B. Etiologi
Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :
a. LBP Viserogenik (organ abdomen)
Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor retroperitoneal, fibroid
retrouteri
b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri glutea superior
c. LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering
menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.
d. LBP Spondilogenik
Berasal dari :
Sendi-sendir sakroiliakan
Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf akibat stenosis
e.
spinalis.
LBP Psikogenik
a.
1)
2)
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
3)
d.
e.
1)
2)
f.
g.
h.
i.
C. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang tersusun
atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (discus intervertebralis) yang diikat
satu sama lain oleh komplek sendi faset, berbagai ligament dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi
lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat
berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan torak sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah
dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah
struktur, dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua.
Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus.
Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus
merupakan penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat.
Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan sendi faset dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. Sekitar 12% orang
dengan nyeri punggung bawah menderita hernia nucleus pulposus ( Brunner &
Suddarth, 2002 : 2321 ).
D. Manifestasi Klinis
Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan sistem
anatomi :
a. LBP Viscerogenik
Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas maupun istirahat.
Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya. Lebih sering disebabkan oleh
faktor ginekologik, kadang-kadang didapatkan spasme otot paravertebralis dan
perubahan sudut ferguson pada pemeriksaan radiologik, nyeri ini disebut juga nyeri
pinggang akibat referred pain.
b. LBP vaskulogenik
Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri bersifat nyeri
punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai,
nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai. Nyeri tidak timbul
karena adanya stress spesifik pada kolumna vertebralis (membungkuk, batuk dan lainlain). Diagnosa ditegakkan apabila ditemukan benjolan yang berpulpasi.
c. LBP Neurogenik
Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri tenang,
terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat dibangkitkan dengan aktivitas,
dan rasa nyeri berkurang saat penderita berbaring, sering didapat kompresi akar saraf,
ditemukan juga spasme otot paravertebralis.
d. LBP Spondilogenik
Yang sering ditemukan adalah :
:
Nyeri disertai iskialgia, dirasakan sebagai nyeri pinggang, menjalar kebokong, paha
HNP
Miofasial
Keganasan
Osteoporotik
kurang dapat dilokasikan dengan tepat, timbul mendadak waktu melakukan gerakan yang
melampau batas kemampuan ototnya.
Tumor ganas pada daerah vertebrae dapat bersifat primer atau sekunder. Pada foto
rontgen terlihat adanya destruksi, pemeriksaan laboratorium terlihat adanya peningkatan
alkalifostase.
Terjadi pada lansia terutama wanita, nyeri bersifat pegal atau nyeri radikuler karena adanya
:
e.
menghindarkan diri bila tidak melakukan hal tertentu. Keadaan ini akan menyebabkan
otot-otot dalam keadaan tegang sehingga meningkatkan spasme otot dan timbul rasa
nyeri.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik :
a. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga cara
duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku penderita konsisten dengan
keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
b. Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut
deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi
kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita
berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur)
d. Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot
disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus
menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
e. Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok
Pemeriksaan neurology pada tungkai
a. Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.
b. Test provokasi (sensorik)
Laseque
Kering
ngsi lumbal
o rontgen
en tomografi
(ENMG)
:
F. Penatalaksanaan Medis
a. Tirah baring :
Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang spasme,
sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal untuk mengurangi
hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1 minggu.
b.
Medika mentosa :
Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin, dapat
diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti depresan atau kadangkadang obat blokade neuratik.
c. Fisioterapi :
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi latihan dan
ortesa (kovset)
d. Psikoterapi :
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan psikopatologi dalam
timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat digabungkan dengan relaksasi,
hyprosis maupun biofeedback training.
e. Akupuntur :
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai neurotras
mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang kemudian menutup
gerbang nyeri.
f. Terapi operatic :
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau kasus
fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya gangguan
spinger
g. Latihan :
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk keadaan,
dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah herniasi diskus.
II.
Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Low Back Pain
A. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu
lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter
pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya
dilakukan.
: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
Tanda
Gejala
b. Eliminasi
: Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine
c. Integritas Ego
Gejala
Tanda
d. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda
: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme
membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher,
nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara
interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher
(servikal). Terdengar adanya suara krek saat nyeri baru timbul/saat trauma atau
merasa punggung patah, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
: Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan:
Tanda
Keamanan
Gejala
: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
g. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala
: Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan
: DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.
B.
a.
Diagnosa keperawatan
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan :
Trauma jaringan dan reflek spasme otot
Inflamasi
Kompresi saraf
b.
c.
d.
1.
2.
3.
4.
Prioritas keperawatan
Menurunkan stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri
Meningkatkan berfungsi dengan optimal
Memberi dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam proses rehabilitasi
Memberikan informasi yang berhubungan dengan penyakit/prignosis dan kebutuhan
pengobatannya.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosis I
a.
Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus yang
memperberat, minta pasien untuk menetapkan pada skala 010
b. Pertahankan tirah baring selama fase akut, peletakan pasien pada posisi semi fowler
dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang dengan
atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat atau pada posisi lateral
c. Gunakan logirdi (papan) selama melakukan perubahan posisi
d. Bantu pemasangan Brace/korset
e. Batas aktivitas selama sesuai kebutuhan
f. Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah
dijangkau/diraih oleh pasien.
Diagnosis II
a.
b.
Diagnosis III
a.
Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani masalahnya di masa
yang lalu dan bagaimana pasien melakukan koping dengan masalah sekarang.
b. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
c. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan masalahnya
d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan
mungkin menghalangi proses penyembuhan
e. Catat perilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkat peran sakit pasien.
Diagnosis IV
a.
b.
Diagnosa I
a.
b.
c.
a.
Diagnosa III
a.
b.
c.
d.
e.
Tampak rileks dan melaporkan anisetas berkurang pada tingkat dapat diatasi
Mengidentifikasi ketidakefektifan perilaku koping dan konsekuensinya
Mengkaji situasi terbaru dengan akurat
Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah
Mengembangkan rencana untuk perubahan gaya hidup yang perlu
Diagnosis IV
a.
b.
c.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth., 1984. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot Company.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Doenges, M.E, dan Moorhouse M.F,Geissler A.C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung bawah
(NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri dibagian pinggang yang dapat menjalar ke
tungkai kanan atau kiri. Dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau
keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah
yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran
nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain) 6.
2. Klasifikasi
NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang
mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa
ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan yang
mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai
berikut: 6
a. Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses
patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.
f.
g.
h.
i.
j.
4. Patofisiologi 4,6
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi
oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda diantara tiap individu.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli
tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari
medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat
diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan
proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri
inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri
neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada
serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang
kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
5.
a.
1)
2)
3)
b.
c.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf
misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut
saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi
saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal
ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
Manifestasi klinis 4,6
Perubahan dalam gaya berjalan
Berjalan terasa kaku.
Tidak bias memutar punggung.
Pincang.
Persyarapan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi
pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah
yang tidak dirangsang.
Nyeri.
Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
Nyeri otot dalam.
Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
Nyeri pada pertengahan bokong.
Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,
osteoartritis atau scoliosis.
b. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna
vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
c. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
d. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan
lokasi patologi tulang belakang.
e. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi
atau protrusi diskus.
f. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam
waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak
dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas
yang biasanya dilakukan.
Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi
urine
c. Integritas Ego
Gejala
Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial
keluarga.
Tanda Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda
Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme
pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,
bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi
pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih
berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau
bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara krek saat
nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa punggung patah, keterbatasan untuk
mobilisasi/membungkuk kedepan
Tanda Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian
tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f. Keamanan
Gejala
: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
g. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala
: Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan : DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri
dan penyelesaian tugas-tugas.
2. Diagnosa keperawatan 3
a.
Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan system syaraf
vaskuler
b. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi
atau kontraktur
c. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
3. Rencana Keperawatan, Tujuan, dan Krireria hasil 3,5
No
1.
Diagnosa Keperawatan
(NANDA)
Nyeri akut b/d agen
injuri (fisik, kelainan
muskuloskeletal
dan
system syaraf vaskuler
Tujuan
(NOC)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
1.
jam nyeri berkurang / hilang
dengan kriteria :
Tingkat nyeri (2102)
Melaporkan
nyeri
2.
berkurang / hilang
Frekuensi nyeri berkurang3./
hilang
Lama nyeri berkurang
Ekspresi oral berkurang 4./
hilang
Ketegangan
otot
5.
berkurang / hilang
Dapat istirahat
Skala nyeri berkurang /
menurun
6.
Batasan karakteristik 1.
Verbal
1. Menarik nafas panjang,
2.
merinti
2. Mengeluh nyeri
3.
Motorik
4.
1. Menyeringaikan wajah.
2. Langkah yang terseok5.
seok
3. Postur yang kaku / tidak
6.
stabil
7.
4. Gerakan yang amat
lambat atau terpaksa
Respon autonom
Kontrol Nyeri (1605)
Perubahan vital sign1. Mengenal
faktor-faktor
7.
penyebab
2. Mengenal onset nyeri
3. Jarang / tidak pernah
menggunakan analgetik 8.
4. Jarang / tidak pernah
9.
melaporkan nyeri kepada
tim kesehatan.
Intervensi
(NIC)
Manajemen nyeri (1400)
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif (lokasi, karateristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi).
Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
Gunakan
teknik
komunikasi
terapetik
untuk
mengetahui
pengalaman nyeri klien.
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau.
Evaluasi bersama klien dan tim
kesehatan lain tentang ketidak
efektifan kontrol nyeri masa
lampau.
Bantu klien dan keluarga untuk
mencari
dan
menemukan
dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi
nyeri
(suhu
ruangan,
pencahayaan,
dan
kebisingan)
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
(farmokologi,
non
farmakologi dan interpersonal)
5. Nyeri terkontrol
1.
2.
8.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku Ajar Anatomi
Umum. FK UNHAS
Brunner and Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot Company.
NANDA International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Harsono. 2000. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
2005. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Judith M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC ed. 7. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arief. 2013. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta
: EGC