:
 . Kelaianan neurologis berat, misal CP
 . Berulang 4 kali atau lebih dalam 1tahun
 . Usia < 6 bulan
 . Kejang dengan suhu <39 C
 . Apabila episode kejang sebelumnya suhu
 tubuh meningkat dengan cepat.
Antikonvulsan
 Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada
saat demam menurunkan risiko berulangnya
kejang (1/3 – 2/3 kasus), begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam
pada suhu > 38,5oC (level I, rekomendasi E).

- Rosman dkk. A. controlled trial of diazepam administered


during febrile illneses to revent
- Recurrence of febrile seizures. NEJM 1993;329:79-84
- Knudsen. Intermitten diazepam prophylaxis in febrile
convulsions: pros and cos. Acta
- Neurol Scand 1991; 83 (suppl. 135):1-24
- Uhari dkk. Effect of acetaminopen and low dose intermitten
diazepam on prevention of recurrences of febrile
seizures. J Pediatr. 1995;126:991-5
 Fenobarbital,
karbamazepin, fenitoin pada
saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam

- Knudsen. Practical management pproaches


to simple and complex febrile
seizures.
- Dalam: baram TZ, Shinnar S, eds, Febrile
seizures. San Diego : Academic Press 2002;
p.1-20
Pemberian obat antikonvulsan
rumat

 Indikasipengobatan rumat
 1. Kejang fokal
 2. Kejang lama > 15 menit
 3. Terdapat kelainan neuro
 logis nyata sebelum atau
 sesudah kejang
Pemberian obat rumat
 Obat pilihan saat ini adalah asam
valproat
 Asam valproat 15-40 mg/kg/hari(2-3

dosis),
 Fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam

1-2 dosis.

- AAP, Committee on drugs. Behavioral and cognitive


effects of
anticonvulsant theraopy. Pediatr 1995;96::538-40
- AAP. Practice parameter: Longterm tratment of child with simple
febrile seizures Pediatr 1999;103;1307-9
- Knudsen. Febrile seizures-treatment and Epilepsia 2000;41;2-9.,
Pemberian obat rumat

Diberikan bila (salah satu):

1. Kejang lama > 15 menit


2. Adanya kelainan neurologis yang nyata
3. Kejang fokal

Dipertimbangkan bila:
◦ Kejang berulang 2x atau lebih dalam 24 jam.
◦ Kejang demam pada bayi < 12 bulan.
◦ Kejang demam ≥ 4 kali per tahun.
Lama pengobatan rumat
 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.

- Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi


Anak, 1999
- Knudsen FU. Febrile seizures: tratment
and outcome. Brain Dev 1996;18:438-49.
Kejang di berbagai tempat
ICU
• Midazolam
Rumah • Propofol
sakit/ IGD • Pentobarbi
Praktek/ • Diazepam
rumah tal
rektal
• Diazepam • Diazepam iv
rektal • Phenytoin
• Phenobarbit
al

34
Diazepam
 GABA reseptor agonis
 Waktu paruh 20-40 jam
 Onset terapi 3-5 menit
 Efek terapi 15-20 menit
 Dosis 0,25-0,5 mg/kgBB, maksimal 20 mg
 Efek samping: gagal napas
 Sediaan: IV 10 mg/2 ml ; rectal 5 mg dan 10 mg
Fenitoin
 Memblok pintu kanal natrium
 Waktu paruh 24 jam
 Onset terapi 10-30 menit
 Efek terapi 12-24 jam
 Dosis awal 20 mg/kgBB/IV, maksimal 1000 mg,

diberikan dengan pengenceran dalam 10 mg/1 ml


NaCl 0,9% kecepatan 50mg/menit
 Efek samping: hipotensi
 Sediaan : IV 100 mg/2 ml ml
Fenobarbital
 Bekerja pada reseptor GABA
 Waktu paruh 3-7 hari
 Onset terapi 10-20 menit
 Efek terapi 1-3 hari
 Dosis 20 mg/kgBB/IV bolus, maksimal 1000 mg,

kecepatan pemberian 1 mg/kgBB/menit, selama


>5-10 menit
 Efek samping: depresi pernapasan
 Sediaan: IV 200 mg/2 ml
Midazolam

 Onset terapi 2-5 menit


 Efek terapi 30-60 menit
 Waktu paruh 1,8-6,4 jam
 Dosis 0,2 mg/kgBB/IV bolus, dilanjutkan infus

0,02-0,4 mg/kgBB/jam
 Efek samping: depresi pernapasan
 Sediaan: IV 5 mg/1 ml, 15 mg/3 ml
Edukasi pada orang tua
1. Menyakinkan bahwa kejang demam
1. umumnya ‘benign’.
2. Memberikan cara penanganan kejang.
3. Memberikan informasi kemungkinan
kejang kembali.
4. Terapi memang efektif mencegah
rekurensi tetapi mempunyai efek
samping.
5. Tidak ada bukti bahwa terapi akan
mengurangi kejadian epilepsi.

- Wong V dkk, Clinical Guideline on Management


of febrile Convulsion. HK J Pediatr 2002;7:143-151
Beberapa hal yang harus
dikerjakan, bila kembali kejang
1. Tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang
dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat l lama dan bentuk kejang.

5. Tetap bersama pasien selama kejang.


6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan
diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila
kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

- Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines


forphysician in the management of febrile
seizures. Brain dev 1996; 18: 479-484.
Vaksinasi

Tidak ada kontra indikasi dengan standar


vaksinasi. Dianjurkan untuk memberikan
diazepam oral atau rektal bila anak
demam, terutama setelah vaksinasi DPT
atau MMR.

- Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in


the management of febrile seizures. Brain dev
1996;
18: 479-484.
- Zempsky WT. Pediatric, febrile seizures.
Http://www.emedicine.com/emerg/topic376.htm.
PENATALAKSANAAN
STATUS EPILEPTIKUS
PADA
ANAK

PENATALAKSANAAN STATUS EPILEPTIKUS

PADA ANAK
Definisi
 SE adalah kejang yang berlangsung terus
menerus selama periode waktu tertentu atau
berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran
diantara kejang.
 Batasan waktu sepakat 30 menit atau lebih
Epidemiologi

 Insidens sekitar 10 – 58 per 100.000anak


 Sering pada anak usia muda
 Terutama usia< 1 tahun
 Estimasi 1 per 1000 bayi.
Etiologi
 Secara umum dibagi menjadi :
 1. simtomatis
 a. Akut: infeksi, hipoksia, gangguan
 glukosa dan elektrolit, trauma
 kepala, perdarahan, stroke
 b. remote, bila terdapat riwayat
 sebelumnya: HIE, trauma kepala
 infeksi, kel.otak kongenital
 c. Kel. Neurologi progresif
 d. Epilepsi
 2. idiopatik
Faktor risiko
 1. Epilepsi
 10 – 20 % penderita epilepsi akan menga
 lami SE
 12 % manifestasi pertama epilepsi
 2. Pasien sakit kritis
 HIE, trauma kepala, infeksi SSP, penyakit
 kardiovaskuler, PJB dan ensefalopati
 hipertensi
Patofisiologi
 Terjadi akibat kegagalan mekanisme untuk
membatasi penyebaran kejang baik karena
aktivitas neurotransmiter eksitasi yang
berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter
inhibisi yang tidak efektif.
 Neurotransmiter eksitasi utama tersebut

adalah neuron dan asetilkolin.


 Neurotransmiter inhibisi adalah gamma-

aminobutyric acid ( GABA )


Fungsi CNS
Normal

Excitation Inhibition

glutamate,
aspartate GABA
Hipereksitabilitas → Peningkatan Eksitasi dan
Penurunan Inhibisi

glutamate,
aspartate Inhibitio
n

GABA

Excitation

Modified from White, 2001


Tata laksana

Evaluasi tanda vital


Penilaian ABC
Sesuai algorima tatalaksana kejang akut dan
status epileptikus Konsensus UKK Neurologi
IDAI
Komplikasi
 Komplikasi primer akibat langsung dari SE

 Komplikasi sekunder
 Akibat pemakaian obat antikonvulsi
 depresi napas, hipotensi
Mortalitas

Kematian terkait SE pada 30 hari perawatan


kurang dari 10%
Diakibatkan oleh komorbiditas atau penyakit
yang mendasarinya.
Prognosis
 Gejala sisa sering pada SE simtomatis
 . 37% defisit neurologis permanen
 . 48% disabilitas intelektual
 . Sekitar 3-56% pasien SE akan mengalami
 kembali kejang lama atau SE dalam 2
 tahun pertama
 Risiko SE berulang: usia muda
 ensefalopati progresif, etiologi simto
 matis remote, sindrom epilepsi
TERIMA

KASIH

Anda mungkin juga menyukai