Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

LOW BACK PAIN

Dosen Pengampu :
Ns. Giat Wantoro, M.Kep
Ns. Yuliana, M.Kep

Disusun Oleh :
Selvi Anggraini
2021 91 054

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JALUR KHUSUS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
AGUSTUS, 2022
Laporan Pendahuluan
Low Back Pain

A. Definisi Low Back Pain


Low back pain atau nyeri punggung bawah adalah kondisi yang tidak
mengenakkan atau nyeri kronik minimal keluhan tiga bulan disertai adanya keterbatasan
aktivitas yang diakibatkan nyeri apabila melakukan pergerakan atau mobilisasi (Helmi,
2014).
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan pada daerah punggung bawah, dapat
berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa di antara
sudut iga bagian bawah sampai lipatan bokong bawah yaitu daerah lumbal dan
lumbosacral (Kasjono, 2017)
Nyeri punggung bawah adalah suatu sindrom nyeri yang terjadi pada daerah
punggung bawah. Low back pain adalah gangguan muskuloskeletal yang pada daerah
punggung bawahyang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh yang
kurang baik.Penyebab dari LBP bervariasi, antara lain karena faktor degeneratif,
inflamasi, infeksi, metabolik, neoplasma, traumatik, kongenital, muskuloskeletal,
viserogenik, vaskuler, psikogenik, serta pasca operasi (Johannes, 2010).

B. Etiologi Low Back Pain


Low back pain disebabkan oleh beberapa kelainan pada tulang belakang, otot,
diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur penyokong lainnya yang ada pada tulang
belakang, regangan pada lumbosakral bersifat akut, kelemahan pada otot dan
ketidakstabilan ligamen lumbosakral, osteoathritis tulang belakang, stenosis tulang
belakang, ketidaksamaan diskus intervertebra, penyebab lain seperti lansia (perubahan
struktur tulang belakang), gangguan ginjal, masalah pada pelvis, tumor retroperineal,
aneurisma abdominal serta masalah psikosomatik (Muttaqin, 2011).
Etiologi nyeri punggung bawah menurut John W.Engstrom dalam Johannes
(2010) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kongenital/ perkembangan, trauma
minor (tegang atau keseleo, tertarik), fraktur, herniasi diskus intervertebral, degeneratif,
artritis, metastase neoplasma/tumor, infeksi/inflamasi, metabolik, dan lainnya yaitu
psikiatri, diseksi arteri vertebral, postural. Postural dalam hal ini adalah contohnya sikap
duduk, dimana sikap duduk yang tidak baik seperti membungkuk ke depan, tidak tegap,
kepala menunduk, dada kempis, dinding perut menonjol dan cekung kedepan pada
kurvatura lumbal yang berlebihan (hiperlordotic). Semua posisi diatas akan
menyebabkan pusat gaya berat jatuh kedepan. Sebagai kompensasinya, punggung
tertarik kebelakang, menyebabkan hiperlordotic pada daerah lumbal. Jika keadaan ini
berlangsung lama maka akan menyebabkan tulang punggung beserta jaringan tendon
dan otot dipaksa untuk menjaga tubuh bagian atas secara berlebihan, sehingga terjadi
kelelahan pada otot punggung, terutama otot-otot daerah lumbal (Rahardian, 2013).

C. Klasifikasi Low Back Pain


Menurut Rahadian (2013), berdasarkan perjalanan kliniknya low back pain terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Acute low back pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain
dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh,
rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon.
Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan
spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
b. Chronic low back pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low
back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
D. Manifestasi Klinis Low Back Pain
Adapun tanda dan gejala dari low back pain menurut Ratini (2015) antara lain yakni :
1) Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai tulang ekor
2) Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung bawah terutama
setelah mengangkat benda berat atau terlibat dalamaktivitas berat lainnya
3) Sakit kronis di bagian punggung tengah atau punggung bawah, terutama setelah
duduk atau berdiri dalam waktu yang lama
4) Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha, ke betis dan
kaki
5) Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot di
punggung bawah

E. Patofisiologi Low Back Pain


Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang merangsang
oleh berbagai stimulus local (mekanisme, termal, kimiawi. Stimulus ini akan direspon
dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri.
Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan
sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasma
otot, yang selanjutnya akan menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri
inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi atau nyeri
neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut
saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada
selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan
nyeri inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi
saluram ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot
spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal (Rahadian, 2013).
F. Pathway Low Back Pain

Gangguan Mobilitas Fisik

Risiko Berat Badan Nyeri Akut


Lebih
G. Pemeriksaan Penunjang Low Back Pain
Pemeriksaan penunjang pada kasus LBP lebih difokuskan pada pemeriksaan
radiologi seperti foto polos, CT scan dan MRI untuk melihat apakah ada kelainan pada
struktur tulang belakang, otot dan persarafan
1. Foto Polos Lumbosacral
Pemeriksaan foto polos lumbosacral adalah tes pencitraan untuk membantu dokter
melihat penyebab penyakit punggung seperti adanya patah tulang, degenerasi, dan
penyempitan DIV. Pada foto lumbosacral akan terlihat susunan tulang belakang yang
terdiri dari lima ruas tulang belakang, sacrum dan tulang ekor.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tornografi Scan (CT scan)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tornografi Scan (CT scan)
direkomendasikan pada pasien dengan kondisi yang serius atau defisit neurologis
yang progresif, seperti infeksi tulang, cauda equina syndrome atau kanker dengan
penyempitan vertebra. Pada kondisi tersebut keterlambatan dalam diagnosis dapat
mengakibatkan dampak yang buruk.
3. Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS)
Pemeriksaan EMG dan NCS sangat membantu dalam mengevaluasi gejala
neurologis dan/atau defisit neurologis yang 29 terlihat selama pemeriksaan fisik. Pada
pasien LBP dengan gejala atau tanda neurologis, pemeriksaan EMG dan NCS dapat
membantu untuk melihat adanya lumbosacral radiculopathy, peripheral
polyneuropathy, myopathyatau peripheral nerve entrapment (Sengkey, 2018)

H. Penatalaksanaan Low Back Pain


1) Farmakologis
Menurut Sengkey (2018) penatalaksanaan low back pain secara farmakologis
berupa pemberian obat-obatan kimia seperti:
1. Analgesik dan OAINS ( Obat Anti Inflamasi NonSteroid)
Obat-obatan ini diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri
inflamasi. Contoh analgesik sederhana yang dapat dipakai adalah
paracetamol. OAINS yang banyak dipakai adalah: sodium diklofenak/
potassium, ibuprofen, etodolak, deksketoprofen dan selekoksib.
2. Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Obat pelemas otot bermanfaat untuk NPB akut terutama bila
penyebab NPB adalah spasme otot. Contoh: eperison, tisanidin,
karisoprodol, diasepam dan siklobensaprin.
3. Opioid
Obat ini cukup efektif untuk mengurangi nyeri, tetapi seringkali
menimbulkan efek samping mual dan mengantuk disamping pemakaian
jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
Disarankan pemakaiannya hanya pada kasus NPB
2) Nonfarmakologi
1. Terapi akupresur
Akupresur merupakan terapi komplementer yang tidak memiliki efek
samping dan dapat digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri baik nyeri akut
maupun nyeri kronis. Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan
fisik pada beberapa titik pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat
sirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus gejala nyeri. Akupresur terbukti
dapat mengurangi nyeri punggung (Kurniyawan, 2016). Pemberian terapi
akupresur dapat melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan intensitas nyeri
dengan penekanan pada titik meridian BL 20, BL 23, BL25, dan BL 40 pada
pasien dengan keluhan low back pain (Kementerian Kesehatan, 2012).
2. Peregangan
Pemberian pelatihan peregangan juga dapat menurunkan tingkat nyeri
punggung bawah. Peregangan otot jika dilakukan dengan benar dan teratur
dapat mencegah dan membantu pemulihan nyeri punggung akibat posisi kerja
yang salah, otot menegang akibat tidak bergerak dalam waktu yang lama,
peredaran darah yang terhambat dan cedera ketegangan yang berulang
(Satriadi dkk, 2018).
I. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
c. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat
kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode
nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong
(lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara
“krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”,
keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat
pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f. Keamanan
Gejalaala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
g. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan : DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
h. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan
diri dan penyelesaian tugas-tugas.

J. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskular
3. Risiko berat badan lebih b/d kurang aktifitas fisik harian (SDKI, 2018)
K. Intervensi Keperawatan Teoritis
No Kode Diagnosa Luaran Intervensi
Diagnosa Keperawatan
1 D.0077 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x8 jam
agen cidera fisik
diharapkan nyeri berkurang 1. lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi,
1. Mampu mengenali kualitas, intensitas
nyeri nyeri
2. Mampu 2. Identifikasi skala
menggunakan nyeri
manajemen 3. Identifikasi respon
nonfarmakologi nyeri non verbal
untuk mengurangi 4. Identifikasi faktor
nyeri yang memperberat
3. Mampu mencari dan memperingan
bantuan untuk nyeri
mengurangi nyeri 5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik

1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

2 L.05042 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi


mobilitas fisik b/d keperawatan 3x8 jam
gangguan diharapkan mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya
meningkat, dengan kriteria nyeri atau keluhan
neuromuskular
hasil : fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi
1) Nyeri berkurang fisik melakukan
2) Aktifitas fisik ambulasi
meningkat 3. Monitor frekuensi
3) Kaku sendi jantung dan tekanan
berkurang darah sebelum
memulai ambulasi
4) Pergerakan otot
4. Monitor kondisi
meningkat
umum selama
melakukan ambulasi

Terapeutik

1. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat,
kruk)
2. Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis.
berjalan dari tempat
tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat
tidur ke kamar
mandi, berjalan
sesuai toleransi)

3 D.0031 Risiko berat badan Setelah dilakukan tindakan Observasi:


keperawatan 3x8 jam berat
lebih b/d kurang
badan membaik 1. Identifikasi
aktifitas fisik kemampuan pasien
dan keluarga
menerima informasi
2. Identifikasi tingkat
pengetahuan saat ini
3. Identifikasi kebiasaan
pola makan saat ini
dan masa lalu
4. Identifikasi kebiasaan
pola makan saat ini
dan masa lalu
5. Identifikasi persepsi
pasien dan keluarga
tentang diet yang
diprogramkan
6. Identifikasi
keterbatasan finansial
untuk menyediakan
makanan
Terapeutik:
1. Persiapkan materi,
media, dan alat
peraga
2. Jadwalkan waktu
yang tepat untuk
memberikan
pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan
pasien dan keluarga
bertanya
4.Sediakan rencana
makan tertulis, jika
perlu
Edukasi

1) Jelaskan tujuan
kepatuhan diet
terhadap kesehatan
2) Informasikan
makanan yang
diperbolehkan dan
dilarang
3) Informasikan
kemungkinan
interaksi obat dan
makanan, jika perlu
4) Anjurkan
mempertahankan
posisi semi fowler
(30-45 derajat ) 20-
30 menit setelah
makan
5) Anjurkan mengganti
bahan makanan
sesuai diet yang
diprogramkan
6) Anjurkan
melakukan olahraga
sesuai toleransi
7) Ajarkan cara
membaca label dan
memilih makanan
yang sesuai
8) Ajarkan cara
merencanakan
makanan yang
sesuai program
9) Rekomendasiakn
resep makanan yang
sesuai dengan
Kolaborasi

Rujuk pada ahli gizi dan


setakan keluarga, jika perlu
L. Implementasi Keperawatan Teoritis
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang merupakan
serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara langsung pada klien.
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi
keperawatan yang telahditetapkan/ dibuat (Nursalam, 2011)

M. Evaluasi Keperawatan Teoritis


Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi atau
tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi (Nursalam, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Johannes. 2010. Hubungan Antara Postur Tubuh dengan Terjadinya Nyeri. Punggung Bawah
pada Pasien Poliklinik Neurologi di RSUP H. Adam. Malik Medan.
Noor Helmi, Z. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba. Medika.
Muttaqin, A. (2011). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi Pada Praktik Klinik
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis (4th ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st
ed.). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Ratini M.2015. Pain Management: Musculoskeletal Pain.
http://www.webmd.com/painmanagement/guide/musculoskeletal-pain.
Sengkey, L. S. (2018). Rehabilisasi Medis Pada Low Back pain. Retrieved from
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-rehabilitasi-mediak-pada-low-back-pain3952.html

Anda mungkin juga menyukai