Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP (LBP) LOW BACK PAIN


Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik
Departemen Keperawatan Medikal Bedah II

Mahasiswa

Arinda Sri Suwandi


NIM. A3R21060

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik/ RS (CE)

Berlian Yuli S, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa indonesia adalah nyeri punggung bawah
(NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri di bagian pinggang yang dapat menjalar ke tungkai
kanan atau kiri. Dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri
yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya
nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain)
(Muttaqien, 2013).

B. Klasifikasi
NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang mengenai
berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat
klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan
tersebut. Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai berikut: (Muttaqien, 2013).
1. Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik
di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.
2. Neurogenik : NPB yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik pada
saraf yang dapat menyebabkan NPB.
3. Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan NPB
atau nyeri yang menyerupai iskialgia.
4. Psikogenik : NPB psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau
kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi.
5. Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh
berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
(osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan
proses patologik di artikulasio sakroiliaka.

C. Etiologi (Harsono, 2000)


1. Kongenital, misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya
sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina yang
menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan NPB.
2. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab
utama NPB. Orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak
melakukannya dapat menderita NPB akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang
salah dalam waktu lama akan menyebabkan NPB kronik. Trauma dapat berbentuk
lumbal strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus),
subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan spondilolistesis.
3. Radang (Inflamasi), misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika (penyakit
Marie-Strumpell)
4. Tumor (Neoplasma): Tumor menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu
berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma,
penyakit Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor
ganas, baik primer (mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma
payudara, prostat, paru tiroid ginjal dan lain-lain).
5. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah kalsium yang
lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis,
osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi asam
askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan metabolik dapat menimbulkan fraktur
kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita menjadi
bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.
6. Degenerasi, misalnya pada penyakit Spondylosis (spondyloarthrosis deforman),
Osteoartritis, Hernia nukleus pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal.
7. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya penyakit dalam
ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian bawah
dirasakan di daerah lumbal.
8. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi
akut misalnya : disebabkan oleh kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus,
salmonella). NPB yang disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB (penyakit
Pott), jamur, osteomielitis kronik.
9. Problem psikoneurotik : NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh
histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang
tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-
batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan
tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
10. Adapun faktor resiko untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas,
merokok, pekerjaan, faktor psikososial, dan cedera punggung sebelumnya.

D. Manifestasi Klinis (Muttaqin, 2013)


1. Perubahan dalam gaya berjalan
a. Berjalan terasa kaku
b. Tidak bias memutar punggung
c. Pincang
2. Persyarafan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada
kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak
dirangsang.
3. Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan (Muttaqin, 2013)
Informasi dan edukasi.
a. Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,
posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase,
traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang
(tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal),
latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh
dan aktivitas
2. Medis (Harsono, 2000)
a. Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),
injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin),
opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah
yang intractable)
c. Bedah
HNP, indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik
dan radiologic.

F. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri
punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan
tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini
didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit (Rosyadi, 2010).

G. Patofisiologi (Harsono, 2000)


Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan
intensitas yang dirasakan berbeda di antara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor)
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang
secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun
termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana
agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang
akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan
untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu
bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri
yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai
mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena
pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini
terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap
rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
H. WOC
Perubahan postur tubuh biasanya
karena trauma primer dan

Usia lansia Obesitas

Trauma sekunder seperti : Adanya


Fibrokartilago padat TTrauma primer seperti : Trauma secara Kelebihan beban
spontan, contohnya kecelakaan. penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis,
dan tak teratur lumbalsakral
stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis

Stres mekanis diskus Pembentukan kurva


Kontraksi punggung
lumbal bawah lumbal abnormal

Terdesaknya otot para vetebra


Perubahan degenarasi berat Rusaknya
pembungkus saraf
Tulang belakang menyerap goncangan ventrikal
Herniasi nukleus purposus
Hiperalgesia sekuder pada neuron di
Penekanan akar saraf ketika Terjadi perubahan struktur dengan diskus susun sekitar lesi pada resio lumbal skral

keluar dari kanallis spinalis atas fibri fertilago dan matrik gelatinus

Nyeri punggung bawah


(Low Back Pain)
Kelemahan otot

MK : nyeri
Mobilitas fisik terganggu Jarang bergerak Kelemahan fisik umum

MK : gangguan mobilitas fisik Mk : defisit perawatan diri


I. Pemeriksaan Diagnostik (Harsono, 2000)
1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi,
osteoartritis atau scoliosis.
2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari
seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis.
3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi
patologi tulang belakang.
5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau
protrusi diskus.
6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf
tulang belakang ( Radikulopati ).

J. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Diskripsi gejala dan lamanya
b) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
c) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
d) Riwayat trauma
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
a) Immunosupression (supresis imun)
b) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
c) Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau
infeksi.
d) Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau infeksi) atau
pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
e) Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif:
ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati reaktif,
sindroma fibromialgia)
f) Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal,
kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis /
spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
g) Adanya demam (infeksi)
h) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
i) Keluhan visceral (referred pain)
j) Gangguan miksi
k) Saddle anesthesia
l) Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda ekwina)
m) Lokasi dan penjalaran nyeri.
2. Aktivitas dan istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi
dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak
dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang
biasanya dilakukan.
Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
3. Eliminasi
Gejala: Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
4. Integritas Ego
Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial
keluarga.
Tanda: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
5. Neurosensori
Gejala: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau
fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih
berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan;
kaku pada leher (servikal).  Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat
trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk
kedepan.
Tanda    Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh
yang terkena, nyeri pada palpasi.
7. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
8. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala:  Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan: DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan
penyelesaian tugas-tugas.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik gangguan muskuloskeletal d.d mengeluh nyeri
pada punggung yang menjalar ke paha belakang (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal, d.d mengeluh nyeri saat
bergerak (D.0054)
L. Intervensi
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
1. (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Nyeri Akut b.d agen pencidera Setelah dilakukan intervensi Observasi :
fisik gangguan muskuloskeletal, keperawatan selama 6 jam maka 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
d.d : tingkat nyeri menurun, dengan intensitas nyeri
Mayor Kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
DS: 1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
1. Mengeluh nyeri 2. Meringis menurun Terapeutik :
DO: 3. Gelisah menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
1. Tampak meringis 4. Frekuensi nadi membaik (mis. distraksi, kompres dingin).
2. Gelisah 5. Kesulitan tidur menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
3. Frekuensi nadi meningkat ruangan)
4. Sulit tidur Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. (D. 0054) (L.05042) Mobilitas fisik (I.06171) Dukungan Ambulasi


Gannguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
gangguan muskuloskeletal d.d : keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Mayor maka mobilitas fisik meningkat 2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
DS : dengan ambulasi
1. Mengeluh sulit Kriteria hasil : 3. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
menggerakkan ekstremitas a. Rentang gerak ROM Terapeutik
DO : meningkat 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat,
1. Rentang gerak (ROM) b. Nyeri menurun kruk)
menurun c. Kecemasan menurun 2. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
Minor d. Gerakan tidak terkoordinasi ambulasi
DS: menurun Edukasi
1. Nyeri saat bergerak e. Gerakan terbatas menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2. Enggan melakukan 2. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan
pergerakan dari tempat tidur ke kursi roda, dari tempat tidur ke kamar
3. Merasa cemas saat bergerak mandi, berjalan sesuai toleransi).
DO:
1. Gerakan tidak terkoordinasi
2. Gerakan terbatas
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku Ajar Anatomi
Umum. FK UNHAS
Brunner and Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB Lippincot
Company.
Harsono. 2000. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Judith M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed. 7. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arief. 2013. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta
: EGC
NANDA International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC
Risky, Arianto. 2011. Low back pain/ nyeri pinggang.
http://freshlifegreen.blogspot.co.id/2011/02/low-back-pain-lbp-nyeri-pinggang.html
(diakses pada 2 November 2015)
Rosyadi, Helman. 2010. Nyeri punggung bawah/ low back pain.
http://brotherbuzz.blogspot.co.id/2010/04/nyeri-punggung-bawah-low-back-pain-
itu.html (diakses pada 2 November 2015)

Anda mungkin juga menyukai