Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

LBP (LOW BACK PAIN)

Disusun oleh :
KELOMPOK 3

NAMA :
1. Yenie Faridawati
2. Rico Rahman
3. Ariel
4. Pungkas Husada M
5. Yosepa Fitriani
6. Nor Cholik
7. Yohana Linda
8. Yayuk kriswati
9. Michael Dominggus Tato
10. Bahtiar Jaya

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


SUAKA INSAN
KELAS NON REGULER
2022
KONSEP PENYAKIT

LOW BACK PAIN(NYERI PUNGGUNG BAWAH)

A. Pendahuluan

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang actual maupun potensial. Seiring dengan bertambahnya usia, biasanya diawali pada usia 35
tahun tulang belakang akan mengalami proses degenerasi yang mana menimbulkan nyeri punggung bawah.

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada
diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1

LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-
85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya
bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Di AS nyeri ini merupakan penyebab yang
urutan paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia 45 tahun. Insiden berdasarkan
kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.

Sekitar 80% dari populasi, seseorang dalam kehidupannya akan mengalami nyeri punggung bawah.
Menurut Jones B yang dikutip oleh Yuliano A, sebanyak 80% populasi orang dewasa dalam rentang
hidupnya akan mengalami cedera punggung bawah. Keterbatasan yang diakibatkan oleh nyeri punggung
bawah pada seseorang sangat berat. Menurut Idyan, Low Back Pain atau LBP atau nyeri punggung bawah
merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Masalah nyeri punggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi.

B. Pengertian Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain/LBP)

Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri didaerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri
pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2010)
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh terdesaknya para
vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus, osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang
belakang (Brunner, 2012).
Herniasi diskus (carram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung
bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan
degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan. (Doenges, Marylinn, 1999:320).
Low back pain dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal
seperti ketegangan lumbosacral akut, ketidakmampuan ligamen lumbosacral, kelemahan otot,
osteoartritis, spinal stenosis serta masalh pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri kronik
atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau
tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus, kelemahan otot, osteoartritis dilumbal sacral
pada tulang belakang.

C. Anatomi Fisiologi

Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang
mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung membentuk
bagian sacral dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx). Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24
tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada) dan 5 tulang
lumbal. Struktur umum Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang
terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.
Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh
penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus.
Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung disusun,
foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di
antara dua tulang punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.

D. Klasifikasi LBP

Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari
sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang
sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen
dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat
masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada
istirahat dan pemakaian analgesik.
2. Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh
kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.
Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi
discus intervertebralis dan tumor.
Pembagian LBP menurut Macnab :
a.       LBP Viserogenik (organ abdomen)
Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor retroperitoneal, fibroid retrouteri
b.      LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri glutea superior
c.       LBP Neurogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering menyebabkan LBP oleh
karena juga menekan radik.
d.      LBP Spondilogenik
Berasal dari :
Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan spondilolistesis)
 Sendi-sendir sakroiliakan
 Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf akibat stenosis spinalis.
e.       LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis

E. Etiologi LBP

1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.


a. Trauma primer seperti Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan, jatuh atau terpeleset yang
menyebabkan keseleo
b.   Trauma sekunder seperti Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal,
spondilitis, osteoartritis.
2. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot
3.  Prosedur degenerasi pada pasien lansia
4. Gaya hidup tidak sehat ( kegemukan,merokok,duduk terlalu lama,gaya berjalan,penggunaan hak
sepatu yang terlalu tinggi)
5. aktifitas fisik yang berat dan berlebihan (berolahraga tanpa pemanasan yang cukup dan melebihi
kemampuan,mengangkat beban dengan cara yang salah)
6. Gangguan ginjal,masalah Pelvis,Tumor Retroperineal,dan aneurisma abdominal
7. Psikosomatis (Depresi dan stress)
F. Manifestasi Klinik

1. Perubahan dalam gaya berjalan.


a. Berjalan terasa kaku.
b. Tidak bisa memutar punggung.
2. Nyeri
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat

G. Patofisiologi

Pada kasus LPB mekanik, aktivasi nosireseptor disebabkan oleh rangsang mekanik, yaitu
penggunaan otot yang berlebihan (overuse). Pengunaan otot yang berlebihan dapat terjadi pada
saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau postur yang salah dalam jangka waktu yang
cukup lama di mana otot-otot di daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan
postur tubuh yang normal, atau pada saat aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang
berlebihan pada otot-otot punggung bawah, misalnya mengangkat beban-beban yang berat dengan
posisi yang salah (tubuh membungkuk dengan lutut lurus dan jarak beban ke tubuh cukup jauh).
Penggunaan otot yang berlebihan menyebabkan iskemia dan inflamasi. Setiap gerakan otot akan
menimbulkan nyeri sekaligus akan menambah spasme otot. Karena terdapat spasme otot, sehingga
lingkup gerak punggung bawah menjadi sedikit dan terbatas. Mobilitas lumbal menjadi terbatas,
terutama untuk gerakan membungkuk (fleksi) dan memutar (rotasi).

Nyeri dan spasme otot seringkali membuat individu takut menggunakan otot-otot
punggungnya untuk melakukan gerakan pada lumbal. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan fisiologis pada otot-otot tersebut, yaitu berkurangnya massa otot dan penurunan
kekuatan otot. Akhirnya individu akan mengalami penurunan tingkat aktivitas
fungsionalnya. Kontruksi punggung yang unik memungkinkan terjadinya fleksibilitas dan
memberi perlindungan terhadap sumsum tulang belakang. Otot-otot abdominal berperan
pada aktivitas mengangkat beban dan sarana pendukung tulang belakang. Obesitas,masalah
struktur, peregangan berlebihan pada sarana pendukung ini menyebabkan nyeri punggung.
Perubahan degenerasi diskus intervetebra akibat usia menjadi fibrokartilago yang padat
dan tidak teratur merupakan penyebab nyeri punggung biasa, L4-L5 dan L5-S1 mengalami
stress mekanis dan menekan sepanjang radiks saraf tersebut. Keluhan nyeri punggung
bawah dan keterbatasan aktivitas menimbulkan keluhan dan masalah pada klien yang
mengalami nyeri punggung bawah (Muttaqin,2012)
Pathway
H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Neurofisiologik

 a. Electromyography (EMG)

b. Need EMG dan H-reflex  dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih

dari 3-4 minggu

c. Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis,

pemeriksaan elektrofisiologik tidak dianjurkan.

d. Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal

dan mielopati spinal.

2. Radiologik

a. Foto polos.

b. Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.

c.  Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.

d.  Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)

e. Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP

perlengketan

f. Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive

3. Laboratorium

a . Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor

rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)

b . Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri

c .  Likuor serebrospinal (atas indikasi)


I. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan.

a. Informasi dan edukasi.

b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas

termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat

badan posisi tubuh dan aktivitas.

2. Medis

a. Formakoterapi

- NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),

injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler

- NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,

karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin),

opioid (kalau sangat diperlukan)

b. Invasif nonbedah

- Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)

- Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah

yang intractable)

c. Bedah

HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :

- Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri

berat/intractable / menetap / progresif

- Defisit neurologik memburuk

- Sindroma kauda
KONSEP MANAGEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Anamnesa
a) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
b) Keluhan utama
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis
lebih dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit,
nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
c) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan
timbulnya keluhan(apakah menetap atau hilang timbul), hal apa yang
mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien
sering mengkonsumsi obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit
yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan
atau trauma, apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang
atau otot sebelumnya
e) Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan
otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja
statis.

Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan persistem
3. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera: penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
4. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
a) Pemeriksaan motorik
b) Pemeriksaan sensorik
c) Straight Leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S
1) cross laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik
lumbal atas)
d) Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
e) Pemeriksaan system otonom
f) Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
g) Tes Naffziger
h) Tes valsava.
5. Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6. Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7. Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan
eliminasi)
8. Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9. Sistem Reproduksi
(Untuk pasien wanita)
10. Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan: pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis)
3) Pola nutrisi dan metabolism
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan
menahan nyeri yang hebat).
5) Pola kognitif dan perseptual
(Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik)
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress
(Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa
sakit tersebut (kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur)).
8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan

Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : Perubahan postur tubuh Nyeri
1. Pasien mengeluh karena trauma primer dan
sering merasakan sekunder
nyeri pada 
punggung bagian Trauma primer seperti:
bawah trauma secara spontan.
DO: Contohnya kecelakaan
1. Skala nyeri : 2 
Kontraksi punggung

Terdesaknya otot
vetebrata

Tulang belakang
menyerap goncangan
vertikal

Terjadi perubahan struktur
dengan diskus atas febri
fertigo

Nyeri punggung bawah
(low back pain)

nyeri
2. DS : Perubahan postur tubuh Hambatan Mobilitas
1. Klien mengatakan karena trauma primer dan
nyeri punguung sekunder
bawah 
2. Pernah terjatuh Trauma primer seperti:
dari tempat bekerja trauma secara spontan.
3. Pergerakan Contohnya kecelakaan
terbatas 
DO : Kontraksi punggung
1. Skala nyeri 8 
Terdesaknya otot
vetebrata

Tulang belakang
menyerap goncangan
vertikal

Terjadi perubahan struktur
dengan diskus atas febri
fertigo

Nyeri punggung bawah
(low back pain)

Kelemahan otot

Mobilitas fisik terganggu

hambatan mobilitas
3. DS : Obesistas Nutrisi lebih dari
1. Klien mengeluh  kebutuhan
nyeri punggung Kelebihan beban
bagian bawah lumbalsakral
2. Klien bekerja 
didepan komputer Pembentukan kurva
selama 10 jam lumbal abnormal
perhari. 
3. Jarang untuk Rusaknya pembungkus
bergerak syaraf
DO : 
1. BB : 90 kg Hiperalgesia sekunder
2. Skala nyeri : 7 pada neuron di sekitar lesi
pada resio lumbal skral

Nyeri punggung bawah
(low back pain)

Kelemahan otot

Mobilitas fisik terganggu

Jarang bergerak

Struktur Melemah

penumpukan lemak krn
tubuh krg gerak

Nutrisi lebih dari
kebutuhan
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut/kronis (D.0077) berhubungan dengan :


a. Agen pencedera Fisiologis (inflamasi iskemia neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (terbakar bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera Fisik (mengangkat beban,trauma latihan fisik
berlebih)
2. Gangguan mobilitas fisik ( D.0054) berhubungan dengan
a. Nyeri dan ketidaknyamanan
b. Penurunan kekuatan otot
c. Gangguan muskuluskeletal
d. Kerusakan integritas struktur tulang
3. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
d. Ketidakadekuatan metode koping
4. Defisit Pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan :
a. Keterbatasan sumber daya
b. Kesalahan interpretasi informasi kurang mengungat
c. Tidak mengenal sumber-sumber informasi

C. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan Agen pencedera Fisik


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
klien berkurang
Kriteria hasil :
 Keluhan Nyeri,meringis,gelisah dan kesulitan tidur menurun
 Frekuensi nadi dan tekanan darah membaik
 Skala nyeri turun
Intervensi Rasional
 Dorong klien untuk tirah baring  Memperbaiki posisi lumbal
dan perubahan posisi, untuk untuk mengurangi rasa nyeri
memperbaiki posisi lumbal yang dirasakan klien.
 Ajarkan klien teknik relaksasi  Dengan teknik relaksasi untuk
untuk mengontrol dan mengalihkan perhatian nyeri.
menyesuaikan nyeri  Memberikan masase pada
 Berikan masase jaringan lunak jaringan lunak dengan lembut
dengan lembut, untuk dapat memberikan rasa rileks,
mengurangi spasme otot, untuk mengurangi spasme otot,
memperbaiki peredaran darah, memperbaiki peredaran darah,
mengurangi bendungan, dan mengurangi bendungan, dan
mengurangi nyeri mengurangi nyeri
 Untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian obat
analgesik
SIKI
 Managemen nyeri
 Terapeutik
 Edukasi
 Kolaborasi

b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri dan


ketidaknyamanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
mobilitas Fisik meningkat
Kriteria hasil :
 Pergerakan ekstrimitas meningkat
 Kekuatan otot meningkat
 Nyeri menurun
 Range Of motion memingkat
Intervensi Rasional
 Ajarkan klien cara yang tepat  Hal ini untuk mencegah
turun dari tempat tidur, dengan terjadinya injuri dan nyeri
nyeri minimal  Akan meningkatkan nyeri pada
 Sampaikan dan ingatkan klien klien.
tidak boleh melakukan gerakan
memutar dan melenggok
 Dorong klien melakukan ganti  Akan meningkatkan mobilitas
posisi, berbaring, duduk, fisik dan mengurangi terjadinya
berjalan. Namun tidak boleh kerusakan integument klien
dalam waktu yang lama/ terus
menerus  Akan memaksimalkan
 Buat jadwal periode istirahat pengurangan nyeri pada klien.
berbaring di tempat tidur
beberapa kali sehari bersama-
sama klien.

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kecemasan menurun dan pasien tenang
Kriteria hasil :
 Menyingkirkan tanda kecemasan
 Mampu menggunakan tehnik relaksasi untuk menurunkan
kecemasan
 Tidak terdapat perilaku gelisah

Intervensi Rasional
 Bantu pasien untuk memahami  Hal ini untuk meningkatkan
penyakitnya pengetahuan tenang penyakit
 Monitor tanda ansietas  Hal ini untuk menilai tingkat
kecemasan
 Latih tehnik relaksasi  Hal ini untuk membantu
mengurangi kecemasan

d. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber daya


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Tingkat
pengetahuan membaik
Kriteria hasil :
 Perilaku sesuai anjuran
 Kemampun menjelaskan pengetahuan tentang penyakitnya
Intervensi Rasional
 Identifikasi kesiapan dan  Hal ini untuk menentukan cara
kemampuan pasien menerima dan tehnik pembelajaran
informasi
 Sediakan Materi dan  Hal ini untuk meningkatkan
pengetahuan tentang pengetahuan
penyakitnya

D.Implementasi Keperawatan
Implementasi (pelaksanaan) keperawatan disesuaikan dengan rencana
keperawatan (intervensi), menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
dengan pedoman atau prosedur teknis yang telah ditentukan

E.Evaluasi Keperawatan

1. Klien mengalami peredaan nyeri


a. Klien dapat beristirahat dengan nyaman
b. Klien dapat mengubah posisi dengan nyaman
2. Klien menunjukkan kembalinya mobilitas fisik
a. Klien dapat menjalankan aktivitasnya kembali secara bertahap
b. Menghindari posisi yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan
3. Klien menjadi tenang
4. Klien memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002

Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot,


Philadelphia, 2000

Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12
Februari 201. http://sedetik.multiply.com/journa

Anda mungkin juga menyukai