Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. N 55 TAHUN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS LOW BACK PAIN (LBP)
DI RUANG IGD RS. MUHAMMADIYAH BANDUNG

Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Sarjana Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Riandi Alfin, S.Kep., Ners., M.Kep.

Oleh
NURUL FATAH
302018097

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERISTAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2021
KASUS KELOLAAN

CBL 5 – KASUS 12 – LOW BACK PAIN (LBP)

Seorang pasien laki laki bernama Tn. N berumur 55 tahun di bawa ke IGD dengan keluhan
nyeri pada daerah pinggang yang menjalar ke punggung. Menurut keluarga pasien
kesulitan bangun dari tempat tidur dan tidak mau makan. Dari hasil pemeriksaan fisik,
pasien lemas, meringis kesakitan di daerah pinggang, dengan skala nyeri 7, nyeri
bertambah ketika bergerak, mual, nafsu makan menurun tekanan darah : 120/80mmhg,
Nadi 102x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 37C. Terdapat luka di daerah punggung bagian
bawah, luka sekitar 5 cm, kekuatan otot 4 / 4, berat badan 47 tinggi badan 158. Rambut
pasien terlihat sedikit kotor, dan badan sedikit bau. Saat ini segala aktifitas pasien
dilakukan di tempat tidur dengan bantuan keluarganya. Pasien direncanakan dilakukan
pemasangan NGT. Hasil pemeriksaan, rontgen didapatkan CV dengan ukuran normal,
tidak tampak lesi litik, tampak oesteofit, kurva scoliosis dan maliligament L3-L5.
Pasien mendapatkan terapi Infuse RL 500/jam, curcuma, neurodex, meloxicam, ranitidine,
ketorolac

1
LAPORAN PENDAHULUAN

LOW BACK PAIN (LBP)

A. Definisi Low Back Pain (LBP)


Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. LBP
adalah salah satu keluhan yang dirasakan oleh sebagian besar pekerja, biasanya mulai
dirasakan pada usia 25 tahun, dan meningkat pada usia 50 tahun (Yunus, 2008).
Low back Pain (LBP) adalah nyeri pada punggung bawah yang bersumber dari
tulang belakang yaitu pada daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau struktur
lainnnya di sekitar daerah tersebut. LBP dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan
yang berasal dari luar punggung bawah misalnya, penyakit atau kelainan pada testis
atau ovarium.LBP merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan
oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. (Mahendra, A., 2018).
Low Back Pain (LBP) dapat disimpulkan sebagai rasa sakit atau nyeri pada
bagian tulang belakang antara tulang rusuk sampai tulang ekor dan dapat pula menjalar
ke daerah lain seperti pada daerah punggung bagian atas atau pangkal paha serta rasa
sakit atau nyeri tersebut bisa disebabkan karena aktivitas tubuh yang kurang baik.

B. Anatomi Fisiologi
Tulang vertebrae merupakan struktur komplek yang secara garis besar terbagi
menjadi 2 bagian. Bagian anterior yang tersusun atas korpus vertebra, diskus
intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamnetum longitudinale
anteriordan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebra
dihubungkan dengan sendi opofisial.
Lumbar (punggung bawah) bagian dari tulang belakang yang terletak di bawah
daerah dada dan langsung di atas sacrum. Lumbar paling sering terlibat pada kasus LBP
karena tulang ini memiliki pengaruh dari besarnya berat badan dan tekanan yang
dirasakan oleh tulang belakang. Rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur
lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang
belakang. Diantara tiap dua ruas tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan.
Rangkaian tulang belakang pada orang dewasa bisa mencapai panjang 57 sampai 67 cm.
Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang terpisah dan 9
ruas sisanya dikemudian hari menyatu menjadi sacrum 5 buah dan koksigius 4 buah.
(Hartati, E.W & Supriyadi .2014)

C.

Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan klinisnya LBP menurut Mahendra, A., 2018, dibagi
menjadi 2 jenis yaitu:
1. Acute Low Back Pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang wakunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang
atau sembuh.Acute Low Back pain dapat disebabkan karena luka traumatikseperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligament dan tendon.
Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal masih dapat
sembuh sendiri.Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri punggung akut terfokus
pada istirahat dan pemakaian analgesic.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic Low Back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali.Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic Low Back
paindapat terjadi karena osteoarthritis, reumathoidarthritis,proses degenerasidiscus

1
intervertrebalis dan tumor. Berdasarkan sumbernya, Low Back pain dibagi menjadi 5
jenis, yaitu:
a. Spondilogenik
LBP spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik),
diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses
patologik di artikulasio sakroiliaka.
b. Viserogenik
LBP yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal
atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.
c. Neurogenik
LBP yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik pada saraf
yang dapat menyebabkan LBP.
d. Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan LBP atau nyeri
yang menyerupai iskemi.
e. Psikogenik
LBP psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau
kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi.

D. Etiologi
Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang paling banyak adalah penyebab
sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan nyeri rujukan dari
gangguan sistem gastrointestinal, sistem genitorinaria atau sistem kardiovaskuler.Proses
infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP. Penyebab
sistem neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor seperti otot,
discusinvertebralis, sendi apofiseal, kompresi saraf, metabolik, psikogenik, Umur.
(Mahendra, A., 2018).

E. Patofisiologi
Tulang belakang dibagi ke dalam bagian anterior dan bagian posterior. Bentuknya
terdiri dari serangkaian badan silindris vertebra, yang terartikulasi oleh diskus
intervertebral dan diikatbersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan posterior.
Struktur yang peka terhadap nyeri adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus,

2
ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua strukturtersebut mengandung
nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi).
Pada kondisi nyeri punggung bawah pada umumnya otot ekstensor lumbal lebih
lemah dibanding otot fleksor, sehingga tidak kuat mengangkat beban. Otot sendiri
sebenarnya tidak jelas sebagai sumber nyeri, tetapi muscle spindles jelas diinervasi sistem
saraf simpatis. Dengan hiperaktifitas kronik, muscle spindles mengalami spasme sehingga
mengalami nyeri tekan. Perlengketan otot yang tidak sempurna akan melepaskan pancaran
rangsangan saraf berbahaya yang mengakibatkan nyeri sehingga menghambat aktivitas
otot. (Mahendra, A., 2018).

3
PATHWAY
F. Tanda dan Gejala
Berdasarkan pemeriksaannya tanda dan gejala nyeri punggung bahwa dapat
dikategorikan ke dalam 3 kelompok yaitu:
1. Nyeri punggung bawah sederhana
Adanya nyeri pada daerah sepanjang tulang belakang tanpa penjalaran atau
keterlibatan saraf di bawahnya. Nyeri saat bergerak, derajat nyeri bervariasisetiap
waktu, dan tergantung dari aktivitas fisik
2. Nyeri punggung bawah dengan gangguan persyarafan
Gejalanya nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai, kaki
3. Nyeri punggung bawah menurut kegawatannya
Ada riwayat trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan
kendaraan bermotor, adanya nyeri tanpa pergerakan yang konstan dan progresif,
ditemukan nyeri daerah perut dan atau dada. Merasakan nyeri hebat pada malam hari
yang tidak membaik dengan posisi telentang, penurunan beratbadan yang tidak
diketahui sebabnya, menggigil, dan atau demam, pergerakanpunggung sangat terbatas
dan persisten dan adanya gejala kencing tertahan. (Mahendra, A., 2018).

G. Manifestasi Klinis
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri punggung
kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal, dikaji lokasi nyeri, sifatnya,
dan pelajaran sepanjang serabut saraf (sciatika). Nyeri yang berasal dari masalah
muskuloskeletal biasanya akan semakin jelas pada gerakan. Juga dievaluasi cara
jalan pasien, mobiltas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan
motoris, dan persepsi sensoris, bersama dengan derajat ketidak nyamanan yang
dialami. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri
menunjukan iritasi serabut saraf.Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya
spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang
berlebiahan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal yang
mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan
telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh
spasmus akan menghilang.
Kadang-kadang, dasar organik nyeri punggung tak dapat ditemukan.
Kecemasan dan stres dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri
punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi atau konflik mental atau
reaksi terhadap stresor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa
penderita dengan nyeri punggung bawah, perawat perlu meninjau kembali
hubungan keluarga, variabel lingkungan dan situasi kerja. (Widyasari, B. K. Dkk, 2014)

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang dilakukan karena
suatu indikasi tertentu guna memperoleh keterangan lebih lengkap :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna untuk melihat
laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium, fosfor, asam urat, alkali
fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika ditemukan kecurigaan
metastasis karsinoma prostat) danelektroforesis protein serum (protein myeloma).
2. Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Rontgen
Foto rontgen merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk
menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan
penunjang diagnosispertama untuk mengevaluasi nyeri punggung bawah. Foto
X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bilaperlu oblique
kanan dan kiri.
b. MRI
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat
jaringan lunak.Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuanuntuk melihat vertebra
dan level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada
medula spinalis atau jaringan lunak, menentukan kemungkinan herniasi diskus
pada kasus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
c. CT
CT-Mielografimielografi merupakan alat diagnostik yang sangat berharga
untuk diagnosis LBP untuk menentukan lokalisasilesi pre-operatif dan
menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu tumor.
(Huldani, H. 2012)

I. Komplikasi
1. Depresi, pada pasien low back pain memiliki kecendrungan mengalami
depresi sehingga akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan, dan

1
aktivitas sehari –hari klien. Apabila depresi yang dialami pasien berlangsung
lama akan dapat menghambat waktu pemulihan low back pain.
2. Berat badan, pasien low back pain biasanya akan mengalami nyeri yang berat
dibagian punggung bawah yang menyebabkan aktivitas dan gerakan pasien
terhambat. Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan pasien dapat
menyebabkan kenaikan beratbadan dan obesitas. Selain itu, low back
pain dapat mengakibatkan lemahnya otot. Lemahnya otot akibat hanya
berdiam dalam 1 porsi akan mengakibatkan akumulasi lemak dalam tubuh
menjadi banyak.
3. Low back pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah pada
vesika urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan menderita
inkontinensia. (Rania, Q. 2020)

J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan.
a. Informasi dan edukasi.
1) NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi
panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang),
latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu
(antara lain korset, tongkat).
2) NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS,akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan
berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis.
a. Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler.
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan).
b. Invasif non bedah.
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati).

2
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah
yang intractable).
3. Bedah.
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu:
nyeri berat/intractable/menetap/progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil.
1) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik
dan radiologik.
.
K. Konsep Keperawatan
1. Fokus Pengkajian
a) Identistas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
b) Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari
2 bulan, nyeri sat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar
kebagian bawah belakang kaki.
c) Riwayat Penyakit Sekarang.
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya
keluhan & apakah menetap atau hilang timbul', hal apa yang mengakibatkan
terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien sering mengkomsumsi
obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu.
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang sama
sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma,
apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya.
e) Riwayat Pekerjaan.
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot
rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja statis.

3
2. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum.Meliputi :
baik, jelek, sedang.
b) Tanda –tanda Vital.
TD : Tekanan darah.
N : Nadi.
P : Pernapasan.
S : Suhu.
c) Antropometri.
BB : Berat badan.
TB : Tinggi badan.
d) Sistem pengindraan.
Mata : lapang pandang.
Hidung : kemampuan penciuman.
Telinga : keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
e) Sistem pernapasan.
Pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas, suara,dan bunyi tambahan ronchi,
wheezing.
f) Sistem kardiovaskuer.
Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi, bunyi jantung.
g) Sistem gastrointestinal.
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan dan minum,peristaltik usus dan
eliminasi.
h) Sistem integumen.
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna permukaan kuku.
i) Sistem muskuloskletal.
Bentuk kepala, ekstermitas atas dan skstermitas bawah
j) Sistem endokrin.
Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh, frekuensi urine.
k) Sistem reproduksi.
Nilai keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis.
1) Fungsi cerebral.
2) Status mental : orientasi, daya ingat, dan bahasa.

4
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan
Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan bicara.
5) Fungsi kranial.
 Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh klien menutup mata dan menutuo salah satu lubang
hidung, mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya
jeruk nipis dan kapas alkohol).
 Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus,
penglihatan perifer.
 Nervus III (Okulomotorius) :
Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh klien mengikuti
cahaya
 Nervus IV (Troklearis) :
Suruh klien menggerakan mata kearah bawah dan kearah dalam.
 Nervus V (Trigeminus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika klien
merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan
dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat merasakan sentuhan
diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh)
dekati dari samping, sentuh bagiang mata yang berwarna dengan
lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks
berkedip dan refleks kornea.
 Nervus VI (Abdusen) :
Kaji kemampuan klien untuk menggerakan mata secara lateral.
 Nervus VII (Fasialis) :
Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi larutan manis (gula),
asam (lemon). Kaji fungsi motorik dengan cara tersenyumdan
menglihatkan giginya.
 Nervus VIII (Vestibulocochlearis) :
Uji pendengaran.
 Nervus IX (Glosofaringeus) :

5
Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi rasa pada lidah.
 Nervus X (Vagus) :
Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong spatel pada lidah ke
posterior faring untuk menentukan refleks muntah, jangan
menstimulasi jika ada kecurigaan epiglotitis.
 Nervus XI (Asesorius) :
Suruh klien memutar kepala kesamping dengan melawan
tahanan, minta klien untuk mengangkat bahunya kemudian kita
tahan apakah klien mampu untuk melawannya.
 Nervus XII (Hipoglasus) :
Minta klien untuk mengeluarkan lidahnya,periksa deviasi garis
tengah, dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan ‘R’.
6) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan oto.
7) Fungsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Fungsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
3. Pemeriksaan Penunjang.
a) Neurologik.
Eletromiografi (EMG), dilakukan bila dicurigai adanya disfugsi
radiks.Somatosensory Evoked Potensial (SEP) berguna untuk stenonosis kanal
dan mielopati spinal.
b) Radiologik.
Foto polos, untuk mengesampingkan adanya kelainan
tulang.Mielografi,Mielo-CT,CT-scan, Magnetic ResonanceImaging
(MRI),untuk mencari penyebabnyeriantaralain tumor, HNP perlengketan.
c) Laboratorium.
Laju Endap Darah, darah perifer lengkap, C-reactive protein, faaktor
rheumatoid, alkalin fosfatase, kalsium (atas indikasi).Urinalisis,
untukpenyakitnonspesifik seperti infeksi.Liquor Serebrospinalis(atas indikasi).
4. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
a) Nyeri behungan dengan agen injuri.

6
b) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, fisiologis.
c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kekaun otot.
d) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri.
e) Kurang pengetahuan berhungan dengan tidak mengetahui sumber informasi.
f) Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri.
5. Rencana Intervensi
Intervensi (perencanaan) ialah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi,
pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta memilih
intervensi keperawatan agar dengan mudah mencapai tujuan. Tahapan perencanaan
ini memberi kesempatan kepada perawat,pasien atau klien, serta orang terdekat klien
dalam merumuskan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang
dialami oleh klien tersebut. Perencanaan tersebut merupakan suatu petunjuk yang
tertulis dengan menggambarkan sasaran yang tepat dan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan diagnosa keperawatan.
6. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan
implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana
keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat
diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung
tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik (Djuanda Adhi, 2010).
7. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah
dibuat pada tahap perencanaan (Djuanda Adhi, 2010).

7
8
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. N 55 TAHUN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS LOW BACK PAIN (LBP)
DI RUANG IGD RS. MUHAMMADIYAH BANDUNG

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. N
Tanggal Lahir : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Banteng no. 6
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Nomor RM : 00012030
Diagnosa Medis : Low Back Pain (LBP)
Tanggal Pengkajian : 5 Januari 2022
Tanggal Masuk RS : 5 Januari 2022

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Pasien : Istri
Alamat : Jl. Banteng no. 6

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada daerah pinggang yang menjalar ke punggung
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien di bawa ke IGD dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang yang
menjalar ke punggung. Menurut keluarga pasien kesulitan bangun dari tempat
tidur dan tidak mau makan. Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien lemas,
meringis kesakitan di daerah pinggang, dengan skala nyeri 7, nyeri bertambah
ketika bergerak, mual, nafsu makan menurun tekanan darah : 120/80mmhg,
Nadi 102x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 37C. Terdapat luka di daerah
punggung bagian bawah, luka sekitar 5 cm, kekuatan otot 4 / 4, berat badan
47 tinggi badan 158.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan belum pernah dirawat dan pekerjaan klien buruh
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
yang sama seperti yang saat ini dialami klien. Klien mengatakan keluarganya
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes atau
hipertensi dan tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC atau
HIV.
e. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan, cuaca, udara
maupun obat-obatan.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis (CM) GCS E4V5M6 = 15
b. TTV : TD: 120/80mmhg
Nadi: 102x/menit
Respirasi: 22x/menit
Suhu: 37oC
Status Gizi : Tinggi Badan: 158cm, Berat Badan: 47 kg
2. Pemeriksaan Fisik Persistem
a. Sistem Perkemihan
Pada saat di inspeksi klien tidak terpasang folley kateter, warna urin kuning
jernih.
b. Sistem Pencernaan
Mual, nafsu makan menurun
Pada mulut dan kerongkongan : tidak terdapat bau, tidak terdapat nyeri, dapat
berbicara jelas, mampu menggigit, mengunyah dan menelan, dapat membedakan
rasa kecap pada lidah, merasakan asin maupun manis. Pada saat di inspeksi, lidah
tampak kotor, berwarna merah muda, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat
gigi yang bolong, tidak ada pembengkakan pada gusi, tidak terdapat stomatitis
pada mulut klien, tidak terdapat oedema, tidak terdapat hematomesis, tidak
terdapat lesi pada mulut, bibir tampak pucat, bibir tampak kering dan pasien
direncanakan dilakukan pemasangan NGT. Klien ada keluhan dalam BAB. Pada
abdomen saat tidak ada lesi, warna kulit abdomen sama dengan warna kulit

1
lainnya. Pada saat dilakukan perkusi di abdomen terdapat suara hypertimpani.
Pada saat dilakukan palpasi turgor kulit abdomen kurang dari 2 detik.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pola jantung : Nadi 102x/menit, konjungtiva anemis, homan sign negatif (-), CRT
< 2 detik, Tekanan darah 120/80 mmHg, tidak terdapat varises pada ekstremitas.
d. Sistem Persyarafan
Tingkat kesadaran compos mentis, fungsi penciuman klien baik (klien dapat
membedakan bau kopi dan minyak kayu putih), fungsi pengecapan klien baik
(klien dapat membedakan rasa manis dan asam), fungsi penglihatan baik, fungsi
pendengaran klien baik, klien dapat berbicara dengan jelas.
- N1 (Olfaktorius): bisa membedakan bau kopi atau tidak.
- N2 (Optikus): mampu membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm
tanpa mengguanakan alat bantu atau tidak.
- N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata ke segala
arah, respon pupil
- N5 (Trigeminus): mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang
diusapkan pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar, halus,
tajam, dan tumpul pada area wajah. Reflek mengedip.
- N7 (Fasialis): wajah, kelumpuhan di muka/tidak.
- N8 (Auditorius): kemampuan mendengar, namun harus dengan suara dan
intonasi yang jelas dan agak keras agar dapat mendengar dengan baik.
- N9 dan N10 (Glosofaringeus): klien dapat menelan dengan baik saat
minum/tidak.
- N11 (Asesorius): klien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan normal.
Kekuatan otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
- N12 (Vagus): klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah dengan
bebas/tidak.
e. Sistem Endokrin
Pada saat di inspeksi tidak terdapat pembesaran tiroid, tidak terdapat moonface,
tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
f. Sistem Integumen
Pada saat di inspeksi warna kulit sawo matang, kebersihan kulit lembab, tidak
terdapat kekeringan pada kulit. Pada saat dipalpasi tektur kulit lembut, dilakukan
turgor kulit kurang dari 3 detik, kondisi rambut bersih, tekstur kulit kepala tidak

2
kasar, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut/tidak rontok, warna kuku
merah muda, tidak terdapat masa, dilakukan CRT kurang dari 2 detik, kuku
bersih.
g. Sistem Penginderaan
Pada fungsi penglihatan baik, pupil isokor dan tidak ada masalah lainnya. Pada
fungsi pengecapan klien dapat merasakan asin maupun manis. Pada fungsi
penciuman klien dapat mencium bau kayu putih dan kemudian pada fungsi
perabaan klien dapat merasakan sentuhan perawat.
h. Sistem Pernapasan
Pada saat dikaji klien tidak sesak. Pada saat di inspeksi tidak terdapat pernapasan
cuping hidung, Pada saat di palpasi tidak terdapat nyeri sinus (maksilaris,
sphenoid, etmoidalis, frontalis). Pada saat di inspeksi di daerah dada, ukuran dada
sama simetris, pola pernapsan klien frekuensinya 22 x/menit, irama teratur. Dada
kiri dan kanan normal tidak terdapat bunyi tambahan seperti weezhing, gurgling
atau stridor.
i. Sistem Muskuloskeletal
1) Ekstremitas Atas
Meringis kesakitan di daerah pinggang, dengan skala nyeri 7, nyeri bertambah
ketika bergerak. Terdapat luka di daerah punggung bagian bawah, luka sekitar
5 cm, kekuatan otot 4 / 4. Bentuk dan ukuran kedua ektremitas atas simetris,
pergerakan kedua ekstremitas atas bebas ke segala arah, tidak terdapat nyeri
pada daerah persendian dan tulang, tidak terdapat adanya deformitas tulang
atau sendi.
2) Ekstremitas Bawah
Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas bawah simetris, pergerakan kedua
ekstremitas bawah bebas kesegala arah, tidak terdapat nyeri pada daerah
persendian dan tulang, tdak terdapat adanya deformitas tulang atau sendi.
j. Sistem Reproduksi
Klien mengatakan tidak ada lesi, tidak ada oedema, tidak ada benjolan, tidak
terdapat gatal ataupun nyeri di alat genetalianya sewaktu ditanya.

C. Pola Aktvitas Sehari-hari


No Aktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit
1 Nutrisi
3
Makan
a. Frekuensi 3x sehari 1x sehari (tidak mau
b. Jenis Lauk pauk dan makan)
sayuran Lauk pauk dan
c. Makanan yang disukai Hati ayam sayuran
d. Makanan yang tidak Tidak ada Hati ayam
disukai Tidak ada
e. Makanan pantangan atau Tidak ada
alergi Tidak ada
f. Nafsu makan Bagus
g. Porsi makan Cukup Kurang
Minum Cukup
a. Jumlah 4-5 gelas sehari
b. Jenis Air mineral 5-6 gelas sehari
Air mineral
2 Eliminasi
BAB
a. Frekuensi 2x sehari 1x sehari
b. Warna Kuning Kuning
c. Bau Khas Khas
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK
a. Frekuensi 2x sehari 2x sehari
b. Warna Kuning Kuning
c. Bau Khas Khas
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Personal hygiene
a. Mandi 1x sehari Tidak mandi
b. Gosok gigi 1x sehari Tidak terkaji
c. Keramas jarang keramas Tidak terkaji
d. Pakaian Bersih Rapih
e. Kuku Bersih Bersih
4 Istirahat tidur
a. Waktu tidur Malam Malam
b. Lama tidur/hari 6-7 jam 6-7 jam
c. Kebiasaan pengantar Tidak terkaji Tidak terkaji
tidur
d. Kebiasaan saat tidur Tidak terkaji Tidak terkaji
e. Kesulitan dalam hal Tidak terkaji Tidak terkaji
tidur

4
5 Gaya hidup
a. Pekerjaan buruh Tidak kerja
b. Olahraga tidak berolahraga Tidak olahraga
c. Kegiatan di waktu Tidak terkaji Tidak terkaji
luang
6 Ketergantungan fisik
a. Merokok Iya Tidak
b. Minuman keras Tidak Tidak
c. Obat-obatan Tidak Tidak
d. Lain-lain Tidak Tidak

D. Aspek Psikososial
1. Konsep Diri
a. Body Image
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya walaupun saat ini sedang
sakit dan dirawat di rumah sakit, klien mengatakan bahwa anggota tubuhnya
merupakan pemberian dari Allah SWT yang patut disyukuri.
b. Identitas
Klien adalah seorang laki-laki, berusia 55 tahun, memiliki 2 orang anak
c. Ideal diri
Harapan klien terhadap penyakitnya adalah ingin dapat sembuh dan berkumpul
kembali dengan keluarganya di rumah dan bertemu teman kerjanya.
d. Peran diri
Klien adalah seorang suami, bapak bagi anaknya.
e. Harga diri
Klien memahami keadaan dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Klien merasa pasrah dengan sakitnya dan mencoba menerima sakitnya.
2. Aspek Sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan orang yang sangat berarti dan dekat dengan
klien adalah istri dan anaknya karena mereka adalah orang-orang yang klien
sayangi.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : klien mengatakan selalu
bersosialisasi di lingkungan rumah dan mengikuti kegiatan di masyarakat.
c. Hambatan dan berhubungan dengan orang lain : klien mengatakan mampu bergaul
dengan orang lain, tetapi karena sakit yang dialaminya saat ini klien jadi jarang
keluar rumah.

5
E. Data Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam dan klien mengatakan merasa pasrah
dengan sakitnya dan mencoba menerima sakitnya.
2. Kegiatan ibadah : klien mengatakan klien rajin beribadah, melakukan sholat baik saat
sakit maupun sebelum sakit.

F. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan Hasil
Rontgen Didapatkan CV dengan ukuran normal,
tidak tampak lesi litik, tampak oesteofit,
kurva scoliosis dan maliligament L3-
L5.

2. Pemberian obat

No Nama Obat Dosis Rute Indikasi


1 Infus RL 50/jam Vena - Sebagai pengganti cairan ekstrasel yang
hilang atau mengatasi dehidrasi
isotonik.
- Mengatasi kekurangan garam
- Mengatasi ketidakseimbangan antara
asam dan basa (asidosis metabolik)
(asidosis metabolik ringan).
2 20 mg Oral Untuk membantu memelihara kesehatan
Curcuma fungsi hati, serta membantu memperbaiki
nafsu makan.
3 Oral - Mengatasi keluhan tubuh akibat
kekurangan vitamin B kompleks.
Neurodex - Mengatasi gejala mual, muntah,
membantu proses penyembuhan, dan
anemia.
4 15 mg Oral Untuk meredakan gejala arthritis,
Meloxicam misalnya peradangan, pembengkakan,
serta kaku dan nyeri otot.

6
5 150 mg Oral Tukak lambung dan tukak duodenum,
refluks esofagitis, dispepsia episodik
kronis, tukak akibat AINS, tukak
Ranitidine duodenum karena H.pylori, sindrom
Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan
bermanfaat.
6 Ketorolac 10 mg Oral Meredakan peradangan dan nyeri

G. Analisa Data
No. Data Fokus (Data Senjang) Etiologi Masalah
1. DS: Faktor usia, Perubahan Nyeri Akut
- Mengeluh nyeri pada daerah postur tubuh dan (SDKI, 2017)
pinggang yang menjalar ke masalah musculoskeletal
punggung posterior
- nyeri bertambah ketika ↓
bergerak Kontraksi punggung
DO: ↓
- Meringis kesakitan di daerah Tulang belakang
pinggang menyerap gocangan
- Skala nyeri 7 vertical
- Terdapat luka di daerah ↓
punggung bagian bawah Terjadi perubahan
- Luka sekitar 5 cm struktur dengan discus
susun atas fibri dan
matrik gelatinus

Fibri kartilago padat dan
tidak teratur

Kerusakan sendi pusat

7
Menekan akar syaraf

Low back pain

Nyeri Akut
2. DS: Nyeri punggung Defisit Nutrisi
- Menurut keluarga pasien ↓ (SDKI, 2017)
tidak mau makan Kelemahan otot menelan
- mual, nafsu makan menurun ↓
DO: Gangguan menelan
- Pasien lemas makanan
- Pasien direncanakan ↓
dilakukan pemasangan NGT Nafsu makan menurun
- Pasien mendapatkan terapi ↓
Infuse RL 500/jam, curcuma, Asupan nutrisi tidak
neurodex, meloxicam, terpenuhi
ranitidine, ketorolac ↓
Defisit Nutrisi
3. DS: Nyeri Punggung Gangguan
- Mengeluh nyeri pada daerah ↓ Mobilitas Fisik
pinggang yang menjalar ke Kerusakan sendi pusat (SDKI, 2017)
punggung ↓
- Nyeri bertambah ketika Menekan akar syaraf
bergerak ↓
- Menurut keluarga pasien Otot abdominal dan
kesulitan bangun dari tempat toraks melemah
tidur ↓
DO: Gangguan mobilitas
- Pasien lemas fisik
- kekuatan otot 4 / 4
- Saat ini segala aktifitas
pasien dilakukan di tempat
tidur dengan bantuan
keluarganya

8
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1. Nyeri Akut b.d agen cedera fisik
2. Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri punggung

9
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. N Ruangan : Tulip
No. Medrek : 00012030 Diagnosa Medis : Low Back Pain

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NYERI
cedera fisik selama 3 x 24 jam nyeri pada pasien Observasi 1) Agar mengetahui penyebab
berkurang (skala nyeri menurun) atau - lokasi, karakteristik, durasi, nyeri yang dirasakan
hilang dengan kriteria hasil. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2) Supaya keluarga atau pasien
a) Skala nyeri berkurang menurun dari - Identifikasi skala nyeri dapat melakukan terapi non
skala 7 menjadi 3 - Identifikasi respon nyeri non farmakologi secara mandiri
b) Mampu mengontrol nyeri. verbal 3) Untuk mengurangi rasa nyeri
c) Melaporkan bahwa nyeri berkurang - Identifikasi faktor yang pada pasien
dengan menggunakan manajemen memperberat dan memperingan 4) Skala nyeri menurun atau
nyeri. nyeri menghilang
d) Mampu mengenali nyeri. - Identifikasi pengetahuan dan 5) Menghindari ketegangan pada
e) Menyatakan rasa aman setelah keyakinan tentang nyeri nyeri yang dapat memperburuk
nyeri berkurang. - Identifikasi pengaruh nyeri pada keadaan
f) Tanda vital dalam rentang normal. kualitas hidup
g) Tidak mengalami gangguan tidur - Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan

10
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri akibat
low back pain dengan terapi
murrotal Al-Qur’an (Fahrulsyah
Nst, M., 2021).
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik

11
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NUTRISI
peningkatan selama 3 x 24 jam pemenuhan nutrisi 1) Agar nutisi pasien tepenuhi
Observasi
kebutuhan pasien terpenuhi dengan kriteria hasil. 2) Supaya nafsu makan pasien
- Identifikasi status nutrisi
metabolisme a) Pemenuhan nutrisi klien terpenuhi. meningkat
- Identifikasi alergi dan intoleransi
b) Nafsu makan meningkatkan. 3) Pasien mampu makan sesuai
makanan
kebutuhan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum

12
makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
- Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu

13
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan DUKUNGAN AMBULASI
fisik b.d nyeri selama 3 x 24 jam Pasien mampu 1) Identifikasi adanya nyeri atau
Observasi
punggung mobilitas fisik dengan kriteria Hasil : keluhan fisik lainnya agar
- Identifikasi adanya nyeri atau
a) Pasien dapat melakukan mobilitas mudah untuk melakukan
keluhan fisik lainnya
secara bertahap dengan tanpa tindakan yang akan diberikan
- Identifikasi toleransi fisik
merasakan nyeri. 2) Monitor frekuensi jantung dan
melakukan ambulasi
b) Menggerakan otot dan sendi. tekanan darah sebelum memulai
- Monitor frekuensi jantung dan
c) Mampu pindah tempat tanpa mobilisasi untuk mengetahui
tekanan darah sebelum memulai
bantuan. apakah setelah dilakukan
ambulasi
d) Berjalan tanpa bantuan mobilisasi nanti frek. Nadi dan
- Monitor kondisi umum selama
e) Pasien meningkat dalam aktifitas TD pasien meningkat atau tidak
melakukan ambulasi
fisik. 3) Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Terapeutik
f) Mengerti tujuan dari peningkatan dengan alat bantu agar
- Fasilitasi aktivitas ambulasi
mobilitas. memudahkan pasien melakukan
dengan alat bantu (mis. tongkat,
g) Memverbalisasikan perasaan dalam mobilisasi
kruk)
meningkatakan kekuatan dan 4) Libatkan keluarga pada saat
- Fasilitasi melakukan mobilisasi
kemampuan berpindah. pasien akan melakukan
fisik, jika perlu
mobilisasi agar memudahkan
- Libatkan keluarga untuk

14
membantu pasien dalam pasien untuk mobilisasi
meningkatkan ambulasi 5) Anjurkan pasien melakukan
Edukasi moilisasi dini agar
- Jelaskan tujuan dan prosedur memudahkan pasien untuk
ambulasi beraktivitas kembali secara
- Anjurkan melakukan ambulasi bertahap
dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama Pasien : Tn. N Ruangan : Tulip
No. Medrek : 00012030 Diagnosa Medis : Low Back Pain

15
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
SHIFT PAGI Diagnosa Keperawatan 1 Diagnosa Keperawatan 1
Kamis, 6 Januari 07.00 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Pasien mengeluh nyeri pada daerah
2022 I frekuensi, kualitas, intensitas Nyeri, skala nyeri, pinggang yang menjalar ke punggung skala 7
Nurul
/II/III nyeri non verbal, faktorr yang memperingan dan dan merasakan sakit apabila sudah melakukan
Fatah
memperberat nyeri aktivitas.
R: pasien kooperatif pada saat pemeriksaan, pasien O : Pasien terlihat meringis
mengeluh nyeri pada daerah pinggang yang A : Masalah belum teratasi
menjalar ke punggung skala 7 dan merasakan sakit P : Lanjutkan intervensi
apabila sudah melakukan aktivitas. Pasien terlihat 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
08.30 meringis durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
2) Pasien diberikan terapi nonfarmakologis untuk Nyeri, skala nyeri, nyeri non verbal,
mengurangi rasa nyeri: Murrotal Al-Quran faktorr yang memperingan dan
R: pasien bersedia melakukan terapi relaksasi memperberat nyeri
12.30 murrotal Al-Qur’an 2) Pasien diberikan terapi nonfarmakologis
3) Diberikan terapi analgetik ketorolac 10 mg, untuk untuk mengurangi rasa nyeri: Murrotal
meredakan peradangan dan nyeri Al-Quran
R: Pasien merasa nyeri berkurang setelah meminum 3) Diberikan terapi analgetik ketorolac 10
obat mg, untuk meredakan peradangan dan
nyeri
Diagnosa Keperawatan 2

16
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
07.30 1) Memberikan makanan sering tapi sedikit pada Diagnosa Keperawatan 2
07.30 klien. S : Menurut keluarga pasien tidak mau makan.
R: Menurut keluarga pasien tidak mau makan Klien mengatakan susah untuk menelan
2) Meningkatkan intake makan melalui : pengkajian makan masih berkurang. Keluarga
Menyajikan makanan dalam kondisi hangat. klien mengatakan sudah diberikan nasi 1 porsi
09.00 Menyelingi makan dengan minum. tidak habis hanya habis 4 sendok.
09.30 Memberikan makan tapi sering. O : Klien tampak nafsu makan berkurang.
12.30 R: Pasien merasakan mual dan tidak nafsu makan Klien tampak susah untuk menelan. Lidah
3) Diberikan terapi farmakologis untuk meningkatkan kotor. TD: 120/80mmhg, Nadi: 102x/menit,
nafsu makan pasien Respirasi: 22x/menit, Suhu: 37oC
R: Infuse RL 500/jam, curcuma, neurodex, A : Masalah belum teratasi
meloxicam, ranitidine, ketorolac P : Lanjutkan intervensi
4) Mengkaji tanda-tanda vital klien. 1) Memberikan makanan sering tapi sedikit
R: TD: 120/80mmhg pada klien.
Nadi: 102x/menit 2) Meningkatkan intake makan melalui :
Respirasi: 22x/menit Menyajikan makanan dalam kondisi
Suhu: 37oC hangat.
5) Memberikan semangat dan pujian positif untuk Menyelingi makan dengan minum.
mendorong kepatuhan. Memberikan makan tapi sering.
R: Pasien merasa senang dan bersemangat 3) Diberikan terapi farmakologis untuk

17
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
meningkatkan nafsu makan pasien
Diagnosa Keperawatan 3 4) Mengkaji tanda-tanda vital klien.
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya,
toleransi fisik melakukan pergerakan Diagnosa Keperawatan 3
R: pasien mengeluh untuk menggerakan tangan dan S : Pasien mengeluh untuk menggerakan tangan
kaki karena sakit pada daerah pinggang dan kaki karena sakit pada daerah pinggang
2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah O : Terlihat pergerakan pasien masih dibantu
sebelum memulai mobilisasi, kondisi umum selama keluarga, karena pasien masih fokus terhadap
melakukan mobilisasi nyeri nya
R: Nadi 102x/menit, TD 120/80 mmHg A : Masalah belum teratasi
3) Ajarkan mobilitas fisik: duduk di tempat tidur P : Lanjutkan intervensi
R: terlihat pergerakan pasien masih dibantu 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
keluarga, karena pasien masih fokus terhadap nyeri fisik lainnya, toleransi fisik melakukan
nya pergerakan
2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi,
kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
3) Ajarkan mobilitas fisik: duduk di tempat
tidur

18
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
SHIFT SIANG Diagnosa Keperawatan 1 Diagnosa Keperawatan 1
Kamis, 6 Januari I/II/III 14.00 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Pasien masih mengeluh nyeri, skala nyeri
2022 frekuensi, kualitas, intensitas Nyeri, skala nyeri, berkurang menjadi 5
Majid
15.30 nyeri non verbal, faktorr yang memperingan dan O : Pasien terlihat lebih tenang dan mampu
Nugraha
memperberat nyeri mengendalikan rasa nyeri nya
R: Pasien merasa nyeri berkurang, skala nyeri nya A : Masalah belum teratasi
menjadi 5 P : Lanjutkan intervensi
17.00 2) Pasien diberikan terapi nonfarmakologis untuk 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
mengurangi rasa nyeri: Murrotal Al-Quran durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
R: Pasien merasa tenang dan nyaman ketika Nyeri, skala nyeri, nyeri non verbal,
18.00 diberikan terapi murrotal Al-Qur’an faktorr yang memperingan dan
20.00 3) Diberikan terapi analgetik ketorolac 10 mg, untuk memperberat nyeri
meredakan peradangan dan nyeri 2) Pasien diberikan terapi nonfarmakologis
R: Pasien merasa nyeri berkurang setelah meminum untuk mengurangi rasa nyeri: Murrotal
obat Al-Quran
3) Diberikan terapi analgetik ketorolac 10
Diagnosa Keperawatan 2 mg, untuk meredakan peradangan dan
1) Memberikan makanan sering tapi sedikit pada nyeri
klien.
R: Pasien dipasang NGT untuk memaksimalkan Diagnosa Keperawatan 2

19
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
asupan nutrisi S : Klien mengatakan masih tidak nafsu makan
2) Meningkatkan intake makan melalui : O : Klien dipasang NGT untuk memenuhi
Menyajikan makanan dalam kondisi hangat. kebutuhan nutrisinya. TD: 120/80mmhg, Nadi:
Menyelingi makan dengan minum. 98x/menit, Respirasi: 22x/menit, Suhu: 37oC
Memberikan makan tapi sering. A : Masalah belum teratasi
R: Pasien diberikan makan melalui selang NGT P : Lanjutkan intervensi
3) Diberikan terapi farmakologis untuk meningkatkan 1) Memberikan makanan sering tapi sedikit
nafsu makan pasien pada klien.
R: Infuse RL 500/jam, curcuma, neurodex, 2) Meningkatkan intake makan melalui :
meloxicam, ranitidine, ketorolac Menyajikan makanan dalam kondisi
4) Mengkaji tanda-tanda vital klien. hangat.
R: TD: 120/80mmhg Menyelingi makan dengan minum.
Nadi: 98x/menit Memberikan makan tapi sering.
Respirasi: 22x/menit 3) Diberikan terapi farmakologis untuk
Suhu: 37oC meningkatkan nafsu makan pasien
4) Mengkaji tanda-tanda vital klien.
Diagnosa Keperawatan 3
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Diagnosa Keperawatan 3
toleransi fisik melakukan pergerakan S : Pasien mengatakan sudah bisa menggerakan
R: pasien mengeluh untuk menggerakan tangan dan kaki dan tangan sedikit-sedikit

20
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
kaki karena sakit pada daerah pinggang O : Terlihat pergerakan pasien masih dibantu
2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah keluarga, walaupun pasien sudah bisa
sebelum memulai mobilisasi, kondisi umum selama mengontrol nyeri nya
melakukan mobilisasi A : Masalah belum teratasi
R: Nadi 98x/menit, TD 120/80 mmHg P : Lanjutkan intervensi
3) Ajarkan mobilitas fisik: duduk di tempat tidur 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
R: terlihat pergerakan pasien masih dibantu fisik lainnya, toleransi fisik melakukan
keluarga, karena pasien masih fokus terhadap nyeri pergerakan
nya 2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi,
kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Ajarkan mobilitas fisik: duduk di tempat tidur
SHIFT MALAM 21.00 Diagnosa Keperawatan 1 Diagnosa Keperawatan 1
Kamis, 6 Januari 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Pasien masih mengeluh nyeri yang hilang
2022 22.30 frekuensi, kualitas, intensitas Nyeri, skala nyeri, timbul, skala nyeri menjadi 4
Igay P
nyeri non verbal, faktorr yang memperingan dan O : Pasien terlihat lebih tenang dan mampu
memperberat nyeri mengendalikan rasa nyeri nya
R: Pasien masih mengeluh nyeri yang hilang A : Masalah belum teratasi
23.00 timbul, skala nyeri menjadi 4 P : Lanjutkan intervensi
2) Pasien diberikan terapi nonfarmakologis untuk 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,

21
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
mengurangi rasa nyeri: Murrotal Al-Quran durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
03.00 R: Pasien merasa tenang dan nyaman ketika Nyeri, skala nyeri, nyeri non verbal,
07.00 diberikan terapi murrotal Al-Qur’an faktorr yang memperingan dan
3) Diberikan terapi analgetik ketorolac 10 mg, untuk memperberat nyeri
meredakan peradangan dan nyeri 2) Pasien diberikan terapi nonfarmakologis
R: Pasien merasa nyeri berkurang setelah meminum untuk mengurangi rasa nyeri: Murrotal
obat Al-Quran
3) Diberikan terapi analgetik ketorolac 10
Diagnosa Keperawatan 2 mg, untuk meredakan peradangan dan
1) Memberikan makanan sering tapi sedikit pada nyeri
klien.
R: Pasien dipasang NGT untuk memenuhi asupan Diagnosa Keperawatan 2
nutrisi S:-
2) Meningkatkan intake makan melalui : O : Klien terpasang NGT untuk memenuhi
Menyajikan makanan dalam kondisi hangat. kebutuhan nutrisinya. TD: 120/80mmhg, Nadi:
Menyelingi makan dengan minum. 87x/menit, Respirasi: 21x/menit, Suhu: 37,1oC
Memberikan makan tapi sering. A : Masalah belum teratasi
R: Pasien diberikan makan melalui selang NGT P : Lanjutkan intervensi
3) Diberikan terapi farmakologis untuk meningkatkan 1) Memberikan makanan sering tapi sedikit
nafsu makan pasien pada klien.

22
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
R: Infuse RL 500/jam, curcuma, neurodex, 2) Meningkatkan intake makan melalui :
meloxicam, ranitidine, ketorolac Menyajikan makanan dalam kondisi
4) Mengkaji tanda-tanda vital klien. hangat.
R: TD: 120/80mmhg Menyelingi makan dengan minum.
Nadi: 87x/menit Memberikan makan tapi sering.
Respirasi: 21x/menit 3) Diberikan terapi farmakologis untuk
Suhu: 37,1oC meningkatkan nafsu makan pasien
4) Mengkaji tanda-tanda vital klien.
Diagnosa Keperawatan 3
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Diagnosa Keperawatan 3
toleransi fisik melakukan pergerakan S : Pasien sudah mampu menggerakan badan
R: pasien mengeluh untuk menggerakan tangan dan nya
kaki karena sakit pada daerah pinggang O : Terlihat pergerakan pasien sudah tidak
2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah dibantu, pasien sudah bisa mengontrol nyeri
sebelum memulai mobilisasi, kondisi umum selama nya
melakukan mobilisasi A : Masalah belum teratasi
R: Nadi 87x/menit, TD 120/80 mmHg P : Lanjutkan intervensi
3) Ajarkan mobilitas fisik: duduk di tempat tidur 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
R: terlihat pergerakan pasien masih dibantu fisik lainnya, toleransi fisik melakukan
keluarga, karena pasien masih fokus terhadap pergerakan

23
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
nyeri nya 2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi,
kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
3) Ajarkan mobilitas fisik: duduk di tempat
tidur

24
ANALISIS INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN JURNAL

Analisis Tindakan Keperawatan I


Judul Pengaruh Intervensi " Murottal Al-Qur'an"
Terhadap Penurunan Derajat Nyeri Pasien
Low Back Pain Kronik
Nama Peneliti Fahrulsyah Nst, M. (2021)
Hasil Penelitian Tujuan:
Untuk mengetahui pengaruh intervensi
murrotal Al Qur-an dalam mengurangi
derajat nyeri pada penderita low back
painkronik.
Metode:
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksperimental dengan desain pre test-post
testterhadap 32 subjek yang terbagi dalam 2
kelompok, yaitu kelompok uji (n=16) dan
kelompok kontrol (n=16) di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Hasil:
Hasil uji statistik pada kelompok uji
didapatkan mean NPRS sebelum diberikan
intervensi murottal Al Qur’an adalah 5,75
dan setelah intervensi sebesar 3,44.
Berdasarkan uji T-berpasangan,
menunjukkan hasil yang signifikan
(p=0,000). Hasil uji T-tidak berpasangan
pada nilai post test kedua kelompok
menunjukkan perbedaan yang signifikan
(p=0,029). Hasil uji Mann-Whitney pada
selisih penurunan NPRS pada kedua
kelompok juga menunjukkan perbedaan
yang signifikan (p=0,000).

25
Referensi Jurnal: Fahrulsyah Nst, M. (2021). Pengaruh Intervensi" Murottal Al-Qur'an"
Terhadap Penurunan Derajat Nyeri Pasien Low Back Pain Kronik
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS HASANUDDIN).

26
DAFTAR PUSTAKA

Fahrulsyah Nst, M. (2021). Pengaruh Intervensi" Murottal Al-Qur'an" Terhadap Penurunan


Derajat Nyeri Pasien Low Back Pain Kronik (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
HASANUDDIN). Diakses pada tanggal 4 Januari 2022
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/8447/
Huldani, H. (2012). Nyeri Punggung. Diakses pada tanggal: 4 Januari 2022
http://eprints.ulm.ac.id/210
Mahendra, A. (2018). HUBUNGAN USIA, MASA KERJA, STATUS GIZI DAN INTENSITAS
GETARAN MESIN DENGAN KELUHAN SUBYEKTIF LOW BACK PAIN (Studi Pada
Pekerja Penggergajian Kayu Desa Sapuran, Wonosobo) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Semarang). Diakses pada tanggal: 4 Januari 2022
http://repository.unimus.ac.id/2585/
Rania, Q. (2020). Resiko keluhan low back pain terhadap kejadian Incontinence urine pada
ibu hamil di kecamatan Leuwiliang, bogor jawa barat 2019 (Doctoral dissertation,
Universitas Binawan). Diakses pada tanggal: 4 Januari 2022
http://repository.binawan.ac.id/id/eprint/1272
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Widyasari, B. K., Ahmad, A., & Budiman, F. (2014). Hubungan Faktor Individu Dan Faktor
Risiko Ergonomi Dengan Keluhan Low Back Pain (LBP) Pada Penjahit Sektor
Usaha Informal CV. Wahyu Langgeng Jakarta Tahun 2014. Indonesian of Health
Information Management Journal (INOHIM), 2(2), 90-99. Diakses pada tanggal: 4
Januari 2022 https://inohim.esaunggul.ac.id/index.php/INO/article/view/107

27

Anda mungkin juga menyukai