Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA FEBRIS

OLEH:
NAMA MAHASISWA : DWI LISTYOWATI
NIM : 011191011

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021/2022
1. DEFINISI
Febris atau demam adalah suatu keadaan di mana pengeluaran produksi panas yang tidak
mampu untuk dipertahankan karena terjadi peningkatan suhu tubuh abnormal. Produksi panas
dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab misal penyakit atau
stress,suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas ataupun dingin dapat memicu kematian.
Febris atau demam merupakan reaksi alamiah dari Tubuh manusia dalam usaha manusia
untuk melakukan perlawanan terdapat beragam penyakit yang masuk atau yang berada di dalam
tubuh manusia. Normal suhu tubuh manusia berkisar antara 36 ° C sampai 37,5 ° C, di mana
pada suhu tersebut diartikan sebagai keseimbangan antara produksi panas tubuh yang diproduksi
dan panas yang hilang dari tubuh. Penyakit Febris atau demam tidak hanya diderita Padaan anak
tetapi pada manusia dewasa maupun lansia juga tergantung dari sistem imun setiap individu itu
sendiri.
2.ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, kepanasan, penyakit metabolik maupun penyakit
lain.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral( mis.
Pendarahan otak,koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosa penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan
fisik, Observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain
secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai( Julia,2009)
Menurut Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal etiologi Febris, diantaranya:
 Suhu lingkungan
 Adanya infeksi
 Pneumonia
 Malaria
 Otitis media
 Imunisasi
3. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala terjadinya Febris adalah:
 Suhu lebih tinggi dari 37,8 ° sampai 40 ° C
 Kulit Kemerahan
 Peningkatan frekuensi Pernapasan
 Menggigil
 Dehidrasi
 Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,anoreksia dan
somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,8 ° sampai 40 ° C, Kulit
hangat, takikardi, sedangkan batas karaktristik minor yang muncul itu kulit kemerahan,
peningkatan kedalaman nafas.
4. PATOFISIOLOGI
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh atau respon imun terhadap infeksi
atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya .Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke dalam
tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah
Zat penyebab demam ada yang berasal dari dalam tubuh( pirogen endogen) dan luar tubuh
( pirogen eksogen) Yang biasa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi
imunologik terhadap benda asing( non infeksi).Zat pirogen ini dapat berupa protein,pecahan
protein, dan zat lain. Terutama toksin Polisakarida yang dilepas oleh bakteri toksik yang
dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh yang menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.Pada
mekanisme ini,Bakteri atau pecahan jaringan akan di fagositosis oleh leokosit darah, makrofag
jaringan dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencema hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut dengan juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima yaitu Reseptor yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengaturan panas di Hipotalamus. Dalam Hipotalamus
pirogen ini akan di Rangsang Pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi Prostaglandin( PGEZ) . Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan
cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat Sekresi kelenjar keringat.
pengeluaran panas menurun terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas.Inilah yang menimbulkan demam

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Uji coba darah
Contoh pada demam dengue Terdapat lekosit pada hari ke-2 atau hari ke -3. Pada
DBD dijumpai trombositopenia dan hemoksentrasi. Masa pembekuan kasa normal, masa
pendarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan faktor II,V,VII,IX, dan
XII. pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatermia,
hipokloremia,SGOT, serum glutamit piruvat( SGPT) ureum dan pH darah mungkin
meningkat, reverse alkali menurun. Pembiakan kuman dari cairan tubuh atau Lesi
permukaan atau sinar tembus rutin. Contoh pada DPD air seni mungkin ditemukan
albuminuria ringan, dalam tahap melalui bipsi pada tempat - tampat yang dicurigai. Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginofrafi,aortografu atau limfangiografi
Ultrasonografi,endoskopi atau scanning , masih dapat diperiksa
6. PENATALAKSANAAN
Secara fisik
 Ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
 Pakaian diusahakan tidak tebal
 Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
 Memberikan kompres
 Berikut ini cara mengompres yang benar:
 Kompres dengan menggunakan air hangat bukan air dingin atau es
 Kompres di bagian perut dada dengan menggunakan saputangan yang telah dibasahi air
hangat,
 Gosok gosokan saputangan di bagian perut dan dada
 Bila saputangan sudah kering ulangi lagi dengan membasahi dengan air hangat
 Obat obat antipiretik
Antipiretik berarti bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengaturan suhu di
Hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan Prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase Sehingga saat poin Hipotalamus di rendahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas di atas normal dan mengurangi
pengeluaran panas tidak ada lagi.penderita tiphus perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi agar
penyakit tidak menular ke orang lain. Penderita harus istirahat total minimal tujuh hari bebas
panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus, Makanan yang
dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak serat sayuran dan Sekerat kasar seperti daun
singkong harus dihindari jadi harus dijaga makannya untuk memberikan kesempatan pada usus
menjalani upaya penyembuhan.Pengobatan yang diberikan untuk pasien Febris adalah
antibiotika golongan chloramphenicol dengan Dos is 3x500 mg/hari.
7. KOMPLIKASI
 Takikardi
 Insufisiensi jantung
 Insufisiensi pulmonal
 Kejang demam
8. DIAGNOSA
1. Hipertermi
2. Intoleransi aktivitas
3. Defisit nutrisi
4. Ansietas
5. Gangguan istirahat dan ditur
6. Resiko defisit volume cairan
9. INTERVENSI
1. Hipertermia
Manajemen hipertermia ( SIKI, I.15506)
Observasi:
 Identifikasi penyebab hipertermia ( mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penurunan inkubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor keluaran Urine
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
Teraupetik
 sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau melepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami Hiperhidrosis( keringat
berlebihan)
 Melakukan pendinginan eksternal( mis. Selimuti hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah Baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intra Vena jika perlu

2. Intoleransi aktivitas
Manajemen energi ( SIKI, I. 05178)
Observasi:
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Teraupetik:
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus( mis. Cahaya,suara,
kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi:
 Anjurkan tirah Baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi Perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

3. Defisit nutrisi
Manajemen nutrisi ( SIKI, I. 03119)
Observasi:
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Teraupetik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
 Fasilitas menentukan pedoman diet ( mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencapai Konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan jika perlu
 Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan ora dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian Medikasi sebelum makan( mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan jika perlu
4. Ansietas
Reduksi ansietas ( SIKI, I. 09314)
Observasi:
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah( mis. Kondisi, waktu, stresor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda tanda ansietas( verbal dan nonverbal)
Teraupetik
 Ciptakan suasana Terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosa, pengobatan dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak komprehensif sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat ansietas jika perlu
5. Gangguan pola tidur
Dukungan Tidur ( SIKI, I. 09265)
Obeservasi:
 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
 Identifikasi faktor pengganggu tidur( fisik dan psikologis)
 Itu nanti fixasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur( mis. Kopi, teh,
alkohol, makanan, mendekati tidur, minuman banyak air sebelum tidur)
 Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Teraupetik
 modifikasi lingkungan misal pencahayaan kebisingan suhu matras dan tempat
tidur
 Batasi waktu tidur siang jika perlu
 Fasilitas menghilangkan stress sebelum tidur
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan( mis. Pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
 Anjurkan menempati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari makanan yang mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mendukung supresor terhadap tidur
REM
 ajarkan faktor faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur( mis.
Psikologi, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot autogenerik atau cara non Farmakologi lainnya
WOC FEBRIS

Anda mungkin juga menyukai