Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN PENYAKIT

LOW BACK PAIN

Amilia Dwi Indrawati

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH
(LOW BACK PAIN/LBP)

1.1 Pengertian

Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB) merupakan
keluhan yang sering dijumpai dan umum dalam masyarakat. LBP termasuk
salah satu gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi dan menyebabkan
penurunan produktivitas kerja dan stabilitas (Sari, 2015). Low back pain(LBP)
merupakan nyeri pada punggung bagian bawah, tapi bukan merupakan
penyakit atau diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan nyeri yang
dirasakan di area yang tertekan lama sehingga terjadinya nyeri. Low back
pain(LBP) adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan di daerah antara vertebra thorakal 12 sampai dengan bagian
bawah pinggul atau lubang dubur yang timbul akibat adanya potensi kerusakan
ataupun adanya kerusakan jaringan (WHO, 2013).
Low back pain merupakan masalah kesehatan dunia yang sangat umum.
Nyeri punggung merupakan nyeri musculoskeletal yang banyak di keluhkan
oleh masyarakat. Nyeri punggung memang tidak menyebabkan kematian,
tetapi individu yang mengalaminya menjadi tidak produktif. Beberapa dampak
LBP dapat berupa spasme otot sehingga menyebabkan nyeri yang sangat berat
dan dapat menyebabkan disabilitas tulang punggung (Perioperatif, 2015).
Menurut Penelitian Sekar Mira Wulandari bahwa faktor yang
mempengaruhi terjadinya Low Back Pain (LBP) salah satunya adalah jenis
kelamin (Sekar, 2013). Faktor jenis kelamin dan hormonal seseorang juga
dapat mempengaruhi timbulnya low back pain. Perempuan lebih sering
mengalami low back pain dibandingkan laki laki. Hal ini dapat dikarenakan
adanya faktor dari hormon estrogen yang berperan. Kehamilan, penggunaan
kontrasepsi dan menopause yang terjadi pada perempuan mempengaruhi
peningkatan dan penurunan dari kadar estrogen. Peningkatan estrogen pada
proses kehamilan dan penggunaan kontrasepsi menyebabkan terjadinya
peningkatan hormon relaxin. Meningkatnya kadar hormon relaxin dapat 4
menyebabkan terjadinya kelemahan pada sendi dan ligamen khususnya pada
daerah pinggang. Selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga
memungkinkan terjadinya low back pain. Didalam teori menyebutkan
kemampuan otot perempuan lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan otot
laki-laki(Sekar, 2013).
Low Back Pain atau LBP merupakan nyeri pada punggung bagian bawah,
bukan merupakan penyakit atau diagnosis untuk suatu penyakit namun
merupakan nyeri yang dirasakan di area yang terkena bervariasi lama
terjadinya nyeri (WHO,2013). Low Back Pain merupakan nyeri di sekitar
lumbosakral dan sakroiliakal yang disertai penjalaran ke tungkai sampai
kaki(Harsono,2015). Mobilitas punggung bawah yang sangat tinggi, berfungsi
sebagai menyangga beban tubuh dan sekaligus berdekatan dengan jaringan
lain yaitu traktus digestivus dan traktus urinarius yang bila mengalami
perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di
daerah punggung bawah.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial.
Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua
nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu,
keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai masalah
pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut, ketidakmampuan
ligamen lumbosacral, kelemahan otot, osteoartritis, spinal stenosis serta
masalh pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang. Low Back
Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,
osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner, 2012).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back
Pain adalah nyeri kronik atau akut didalam lumbal yang biasanya disebabkan
trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan
degenerasi dari nuleus pulposus, kelemahan otot, osteoartritis dilumbal sacral
pada tulang belakang.
1.1.1 Anatomi Fisiologi
Tulang Belakang secara medis dikenal sebagai Columna Vertebralis
Menurut Evelyn C. Pearce (2006) dalam Heru Septiawan (2013) rangkaian
tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah
tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Tulang vertebra
merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2 bagian.
Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinal anterior dan posterior.
Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis,
serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong
dan pelindung kolumna vertebra. Bagian posterior vertebra antara satu dan lain
dihubungkan dengan sendi apofisial (faset). Stabilitas vertebra tergantung pada
integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis serta dua jenis jaringan
penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif) (Rahajeng Tanjung, 2009
dalam Heru, 2013).
Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang
membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung
pada manusia, 5 di antaranya bergabung membentuk bagian sacral dan 4 tulang
membentuk tulang ekor (coccyx). Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang
yang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau
dada) dan 5 tulang lumbal. Struktur umum Sebuah tulang punggung terdiri atas
dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus
vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus
vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta
didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus
transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang
disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan
membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla
spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut
foramen intervertebrale.
1.2 Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
a. Diskogenik (sindroma spinal radikuler) Sindroma radikuler biasanya
disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus yang merusak saraf-
saraf disekitar radiks. Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu
protrusio atau prolaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat
menyebabkan kompresi pada radiks. Lokasinya paling sering di
daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah torakal.
Nukleus terdiri dari mega molekul proteoglikan yang dapat menyerap
air sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari
nukleus pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut
terus sampai dekade ke empat menjadi kira- kira 65%. Nutrisi dari
anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-
molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari
anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Pada trauma
yang berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus baik secara
melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat
menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan
berkurangnya nutrisi dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara
melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah keluar
dari anulus lingkaran ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi
ataupun kompresi akar saraf.
b. Non-diskogenik Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah
iritasi pada serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n.
iskiadikus dan bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik
atau imunologis, yang mengiritasi n.iskiadikus dalam perjalanannya
dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi
pelvis sampai sepanjang jalannya n. Iskiadikus (neuritis n. iskiadikus).
Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
1. Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya
kecelakaan.
2. Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis,
spondilitis,
stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.
Prosedur degenerasi pada pasien
a. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
b. Kegemukan
c. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
d. Keseleo
e. Terlalu lama pada getaran.
f. Gaya berjalan.
g. Merokok.
h. Duduk terlalu lama.
i. Kurang latihan (oleh raga).
j. Depresi /stress.

1.3 Klasifikasi
Klasifikasi LBP menurut Bull dan Archard (2007) sesuai dengan waktu
terjadinya nyeri berlangsung, yaitu:
1. Nyeri akut yang tajam, dalam dan langsung atau tiba-tiba. Seseorang
tidak dapat beristirahat dengan tenang dan setiap kali bergerak bagian
punggung yang sakit bertambah nyeri yang terjadi selama kurang dari 8
minggu.
2. Nyeri kronis yang terus menerus dan cenderung tidak berkurang.
Nyeri biasanya terjadi dalam beberapa hari tetapi kadang kala
membutuhkan waktu selama satu atau bahkan beberapa minggu.
Kadang-kadang nyeri berulang akan tetapi untuk kekambuhan bisa
ditimbulkan dari aktivitas fisik yang sederhana.

Klasifikasi LBP menurut penyebabnya, yaitu Low back pain traumatic Lesi
traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah punggung bawah,
semua unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena trauma. LBP ini dibagi 2
menjadi :
1. Trauma pada unsur miofasial
Setiap hari banyak orang mendapat trauma miofasial, seperti
pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi
kesehatan badan yang kurang optimal. Juga di kalangan sosial
yang serba cukup atau berlebihan keadaan tubuh tidak optimal
karena kegemukan, terlalu banyak duduk dan terlalu kaku karena kurang
melakukan gerakan-gerakan untuk mengendurkan ototnya.
2. Trauma pada komponen keras
Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di
vertebrata torakal bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur
kompresi dapat terjadi juga pada kondisi tulang belakang yang
patalogik dikarenakan trauma yang ringan (misal jatuh
terduduk dari kursi pendek), kolumna vertebralis yang sudah
osteoporotik mudah mendapat fraktur komprehensif
1.4 Patofisiologi
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi klinis
Berikut adalah faktor risiko yang dapat menyebabkan low back pain pada
pekerja (Tarwaka dkk, 2004):
1. Umur
Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai
batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur
50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25 %, kemampuan sensoris-
motoris menurun sebanyak 60 %. Selanjutnya kemampuan kerja fisik
seseorang yang berumur > 60 tahun tinggal mencapai 50 % dari umur
yang berumur 25 tahun. Dengan demikian pengaruh umur harus selalu
dijadikan pertimbangan dalam memberikan pekerjaan pada seseorang.
(Tarwaka dkk, 2004 ).
2. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya Low Back Pain lebih banyak pada wanita
dibandingkan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita
lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP. Jenis kelamin 14 sangat
mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi secara
fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria (Budiono,
2003).
3. Status gizi
Setiap manusia mempunyai bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-
beda seperti tinggi-pendek, tua-muda, kurus-gemuk, normalcacat dll,
tetapi kita sering hanya mengatur atau mendesain stasiun kerja dengan
salah satu ukuran untuk semua orang. Sehingga hanya orang dengan
ukuran tubuh tertentu yang sesuai atau tepat untuk menggunakan.
4. Masa kerja
Masa kerja seseorang berhubungan erat dengan kemampuan fisik,
semakin lama masa kerja seseorang, semakin menurun kemampuan
fisiknya. Pekerjaan yang dilakukan secara monoton dengan menggunkan
anggota fisik secara terus menerus dalam waktu lama dapat menimbulkan
rasa nyeri pada otot yang bersangkutan (Suma’mur, 2009). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada karyawan PT. Krakatau Steel Tahun 2012,
masa kerja yang lama dapat memengaruhi low back pain, karena
merupakan akumulasi pembebanan pada tulang belakang akibat posisi
duduk yang statis, semakin lama bekerja maka semakin tinggi risiko
terjadinya low back pain (Ayuningtyas, 2012).
5. Sikap kerja
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauihi posisi alamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat
gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot
skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik
tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan pekerja (Grandjean dalam Tarwaka, 2004).
6. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit merupakan penyakit-penyakit yang pernah diderita
pekerja yang memiliki risiko terhadap kejadian low back pain yang
tercantum dalam status riwayat penyakit pekerja (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada petani jeruk di Desa Dokan
Kecamatan Merek Kabupaten Karo tahun 2015, riwayat penyakit
berhubungan dengan kejadian low back pain. Pada kasus penderita low
back pain riwayat penyakit merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh, sebab apabila ada pekerja yang memiliki riwayat penyakit
kanker, tumor atau batu ginjal semua penyakit ini mengakibatkan turunnya
efektivitas tubuh dan berat badan, sehingga memicu potensi terjadinya low
back pain (Sitepu, 2015)
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus LBP lebih difokuskan pada
pemeriksaan radiologi seperti foto polos, CT scan dan MRI untuk
melihat apakah ada kelainan pada struktur tulang belakang, otot dan
persarafan.
1.8 Diagnosa Banding
Diagnosis banding untuk nyeri punggung bawah kronis adalah sebagai
berikut:
a. Nonspesifik atau Idiopatik
Diagnosis banding untuk nyeri punggung bawah nonspesifik adalah otot
tegang (muscle tension) atau kejang.
b. Mekanikal. Diagnosis banding untuk nyeri punggung bawah mekanikal
adalah sebagai berikut:
 Degenerasi diskus dan facet
 Herniasi diskus
 Fraktur osteoporotik
 Stenosis spinal
 Fraktur traumatik
 Penyakit kongenital seperti kifosis atau skoliosis
berat, transitional vertebrae
 Spondilosis
 Nyeri diskogenik
c. Nonmekanikal. Nyeri punggung bawah nonmekanikal memiliki
diagnosis banding sebagai berikut:
 Tumor dan karsinoma: tumor korda spinalis, tumor
retroperitoneal, tumor tulang belakang, multiple myeloma,
limfoma, leukemia, atau karsinoma metastatik
1.9 Penatalaksanaan Farmakologis dan Non Farmakologis
Penatalaksanaan Keperawatan.
a. Informasi dan edukasi.
b. Nyeri punggung bawah kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS,
akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi
vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
1.10 Komplikasi
a. Tidak bisa menjalankan aktivitas.
b. Bedrest dalam waktu yang lama. Bedrest dalam waktu yang lama juga
bisa memicu terjadinya komplikasi baru seperti deep vein thrombosis
(DVT). 
c. Nyeri atau ketidaknyamanan kronis.
d. Kerusakan saraf permanen (akibat saraf terjepit), termasuk kelumpuhan.
e. Cacat fisik permanen.
f. Respon fisiologis dan psikologis terhadap nyeri kronis.
g. Kualitas hidup yang buruk.

1.11 Proses Keperawatan


1) Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat Penyakit :
 Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian)
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat Penyakit Sebelumnya
c. Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum
 Sistem persepsi dan sensori
 Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
 Sistem pernafasan
 Sistem kardiovaskuler
 Sistem Gastrointestinal
 Sistem Perkemihan
 Pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Pola aktifitas dan latihan
 Pola nutrisi dan metabolisme
 Pola tidur dan istirahat
 Pola kognitif dan perceptual
 Pola toleransi dan koping stress
 Pola hubungan dan peran.
 Pola nilai dan keyakinan
2) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit dibuktikan dengan
mengeluh tidak nyaman, gelisah, mengeluh lelah, tampak merintih.
b. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis dibuktikan dengan pasien
mengatakan terjatuh dikamar mandi dan mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah.
c. Nyeri Kronis b.d penekanan saraf dibuktikan dengan pasien
mengeluhnyeri, tampakmeringis, gelisah
3) Perencanaan terapi komplementer yang bisa diintegrasikan
a. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit dibuktikan dengan
mengeluh tidak nyaman, gelisah, mengeluh lelah, tampak merintih.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan terapi relaksasi otot
diharapkan nyeri berkurang / hilang dengan kriteria hasil : melaporkan
nyeri berkurang / hilang, klien tenang, ketegangan otot berkurang /
hilang dan dapat istirahat
b. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis dibuktikan dengan pasien
mengatakan terjatuh di kamar mandi dan mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah Setelah dilakukan tindakan keperawatan terapi
bekam di titik al-warak (kiton ditengah-tengah warik atau tulang
ekor) diharapkan nyeri berkurang / hilang dengan kriteria hasil :
melaporkan nyeri berkurang / hilang, ketegangan otot berkurang /
hilang, tidak gelisah dan dapat istirahat
c. Nyeri Kronis b.d penekanan saraf dibuktikan dengan pasien
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah Setelah dilakukan tindakan
keperawatan terapi akupuntur di titik feu si, ta cang su, kuan yen su,
cen san diharapkan nyeri berkurang / hilang dengan kriteria hasil :
melaporkan nyeri berkurang / hilang, ketegangan otot berkurang /
hilang, tidak gelisah dan dapat istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Bull, E., dan G. Archard. 2007. Simple Guide: Nyeri Punggung. Dialihbahasakan
oleh Juwalita Surapsari. Editor: Rina Astikawati dan Amalia Safitri.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

Harsono dan Soeharso. 2015. Nyeri punggung Bawah (Harsono). Kapita Selekta
Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Heru, Septiawan. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri


Punggung Bawah Pada Pekerja Bangunan Di PT. Mikroland Property
Development Semarang Tahun 2012. Skripsi Semarang: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Who. Low Back Pain. Priority Medicines For Europe And The World.

2013;1

Anda mungkin juga menyukai