Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

LOW BACK PAIN

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
RUTH MARTHEN

153010030

SY. HASNI JUNIARTI

143010011

MASRIA ABBAS

143010003

MUHAMMAD NUR

1630100__

MILESI

1430100__

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

LAPORAN PENDAHULUAN
LOW BACK PAIN

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung
bawah (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri dibagian pinggang yang dapat
menjalar ke tungkai kanan atau kiri.
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki. (Harsono, 2000).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan
oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus, osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang.
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi
nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S1. (Brunner& Suddarth. 2002)

Dari

beberapa

pengertian

diatas

dapat

diambil

kesimpulan

Low Back

Pain adalah

nyeri

kronik atau

acut

didalam

lumbal

yang

biasanya

disebabkan

trauma atau

terdesaknya otot para vertebra atau tekanan, herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus, kelemahan otot, osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
2. Etiologi
a. Perubahan postur tubuh. Biasanya karena trauma primer dan sekunder.
Trauma primer seperti: Trauma secara spontan, contohnya
kecelakaan.


b.
c.
d.
e.

Trauma sekunder seperti: Adanya penyakit HNP, osteoporosis,

spondilitis dan stenosis spinal.


Ketidakstabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
Kegemukan.
Mengangkat beban dengan cara yang salah.

3. Patofisiologi
Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis
dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit
vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks
sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan vertical pada saat berlari atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting pada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang
dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung
biasa.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis,
yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.
4. Manifestasi klinis
a. Perubahan dalam gaya berjalan
b. Berjalan terasa kaku.
c. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan NPB diberikan untuk meredakan gejala akut dan


mengatasi etiologi. Pada kasus HNP, terapi dibagi berdasarkan terapi konservatif
dan bedah.
a. Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki
kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang
punggung secara keseluruhan. 90% pasien akan membaik dalam waktu 6
minggu, hanya sisanya yang membutuhkan pembedahan.
Terapi konservatif untuk NPB, termasuk NPB akibat HNP meliputi:
a) Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap
untuk kembali ke aktivitas biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan
adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan punggung bawah
pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan
yang meradang.
b) Medikamentosa
- Analgetik dan NSAID
- Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
- Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun
dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi
inflamasi.
c) Terapi fisik
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres
dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat

digunakan kompres panas maupun dingin.


Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri
pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi
beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.

b. Terapi operatif

Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada


saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif
pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
a) Defisit neurologik memburuk.
b) Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
c) Paresis otot tungkai bawah.
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk
mengurangi tekanan terhadap nervus.
6. Pemeriksaan penunjang
Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang menderita nyeri
punggung bawah.
a. Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,
osteoartritis atau scoliosis.
b. Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang
mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna
vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
c. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
d. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang
(Brunner & Suddarth. 2002).
7. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien
selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan
sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra
yang sakit (Helman.2010)

8. Patofisiologi Penyimpangan KDM

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data umum: nama, umur, alamat, dan lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
d. Riwayat penyakit sekarang
Diskripsi gejala dan lamanya
Dampak gejala terhadap aktifitas harian
Respon terhadap pengobatan sebelumnya
Riwayat trauma
e. Pemeriksaan fisik
f. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
g. Pola aktifitas dan latihan (Cara berjalan: pincang, diseret, kaku (merupakan
indikasi untuk pemeriksaan neurologis)
h. Pola nutrisi
i. Pola tidur dan istirahat (Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur
dikarenakan menahan nyeri yang hebat)
j. Pola toleransi dan koping stress (Nyeri yang timbul hampir pada semua
pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk
mengurangi rasa sakit tersebut. Kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor atau
fraktur)
k. Pola seksual reproduksi
2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan penekanan pada saraf tulang belakang.
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan kelemahan.
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnnya terpapar informasi
mengenai penyakit
3. Intervensi
1) Diagnosa 1: Nyeri berhubungan dengan penekanan pada saraf tulang
belakang.
No

Intervensi

Rasional

.
1

Kaji nyeri secara komprehensif

Mengetahui data dasar

(P, Q, R, S, T)

mempermudah dalam melakukan

Ajarkan teknik nonfarmakologi

tindakan yang sesuai.


Relaksasi nafas dalam mampu

3
4

relaksasi nafas dalam.


Tingkatkan istirahat

mengurangi rasa nyeri


Untuk mengurangi pergerakan

Kontrol lingkungan yang dapat

yang dapat menimbulkan nyeri


Lingkungan dapat mempengaruhi

mempengaruhi nyeri seperti

kenyamanan klien yang dapat

suhu, pencahayaan dan

memperparah nyeri.

kebisingan.
Kolaborasi dalam pemberian

Analgetik membantu dalam

analgetik

mengurangi nyeri.

2) Diagnosa 2: Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.


No

Intervensi

Rasional

.
1

Fasilitas untuk mempertahankan

Aktivitas sebelum tidur seperti

aktivitas sebelum tidur

menonton atau membaca mampu

(menonton atau membaca)


Ciptakan lingkungan yang

menimbulkan rasa ngantuk.


Rasa nyaman yang dialami

nyaman.

memudahkan klien untuk

Monitor/catat kebutuhan tidur

beristirahat/tidur.
Kebutuhan tidur yang kurang akan

klien setiap hari.


Kolaborasi dalam pemberian

mempengaruhi kesehatan klien.


Membantu dalam memenuhi

obat tidur

kebutuhan tidur klien.

3) Diagnosa 3: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan


kelemahan.
No

Intervensi

Rasional

.
1

Kaji kemampuan klien dalam

Untuk mengetahui tingkat

mobilisasi.

kemampuan klien dalam

Ajarkan klien bagaimana

mobilisasi.
Teknik yang tepat dalam merubah

merubah posisi dan berikan

posisi mengurangi terjadinya nyeri

bantuan jika diperlukan.


Konsultasi dengan terapi fisik

lanjutan.
Agar tidak terjadi kesalahan dalam

tentang rencana ambulasi sesuai

melakukan teknik ambulasi.

dengan kebutuhan.
Anjurkan keluarga untuk

Memudahkan klien dalam

membantu klien dalam

memenuhi kebutuhannya.

pemenuhan ADLs.

4) Diagnosa 4: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnnya terpapar


informasi mengenai penyakit
No

Intervensi

Rasional

.
1

Kaji tingkat pengetahuan.

Untuk mengetahui tingkat


pengetahuan klien mengenai

Berikan informasi terkait

penyakit yang dialami.


Menambah pengetahuan klien.

dengan penyakit yang di derita.


Anjurkan klien untuk aktif

Agar klien bisa secara mandiri

dalam mencari informasi

mengetahui tentang kesehatannya.

mengenai kesehatan.
Berikan penjelasan cara

Agar klien mampu secara mandiri

mengatasi dan penanganan

melakukan penanganan dan

tentang penyakit yang diderita.

menghindari hal-hal yang dapat

memicu timbulnya nyeri yang


dirasakan.

DAFTAR PUSTAKA
Amin H. Nurarif, & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc edisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
http://adhyksaku.blogspot.co.id/2014/06/laporan-pendahuluan-low-backpain.htmldiakses-pada-tanggal-12November2016

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-nyeripunggung-bawah-low-back-pain-lbp.html#.WCl6tNJ95H0-diakses-pada-tanggal12November2016
http://www.kapukonline.com/2010/02/askeplowbackpainlbp.htmldiakses-padatanggal-12November2016

Anda mungkin juga menyukai