Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

LOW BACK PAIN

1. Definisi Low Back Pain


Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh masalah-masalah
musculoskeletal (misalnya perenggangan lumbosakral akut, ligament lumbosakral
yang tidak stabil dan kelemahan otot, osteotitis medulla, stenosis medulla,
masalah-masalah diskus intervertebra, panjang tungkai yang tidak sama. Pasien
lansia mungkin mengalami sakit punggung yang berkaitan dengan fraktur
vertebra, osteoporosis atau metastasis tulang. Obesitas, stress dan kadang depresi
dapat menunjang terjadinya nyeri punggung bawah. Pasien dengan nyeri
punggung bawah kronik mungkin mengalami ketergantung pada alkohol atau
analgesik.
Tulang belakang merupakan satu- satunya organ yang terdiri dari tulang-
tulang, sendi-sendi, ligament-ligamen, jaringan lemak, berlapis lapis otot, saraf
tepi, ganglion sensoris, ganglion otonom dan saraf tulang belakang. Struktur
tersebut di suplay oleh satu sistem arteri dan vena yang rumit. Selain itu
pergerakan dari tulang belakang itu sendiri sangat kompleks dan cidera pada
tulang belakang dan struktur-struktur tersebut akan menghasilakan pola nyeri
yang unik.

2.1 Etiologi Low Back Pain


Penyebab dari nyeri punggung masih belum dapat diketahui dengan jelas dan
masih belum dapat dijelaskan dengan detail. Banyak grup peneliti telah menyerah
dalam usaha untuk menjelaskan penyebab dari nyeri punggung bawah dan
kemudian justru menjelaskan beberapa kondisi tanda bahaya (red flag) yang
berkaitan dengan gangguan ini. Kelompok permasalahan yang dapat
menyebabkan nyeri punggung adalah sebagi berikut.
1. Berasal dari biomekanis dan destruktif, misalnya kompresi diskus
vertebralis, herniasi diskusvertebralis, cidera torsio dan vibrasi.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat terlihat pada klien yang
memiliki pekerjaan yang membutuhkan kerja mengangkat yang berat dan
berulang pada posisi membungkuk atau pekerjaan mengoprasikan mesin
yang bergetar.
2. Bersifat destruktif, misal infeksi, tumor dan gangguan rematik. Kondisi-
kondisi tersebut dapat memberikan tekanan pada saraf tulang belakang atau
akarnya, atau bahkan merubah struktur dari tulang vertebra.
Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :
a. LBP Viserogenik (organ abdomen)
Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor
retroperitoneal, fibroid retrouteri
b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri
glutea superior
c. LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar
sering menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.
d. LBP Spondilogenik
Berasal dari :
1. Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan
spondilolistesis)
2. Sendi-sendir sakroiliakan
3. Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar
saraf akibat stenosis spinalis.
e. LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis.
Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :
a. LBP Traumatik
1. LBP pada unsur miofasial
2. LBP akibat trauma pada komponen keras susunan
neuromuskuloskeletal
b. LBP akibat proses degeneratif yang mencakup
1. Spondilosis
2. HNP
3. Stenosis spinalis
4. Oesteoartritis
c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu
1. Artritis rematoid
2. Spondilitis angkilopoetika
3. Spondylitis
d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang
e. LBP akibat neoplasma
1. Tumor myelum
2. Retikulosis
f. LBP akibat kelainan congenital
g. LBP sebagai refered pain
h. LBP akibat gangguan sirkulatorik
i. LBP oleh karena psikoneurotik
2.2 Patofisiologi Low Back Pain
Beban berat memiliki berbagai efek terhadap diskus intervertebralis, badan
dari vertebrata, faset dan ligamen-ligamen tulang belakang. Pada beban berat
yang menekan (compressive load) serabut anuker dari diskus mengalami
perenggangan. Tulang vertebra juga mengalami tekanan dan dapat patah pada
end–plate–nya. Ligamen- ligamen tulang belakang cenderung dapat melengkung
dengan mudah dan sendi faset hanya dapat sedikit menahan kompresi.
Akibatnya adalah dapat mengakibatkan herniasi. Ketika diskus hanya
menonjol, anulusnya masih sempurna. Ketika terjadi herniasi, annulus bisa robek,
sehingga menghasilkan ekstrusi dari nucleus pulpous. Kompresi dari akar saraf
tulang belakang dapat terjadi karena herniasi diskus tadi. Diskus yang
memisahkan dan memberi bantalan vertebra mendapatkan inervasi oleh ujung-
ujung halus. Ketika diskus menimpa nervus sklialitikus, kondisi ini dan denyut
nyeri yang dihasilkan disebut sebagai skiatika. Skiatika adalah bentuk nyeri yang
parah dan konstan di dareah kaki yang muncul disepanjang jalur nervus skiatik
dan cabang- cabangnya.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal
bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan
sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari
kanalis spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah menderita hernia
nucleus pulposus ( Brunner & Suddarth, 2002 : 2321 ).

2.3 Manifestasi Klinis Low Back Pain


Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang
berasal dari daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain atau
sebaliknya , nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung
bawah (reffered pain/nyeri yang menjalar). Tanda dan gejala yang timbul antara
lain:
a. Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan
neurologis)
b. Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik)
c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal (pinggang)
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi,
peradangan, tumor atau patah tulang )
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain terdiri dari :
1. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi: superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung
prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal
tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
2. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis
pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi
sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka
superior posterior dan inferior.
3. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan
1/3 atas daerah sacral spinal pain
Selain itu, IASP juga membagi low back pain ke dalam :
a. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
b. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangnya
c. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan minimal 5-7 minggu, tetapi tidak
lebih dari 12 minggu.

2.4 Penatalaksanaan Low Back Pain


A. Penatalaksanaan low back pain akut
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari
pemberian informasi, saran, analgesia, dan jaminan yang tepat. Pasien juga
harus disemangati untuk segera kembali bekerja. Penjelasan dan saran dapat
juga dalam bentuk tertulis. Kronisitas low back pain dapat dihindari dengan :
memperhatikan aspek psikologis gejala yang ada, menghindari pemeriksaan
yang tidak perlu dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak
konsisten, serta memberikan saran untuk mencegah rekurensi (menghindari
pengangkatan beban yang berat).
B. Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan Disabilitas
Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh terpenting dalam
perkembangan kronisitas adalah psikologikal dibandingkan dengan
biomekanikal. Faktor-faktor psikologis yang dimaksud adalah distress berat,
kesalahpahaman tentang nyeri dan implikasinya, serta penghindaran aktivitas
karena takut membuat rasa nyeri bertambah parah.
C. Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik
1. Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja
seperti biasanya.
2. Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus
dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
3. Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan
hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau NSAID. Jika tidak
ada perbaikan, coba campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan
tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat
bahaya ketergantungan.
4. Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke
aktivitas sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
5. Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang membutuhkan obat
penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2
minggu. Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian mengenai terapi
dengan traksi, termis ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun
pijatan.
D. Penatalaksanaan Low Back Pain dengan Nerve Root Affection
1. Aktivitas: pasien didorong melakukan beragam aktivitas walaupun
punggung/tungkai bawahnya nyeri.
2. Tirah baring: mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri.
3. Medikasi: obat anti nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan
hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau dikombinasikan
dengan opioid. Pertimbangkan tambahan relaksan otot tetapi hanya untuk
jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.
4. Olah raga: jika pasien menjadi pasif, olah raga ringan mungkin berguna.
5. Operasi: dilakukan pada kasus dengan tandatanda neurologis
progresif/kauda ekuina dan pengurangan nyeri yang tidak memuaskan
setelah 6-12 minggu, mungkin dengan episode nyeri yang tidak
tertahankan sebelumnya.
6. Terapi dan intervensi lain: tidak terdapat penelitian mengenai terapi
dengan traksi atau manipulasi yang dianjurkan.
2.5 Komplikasi
1. Infeksi dan peradangan
2. Cedera pada akar-akar saraf
3. Robekan pada lapisan durameter
4. Sindroma kauda ekuina
5. Hematoma
6. Tidak ada penyatuan pada area bedah
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
A. Anamnesa
a) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
b) Keluhan utama
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis
lebih dari 2 bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri
menyebar kebagian bawah belakang kaki.
c) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya
keluhan(apakah menetap atau hilang timbul), hal apa yang mengakibatkan
terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien sering mengkonsumsi
obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit
yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau
trauma, apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot
sebelumnya
e) Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot
rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja
statis.
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan persistem
3. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera: penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
4. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
a) Pemeriksaan motorik
b) Pemeriksaan sensorik
c) Straight Leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1)
cross laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal
atas)
d) Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
e) Pemeriksaan system otonom
f) Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
g) Tes Naffziger
h) Tes valsava.
5. Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6. Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7. Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan
eliminasi)
8. Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9. Sistem Reproduksi
(Untuk pasien wanita)
10. Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
C. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan: pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis)
3) Pola nutrisi dan metabolism
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan
menahan nyeri yang hebat).
5) Pola kognitif dan perseptual
(Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik)
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress
(Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit
tersebut (kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur)).
8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan
3.1 Penatalaksanaan
Dalam kebanyakan kasus, dokter akan mengobati sakit punggung awalnya
dengan tindakan konservatif dengan harapan bahwa koreksi bedah tidak akan
diperlukan. Badan Kebijakan Kesehatan dan Penelitian telah mengeluarkan
Pedoman Praktek Klinis yang menyarankan langkah-langkah berikut.
Pasien ditempatkan di sebuah kasur dengan tempat tidur papan bawah .
Tempat tidur tetap datar, dan pasien ditempatkan pada bedrest selama 2
sampai 3 hari. Selama periode ini, pasien didorong untuk bangun dan
berjalan-jalan setiap 2 sampai 3 jam saat terjaga bahkan jika ini menyebabkan
rasa sakit.
Kompres es diterapkan selama 5 sampai 10 menit pada suatu waktu setiap
jam untuk 48 jam pertama untuk mengurangi kejang otot di belakang. Setelah
48 jam panas mungkin lebih bermanfaat, bantalan pemanas, paket panas, dan
panas bekerja dengan baik. Panas diterapkan selama 20 menit setiap 1 sampai
2 jam. traksi pelvis dapat dipesan oleh beberapa dokter, dan latihan ringan.
Perawatan ini dilakukan di bawah bimbingan seorang terapis fisik. korset
yang dirancang khusus kadang-kadang digunakan untuk menjaga keselarasan
tulang belakang ketika pasien diperbolehkan keluar dari tempat tidur. Pasien
diingatkan untuk tidak mengangkat sesuatu yang berat dari 2 sampai 5 lb dan
tidak merubahnya ketika meraih hal. Pasien harus sering berpindah tempat
dari pada duduk untuk waktu yang lama. Berjalan untuk jarak pendek sering
sangat bermanfaat. Penyesuaian oleh chiropractor juga dapat membantu
meringankan rasa sakit. Jika sakit berlanjut melebihi 3 sampai 4 minggu, ada
bukti-bukti dari defisit neurologis, atau nyeri memburuk, operasi dapat
diindikasikan.
Prosedur operasi. Bagi pasien yang tidak dapat menemukan bantuan
melalui tindakan konservatif, operasi pengangkatan disk yang rusak mungkin
satu-satunya alternatif. Sebuah diskectomy sering dilakukan. Ini adalah teknik
bedah mikro yang menggunakan sayatan sangat kecil. Jika daerah tidak dapat
ditangani dengan mikro, sayatan diskectomy atau Laminektomi terbuka, yang
melibatkan penghapusan lengkungan posterior vertebrata bersama dengan
disk, dilakukan. Sebuah fusi tulang belakang yang diperlukan dalam beberapa
pasien untuk menstabilkan tulang belakang. Prosedur ini dapat dilakukan
untuk kondisi selain disc pecah, misalnya, untuk penyakit degeneratif seperti
tulang belakang sebagai penyakit Pott (TB tulang belakang), untuk patah
tulang dari tulang belakang, dan untuk dislokasi tulang belakang. (Susan,
1998)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan :
a. Trauma jaringan dan reflek spasme otot
b. Inflamasi
c. Kompresi saraf
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
a. Nyeri dan ketidaknyamanan
b. Spasme otot
c. Terapi testriktif
d. Kerusanan neuromuskular
3. Ansietas/koping individu tak efektif berhubungan dengan
a. Krisis situasi
b. Atasi/ubah status kesehatan, status sosioekonomi, peran fungsi
c. Gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
d. Ketidakadekuatan metode koping
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, pragnosis,
dan tindakan berhubungan dengan :
a. Kesalahan informasi/kurang pengetahuan
b. Kesalahan interpretasi informasi kurang mengungat
c. Tidak mengenal sumber-sumber informasi

Anda mungkin juga menyukai