Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Low back pain adalah perasaan nyeri di daerah lumba sakral dan sakroiliakal, nyeri
pinggang bawah ini bisa menjalar ke tungkai sampai kaki. Low back pain terjadi di
lumbal bagian bawah, lumbal sacral atau daerah sakroiliaka, biasanya dihubungkan
dengan proses degenerasi dan ketegangan muskulo (Arya, 2014). Herniasi nukleus
pulposus (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik
dan berulang (kambuh), mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif
yang berhubungan dengan proses penuaan (Black, Joyce M; Hawks, Jane Hokanson;,
2014) ).
Low back pain dipersepsikan sebagai ketidaknyamanan berhubungan dengan
lumbal atau area sakral pada tulang belakang atau sekitar jaringan. Low back pain
adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis walaupun sering jika ada
trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti fisik,
mental, sosial, dan ekonomi. Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang
mempunyai masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosakral akut,
ketidakmampuan ligamen lumbosakral, kelemahan otot, osteoartritis, spinal stenosis
serta masalah pada sendi intervertebra dan kaki yang tidak sama panjang(Smeltzer, S.
C., & Bare, B. G, 2006).
Low back pain adalah suatu gejala dan bukan suatu diagnosa, dimana pada
beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosa patologisnya dengan ketepatan yang
tinggi, namun di sebagian besar kasus, diagnosa tidak pasti dan berlangsung lama.
Dengan demikian maka low back pain yang timbulnya sementara dan hilang timbul
adalah sesuatu yang dianggap biasa. Namun low back pain yang terjadi mendadak dan
berat maka akan membutuhkan pengobatan, walaupun pada sebagian besar kasus akan
sembuh dengan sendirinya. Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
low back pain adalah nyeri akut atau kronik pada lumbal yang biasanya disebabkan oleh
trauma atau terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nukleus
pulposus, osteoartritis dari lumbal sakral pada tulang belakang (Brunner & Suddarth,
2008).
B. Etiologi
Pada dasarnya timbulnya rasa sakit adalah karena terjadinya tekanan pada susunan
saraf tepi daerah pinggang (saraf terjepit). Jepitan saraf ini dapat terjadi karena
gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya, gangguan pada sarafnya sendiri, kelainan
tulang belakang maupun kelainan di tempat lain, misalnya infeksi atau batu ginjal dan
lain-lain (Black, Joyce M; Hawks, Jane Hokanson;, 2014).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri tersebut antara lain menurut
Potter & Perry (2006):
1. Kelainan Kongenital
Kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra
hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya low back pain yang disertai skoliosis ringan. Selain itu ditandai pula adanya
dua buah vertebra yang melekat menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan
nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra di bagian bawah karena tidak melekatnya
lamina dan keadaan ini dikenal spina bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan
gejala berat seperti club foot, rudimentair foot, kelayuan pada kaki, dan sebagainya.
Namun jika lubang kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.
2. Trauma dan Gangguan Mekanis
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama low back pain. Pada
orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas
dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Gerakan
bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme
yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung
sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan
sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat
memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.
Menurut Manek and Macgregor (2005) pada low back pain yang dapat ditemukan
beberapa keadaan, seperti:
a. Perubahan pada sendi sacro-iliaka
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri
pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan
saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan
kaki pada hip joint terbatas.
b. Perubahan pada sendi lumba sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan
sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat
menyebabkan keterbatasan gerak.
3. Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada
tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah
punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota bagian
tubuh lain. Beberapa jenis penyakit dengan keluhan low back pain (LBP) yang
disebabakan oleh perubahan jaringan antara lain:
a. Osteoartritis
b. Penyakit Fibrositis
c. Penyakit Infeksi
4. Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada
bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri dan duduk dalam waktu
yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya low back pain (LBP). Kehamilan dan
obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya low back painakibat
pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang
akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.
5. Tumor (Neoplasma)
Tumor vertebra dan medulla spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat
mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor
vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat daripada tumor jinak.
Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang
terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di
pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis
spinal yang dapat menyebabkan low back pain. Meningioma adalah tumor intradural
dan ekstradural yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan
gejala yang besar seperti kelumpuhan.
6. Gangguan metabolik
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan
nyeri pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau gangguan
hormonal (menopause, penyakit cushing). Sering oleh karena trauma ringan timbul
fraktur kompresi atau seluruh panjang kolum vertebra berkurang karena kolaps korpus
vertebra. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah
pinggang.

C. Manifestasi Klinis
1. Perubahan dalam gaya berjalan: Berjalan terasa kaku, tidak bisa memutar punggung,
dan terlihat seperti pincang.
2. Persyarafan: Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada
daerah yang tidak dirangsang.
3. Nyeri. Letak atau lokasi nyeri yang dirasakan ialah
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat

D. Komplikasi
1. Depresi
Pada pasien low back pain memiliki kecenderungan mengalami depresi sehingga
berdampak pada gangguan pola tidur, makan dan aktivitas sehari-hari klien.
2. Kelemahan Otot
Pasien yang mengalami low back pain akan mengalami kelemahan otot akibat
berdiam pada satu posisi.
3. Kerusakan Saraf
Low back pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama pada vesika urinaria
sehingga dapat inkontinansia.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arya (2014) pemeriksaan penunjang terbagi beberapa antara lain:
1. Pemeriksaan fisik :
a. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga
cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi
untuk pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku penderita
konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
b. Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral)
berikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan,
ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c. Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot
disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus
spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
d. Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketuk.
2. Pemeriksaan neurology pada tungkai:
a. Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.
b. Test provokasi (sensorik)
- Lasegue
- Kernig sign
- Bargard dan Sicard
- Patrick (lesi coxae)
- Kontra Patrick (lesi sacroiliacal)
- Adanya gangguan miksi dan defekasi
- Adanya tanda-tanda upper motor neuron (UMN) dan lower motor
neuron (LMN)
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Fungsi lumbal : Mengetahui warna cairan serebrospinal (jernih air,
kekuningan/xantokram, keruh), adanya kesan sumbatan/hambatan aliran cairan
serebrospinal secara total atau parsial, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan
glukosa.
b. Foto rontgen : Mengidentifikasi adanya fraktur korpus vertebra, arkus atau
prosesus spinosus, juga adanya dislokasi vertebra, spionfilolistesis, bamboo
spine destruksi vertebra, hernia nukleus pulposus (HNP).
c. Electroneuromiografi : Melihat adanya fibrilasi, serta dapat pula dihitung
kecepatan hantar saraf dan letensi distal.
d. Scan tomografi : Dapat melihat gambar vetebra dan jaringan disekitarnya
termasuk diskus intervertebralisi.

F. Penatalaksanaan
1. Tirah baring :Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot
yang spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal
untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1 minggu.
2. Farmakoterapi : Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),
injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid)
3. Fisioterapi :Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi
latihan dan ortesa (kovset).
4. Psikoterapi :Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan
psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat
digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.
5. Akupuntur :Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral
sebagai neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang
kemudian menutup gerbang nyeri.
6. Terapi operatic :Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik,
ataupun adanya gangguan spinger.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit.
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian).
2) Riwayat Penyakit Sekarang.
 Deskripsi gejala dan lamanya.
 Dampak gejala terhadap aktifitas harian.
 Respon terhadap pengobatan sebelumnya.
 Riwayat trauma.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya.
 Immunosupression (supresi imun).
 Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kanker).
 Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kanker atau
infeksi.
 Nyeri yang memberat pada saat berbaring (tumor intraspinal atau
infeksi) atau pengurangan nyeri (Hernia Nukleus Pulposus / HNP).
 Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif :
ankylosing spondylitis, artritis psoriatik, spondiloartropati reaktif,
sindroma fibrinomialgia).
 Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan farset sendi, stenosis kanal,
kelainan otot paraspinal, kelainan sendi sakroiliaka, spondilosis /
spondilolisis / spondilolistesis, NBP-spesifik).
 Adanya demam (Infeksi).
 Gangguan normal (dismenore, pasca-menopause / andropause).
 Keluhan viseral (referred pain).
 Gangguan miksi.
 Kelemahan motorik ektremitas bawah (kemungkinan lesi kauda
ekwina).
 Lokasi dan penjalaran nyeri.
2. Pemeriksaan Fisik.
a. Keadaan Umum.
1) Sistem Persyarafan (Pemeriksaan neurologik):
 Pemeriksaan motorik.
 Pemeriksaan sensorik.
 Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus).
 Pemeriksaan sistem otonom.
 Tanda Patrick ( lesi coxae) dan Kontra Patrick ( lesi sakroiliaka).
2) Sistem Pernapasan.
Nilai frekuensi napas, kualitas, suara dan jalan napas.
3) Sistem Kardiovaskuler.
Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas dan frekuensi.
4) Sistem Gastrointestinal.
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan, minum, peristaltik dan
eliminasi.
5) Sistem Integumen.
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien.
6) Sistem Reproduksi.
Untuk pasien wanita.
7) Sistem Perkemihan.
Nilai frekuensi buang air kecil (BAK), warna, bau, volume.
b. Sistem persepsi dan sensori.
(Pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap,
perasa).
3. Pola fungsi kesehatan.
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
b. Pola aktivitas dan latihan.
Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis.
c. Pola nutrisi dan metabolisme.
d. Pola tidur dan istirahat.
Sering mengalami gangguan pola tidur di karenakan menahan nyeri yang
hebat.
e. Pola kognitif dan perseptual.
Perilaku penderita : apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik).
f. Persepsi diri/konsep diri.
g. Pola toleransi dan koping stress.
Nyeri yangn timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga
penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit tersebut
(kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor atau fraktur).
h. Pola seksual reproduksi.
i. Pola hubungan dan peran.
j. Pola nilai dan keyakinan.
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut/ kronik berhubungan dengan agens injuri fisik (muskuloskeletal dan
sistem syaraf Vaskular)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, gangguan neuromuskular,
kekakuan sendi, kontraktur.
3. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (tekanan dan
immobilitas fisik)
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (status kesehatan)
5. Defisit perawatan diri: Mandi berhubungan dengan adaptasi terhadap disabilitas fisik
C. Intervensi keperawatan
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Nyeri akut NOC: NIC :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Nyeri
agen injuri fisik keperawatan selama 3×24 jam,  Monitor kecepatan, irama,
(muskuloskeletal dan nyeri yang dirasakan klien kedalaman, dan kesulitan
sistem syaraf berkurang dengan kriteria hasil: bernapas Lakukan pengkajian
Vaskular) 1. Kontrol Nyeri nyeri secara komprehensif
adekuat yang ditandai dengan: termasuk lokasi, karakteristik,
 Mampu melaporkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan
yang terkontrol faktor presipitasi
 Vital sign dalam batas normal:  Observasi reaksi nonverbal
Tekanan darah: 100-140/60- dari ketidaknyamanan
90 mmHg  Tentukan akibat dari
Nadi: 60-100×/menit
pengalaman nyeri terhadap
Pernapasan: 12-24×/menit
kualitas hidup pasien.
Suhu: 36.0-37.5ºC
misalnya: tidur, nafsu makan)
 Skala nyeri menurun: 2 NRS
 Bantu pasien untuk mengenali
2. Tingkat nyeri
faktor-faktor apa saja yang
berkurang yang ditandai dapat menurunkan nyeri atau
dengan: memperberat nyeri
 Nyeri yang dilaporkan  Ajarkan penggunaan teknik
 Panjangnya episode nyeri: non farmakologis: kompres
tidak menetap hangat dingin dan pijatan
 Ekspresi wajah terhadap nyeri: ketika melakukan aktivitas
tampak tenang dan rileks yang menimbulkan nyeri
 Frekuensi napas : 12- seperti merubah posisi
24×/menit 2. Pemberian Analgetik
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan keparahan nyeri
sebelum memberikan
pengobatan
 Cek perintah pengobatan
meliputi nama obat, dosis, dan
frekuensi obat analgetik yang
diresepkan
 Evaluasi keefektifan analgetik
dengan interval yang teratur
pada setiap setelah pemberian
khususnya setelah pemberian
pertama kali, juga observasi
adanya tanda dan gejala efek
samping (misalnya: depresi
pernapasan, mual, muntah)
3. Pengaturan posisi
 Imobilisasi atau topang bagian
tubuh yang terganggu dengan
tepat
 Jangan berikan tekanan pada
bagian tubuh yang terganggu
 Pertahankan posisi yang tepat
saat mengatur posisi pasien
 Pertahankan kesejajaran tubuh
yang tepat
 Minimalkan pergerakan secara
tiba-tiba untuk mencegah
timbulnya nyeri. Lakukan
perubahan posisi secara
perlahan dan evaluasi respon
pasien ketikan melakukan
pengaturan posisi.
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Hambatan mobilitas NOC : NIC :
fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan Imobilisasi:
dengan nyeri, keperawatan selama 3×24 jam,  Monitoring vital sign
gangguan hambatan mobilitas fisik pasien sebelm/sesudah latihan dan
neuromuskular, berkurang dengan kriteria hasil: lihat respon pasien saat
kekakuan sendi, 1. Kemampuan berpindah latihan
kontraktur. meningkat yang ditandai  Konsultasikan dengan terapi
dengan:
fisik tentang rencana
 Kemampuan klien
ambulasi sesuai dengan
meningkat dalam aktivitas
kebutuhan
fisik: duduk dengan
 Kaji kemampuan pasien
bantuan, miring kiri-miring
dalam mobilisasi
kanan dengan bantuan
 Latih pasien dalam
 Mengerti tujuan dari
pemenuhan kebutuhan
peningkatan miobilitas
ADLs secara mandiri sesuai
 Memverbalisasikan kemampuan
perasaan dalam  Dampingi dan bantu pasien
meningkatkan kekuatan dan saat mobilisasi dan bantu
kemampuan berpindah penuhi kebutuhan ADLs
pasien.
 Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
 Monitor tingkat nyeri yang
dirasakan pasien saat
memberikan latihan atau
membantu merubah posisi
pasien
2. Pengaturan Posisi
 Dorong pasien untuk terlibat
dalam perubahan posisi
 Imobilisasi dan sokong
bagian tubuh yang terkena
dampak
 Jangan memposisikan pasien
dengan penekanan pada
bagian tubuh yang terkena
dampak
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Kerusakan integritas NOC : NIC :
kulit berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pressure management:
dengan faktor mekanik keperawatan selama 3×24 jam,  Anjurkan pasien untuk
(tekanan dan kerusakan integritas kulit menggunakan pakaian yang
immobilitas fisik) pasien teratasi dengan kriteria longgar
hasil:  Hindari kerutan pada tempat
 Integritas kulit yang baik tidur
bisa dipertahankan  Jaga kebersihan kulit agar
 Tidak ada luka dan lesi pada tetap bersih dan kering
kulit  Mobilisasi pasien (ubah
 Perfusi jaringan yang baik posisi setiap 2 jam
 Mampu melindungi kulit sekali)monitor kulit dan
dan mempertahankan adanya kemerahan
kelembaban kulit dan  Monitor status nutrisi pasien
perawatan alami  Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
 Kaji lingkungan dan
peralatan yang menyebabkan
tekanan
 Observasi luka : lokasi,
dimensi, kedalaman luka,
granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal
 Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan perawatan
luka
 Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet tinggi kalori
tinggi protein dan vitamin
 Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka.
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Ansietas berhubungan NOC: NIC :
dengan perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Penurunan kecemasan
besar (status keperawatan selama 2×24 jam  Gunakan pendekatan yang
kesehatan) pasien dapat mengontrol menenangkan
kecemasan yang diasakan  Nyatakan dengan jelas
dengan kriteria hasil: harapan terhadap perilaku
1. Tingkat Kecemasan pasien
berkurang yang ditandai  Jelaskan semua prosedur dan
dengan: apa yang dirasakan selama
 Klien mampu prosedur
mengidentifikasi dan  Temani pasien untuk
mengungkapkan gejala memberikan keamanan dan
cemas mengurangi takut
 Mengidentifikasi,  Berikan informasi faktual
mengungkapkan dan mengenai diagnosis,
menunjukkan tehnik untuk tindakan prognosis
mengontol cemas  Libatkan keluarga untuk
 Vital sign dalam batas mendampingi klien
normal:  Instruksikan pada pasien
Tekanan darah: 100- untuk menggunakan tehnik
140/60-90 mmHg relaksasi
Nadi: 60-100×/menit  Dengarkan dengan penuh
Pernapasan: 12-24×/menit
perhatian
Suhu: 36.0-37.5ºC
 Identifikasi tingkat
 Postur tubuh, ekspresi
kecemasan
wajah, bahasa tubuh dan
 Bantu pasien mengenal
tingkat aktivitas
situasi yang menimbulkan
menunjukkan
kecemasan
berkurangnya kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
2. Monitor Tanda-tanda Vital
 Monitor tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu, dan status
pernapasan
 Monitor tekanan nadi, irama,
dan laju pernapasan
 Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Defisit perawatan diri: NOC : NIC
mandi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Memandikan Pasien
dengan adaptasi keperawatan selama 2×24 jam  Mandikan pasien di tempat
terhadap disabilitas perawatan diri pasien tidur dengan cara yang tepat
fisik terpenuhi, dengan kriteria dan sesuai
hasil:  Bersihkan kulit pasien
1. Perawatan diri: mulai dari ekstremitas atas
kebersihan meningkat yang ke bawah, dari area
ditandai dengan: proksimal ke distal dengan
 Mencuci tangan menggunakan waslap dan
 Mengeramas rambut air bersih yang mempunyai
 Memperhatikan kuku jari suhu yang nyaman
tangan dan kuku jari kaki  Bantu dalam hal
 Mempertahankan kebersihan mengeramas rambut sesuai
tubuh dengan kebutuhan pasien
 Perhatikan dan jaga
kebersihan kuku jari tangan
dan jari kaki
 Monitor kondisi kulit saat
memandikan pasien
 Edukasi keluarga pasien
tentang tujuan dan teknik
memandikan agar keluarga
mampu melakukan
perawatan secara mandiri

2. Pengajaran: individu dan


keluarga
 Kaji tingkat kemampuan
pasien dan keluarga tentang
kebutuhan perawatan diri
(kebersihan)
 Ajarkan kepada keluarga
langkah memandikan klien
di tempat tidur dengan baik
dan benar
 Berikan kesempatan bagi
pasien dan keluarga untuk
bertanya
WOC

Perubahan postur tubuh (trauma


primer/sekunder)
Usia lansia

Kontraksi punggung Obesitas


Berkurangnya Air diskus

Terdesaknya otot paravertebrata


Fibrikartilago padat dan tak Kelebihan beban lumbal sakral
teratur
Tulang belakang menyerap goncangan
ventrikal Pembentukan kurva lumbal abnormal
Stress mekanis diskus lumbal
bawah
Terjadi perubahan struktur dengan diskus Rusaknya pembungkus saraf
susunan atas fibri fertilago dan matriks
Perubahan degenerasi berat gelatinus

Hiperalgesia sekunder pada neuron di sekitar


lesi pada resio lumbal sakral
Hernia nucleus purposus

Penekanan akar saraf

Terbatasnya rentang Nyeri bertambah apabila Rangsangan mekanik pada ujung Pelepasan mediator biokimia
gerak bergerak atau merubah posisi saraf spinal diterima oleh nosiseptor Saraf aferen
(protaglandin, bradikinin, dan
histamin
Aktivitas otot
berkurang Serabut A delta
Nyeri terlokalisasi
Tonus otot menurun Spinal cord di Medulla
Nyeri punggung bawah spinalis
Kelemahan otot (Low Back Pain)
thalamus
Perubahan sensasi dan penurunan kerja reflek
Kelemahan fisik umum NYERI
Korteks
HAMBATAN ANSIETAS somatosensorik
MOBILITAS FISIK DEFISIT
PERAWATAN DIRI
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M; Hawks, Jane Hokanson;. (2014). (P. s. medika, Ed.) Elsevier.

Brunner & Suddarth, 2. (2008). EGC.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. (2013). Nursing Interventions


Classification (NIC). United States of America: Elsevier Mosby.

Hanggara, P. A. (2013). Refarat Vertigo. Jurnal Kedokteran .

Heather, H. T. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:


EGC.

Israr, Y. A. (2008). Vertigo. Journal of Medicine .

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Measurement of Health Outcomes . United States of America:
Elsevier Mosby .

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : konsep klinis & proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Sagung Seto.

Wahyudi, K. T. (2012). Vertigo. Medical Departement , 738-741.


Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
LAPORAN PENDAHULUAN
“Low back Pain (LBP)”
RUANG PERAWATAN LONTARA 3 BAWAH BELAKANG (NEUROLOGI)
Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO

Disusun oleh:
RUMINGGI
R014172022

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

Dr. Yuliana Syam, S.Kep., Ns., M.Kes Rizka Emilia, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

Anda mungkin juga menyukai