Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi,
yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau
Streptococcus ( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ).
Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan
subkutan ( Mansjoer, 2000; 82 ).
Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan
( Brunner dan Suddarth, 2000 : 496 ). Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang
disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus,streptokokus grup Adan streptokokus
piogenes.

B. Etiologi
Bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme lainnya negatif anaerob seperti
Prevotella, Porphyromona dan Fusobacterium odontogenik pada umumnya
merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik bakteri aerob maupun
anaerob mempunyai fungsi yang sinergis. Infeksi Primer selulitis dapat berupa
perluasan infeksi/abses periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis yang dihubungkan
dengan erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi yang mengalami infeksi
periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan jarum yang tidak steril,
infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound maksila / mandibula, laserasi
mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral malignancy.
Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher adalah bakteri streptokokus grup
A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.

C. Patofisiologi
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering berjangkit
pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang
kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal
pada kulit dan system vena dan limfatik pada kedua ektrimitas atas dan
bawah.Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri
tekan, demam dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering
disebabkan oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus,
kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang
pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi
kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini
biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri
aerob dan anaerob yang lebih kompleks.Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.Ulkus kulit yang tidak nyeri sering
terjadi.Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami super infeksi.
Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan
benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah

WOC

Bakteri Jamur Luka Dll

Infeksi jaringan subkutis


Selulitis
Mekanisme radang
Kalor Dolor Rubor Tumor Fungsiolesa

Proses akselerasi/ hiperemi hyperplasia itoleransi


Fagositosis deselerasi jaringan ikat jaringan/organ
Jaringan distal
Saraf sekitar
Eritema Odema
Jaringan
Intoleransi
aktifitas
Hipertermi Nyeri Otot Ganguan
Ikat
Citra
tubuh

Ganguan Nyeri
pemenuh
an nutrisi

D. Manifestasi klinik
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.Kulit
tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat.Ruam kulit
muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas.Bisa disertai memar dan
lepuhan-lepuhan kecil.
Gejala lainnya adalah:
1. Demam peningkatan suhu tubuh yang menyolok
2. Nyeri kepala
3. Penurunan kesadaan
4. Mendadak shock
5. Hipertensi
6. Taki kardi
7. Peningkatan rangsang meningen
8. Kejang Kadang-kadang penderita koma
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis
(yang meliputi anamnesis,uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang
belum mengalami komplikasi yang mana criterianya seperti :
1. Daerah penyebaran belum luas
2. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
3. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi,
tachypnea, tachycardia,hypotensi.
4. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah
parah seperti : Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.

Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan
diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan
pemeriksaan lab seperti :
1. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
2. BUN level
3. Creatinine level
4. Culture darah

Pembuangan luka

1. Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang


dimana dapat membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur
cellulites negative, tapi teknik ini jarang digunakan.
2. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites
yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi
selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan
organ lainnya.Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya
cloxacillin). Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik
jika:
1. penderita berusia lanjut
2. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
3. demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi
terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan.
G. Pencegahan :
Jika memiliki luka,
1. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
2. Oleskan antibiotic
3. Tutupi luka dengan perban
4. Sering-sering mengganti perban tersebut
5. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi

Jika kulit masih normal,

1. Lembabkan kulit secara teratur


2. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
3. Lindungi tangan dan kaki
4. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

H. Komplikasi
1. Bakteremia
2. Nanah atau local Abscess
3. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
4. Lymphangitis
5. Trombophlebitis
6. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.
7. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat penyakit
3. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise.
4. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
5. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarn merah,
terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap.
6. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya.
7. Keadaan emosi psikologi
Pasien tampak tenang,dan emosional stabil.
8. Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana.
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah TD : Menurun (< 120/80 mmHg). Nadi : Turun (<
90). Suhu : Meningkat (> 37,50). RR : Normal.
2. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak.
3. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+).
4. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping.
5. Mulut : Kebersihan, tidak pucat.
6. Telinga : Tidak ada serumen.
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar.
8. Jantung : Denyut jantung meningkat.
9. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas.
10. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di
suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan
bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau
dorange).Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan
(vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lokal jaringan subkutan
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia(mual)
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka pada kulit.
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya lesi kemerahan
5. Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
nyeri/ tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan

D. Perencanaan keperawatan
1). Dx. Nyeri Berhubungan dengan respon inflamasi lokal jaringan subkutan
Tujuan : Klien menyatakan nyeri berkurang setelah dilakukan asuhan
keperawatan
Kriteria Hasil :
a. Skala nyeri stabil (0-3)
b. Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
c. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpatisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan
d. Mengikuti program farmakologis yang dianjurkan.
Intervensi :
a) Observasi skala nyeri (0-10), karakteristik nyeri, dan lokasi nyeri.
Rasional :membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
kefektifan program
b) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman dan tingkatkan istirahat di
tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional :untuk membatasi nyeri.
c) Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,
sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hipnotis
diri, dan pengendalian napas.
Rasional :meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol, dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping.
d) Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
Rasional :meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
2) Dx. Ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
(mual)
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan asuhan
keperawatan
Kriteria Hasil : a) nafsu makan baik
b) tidak mual
c) turgor baik
Intervensi :
1) Observasi TTV
Rasional : untuk mengetahui perkembangan klien
2) Monitor intake dan output setiap 8 jam.
Rasional : menunjukkan status hidrasi
3) Anjurkan makan sedikit tapi sering
Rasional : mempertahankan berat badan
4) Anjurkan klien untuk bedrest total
Rasional :aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan metabolisme tubuh
sehingga suhu semakin meningkat.Kolaborasi
5) Pertahankan cairan IV sesuai program
Rasional :mendukung dan memperbesar volume sirkulasi, terutama jika
masukan oral tidak adekuat
6) Kolaborasi dengan tim gizi
Rasional : untuk pemberian diet yang sesuai dengan klien

3) Dx. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka pada
kulit
Tujuan : klien menunjukkan tidak terjadi infeksi setelah dilakukan asuhan
keperawatan.
Kriteria hasil :
a) Tidak terdapat tanda tanda infeksi (kalor, rubor, tumor, dolor)
b) TTV dalam batas normal
c) TD : 120/80 mmHg
d) N : 87 x/menit
e) S : 36-375C
f) RR : 18-20 x/menit
g) Leukosit dalam batas normal
Intervensi
1) Observasi adanya tanda tanda infeksi.
Rasional :melihat perkembangan dari terapi yang telah diberikan.
2) Rawat luka klien dengan prinsif aseptik.
Rasional :mengurangi resiko kontaminasi silang.
3) Anjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan diri.
Rasional :menurunkan resiko infeksi.
4) Anjurkan klien untuk tidak menekan daerah luka.
Rasional :luka yang tertekan akan menyebabkan aliran darah ke luka
berkurang sehingga luka akan semakin parah.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat betadine.
Rasional :antimikrobial spektrum luas tetapi nyeri pada
pemakaiaannya,dapat menyebabkan asidosis metabolik/ peningkatan
absorpsi iodin, dan merusak jaringan rapuh.

4) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya lesi kemerahan


Tujuan : klien menunjukkan perbaikan integritas kulit setelah dilakukan
asuhan keperawatan
Kriteria Hasil :
a) Menunjukkan regenerasi jaringan
b) Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya
Intervensi :
1) Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik
dan kondisi sekitar luka
Rasional :memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit
dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area luka infeksi.
2) Tinggikan area infeksi bila mungkin/tepat.
Rasional :menurunkan pembengkakan.
3) Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila
diindikasikan
Rasional :gerakan jaringan area infeksi dapat mengubah posisi yang
mempengaruhi penyembuhan optimal.
4) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
Rasional :membantu proses penyembuhan

5) Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,


nyeri/ tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan
Tujuan : Klien mampu bergerak sesuai tujuan rentang gerak bebas, peningkatan
control dan/atau massa otat
Kriteria Hasil :
a) Klien menyatakan dan menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktifitas
b) Klien dapat mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya
kontraktur
c) Klien dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan fungsi yang sakit
dan/atau kompensasi bagian tubuh
d) Klien menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan melakukan aktifitas
Intervensi :
1) Mempertahankan posisi tubuh tepat
Rasional : meningkatkan posisi fungsional pada ekstermitas dan mencegah
kontraktur
2) Perhatikan sirkulasi, gerakan, dan sensasi jari secara sering
Rasional : edema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstermitas
mempotensikan nekrosis jaringan.
3) Lakukan rehabilitasi pada penerimaan
Rasional : akan lebih mudah untuk membuat partisipasi bila pasien menyadari
kemungkinan adanya penyembuhan
4) Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif
kemudian aktif
Rasional : mencegah secara progresif mengencangkan jaringan perut dan
kontraksi, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot/sendi dan menurunkan
kehilangan kalsium dari tulang
5) Jadwalkan pengobatan dan aktifitas perawatan untuk memberikan periode
istirahat tak terganggu
Rasional : meningkatkan kekuatan dan toleransi pasien terhadap aktifitas
6) Dorong partisipasi pasien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan
individual
Rasional : memampukan keluarga/orang terdekat untuk aktif dalam perawatan
pasien dan memberikan terapi lebih konstan/konsisten
7) Bersihkan dan tutup luka dengan cepat
Rasional : eksisi dini diketahui untuk menurunkan jaringan parut serta risiko
infeksi, sehingga membantu penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. (2000). Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia;Jakarta
Burns Tony.(2005).Dermatologi.Jakarta :erlangga
Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai