Anda di halaman 1dari 6

1.1.

Definisi
Low Back Pain atau LBP merupakan nyeri pada punggung bagian bawah, bukan
merupakan penyakit atau diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan nyeri
yang dirasakan di area yang terkena bervariasi lama terjadinya nyeri (WHO,2013).
Low Back Pain merupakan nyeri di sekitar lumbosakral dan sakroiliakal yang disertai
penjalaran ke tungkai sampai kaki. Mobilitas punggung bawah yang sangat tinggi,
berfungsi sebagai menyangga beban tubuh dan sekaligus berdekatan dengan jaringan
lain yaitu traktus digestivus dan traktus urinarius yang bila mengalami perubahan
patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah. (Harsono,2015).
Nyeri punggung adalah nyeri yang berkaitan dengan bagaimana tulang, ligamen dan
otot punggung bekerja, hal ini biasanya terjadi sebagai akibat gerakan mengangkat,
membungkuk, atau mengejan, dan dapat hilang timbul (Bull & Archard, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa Low Back Pain merupakan perasaan nyeri pada area
pinggang bawah yang dapat menjalar sampai ke tungkai atau kaki yang dapat dialami
oleh setiap orang, yang bila tidak ditangani akan menimbulkan kecacatan.

1.2. Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
a. Diskogenik (sindroma spinal radikuler) Sindroma radikuler biasanya disebabkan
oleh suatu hernia nukleus pulposus yang merusak saraf-saraf disekitar radiks.
Diskus hernia ini bisa dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nukleus
pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokasinya
paling sering di daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali pada daerah
torakal. Nukleus terdiri dari mega molekul proteoglikan yang dapat menyerap air
sampai sekitar 250% dari beratnya. Sampai dekade ke tiga, gel dari nukleus
pulposus hanya mengandung 90% air, dan akan menyusut terus sampai dekade ke
empat menjadi kira- kira 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam
tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian
vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang
epidural. Pada trauma yang berulang menyebabkan robekan serat-serat anulus
baik secara melingkar maupun radial. Beberapa robekan anular dapat
menyebabkan pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi
dan hidrasi nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial
menyebabkan massa nukleus berpindah keluar dari anulus lingkaran ke ruang
epidural dan menyebabkan iritasi ataupun kompresi akar saraf.
b. Non-diskogenik Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada
serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n. iskiadikus dan bisa disebabkan
oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi
n.iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi
sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. Iskiadikus (neuritis n.
iskiadikus).
Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
1. Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
2. Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis,
stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.
Prosedur degenerasi pada pasien
a. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
b. Kegemukan
c. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
d. Keseleo
e. Terlalu lama pada getaran.
f. Gaya berjalan.
g. Merokok.
h. Duduk terlalu lama.
i. Kurang latihan (oleh raga).
j. Depresi /stress.

1.3. Klasifikasi
Back pain diklasifikasikan ke dalam tiga kategori berdasarkan durasi dari gejala yaitu akut,
sub akut, dan kronis. Low back pain akut di definisikan sebagai timbulnya episode Low back
pain menetap dengan durasi atau rasa sakit yang telah hadir selama enam minggu atau
kurang. Durasi nyeri selama 6 sampai dengan 12 minggu di kelompokan sebagai Low back
pain sub akut, sedangkan untuk durasi nyeri yang hadir lebih dari 12 minggu adalah Low
back pain kronis (Arya, 2014).
Pembagian klasifikasi yang berbeda dikemukakan oleh Chou dan Qaseem (2007) terdapat
dua macam Low Back Pain yakni, spesifik dan non spesifik. Spesifik merupakan gambaran
penyebab low back pain yang dapan diidentifikasikan secara jelas, seperti terjadinya
degenerasi, kanker, atau penyakit dan trauma langsung. Sedangkan low back pain non
spesifik berarti penyebab terjadinya masih terdapat kerancuan dan belum dapat diidentifikasi
penyebabnya.

1.4. Patofisiologi
1.5. Pathway
1.6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala Low back pain miogenik adalah nyeri punggung bawah yang waktu
nyerinya timbul secara bertahap, serta nyeri berada di satu tempat sepanjang punggung
bawah, tenderness pada otot- otot punggung bagian bawah, lingkup gerak sendi terbatas,
serta tidak adanya gangguan neurologi (Muhith & Yasma, 2014). Gejala penyakit punggung
yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas, dan nyeri serta paraestesia atau rasa
lemah pada tungkai. Gejala serangan pada saat pertama kali yang sangat penting diperhatikan
apakah gejala muncul tiba – tiba atau gejala muncul setelah melakukan aktifitas gerak, dan
apakah gejala muncul dengan nyeri menetap atau berangsur turun. Perlu diperhatikan juga
sikap tubuh dan gejala yang penting pula yaitu apakah ada secret uretra dan retensi urine
(Apley, 2013).

1.7. Pemeriksaan penunjang


Diagnosa LBP dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan beberapa pemeriksaan
fisik. Menurut utami (2012) beberapa hal harus dilakukan adalah:
1. Palpasi Pada palsasi, harus dilakukan secara halus dan terlebih dahulu diraba pada
daerah yang nyerinya ringan (Harsono, 2007). Apakah terdapat nyeri tekan pada
tulang belakang atau spasme pada otot errector spine.
2. Tes Nordik Body Map (NBM) Keluhan otot yang terjadi pada organ tubuh tertentu
dapat ditelusuri dengan menggunakan beberapa alat ukur ergonomi mulai dari alat
yang sederhana hingga menggunakan peralatan komputer.

1.8. Diagnosa banding


1.9. Penatalaksanaan
Biasanya low back pain hilang secara spontan. Kekambuhan sering terjadi karena
aktivitas yang disertai pembebanan tertentu. Penderita yang sering mengalami
kekambuhan harus diteliti untuk menyingkirkan kelainan neurologik yang mungkin
tidak jelas sumbernya.20 Berbagai telaah yang dilakukan untuk melihat perjalanan
penyakit menunjukkan bahwa proporsi pasien yang masih menderita low back pain
selama 12 bulan adalah sebesar 62% (kisaran 42 % - 75 %), agak bertentangan
dengan pendapat umum bahwa 90% gejala low back pain akan hilang dalam 1 bulan.
Penanganan terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan menghilangkan
penyebabnya (kausal) walaupun tentu saja pasien pasti lebih memilih untuk
menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu (simptomatis). Jadi perlu digunakan
kombinasi antara pengobatan kausal dan simptomatis. Secara kausal, penyebab nyeri
akan diatasi sesuai kasus penyebabnya. Misalnya untuk penderita yang kekurangan
vitamin saraf akan diberikan vitamin tambahan. Para perokok dan pecandu alkohol
yang menderita LBP akan disarankan untuk mengurangi konsumsinya. Pengobatan
simptomatik dilakukan dengan menggunakan obat untuk menghilangkan gejala-
gejala seperti nyeri, pegal, atau kesemutan. Pada kasus LBP karena tegang otot dapat
dipergunakan Tizanidine yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi otot (muscle
relaxan). Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan
campuran antara obat-obat analgesik, anti inflamasi, NSAID, obat penenang, dan
lain-lain
1.10. Komplikasi
1.11. Proses keperawatan
1.12. Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai