SAMBUTAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
Pada era demokrasi dan transparansi dewasa ini, aparatur negara tetap menjadi
tumpuan harapan untuk menjadi salah satu dinamisator ke arah pemulihan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan setelah krisis multi dimensi yang melanda bangsa dan
negara sejak tahun 1997.
Dalam pada itu, berbagai penilaian yang mengindikasikan merajalelanya KKN di negeri
kita, termasuk pada lingkup birokrasi pemerintahan merupakan tantangan tersendiri yang
harus dijawab oleh seluruh aparatur negara. Apabila kita tidak dapat membersihkan diri kita
sendiri secara sungguh-sungguh akan mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap
aparatur negara semakin rendah, yang pada gilirannya kepercayaan rakyat kepada
pemerintah akan sirna. Upaya yang terencana dan transparan dengan melibatkan seluruh
komponen masyarakat untuk menjadikan pemerintahan yang bersih (clean government)
menuju ke arah kepemerintahan yang baik (good governance) tidak bisa ditunda lagi.
Sehubungan hal tersebut saya menghargai hasil karya BPKP yang merespons surat
Men.PAN Nomor: 37a/M.PAN/2/2002 tanggal 8 Pebruari 2002 tentang Intensifikasi dan
Percepatan Pemberantasan KKN dengan menerbitkan 5 (lima) Buku Pedoman Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi yaitu di bidang Pengelolaan APBN/APBD,
BUMN/BUMD, Perbankan, Kepegawaian, Sumber Daya Alam dan Pelayanan Masyarakat.
Saya berharap agar seluruh aparat baik yang bertugas di Instansi Pemerintah
Pusat/Daerah, BUMN/BUMD maupun Perbankan dapat menggunakan Buku Pedoman ini dan
mengembangkannya sesuai kondisi lingkungan tugas masing-masing sehingga dapat
mencegah dan menanggulangi kasus-kasus KKN secara efektif dan efisien.
Hendaknya selalu diingat bahwa masyarakat sesungguhnya sangat menghendaki
munculnya jiwa kepeloporan dan sifat keteladanan aparatur negara sebagai panutan mereka
dengan tindakan nyata mencegah dan memberantas KKN. Dimulai langkah yang terpuji serta
kesadaran tinggi dalam menjalankan tugas umum pemerintahan dan pembangunan, kiranya
tingkat kepercayaan masyarakat yang saat ini mengalami degradasi dapat diperbaiki dan
ditingkatkan sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan menuju kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat dapat sukses.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridloi upaya kita bersama.
FEISAL TAMIN
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
(BPKP)
Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membimbing kita dalam
melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan dan Pembangunan, serta upaya pencegahan dan
penanggulangan korupsi ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Jakarta, 31 Juli 2002
KEPALA
ARIE SOELENDRO
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
KATA PENGANTAR KEPALA BPKP
DAFTAR ISI
Bab I
Bab II
UMUM
A.
Dasar Pemikiran
B.
Pengertian Umum
C.
Tujuan dan Sasaran
D.
Ruang Lingkup
E.
Sistim Pengendalian Manajemen
F.
Metode Penyajian
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KORUPSI
PADA PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN
A. Pengelolaan BUMN/BUMD
1. Siklus Penjualan dan Penerimaan Barang
2. Siklus Pengadaan barang dan jasa serta pembayarannya
3. Siklus Penggajian dan kepegawaian
4. Siklus Persediaan dan penyimpangan
5. Siklus Perolehan Modal dan Pembayaran Kembali
6. Kecurangan keuangan lainnya
B. Pengelolaan Perbankan
1. Pengelolaan dana pihak ketiga
2. Penempatan dana Perbankan
3. Pemberian Kredit
4. Pengelolaan Transaksi Derivatif
5. Kecurangan Perbankan Lainnya
2
3
5
6
8
9
9
10
12
17
26
34
40
43
45
54
58
61
67
70
74
75
BAB I
UMUM
A. DASAR PEMIKIRAN
Korupsi telah sejak lama terjadi di Indonesia. Praktik-praktik seperti penyalahgunaan
wewenang, penyuapan, pemberian uang pelicin, pungutan liar, pemberian imbalan atas
dasar kolusi dan nepotisme serta penggunaan uang negara untuk kepentingan pribadi,
oleh masyarakat diartikan sebagai suatu perbuatan korupsi dan dianggap sebagai hal
yang lazim terjadi di negara ini. Ironisnya, walaupun usaha-usaha pemberantasannya
sudah dilakukan lebih dari empat dekade, praktik-praktik korupsi tersebut tetap
berlangsung, bahkan ada kecenderungan modus operandinya lebih canggih dan
terorganisir, sehingga makin mempersulit penanggulangannya.
Pada buku Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional (SPKN) yang diterbitkan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada tahun 1999, telah
diidentifikasikan bahwa faktor-faktor penyebab korupsi di Indonesia terdiri atas 4
(empat) aspek, yaitu:
1. Aspek perilaku individu, yaitu faktor-faktor internal yang mendorong seseorang
melakukan korupsi seperti adanya sifat tamak, moral yang kurang kuat menghadapi
godaan, penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup yang wajar, kebutuhan
hidup yang mendesak, gaya hidup konsumtif, malas atau tidak mau bekerja keras,
serta tidak diamalkannya ajaran-ajaran agama secara benar.
2. Aspek organisasi, yaitu kurang adanya keteladanan dari pimpinan, kultur organisasi
yang tidak benar, sistem akuntabilitas yang tidak memadai, kelemahan sistem
pengendalian manajemen, dan kecenderungan manajemen menutupi perbuatan
korupsi yang terjadi dalam organisasinya.
3. Aspek masyarakat, yaitu berkaitan dengan lingkungan masyarakat di mana
individu dan organisasi tersebut berada, seperti nilai-nilai yang berlaku yang kondusif
untuk terjadinya korupsi, kurangnya kesadaran bahwa yang paling dirugikan dari
terjadinya praktik korupsi adalah masyarakat dan mereka sendiri terlibat dalam
praktik korupsi, serta pencegahan dan pemberantasan korupsi hanya akan berhasil
bila masyarakat ikut berperan aktif. Selain itu adanya penyalahartian pengertianpengertian dalam budaya bangsa Indonesia.
4. Aspek peraturan perundang-undangan, yaitu terbitnya peraturan perundangundangan yang bersifat monopolistik yang hanya menguntungkan kerabat dan atau
kroni penguasa negara, kualitas peraturan perundang-undangan yang kurang
memadai, judicial review yang kurang efektif, penjatuhan sanksi yang terlalu ringan,
penerapan sanksi tidak konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi
dan revisi peraturan perundang-undangan.
Prasyarat keberhasilan dalam pencegahan dan penanggulangan korupsi adalah adanya
komitmen dari seluruh komponen bangsa, meliputi komitmen seluruh rakyat secara
konkrit, Lembaga Tertinggi Negara, serta Lembaga Tinggi Negara. Komitmen tersebut
telah diwujudkan dalam berbagai bentuk ketetapan dan peraturan perundang-undangan
di antaranya sebagai berikut:
Strategi Detektif
Strategi detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya perbuatan korupsi.
Strategi detektif dapat dilakukan dengan:
a.
Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat;
b.
Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu;
c.
d.
e.
f.
3.
Sistem pengendalian manajemen perlu dipantau. Hal ini dapat dicapai dengan adanya
aktivitas pemantauan yang berkelanjutan, evaluasi yang terpisah, berdiri sendiri atau
kombinasi keduanya. Pemantauan yang berkesinambungan terjadi pada saat operasi.
Hal itu mencakup aktivitas reguler manajemen dan supervisi, dan tindakan-tindakan
personil lainnya yang dapat diambil dalam menjalankan tugas mereka. Lingkup dan
frekuensi dari evaluasi yang tersendiri akan tergantung terutama pada penilaian
suatu risiko dan efektivitas prosedur pemantauan yang sedang berjalan.
Penyimpangan pengendalian manajemen harus dilaporkan ke atas dengan hal-hal
yang serius dilaporkan kepada manajemen puncak dan kepada Dewan Komisaris.
Sistem pengendalian manajemen mengandung sinergi dan keterkaitan diantara
komponen-komponen, membentuk suatu sistem yang terpadu yang bereaksi secara
dinamis terhadap kondisi yang berubah-ubah. Sistem pengendalian manajemen
berada di dalam aktivitas operasi perusahaan dan ada karena alasan-alasan bisnis
yang fundamental. Pengendalian manajemen paling efektif manakala pengendalian
dibangun kedalam infrastruktur perusahaan dan sebagai suatu bagian yang penting
dari perusahaan. Built in Control mendukung kualitas dan pemberdayaan inisiatif,
menghindarkan biaya yang tidak perlu dan memungkinkan respon yang cepat
terhadap kondisi yang berubah.
Penyusunan upaya-upaya Detektif, yaitu upaya-upaya yang diarahkan agar
perbuatan korupsi yang telah terjadi dapat dideteksi, mengacu pada pendekatan
audit dengan penekanan pada pengujian-pengujian ketaatan (compliance test).
Pengujian-pengujian ketaatan lebih menekankan pada apakah suatu transaksi telah
disetujui pejabat yang berwenang, telah dinilai dengan benar, dicatat dengan tepat,
dan dilaporkan tepat waktu. Pelaksanaan suatu transaksi yang tidak mengikuti hal-hal
dimaksud pada umumnya mengindikasikan adanya penyimpangan dalam pengelolaan
transaksi tersebut.
Dalam hal manajemen menemukan adanya kasus penyimpangan yang ditemukan,
manajemen harus menindaklanjuti dengan upaya-upaya Represif. Upaya-upaya
Represif, yaitu upaya-upaya yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi dapat
diproses secara hukum dikelompokkan atas kasus-kasus korupsi yang berindikasi Non
Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Korupsi.
F. METODE PENYAJIAN
Metode penyajian upaya pencegahan dan penanggulangan korupsi pada buku ini
dilakukan dengan 2 (dua) cara. Pada BUMN/BUMD dilakukan berdasarkan pendekatan
siklus akuntansi (accounting system cycles), sedangkan pada Perbankan dilakukan
berdasarkan pendekatan operasi Perbankan (banking business). Pada bagian awal
terlebih dahulu diuraikan secara singkat fakta dan proses kejadian penyimpangan yang
terjadi, diikuti dengan upaya pencegahan dan penanggulangan secara preventif dan
detektif, sedangkan khusus mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan secara
represif disajikan tersendiri pada bab lain (bab III).
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam penyajian upaya-upaya tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Pendekatan Berdasarkan Siklus Akuntansi.
Pendekatan berdasarkan siklus akuntansi pada BUMN/BUMD disajikan berdasarkan
transaksi yang berhubungan erat satu dengan yang lainnya, yaitu:
siklus ini antara lain meliputi penerbitan kertas berharga dan penggunaan
hasilnya yang tidak tepat karena kepentingan pribadi, penerimaan hasil
penempatan dana tidak disetor ke kas badan usaha, dan pembelian promes yang
berpotensi tidak tertagih dengan imbalan tertentu yang diterima pegawai /pejabat
perusahaan penerbit.
f. Kecurangan keuangan lainnya.
Kecurangan keuangan lainnya adalah penyimpangan keuangan yang terjadi pada
BUMN/BUMD yang tidak termasuk dalam siklus di atas, meliputi pajak yang tidak
disetorkan ke Kas Negara, penerimaan bunga hasil penempatan dana yang tidak
disetorkan ke kas perusahaan, pembelian promes yang berpotensi tidak tertagih
pada saat jatuh tempo dilakukan oleh oknum perusahaan dengan imbalan
tertentu dari penerbit promes, pemanfaatan tanah milik perusahaan untuk
kepentingan pribadi oknum perusahaan, penjualan aset perusahaan tanpa melalui
prosedur yang berlaku, pelaksanaan tukar guling (Ruislaag) dengan merendahkan
nilai asset perusahaan dan menaikkan nilai asset pengganti, sampai kepada
pendaftaran orang yang telah meninggal sebagai peserta asuransi jiwa untuk
memperoleh klaim akibat kecelakaan yang diajukan oleh oknum perusahaan.
2. Pendekatan Berdasarkan Operasi Perbankan.
Pendekatan Perbankan disajikan berdasarkan operasi perbankan (banking business)
meliputi kegiatan-kegiatan mencakup:
a. Pengelolaan dana pihak ketiga.
Pengelolaan dana pihak ketiga meliputi pengelolaan dana pihak lain pada Bank
dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito yang
penarikannya dapat dilakukan menurut ketentuan yang disetujui bersama dengan
pemilik dana. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kegiatan ini antara
lain pemberian kredit pada perusahaan terkait Bank dengan bunga yang lebih
rendah dari bunga deposito yang ditempatkan, pemberian suku bunga deposito
diatas suku bunga yang tertera dalam bilyet deposito, yang pada saat jatuh
tempo kelebihan bunga tersebut dibukukan pada biaya lain-lain sehingga
mengurangi PPh untuk Negara, pencairan dua kali deposito milik pihak terkait
pada Bank dengan cara memanfaatkan rekening suspen-non tunai, pengambilan
tabungan nasabah tidak aktif dengan cara memalsukan tandatangan nasabah dan
memindahkan ke rekening pegawai Bank, dan pemanfaatan rekening giro
nasabah yang telah tutup untuk menarik dana.
b. Penempatan dana Bank.
Penempatan dana Bank adalah penanaman dana pada Bank lain baik di dalam
negeri maupun di luar negeri dalam bentuk interbank call money, tabungan,
deposito berjangka, dan lain-lain yang sejenis dengan tujuan untuk memperoleh
penghasilan. Penempatan dana bank termasuk dalam bentuk wesel, surat
pengakuan hutang, saham, obligasi dan sekuritas kredit. Penyimpanganpenyimpangan yang terjadi pada kegiatan ini antara lain penempatan dana pada
Bank di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa dengan Bank, yang
pada saat jatuh tempo dana tersebut sengaja tidak dapat dicairkan sehingga
harus ditalangi dengan dana BLBI, penempatan dana pada Bank lain dengan
tingkat bunga yang lebih tinggi dari tingkat bunga pada dokumen yang selisih
bunga ditransfer ke rekening pejabat Bank, penempatan dana pada cabang Bank
di luar negeri yang dipinjamkan kepada perusahaan milik keluarga pemilik Bank di
luar negeri, penempatan dana pada perusahaan reksadana yang belum
mendapatkan ijin dari Bapepam, yang pada saat jatuh tempo tidak dapat ditarik
karena perusahaan ditutup, peminjaman Uang Antar Bank dengan suku bunga
melebihi suku bunga penjaminan pemerintah, yang selanjutnya di rekayasa
menjadi deposito atas nama salah satu direktur Bank Kreditor, serta pelarian dana
ke luar negeri dan menyalurkannya ke perusahan group yang dilakukan dengan
cara membuat perjanjian dibawah tangan dengan Fund Manager di luar negeri.
c. Pemberian kredit.
Pemberian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Termasuk dalam pemberian kredit adalah kredit dalam rangka pembiayaan
bersama dan kredit dalam proses penyelamatan. Penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi pada kegiatan ini antara lain pemberian kredit kepada nasabah yang
tidak disertai dengan pengikatan jaminan yang memadai, pemberian fasilitas
kredit konstruksi kepada nasabah dengan jaminan kontrak pekerjaan fiktif,
pemberian fasilitas kredit kepada keluarga pejabat Bank dengan jaminan pejabat
Bank yang bersangkutan, pemberian fasilitas overdraft kepada nasabah
bermasalah tanpa melalui analisa dan pertimbangan yang matang, pemberian
kredit untuk menutupi kekurangan pembayaran untuk spekulasi jual beli valas
yang nilainya melebihi margin deposit nasabah, sehingga kredit menjadi macet,
penghindaran pelanggaran BMPK dengan merekayasa pencairan KUK fiktif untuk
kepentingan group terkait Bank, serta penerimaan cicilan pinjaman yang telah
dihapus buku tidak disetorkan pada bank namun digunakan untuk kepentingan
pribadi petugas Bank.
mengubah posisi aktiva dan pasiva bank pada tanggal laporan tetapi harus
dilaksanakan oleh bank apabila persyaratan yang disepakati dengan nasabah
terpenuhi, yang disajikan dalam laporan komitmen dan kontinjensi.
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kegiatan ini antara lain
melaporkan pendapatan bunga kredit lebih besar dari jumlah sebenarnya
dengan tujuan untuk menaikkan laba dan memperbesar jasa produksi,
pemotongan PPh Pasal 23 atas bunga tabungan, deposito, dan giro nasabah
yang tidak dilaporkan dan atau hanya sebagian disetorkan ke Kantor Kas
Negara, pengalihan kepemilikan saham Bank yang sedang digadaikan kepada
Bank Indonesia (untuk jaminan dana BLBI) kepada pihak lain, pengeluaran
biaya tenaga kerja asing yang tidak bekerja untuk Bank tetapi untuk
kepentingan perusahaan group terkait Bank, penerbitan Bank Garansi oleh
Bank tidak diikuti dengan pembayaran provisi dan setoran jaminan dengan
imbalan tertentu dari nasabah kepada petugas Bank, serta pencairan Bank
Garansi oleh perusahaan pemberi kerja yang dilakukan dengan membuat
pekerjaan seolah-olah tidak memenuhi klausul kontrak berdasarkan kerjasama
antara pemberi kerja, kontrakor dan pegawai Bank penerbit Garansi.
BAB II
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KORUPSI
PADA PENGELOLAAN BUMN/BUMD dan PERBANKAN
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan struktur organisasi yang memisahkan fungsi
pencatatan piutang dengan fungsi penerimaan kas.
b. Direksi harus menetapkan jumlah penerimaan maksimal yang dapat dilakukan
oleh kasir secara tunai.
c. Direksi harus menetapkan ketentuan agar Kasir menyetor seluruh penerimaan
uang ke Bank selambat-lambatnya sehari setelah penerimaan uang tersebut.
d. Penanggungjawab keuangan (Kepala Divisi Keuangan) harus melakukan
rekonsiliasi antara Buku Kas dengan jumlah uang kas yang diterima setiap
hari pada akhir jam kerja.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan verifikasi kesesuaian pencatatan penerimaan kas dengan cara
membandingkan setiap transaksi penerimaan uang menurut Buku Besar Kas
dengan bukti yang dicatat pada Buku Pembantu Kas.
b. Melakukan pengujian terhadap kemungkinan terjadinya penundaan
pencatatan penerimaan kas dengan cara membandingkan tanggal pencatatan
pada Buku Pembantu Kas dengan tanggal pada bukti penerimaan kas.
c. Melakukan penghitungan jumlah penerimaan kas yang belum disetor sesuai
dengan bukti-bukti yang belum dicatat dalam Buku Pembantu Kas untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya uang yang ditunda pencatatannya dan
diambil oleh Kasir.
4) Premi asuransi tidak disetorkan oleh agen yang ditunjuk perusahaan, tetapi
dipergunakan untuk kepentingan pribadi oleh agen yang bersangkutan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Melakukan evaluasi terhadap kinerja agen asuransi secara periodik.
b. Agen asuransi harus menyetorkan hasil penagihannya setiap hari kepada
kantor cabang/kantor pusat.
c. Bukti penyetoran premi dibuat secara prenumbered dan agen harus
mempertanggung-jawabkan penggunaan bukti tersebut.
d. Membuka outlet/tempat penerimaan setoran premi di Bank atau tempattempat strategis lainnya.
e. Menyusun sistem penyetoran melalui ATM, Bank atau internet yang sifatnya
memudahkan nasabah menyetor premi secara langsung.
f. Memberikan laporan keuangan/data setoran nasabah secara periodik kepada
nasabah agar yang bersangkutan dapat mengetahui status setorannya.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas keluhan nasabah yang setoran preminya tidak
masuk dalam laporan keuangan.
b. Melakukan penelitian terhadap kinerja agen asuransi untuk mengetahui
apakah yang bersangkutan selama ini pernah melakukan penggelapan
setoran premi.
c. Melakukan penelitian terhadap pertanggungjawaban penggunaan formulir
bukti setor premi.
d. Menghitung besarnya nilai setoran yang tidak dilaporkan dan tidak disetorkan
oleh agen asuransi.
c. Melakukan tender terbuka atas setiap pekerjaan yang bersifat reguler, tidak
spesifik, dan umum.
d. Penunjukan langsung baru dapat dilakukan apabila pekerjaan yang akan
dilakukan bersifat darurat, sangat spesifik, dan tidak ada lagi rekanan yang
sejenis.
e. Penunjukan langsung yang bernilai besar harus mendapat persetujuan dari
Dewan Komisaris.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan konfirmasi harga kepada rekanan yang sejenis atau pekerjaan
yang sejenis di perusahaan lain.
b. Mempelajari proses penyusunan HPS untuk mengetahui apakah HPS disusun
sesuai ketentuan Perusahaan.
c. Mempelajari tanggal-tanggal permintaan, pembentukan panitia, penyusunan
HPS, undangan, negosiasi harga, penandatanganan kontrak dan
pembayarannya untuk mengetahui kronologis peristiwa dan mendeteksi
adanya rekayasa penanggalan.
d. Melakukan penelitian terhadap isi kontrak dan pembayarannya untuk
mengetahui apakah terdapat klausul kontrak dan pembayaran yang dapat
merugikan Perusahaan.
e. Melakukan penelitian terhadap hubungan Rekanan dengan Panitia
Penunjukan langsung atau Pejabat Perusahaan lainnya untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan istimewa antara rekanan dengan pejabat/pegawai
Perusahaan.
f. Melakukan penelitian terhadap mutu pekerjaan untuk mengetahui apakah
pekerjaan dilakukan sesuai dengan kontrak atau terjadi penurunan mutu hasil
pekerjaan.
4) Penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) dilakukan berdasarkan harga
pengadaan tahun sebelumnya ditambah persentase tertentu, dengan tujuan
mengambil kelebihan harga untuk kepentingan pribadi.
Upaya-upaya Preventif:
a.
b.
c.
Upaya-upaya Detektif:
a.
b.
c.
7) Pelelangan pengadaan barang dan jasa bersifat formalitas yang dilakukan dengan
cara
peserta pelelangan merupakan perusahaan pinjaman dan aanwijzing
dilakukan hanya untuk satu rekanan (rekanan lain menandatangani Berita Acara
tanpa menghadiri)
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan ketentuan jumlah calon rekanan minimum yang
harus diundang mengikuti pelelangan pengadaan barang dan jasa yang
dibutuhkan perusahaan.
b. Surat keterangan tempat kedudukan calon rekanan peserta pelelangan harus
disahkan pejabat setempat.
c. Nama-nama pimpinan dan pegawai rekanan peserta pelelangan harus
dituangkan dalam Berita Acara Aanwijzing.
d. Berita Acara Aanwijzing harus ditandatangani dihadapan Kepala Bagian
Pengadaan dan Panitia Pelelangan.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan pengujian kemungkinan kesamaan huruf dalam surat menyurat
pelelangan diantara peserta pelelangan yang memasukkan penawaran.
b. Melakukan konfirmasi kepada Kadin/Lembaga Jasa Konstruksi setempat
terhadap kebenaran nama-nama pimpinan rekanan.
c. Melakukan penelitian kemungkinan adanya hubungan istimewa antara sesama
peserta pelelangan.
8) Pemberian uang muka kerja pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara
swakelola tidak sesuai dengan tujuan pengajuannya, mengakibatkan pekerjaan
tersebut mengalami kegagalan dan sebagian uang muka kerja dipergunakan
untuk kepentingan pribadi.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan dengan jelas petugas pemegang uang muka
mencakup nama dan jabatannya.
b. Direksi harus menetapkan jumlah maksimal uang muka kerja yang dapat
diberikan dan batas waktu pertanggung-jawaban uang muka kerja yang
diberikan.
c. Direksi harus menetapkan prosedur pelaksanaan opname atas uang muka
kerja yang dilakukan secara periodik dan sewaktu-waktu dan petugas yang
bertanggung jawab melaksanakan opname atas uang muka kerja.
d. Setiap pengajuan uang muka kerja harus jelas penggunaanya dan
memperoleh persetujuan atasan langsung peminta uang muka kerja.
e. Pengambil uang muka kerja harus terlebih dahulu mempertanggungjawabkan uang muka kerja yang diambil sebelum mengajukan uang muka
berikutnya.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian apakah uang muka kerja hanya diberikan kepada
petugas yang telah ditetapkan oleh Direksi.
b. Melakukan verifikasi kebenaran jumlah uang muka kerja dengan cara
membandingkan buku besar uang muka kerja dengan buku pembantu uang
muka kerja per petugas pemegang uang muka kerja dan meneliti apakah
terdapat uang muka kerja yang sudah melewati batas waktu pertanggung
jawaban.
c. Melakukan penelitian kebenaran pertanggung-jawaban apakah penggunaan
uang muka kerja telah didukung bukti-bukti pengeluaran sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
d. Melakukan verifikasi kebenaran saldo uang muka kerja dengan cara
membandingkan uang muka kerja yang belum dipertanggung-jawabkan
dengan tujuan penggunaannya.
9) Pelaksanaan pekerjaan terbengkalai karena rekanan melarikan diri, akibatnya
perusahaan mengalami kerugian karena uang muka kerja pelaksanaan pekerjaan
kepada rekanan ternyata tidak didukung jaminan pelaksanaan dan jaminan uang
muka yang sah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam kontrak.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan ketentuan bahwa setiap pembayaran uang muka
kerja kepada rekanan pelaksana hanya dapat dilakukan setelah rekanan
tersebut menyerahkan jaminan pelaksanaan dan jaminan uang muka yang
sah.
b. Direksi harus menetapkan persyaratan bahwa jaminan pelaksanaan dan
jaminan uang muka kerja hanya dapat diterima apabila diterbitkan oleh bank
atau lembaga keuangan bukan bank yang kredibel dan sehat.
c. Setiap jaminan pelaksanaan dan jaminan uang muka kerja yang diterima
harus dikonfirmasi keasliannya kepada penerbit jaminan.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian apakah pengeluaran uang muka pekerjaan telah
didukung oleh jaminan uang muka.
b. Melakukan penelitian apakah pelaksanaan pekerjaan telah didukung oleh
jaminan pelaksanaan yang cukup (Performance Bond) untuk mengantisipasi
kegagalan proyek.
c. Melakukan konfirmasi kepada Bank pemberi jaminan.
10) Pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui perantara (tidak langsung kepada
agen tunggal produk yang dibeli), karena pejabat di Bagian Pengadaan mendapat
imbalan dari perantara tersebut.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan ketentuan mengenai jenis barang dan jasa,
anggaran serta harga pasar yang pengadaannya tidak dapat dilakukan
langsung melalui agen tunggal disertai alasan-alasannya.
b. Direksi harus menetapkan harga barang dan jasa melalui agen tunggal harus
mengacu kepada harga agen tunggal ditambah pengeluaran-pengeluaran
yang dapat diperkenankan.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan pengujian kebenaran alasan pengadaan barang yang dilakukan
melalui perantara.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan pengujian atas kesesuain tujuan dan tempat penggunaan
peralatan oleh pihak yang melakukan permintaan dengan meneliti surat ijin
penggunaan peralatan.
b. Melakukan pengujian kebenaran penggunaan peralatan melalui pengecekan
terhadap kartu kontrol penggunaan setiap peralatan.
c. Melakukan pengujian penggunaan peralatan dengan melakukan kontrol
hubungan penggunaan bahan bakar, perawatan dan perbaikan setiap
peralatan
13) Harga pembebasan lahan lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat dan dibayarkan kepada orang yang tidak berhak dengan
imbalan tertentu.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan prosedur pembebasan/ganti rugi tanah, tanaman
dan bangunan dan Panitia Pembebasan Lahan dilengkapi dengan uraian tugas
dan tanggungjawabnya.
b. Direksi harus menetapkan tarif ganti rugi per kelas tanah dan bangunan dan
per jenis tanaman dengan memperhatikan unsur- unsur Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) dan harga pasar berdasarkan hasil konfirmasi kepada Pemerintah
Daerah setempat.
c. Direksi harus menetapkan kelas tanah dan bangunan dan jenis tanaman yang
dapat dibebaskan
d. Pembebasan/ganti rugi tanah harus didahului penelitian atas kejelasan pemilik
tanah dan bangunan yang akan dibebaskan.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian terhadap keabsahan kepemilikan tanah dan bangunan
yang dibebaskan dengan cara konfirmasi kepada Pemerintah Daerah dan
Kantor Badan Pertanahan setempat serta konfirmasi kepada penerima ganti
rugi.
b. Melakukan verifikasi terhadap kebenaran tanah dan bangunan yang
dibebaskan.
c. Melakukan penelitian terhadap kebenaran penetapan tarif per kelas tanah dan
bangunan serta per jenis tanaman dengan cara membandingkannya dengan
NJOP dan harga pasar.
d. Melakukan penelitian terhadap kebenaran jumlah (nilai) ganti rugi yang
diberikan kepada pemilik tanah, tanaman dan bangunan dengan cara
konfirmasi pada penerima ganti rugi.
14) Memberi perpanjangan waktu pengadaan barang dan jasa dengan membuat
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang tidak benar dengan imbalan tertentu
dari rekanan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan sanksi terhadap karyawan yang menandatangani
Berita Acara yang tidak benar.
b. Direksi harus memantau perkembangan kontrak secara berkala, dan
memberikan teguran kepada rekanan jika perkembangan pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa tidak sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian perkembangan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
sejak awal sampai dilakukan perpanjangan, apakah kemajuan pengadaan
barang dan jasa secara periodik telah sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan dalam kontrak.
b. Melakukan verifikasi kebenaran kemajuan pengadaan barang dan jasa dengan
cara membandingkan laporan perkembangan dengan data buku harian
kontraktor dan data konsultan pengawas, dan meneliti kemungkinan adanya
rekayasa dalam pembuatan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.
c. Melakukan penelitian ketepatan alasan perpanjangan waktu/ pengadaan
barang dan jasa dan kemungkinan adanya pengadaan barang dan jasa yang
belum selesai namun tidak dibuat perpanjangan waktu agar tidak diketahui
Direksi.
15) Penerimaan komisi dan atau discount atas pengadaan barang dan jasa dari pihak
ketiga tidak disetor ke kas Perusahaan
Upaya-upaya Preventif:
a. Menenapkan ketentuan bahwa setiap komisi, dan atau discount harus
disetorkan ke perusahaan.
b. Memasukkan ketentuan adanya komisi, discount pembelian dalam
perjanjian/kontrak pembelian/pengadaan
c. Setiap komisi dan atau discount yang diterima kasir/bagian keuangan/bagian
pembelian/pejabat perusahaan harus disetorkan ke kas perusahaan sesuai
ketentuan yang berlaku.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan pengujian apakah setiap komisi dan atau discount telah disetorkan
ke Kas Perusahaan.
b. Melakukan pengujian apakah komisi dan atau discount yang diterima oleh
Kasir/Bagian Keuangan/Bagian Pembelian/pejabat perusahaan telah
disetorkan ke kas Perusahaan.
c. Melakukan pengujian kas pada Kasir untuk mengetahui apakah terdapat
kelebihan kas yang berasal dari komisi dan atau discount ;
d. Melakukan konfirmasi kepada rekanan terkait apakah terdapat pemberian
komisi atau/dan discount.
e. Melakukan pengujian apakah discount harga, potongan pembelian telah
dimasukkan dalam perjanjian/kontrak/ pembelian/pengadaan.
3. Siklus Penggajian dan Kepegawaian
Siklus Penggajian dan Kepegawaian pada BUMN/BUMD meliputi kegiatan-kegiatan
perekrutan, penggajian sampai pada pemberhentian karyawan. Fungsi-fungsi yang
terkait dengan siklus ini adalah fungsi kepegawaian, fungsi pencatatan waktu, fungsi
penyusunan daftar gaji/upah, fungsi akuntansi dan fungsi keuangan. Penyimpanganpenyimpangan yang pada umumnya terjadi pada siklus ini adalah:
1) Perekrutan karyawan perusahaan dilakukan bukan berdasarkan jumlah dan
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan pengecekan secara mendadak (sewaktu-waktu) terhadap kartu
jam pegawai dengan kehadirannya oleh atasan masing-masing karyawan dan
pejabat yang berwenang.
b. Melakukan pengecekan terhadap karyawan yang sering memperoleh
potongan karena keterlambatan kehadiran dengan keberadaannya.
5) Penggunaan karyawan honorer untuk pemeliharaan tanaman perkebunan yang
sebenarnya pekerjaan tersebut fiktip, selisih biaya pekerjaan pemeliharaan
tanaman dengan gaji karyawan honorer tersebut dikantongi oleh oknum
karyawan bagian pemeliharaan atau pengadaan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menyusun standard penggunaan karyawan honorer untuk
pemeliharaan tanaman.
b. Direksi harus menetapkan ketentuan pembuatan laporan penggunaan
karyawan honorer yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
c. Asisten tanaman harus menyusun rencana jadwal pemeliharaan tanaman oleh
pejabat yang berwenang.
d. Pekerjaan pemeliharaan tanaman perkebunan dilakukan secara lelang atau
pemilihan langsung dan didokumentasikan dengan baik.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan verifikasi kebenaran laporan penggunaan karyawan honorer
dengan cara membandingkan dengan standarnya.
b. Melakukan penelitian terhadap kebenaran penggunaan karyawan honorer
dengan cara konfirmasi secara sample kepada pegawai honorer yang
namanya tercantum dalam laporan penggunaan karyawan honorer.
c. Melakukan kontrol hubungan antara laporan penggunaan karyawan honorer
dengan laporan penggunaan bahan pestisida.
d. Melakukan penelitian terhadap proses pengadaan pekerjaan pemeliharaan
tanaman perkebunan dengan melihat arsip pekerjaan pemeliharaan tanaman
perkebunan.
6) Biaya klaim kesehatan terlalu tinggi karena kartu berobat pegawai perusahaan
dimanfaatkan oleh oknum karyawan/pejabat yang tidak berhak mendapat
penggantian biaya pengobatan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan kartu berobat bagi setiap karyawan dan anggota
keluarganya yang biaya pengobatannya ditanggung perusahaan dengan
identitas yang rinci berikut fotonya.
b. Direksi harus mewajibkan agar kartu berobat yang dipegang para pegawai
dan anggota keluarganya diisi setiap kali dilakukan pengobatan dan
pengambilan obat di apotik.
c. Direksi harus menetapkan dokter dan atau rumah sakit serta apotik tempat
karyawan dapat memperoleh pengobatan.
d. Pengajuan permintaan pembayaran (reimbuse) harus dilengkkapi dengan foto
copy resep dan identitas pasien dan tanggal pemeriksaan dilaksanakan.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian terhadap peningkatan biaya asuransi per pegawai
dengan cara membandingkan dengan periode tahun sebelumnya.
b. Melakukan pemeriksaan ketaatan pembayaran premi asuransi per pegawai
dengan cara membandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan Direksi.
c. Melakukan pengujian pembayaran premi dengan cara mengevaluasi bukti
pembayaran premi ke tagihan perusahaan asuransi dan polisnya untuk
mengetahui apakah ada pembayaran premi untuk jenis pertanggungan yang
sama.
9) Pesangon sebagai hak karyawan yang memasuki masa pensiun tidak diberikan
sesuai jumlah seharusnya dengan cara membuat perhitungan yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, dan selisihnya dimanfaatkan oknum perusahaan
untuk keuntungan pribadi.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan kebijakan pemberian pesangon mencakup syaratsyarat bagi karyawan yang berhak mendapat pesangon.
b. Direksi harus menetapkan tata cara perhitungan pesangon.
c. Direksi harus menetapkan pejabat yang berwenang untuk menyetujui
pemberian pesangon.
d. Terhadap pembayaran pesangon harus dikendalikan/dicatat dalam kartu
pembayaran pesangon.
e. Petugas pencatat/administrasi pemberian pesangon dipisahkan dengan
petugas pembayar pesangon.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian terhadap kartu pembayaran pesangon untuk
mengetahui karyawan yang mendapat pesangon.
b. Melakukan penelitian apakah atas pembayaran pesangon telah mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang.
c. Melakukan verifikasi atas kebenaran perhitungan besarnya pesangon.
10) Pesangon yang menjadi hak karyawan yang memasuki masa pensiun sebagian
dipotong oleh oknum karyawan bagian keuangan dengan cara membuat bukti
pembayaran ganda.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus mensosialisasikan kebijakan pemberian pesangon mencakup
syarat-syarat bagi karyawan yang berhak mendapat pesangon dan tata cara
perhitungan pesangon.
b. Direksi harus menetapkan pejabat yang berwenang untuk menyetujui
pemberian pesangon.
c. Terhadap pembayaran pesangon harus dikendalikan/dicatat dalam kartu
pembayaran pesangon.
Upaya-upaya Detektif:
Bagian
Persediaan
yang
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan prosedur pemasukan dan pengeluaran persediaan
ke gudang serta jenis persediaan yang diperbolehkan diperhitungkan sebagai
susut serta koefisien penyusutannya.
b. Direksi harus menetapkan pedoman pengelolaan persediaan di gudang dan
pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap persediaan di
gudang.
c. Laporan penerimaan persediaan, laporan pengeluaran persediaan dan laporan
persediaan harus ditandatangani pejabat yang berwenang.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas pengelolaan persediaan apakah telah sesuai
dengan pedoman yang telah ditetapkan Direksi.
b. Melakukan verifikasi terhadap kebenaran persediaan baik jumlah, berat
maupun jumlah kollienya dengan cara membandingkan hasil stock opname
dengan laporan penerimaan persediaan, laporan pengeluaran persediaan dan
laporan stock persediaan.
c. Melakukan uji petik terhadap pengukuran kadar air dan membandingkannya
dengan laporan kadar air persediaan pada saat pemasukan.
4) Oknum petugas gudang membuat bukti pengeluaran barang gudang palsu untuk
menutupi ketekoran persediaan karena penjualan yang dilakukannya.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menempatkan petugas-petugas untuk melaksanakan stock
opname persediaan secara periodik dan meneliti selisih yang terjadi dengan
catatan dan rekonsiliasi antara Administrasi Persediaan Kantor dengan
Administrasi Persediaan Gudang maupun buku besar persediaan
b. Direksi harus membuat ketentuan yang melarang petugas gudang
mengeluarkan barang tanpa bon permintaan barang yang telah disetujui
pejabat yang berwenang.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian pengeluaran barang dengan cara membandingkan buktbukti pengeluaran barang pada Administrasi Persediaan Gudang dengan
pencatatan pada Administrasi Persediaan Kantor.
b. Melakukan penelitian kebenaran mutasi persediaan dengan menelusuri bukti
buku besar dan buku pembantu persediaan.
c. Melakukan pengujian bukti dasar dengan membandingkan bukti pengeluaran
gudang dengan bukti yang dibukukan maupun bon permintaan barang dari
pengguna persediaan.
5) Penjualan/penggelapan persediaan oleh oknum petugas gudang dengan cara
menitipkannya pada truk petugas pengiriman kemudian mengambilnya di luar
lokasi perusahaan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menugaskan secara periodik beberapa petugas untuk
melaksanakan stok opname dan meneliti perbedaan fisik dengan catatan
gudang.
b. Setiap orang dan kendaraan yang masuk dan keluar kawasan gudang harus
diawasi dengan membuat satu akses keluar/masuk kawasan yang dijaga
satpam, setiap orang/kendaraan yang akan masuk harus melapor lebih
dahulu pada satpam.
c. Petugas gudang dilarang melayani pengambilan barang bagi pihak dan
kendaraan yang tidak memiliki/memegang pas masuk,
d. Petugas gudang harus membuat bukti pengeluaran barang gudang atas setiap
pengambilan barang.
e. Pada saat keluar di pintu gerbang, satpam harus meminta pas masuk dari
orang/kendaraan yang akan keluar;mengecek fisik barang yang dibawa,
dipergunakan untuk usaha perusahaan yang berisiko tinggi, untuk mendapat laba
yang tinggi namun gagal sehingga pinjaman tersebut menjadi macet serta
perusahaan terkena denda dan beban bunga yang lebih besar.
Upaya-upaya Preventif:
a. Pelunasan hutang kepada Bank harus dituangkan dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
b. Dewan Komisaris dan Dewan Direksi harus mempunyai kendali dan sarana
pemantauan pelaksanaan RKAP dalam hal ini rencana pelunasan pinjaman
yang jumlahnya material.
c. Direksi agar membentuk Escrow Account sebagai rekening penampung
pembayaran pinjaman dan pencairannya harus diketahui Dewan Komisaris.
Upaya-upaya Detektif:
a. Membandingkan laporan keuangan bulanan dengan RKAP,
b. Meminta dokumen pelunasan pinjaman dan melakukan konfirmasi kepada
bank.
c. Melakukan penelitian terhadap beban biaya bunga yang dibayar dengan cara
meneliti rincian pembayaran bunga.
6. Kecurangan Keuangan Lainnya
Kecurangan keuangan lainnya adalah penyimpangan keuangan yang terjadi pada
BUMN/BUMD yang tidak termasuk dalam siklus kegiatan di atas. Penyimpanganpenyimpangan keuangan lainnya yang pada umumnya terjadi pada BUMN/BUMD
sebagai berikut:
1) Cek untuk setoran PPh Pasal 25 tidak disetorkan ke Kas Negara/Bank Persepi
tetapi diambil dan digunakan untuk kepentingan pribadi oleh petugas penyetor
dengan membuat bukti setoran pajak fiktif.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan penanggung jawab pelaksanaan pembayaran dan
penyetoran pajak-pajak.
b. Direksi harus menetapkan adanya pelaporan secara berkala atas kewajiban
perpajakan yang jatuh tempo dan pembayarannya.
c. Direksi harus menetapkan prosedur pembayaran kewajiban perpajakan yaitu
setiap pembayaran kewajiban pajak ke bank persepsi harus menggunakan
cek atas nama Kas Negara dan setiap cek untuk pembayaran kewajiban pajak
harus dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua orang Direktur.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian terhadap laporan berkala dengan membandingkan
kewajiban pajak yang jatuh tempo dengan bukti-bukti penyetorannya.
b. Melakukan verifikasi untuk mengungkapkan adanya keterlambatan
pembayaran pajak yang jatuh tempo dengan meneliti ada/tidaknya surat
teguran keterlambatan pembayaran setoran pajak dari Kantor Pelayanan
Pajak (KPP).
4) Pembelian promes yang berpotensi tidak tertagih pada saat jatuh tempo
dilakukan oleh oknum karyawan/pejabat perusahaan dengan imbalan tertentu
dari penerbit promes.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan pejabat yang berwenang memutuskan pembelian
promes.
b. Direksi harus menetapkan jumlah maksimal pembelian promes yang dapat
dilakukan oleh pejabat yang berwenang memutuskan.
c. Direksi harus menetapkan ketentuan bahwa pembelian promes hanya dapat
dilakukan terhadap perusahaan yang mendapat peringkat baik dari PT.
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
d. Setiap pembelian promes harus dengan analisa tertulis mengenai kemampuan
perusahaan penerbit promes membayar utang pada saat promes tersebut
jatuh tempo.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan pengujian kebenaran jumlah promes yang dibeli dengan cara
membandingkan daftar promes dengan bukti promes yang dipegang
perusahaan
b. Melakukan verifikasi rating perusahaan penerbit promes dengan cara
konfirmasi kepada PT Pefindo serta perusahaan penerbit yang telah go public
dan Bapepam
c. Melakukan penelitian kemampuan perusahaan penerbit promes membayar
utang pada saat promes tersebut jatuh tempo dengan cara membuat analisa
laporan keuangan perusahaan
d. Melakukan verifikasi kredibilitas penerbit promes dengan cara meneliti
kepatuhannya membayar promes yang jatuh tempo.
5) Penjaminan promes oleh perusahaan asuransi yang melebihi retensi sendiri (batas
buffer/nilai pertanggungan maksimal yang dapat ditanggung sendiri) yang
dilakukan oleh oknum karyawan/pejabat perusahaan asuransi untuk
mendapatkan komisi, tetapi pada saat jatuh tempo tidak dapat dibayar oleh
penerbit promes.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan bahwa penambahan nilai pertanggungan tidak
boleh menyebabkan retensi sendiri lebih rendah dari jumlah yang harus ada.
b. Direksi harus menetapkan ketentuan menyangkut pengamanan resiko berupa
kewajiban mereasuransi sebagian dari nilai pertanggungan, menjaga saldo
retensi sendiri, menjaga tingkat solvabilitas serta melakukan investasi hanya
pada bidang-bidang yang diijinkan sesuai ketetapan Menteri Keuangan.
c. Direksi harus menetapkan pertugas atau pejabat yang berwenang menyetujui
penerimaan pertanggungan sesuai dengan nilai pertanggungan yang diambil.
d. Direksi harus menetapkan prosedur untuk melakukan analisa atas
kemampuan perusahaan penerbit promes dalam menyelesaikan kewajiban
promesnya.
e. Direksi menetapkan prosedur yang harus dilaksanakan dalam melakukan
analisa pertanggungan yang diambil, serta menunjuk petugas yang
Upaya-upaya Preventif:
a. Menetapkan ketentuan yang mengatur pelaksanaan ruilslaag harus melalui
kajian Tim Independen.
b. Menetapkan ketentuan yang mengatur pelaksanaan ruilslaag harus
mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.
c. Menyusun pedoman pelaksanaan ruislaag dan tata cara penilaian asset lama
yang akan ditukar.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan perhitungan nilai buku gedung/kantor dengan metode penjualan
yang berlaku sesuai Standar Akuntansi Keuangan.
b. Melakukan penelitian jenis, kelas, luas, status kepemilikan pembebasan dan
peruntukan
tanah/bangunan pengganti dari investor sesuai yang
dipersyaratkan.
c. Melakukan pengujian kewajaran harga aset yang dipertukarkan apakah telah
sesuai dengan harga pasar, NJOP dan harga yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
9) Penjualan aset perusahaan tidak melalui prosedur yang berlaku dan tanpa
persetujuan pejabat yang berwenang untuk keuntungan pribadi oknum
karyawan/pejabat perusahaan yang berkepentingan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Setiap aset milik perusahaan harus dicatat dalam daftar inventaris milik
perusahaan.
b. Melakukan pengecekan fisik setiap akhir tahun.
c. Penjualan atau penghapusbukuan barang yang telah terdaftar dalam Daftar
Inventaris perusahaan dilakukan setelah mendapat persetujuan pejabat yang
berwenang, dan melaporkannya kepada pejabat yang berwenang.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan pengujian kebenaran daftar inventaris aset milik perusahaan.
b. Melakukan pengecekan fisik aset milik perusahaan dan buat berita acara hasil
pengecekan fisik.
Upaya-upaya Preventif:
a. Dalam melakukan penutupan kontrak asuransi agen asuransi harus mengecek
kelengkapan persyaratan dan kebenaran isi dokumen yang diberikan oleh
calon nasabah asuransi.
b. Terhadap kontrak asuransi yang bernilai besar, manager asuransi harus
melakukan penelitian terhadap profile nasabah.
c. Agen asuransi/pejabat asuransi harus mengenali secara fisik/ menandai ciri
fisik calon nasabah.
d. Pengajuan dan pencairan klaim harus melalui prosedur yang berlaku dan
mengecek kebenaran dokumen pengajuan klaim.
e. Sebelum menerima pencairan klaim perusahaan asuransi harus melakukan
konfirmasi kebenaran penyebab meninggalnya nasabah.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian terhadap kelengkapan dokumen penutupan kontrak
asuransi dan dokumen pengajuan klaim.
b. Melakukan pengujian kebenaran formal dokumen dan prosedur penutupan
kontrak dan pencairan klaim.
c. Melakukan penelitian terhadap kronologis/tanggal dokumen penutupan
kontrak asuransi dan pengajuan klaim untuk mengetahui adanya polis yang
backdated.
d. Melakukan penelusuran terhadap arus dokumen dan arus uang untuk
mengetahui adanya pelanggaran prosedur.
e. Melakukan konfirmasi kepada instansi terkait yang menerbitkan dokumen
penyebab kematian seperti Kepolisian, Rumah Sakit, dan instansi lainnya.
f. Meminta kepolisian melakukan penyelidikan atas pihak-pihak yang terkait
dengan penutupan kontrak dan pencairan klaim asuransi.
15) Hasil perhitungan nilai kerugian oleh petugas bagian apraisal (penilai) atas
gedung dan atau persediaan yang terbakar dinilai lebih tinggi dari yang
sebenarnya, yang diharapkan oleh oknum pegawai/pejabat perusahaan mendapat
imbalan tertentu dari pihak tertanggung.
Upaya-upaya Preventif:
a. Laporan perhitungan kerugian akibat kebakaran harus melalui review
berjenjang dan melalui persetujuan oleh Direksi.
b. Melakukan evaluasi secara periodik terhadap kinerja penilai termasuk hasil
perhitungan yang pernah disusunnya.
c. Membuat standar dan metode perhitungan yang dapat mencegah penilai
melakukan markup perhitungan kerugian.
d. Dalam hal tertentu pihak perusahaan dapat menyewa penilai yang
independen untuk menghitung kerugian karena kebakaran.
e. Mengusulkan pencabutan ijin profesi aktuaris yang terbukti melakukan
markup perhitungan dan memasukkannya ke dalam daftar black list.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelusuran mengenai hubungan istimewa antara penilai dengan
nasabah asuransi.
b. Melakukan perhitungan ulang terhadap laporan kerugian yang melewati batas
kewajaran pengajuan klaim.
B. PENGELOLAAN PERBANKAN
Memberikan tingkat bunga deposito pada perusahaan terkait pada Bank yang
lebih tinggi dari tingkat bunga kredit, dimana sumber dana penempatan deposito
tersebut berasal dari kredit yang diperoleh dari bank yang bersangkutan.
Upaya-upaya Preventif:
a. Pemberian tarif bunga deposito harus mengikuti ketentuan tarif yang berlaku
pada Bank dengan mempertimbangkan cost of money.
b. Pemilik dan atau pengurus Bank harus mengumumkan pihak terkaitnya dan
menyerahkan surat pernyataan kepada Bank Indonesia yang menyatakan
pihak terkait tidak akan melakukan intervensi pengelolaan Bank.
c. Direksi harus menerapkan sistem pembukuan komputer yang dapat menolak
setiap transaksi pembukaan deposito atas nama nasabah kredit yang bunga
depositonya lebih tinggi daripada bunga kredit.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas daftar saldo deposito mingguan, bulanan dan
tahunan berikut mutasi dan suku bunganya.
b. Melakukan pengujian perhitungan biaya bunga deposito dan pembayaran PPh
pasal 23 untuk deposito bernominal besar dan pembukuan biaya bunga serta
rekening-rekening terkait.
c. Melakukan penelitian atas bukti-bukti pembukuan, aplikasi pembukaan
deposito, Nota Debet dan Nota Kredit, sumber dana rekening pinjaman dan
dokumen pendukung lainnya.
d. Melakukan penelitian atas file kredit dan pemanfaatan dana untuk
mengetahui ketaatan prosedur pemberian kredit, kelayakan usaha, dan
penggunaan dananya.
2) Memberikan suku bunga deposito diatas suku bunga yang tertera dalam Bilyet
Deposito (special rate), yang pada saat jatuh tempo kelebihan bunga tersebut
dibukukan pada biaya lain-lain sehingga mengurangi PPh untuk Negara.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan ketentuan bahwa pembukaan deposito dan
pemberian special rate harus mendapat persetujuan Pejabat Bank disertai
dengan pembukuan yang transparan agar tidak mengganggu likuiditas
Bank/kesehatan Bank.
Penempatan dana Bank adalah penanaman dana pada Bank lain baik di dalam
negeri maupun di luar negeri dalam bentuk interBank call money, tabungan,
deposito berjangka, dan lain-lain yang sejenis dengan tujuan untuk
memperoleh penghasilan. Penempatan dana Bank termasuk dalam bentuk
wesel, surat pengakuan hutang, saham, obligasi dan sekuritas kredit.
Penyimpangan-penyimpangan yang pada umumnya terjadi pada pengelolaan
dana pihak ketiga sebagai berikut:
1) Penempatan dana pada bank di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa
dengan bank, yang pada saat jatuh tempo dana tersebut sengaja tidak dapat
dicairkan sehingga harus ditalangi dengan dana bantuan likuiditas Bank
Indonesia.
Upaya-upaya Preventif:
a. Penempatan dana Bank harus memperhatikan bonafiditas dan nama baik
counterparty dengan cara melakukan Bank checking kepada otoritas moneter.
b. Penempatan dana dalam valuta asing harus dilindungi dengan fasilitas lindung
nilai (hedging).
c. Divisi Treasury melakukan pemantauan kolekstibilitas penempatan dananya
secara periodik.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian terhadap counterparty profile, credit limit, kolektibilitas
aktiva produktif dan maturity profilenya.
b. Melakukan verifikasi daftar outstanding PUAB dan laporan-laporan lain yang
dibuat Bank menyangkut transaksi penempatan dana.
c. Melakukan penelusuran ke dokumen pendukung dan korespondensi Bank
untuk mengetahui alur transaksi dan rekonstruksi peristiwanya.
d. Menanyakan kepada counterparty penyebab tidak dapat ditariknya
penempatan dana Bank.
2) Penempatan dana pada bank lain dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dari
tingkat bunga yang tertera pada dokumen, dan selisih bunga ditransfer ke
rekening pejabat Bank.
Upaya-upaya Preventif:
a. Setiap deal penempatan dana yang bernilai besar harus mendapat
persetujuan Direksi dan atau Dewan Komisaris.
b. Rekaman pembicaraan dealer (dealer conversation) harus disimpan sebagai
bukti pendukung transasksi.
c. Penempatan dana harus dilakukan pada Bank yang berkategori sehat dan
mempunyai reputasi bagus.
d. Memantau rekening pribadi pejabat bank secara periodik.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas transfer yang masuk ke rekening pejabat Bank.
Upaya-upaya Preventif:
a. Menetapkan ketentuan bahwa kredit investasi hanya disetujui setelah debitur
menyerahkan studi kelayakan atas investasi yang dibiayai dan melakukan
penilaian atas studi kelayakan tersebut.
b. Menetapkan ketentuan bahwa kredit dapat dicairkan bertahap setelah
investasi dilaksanakan yang dibuktikan dengan bukti pembangunan atau bukti
pembelian barang yang dibiayai.
c. Debitur harus menyampaikan laporan kemajuan investasi kepada Bank secara
berkala.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas analisa kredit untuk meyakinkan bahwa pemberian
kredit investasi telah didasarkan pada hasil analisa yang memadai.
b. Melakukan verifikasi prosedur pemberian dan pencairan kredit untuk
mengetahui bahwa pemberian pinjaman telah sesuai prosedur yang berlaku
dan dicairkan berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan.
c. Melakukan penelitian atas laporan kemajuan pekerjaan dari debitur untuk
mengetahui apakah laporan tersebut dimanfaatkan oleh Bank dan
ditindaklanjuti oleh Bank.
d. Melakukan penelitian kebenaran investasi dengan cara melakukan peninjauan
lapangan untuk mengetahui kebenaran laporan yang disampaikan oleh
debitur.
e. Melakukan kontrol hubungan antara kredit investasi yang dicairkan dengan
kemajuan pekerjaan investasi yang dilaksanakan.
3) Pemberian fasilitas kredit konstruksi kepada nasabah dengan jaminan kontrak
pekerjaan fiktif yang mengakibatkan kredit menjadi macet.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan ketentuan bahwa pemberian kredit konstruksi
hanya diberikan atas kontrak pekerjaan yang sudah ditanda-tangani.
b. Pemberian kredit konstruksi harus didukung penyerahan agunan tambahan
yang cukup menutupi kredit.
c. Pemberian kredit konstruksi harus didukung dengan surat pernyataan dari
pimpinan proyek atau pemberi kerja atas kebenaran kontrak pekerjaan.
d. Debitur kredit konstruksi harus melaporkan kemajuan pekerjaan kepada Bank
yang diketahui oleh pimpinan proyek.
e. Petugas bank melakukan peninjauan lapangan proyek secara mendadak.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan pengujian apakah pemberian kredit konstruksi hanya diberikan
atas kontrak pekerjaan yang sudah ditanda-tangani.
b. Melakukan penelitian apakah laporan kemajuan pekerjaan dari debitur
disetujui oleh pimpinan proyek/pemberi pekerjaan.
c. Melakukan peninjauan lapangan apakah laporan kemajuan pekerjaan yang
disampaikan telah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
d. Melakukan kontrol hubungan antara kemajuan pekerjaan dengan jumlah
pencairan kredit.
e. Melakukan pengujian apakah pembayaran pekerjaan melalui rekening debitur
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian terhadap laporan Batas Maksimum Pemberian Kredit
dan daftar oustanding kredit.
b. Melakukan verifikasi atas pemberian kredit bernilai besar, menelusuri ke bukti
pendukung seperti file kredit, nota-nota pembukuan dan pembebanan, serta
korespondensi Bank dengan debitur.
c. Melakukan penelitian terhadap aktivitas rekening giro dan rekening pinjaman
nasabah.
d. Melakukan konfirmasi kepada debitur mengenai status dan keberadaan
debitur, kebenaran transaksi, dan penyebab tidak terpenuhinya aspek
formal/legal pemberian kredit.
8) Pemberian kredit untuk menutupi kekurangan pembayaran dalam rangka
spekulasi jual beli valas yang nilainya melebihi margin deposit nasabah, sehingga
kredit menjadi macet.
Upaya-upaya Preventif:
a. Membuat ketentuan yang melarang Pengurus maupun pegawai Bank ikut
serta bermain valas untuk kepentingan pribadi.
b. Kepala divisi treasury hanya menjalankan transaksi untuk nasabah yang
dananya mencukupi.
c. Menyusun sistem komputer dealing room yang dapat menghentikan setiap
transaksi yang menimbulkan kerugian sebesar deposit margin nasabah (stop
loss limit).
d. Pemberian kredit didasarkan pada persyaratan yang ketat dan pertimbangan
kelayakan usaha.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas laporan transaksi/daily Blotter, Laporan Mingguan
Transaksi Derivatif, dan Laporan PDN dari bagian treasury.
b. Melakukan pengujian apakah transaksi valas disertai margin deposit yang
cukup dan diikuti dengan perjanjian tertulis.
c. Melakukan penelitian rekening penampung transaksi valas
d. Melakukan penelusuran aktivitas rekening giro pengurus Bank untuk
mengetahui transaksi pengambilan dana dan cara pemenuhan kekurangan
dana pembelian valas.
e. Melakukan penelitian terhadap aplikasi pembukaan rekening giro, file kredit
dan korespondensi yang berkaitan.
f. Melakukan konfirmasi kepada pihak terkait seperti nasabah, teller, akuntansi,
pegawai Bank lainnya dan pimpinan Bank.
9) Menghindari pelanggaran Batas Minimum Pemberian Kredit dengan cara
merekayasa pencairan Kredit Usaha Kecil fiktif untuk kepentingan group terkait
Bank.
Upaya-upaya Preventif:
a. Pencairan Kredit Usaha Kecil harus berdasarkan permintaan debitur disertai
dokumen pendukung yang syah melalui prosedur normal.
b. Secara berkala SKAI harus melakukan peninjauan lapangan ke lokasi debitur
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian apakah penurunan pinjaman hapus buku sama dengan
kenaikan cadangan kredit yang diberikan.
b. Melakukan kontrol hubungan antara penurunan tunggakan bunga yang telah
dihapus buku dengan pendapatan bunga.
c. Melakukan verifikasi atas penurunan tunggakan bunga yang tidak masuk
dalam pendapatan bunga.
12) Pelunasan kredit salah satu perusahaan grup terkait kepada Bank lain dilakukan
dengan cara menset-off penempatan dana Bank milik pihak terkait pada Bank
pemberi kredit.
Upaya-upaya Preventif:
a. Penempatan dana Bank harus memperhatikan prinsip kehati-hatian Bank
dengan pertimbangan profit.
b. Bank harus melakukan monitoring dan evaluasi penyelesaian penempatan
serta kolektibilitasnya.
c. Divisi Treasury harus menagih penempatan yang telah jatuh tempo secara
otomatis.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas kolektibilitas penempatan dan maturity profilenya.
b. Melakukan verifikasi daftar outstanding Pinjaman Uang Antar Bank dan
laporan-laporan lain yang dibuat oleh Bank.
c. Melakukan verifikasi atas deal slip, surat sanggup bayar, nota pembebanan,
korespondensi Bank, dan dealer-record untuk mengetahui alur transaksi dan
rekonstruksi perisitiwanya.
d. Melakukan konfirmasi kepada counterparty atas penempatan yang tidak
dapat ditagih dan dikompensasi.
4. Pengelolaan Transaksi Derivatif
Transaksi derivatif adalah transaksi dari surat berharga atau kepentingan lain
atau suatu kewajiban penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
dalam pasar uang dan pasar modal. Penyimpangan-penyimpangan yang pada
umumnya terjadi dalam pengelolaan transaksi derivatif adalah:
1) Membuat transaksi valas (SWAP) dengan pihak terkait Bank, dimana Bank
menjual valas secara forward dengan kurs yang lebih rendah dari pada kurs spot
sehingga Bank mengalami kerugian transaksi valas.
Upaya-upaya Preventif:
a. Setiap perintah pembelian valas dari nasabah harus diverifikasi lebih dulu oleh
analis Divisi Treasury dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi saat ini
dan perhitungan yang matang.
b. Kesepakatan (deal) swap valas di dealing room harus melalui verifikasi bagian
pembukuan valas dan mendapat persetujuan dari Kepala Divisi dan dilaporkan
kepada SKAI secara berkala.
c. Menyusun suatu sistem komputer di dealing room yang dapat memberikan
peringatan/menolak setiap transaksi pembelian valas forward yang tidak
wajar.
d. Memisahkan fungsi petugas yang menganalisa kelayakan permintaan nasabah
dengan petugas yang akan melakukan deal di dealing room.
e. Seminggu sekali SKAI memeriksa transaksi yang tercatat di komputer Divisi
Treasury Bank yang sudah deal maupun yang pending.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas laporan transaksi/daily blotter, Laporan Mingguan
Transaksi Derivatif, dan Laporan PDN dari bagian treasury.
b. Melakukan penelitian pemberian fasilitas forex line dan permintaan transaksi
dari nasabah.
c. Melakukan pengujian perhitungan transaksi valas dengan menggunakan kurs
yang tercantum pada deal slip/kontrak.
d. Melakukan perbandingan data kurs pada deal slip dengan data kurs pasar
pada tanggal transaksi.
e. Melakukan penelusuran ke dokumen pendukung lain dan korespondensi Bank
dengan nasabah.
2) Memberikan fasilitas Forex Line kepada nasabah fiktif untuk transaksi valas yang
dibuat merugikan Bank dan menguntungkan nasabah. Keuntungan transaksi
valas tersebut kemudian dimasukan ke rekening giro nasabah dan ditarik
berangsur-angsur atas nama pihak terkait Bank.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menentukan batasan kerugian transaksi pada setiap sesi
perdagangan.
b. Sistem komputer harus didesain secara otomatis menghentikan kerugian
transaksi yang telah melebihi limit pemberian fasilitas forex line harus
mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan Bank yang sehat dengan disertai jaminan yang memadai.
c. Pemberian fasilitas forex line harus dievaluasi secara berkala dengan
memperhatikan kemampuan dealer menghasilkan laba.
d. Mengharuskan dealer atau pejabat divisi treasury mengambil cuti atau
berhenti bertransaksi apabila kerugian telah mencapai limit dealer.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas laporan transaksi/daily Blotter, Laporan Mingguan
Transaksi Derivatif, dan Laporan manajemen yang terkait dari bagian treasury
dan mencari penyebab terjadinya kerugian transaksi.
b. Melakukan penelitian atas timbulnya transaksi valas dan melakukan
identifikasi atas nasabah yang diuntungkan.
c. Melakukan pengujian prosedur transaksi valas dan perhitungan keuntungan
nasabah dan kerugian Bank.
d. Melakukan penelitian atas pemberian fasilitas forex line kepada nasabah dan
pergerakan dananya pada rekening giro penampung.
e. Melakukan verifikasi bukti-bukti pendukung pemberian fasilitas forex line
seperti proposal, hasil analisis, perjanjian kredit, bukti-bukti pencairan,
laporan divisi treasury, dan bukti pembukuan serta korespondensinya.
3) Bank melakukan kontrak Put Option Valuta Asing (hak untuk menjual valas)
dengan suatu perusahaan paper company dengan jaminan uang, yang pada saat
jatuh tempo (execution date) Bank tidak dapat menyediakan valas dimaksud
sehingga paper company mencairkan jaminannya. Uang jaminan tersebut
kemudian dimasukan ke rekening perusahaan di luar negeri atas nama pengurus
Bank.
Upaya-upaya Preventif:
a. Direksi harus menetapkan prosedur yang dapat menghitung resiko atas
keputusan transaksi derivatif dengan counterparty.
b. Pencairan jaminan milik Bank harus berdasarkan penelitian yang mendalam
dan hati-hati mengikuti ketentuan yang berlaku.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas laporan harian transaksi derivatif dan transaksi
derivatif yang akan jatuh tempo.
b. Melakukan penelitian atas bonafiditas counter party.
c. Melakukan verifikasi atas dokumen-dokumen transaksi derivatif dan alasan
kegagalan eksekusi put option.
4) Fasilitas diskonto dari Advising Bank kepada eksportir tidak dapat dikembalikan
karena Usance L/C importir tidak dapat dibayar oleh opening Bank di luar negeri.
Upaya-upaya Preventif:
a. Pemberian fasilitas diskonto kepada eksportir dengan jaminan L/C harus
melalui penelitian validitas dan reputasi Bank penerbit.
b. Kemampuan debitur melunasi fasilitas diskonto dan penerimaan hasil ekspor
harus direview secara berkala.
c. Bank harus menetapkan ketentuan nasabah menyetorkan dana untuk
melunasi fasilitas diskonto apabila penerimaan hasil ekpor dari opening Bank
tidak lancar.
d. Bank harus melakukan lindung nilai (hedging) atas valas yang diterima dari
nasabah/opening Bank.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas prosedur dan kelengkapan syarat pemberian
fasilitas diskonto yang bernilai besar.
b. Melakukan penelitian atas kolektibilitas pemberian fasilitas diskonto.
c. Melakukan verifikasi dokumen pendukung pemberian fasilitas diskonto seperti
wesel Bank, Usance L/C impor, profile opening Bank dan aktivitas rekening
koran nasabah dan pencatatan.
d. Melakukan konfirmasi kepada pihak terkait seperti nasabah dan opening Bank
perihal penyebab gagal bayar
5) Menutupi kerugian akibat transaksi derivatif yang telah jatuh tempo dengan cara
menangguhkannya didalam rekening Defferred Account di Neraca.
Upaya-upaya Preventif:
a. Perusahaan harus mempunyai kebijakan akuntansi yang sehat sesuai dengan
SKAPI dan menjalankannya secara konsisten.
b. Setiap transaksi yang telah jatuh tempo harus direview dengan ketat dan
4) Pembelian tanah dan bangunan oleh Bank dari Perusahaan terkait yang sebagian
diantaranya merupakan transaksi pembelian fiktif dimana dana pembelian
tersebut menggunakan dana pemerintah/masyarakat.
Upaya-upaya Preventif:
a. Pembelian aktiva tetap harus dianggarkan lebih dahulu dalam RKAP yang
telah disetujui Komisaris dan Pemegang Saham.
b. Pengadaan akitva baru Bank harus memperhatikan ketersediaan dana dan
kondisi likuiditas Bank.
c. Pembayaran pengadaan aktiva tetap harus didukung syarat formal dan
material telah dipenuhi vendor.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan penelitian atas perubahan aktiva tetap untuk mengidentifikasi
adanya pembelian dan penjualan aktiva.
b. Melakukan penelitian apakah pembelian aktiva tetap telah dianggarkan
sebelumnya dalam RKAP.
c. Melakukan penelitian apakah pembelian dan pembayaran aktiva tetap telah
melalui prosedur yang berlaku dan telah memenuhi persyaratan formal dan
material,
termasuk
pengecekan
fisik
dan
keabsahan
dokumen
kepemilikannya.
d. Melakukan penelusuran ke bukti-bukti pembayaran, pembukuan, dan bukti
kepemilikan aktiva tetap beserta korespondensi Bank dengan penjual/pemilik
lama.
5) Mengeluarkan biaya tenaga kerja asing yang tidak bekerja untuk Bank tetapi
untuk kepentingan perusahaan group terkait Bank, atas perintah pemilik Bank.
Upaya-upaya Preventif:
a. Pengeluaran biaya tenaga kerja harus berdasarkan dokumen yang lengkap
dan melalui persetujuan Direksi.
b. Sebelum melakukan pembayaran, pegawai Bank harus mengecek keberadaan
tenaga kerja asing dan hasil pekerjaan yang bersangkutan di Bank.
c. Manajemen Bank harus mempunyai keberanian menolak segala bentuk
perintah pemilik Bank yang tidak lazim.
Upaya-upaya Detektif:
a. Melakukan perbandingan dan analisa trend terhadap biaya umum /tenaga
kerja (tergantung dimana biaya tersebut dibukukan) Bank dalam 3 tahun
terakhir.
b. Melakukan penelitian atas penyebab kenaikan biaya umum/tenaga kerja dan
mencari penyebab kenaikan tersebut
c. Menelusuri bukti-bukti pembebanan biaya umum, memo perintah pembukuan,
dan korespondensinya
6) Penerbitan Bank Garansi oleh Bank tidak diikuti dengan pembayaran provisi dan
setoran jaminan dengan imbalan tertentu dari nasabah kepada petugas Bank.
Upaya-upaya Preventif:
BAB III
UPAYA PENANGGULANGAN SECARA REPRESIF
Penyelesaian atas kasus penyimpangan dilakukan secara proporsional sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku berdasarkan kewenangan masing-masing instansi. Setiap
tahap penyelesaian kasus harus dilakukan pemantauan perkembangannya. Pada dasarnya
setiap kasus tindak pidana korupsi harus ditindaklanjuti melalui peradilan sesuai ketentuan
yang berlaku. Terhadap kasus yang hanya bersifat penyimpangan prosedur tata kerja dan
perlu dilakukan pembinaan secara administratif dapat dilakukan penanganannya secara
internal oleh BUMN/BUMD dan Perbankan sesuai ketentuan yang berlaku.
Upaya penanggulangan secara represif pada dasarnya merupakan pelaksanaan tindak lanjut
atas kasus penyimpangan yang ditemukan pada masing-masing BUMN/BUMD dan Perbankan
dari hasil langkah-langkah detektif yang telah memenuhi hal sebagai berikut:
-
Setiap kasus penyimpangan yang telah diidentifikasikan merugikan keuangan Negara dari
langkah detektif agar didukung dengan bukti yang memadai termasuk penjelasan/
keterangan tertulis dari pihak yang bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut.
Setiap kasus penyimpangan harus dibahas melalui pemaparan kasus untuk menentukan
langkah-langkah penyelesaian yang diperlukan. Dalam pemaparan tersebut, jika perlu,
menyertakan pihak dari instansi penyidik guna menentukan adanya Tindak Pidana
Korupsi/perdata.
Pembangunan.
B. PENYELESAIAN MELALUI PENYERAHAN KASUS KE INSTANSI PENYIDIK
1. Pelaksanaan Tindak Lanjut
1) Dewan Komisaris/Pengawas/Direksi BUMN/BUMD dan Bank menyerahkan kasus
penyimpangan yang berindikasi Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan atau Tindak
Pidana Perbankan (TPP) kepada instansi penyidik dan kasus perdata kepada
kejaksaan sesuai dengan prosedur yang berlaku;
2) Instansi penyidik memproses kasus tindak pidana/perdata secara hukum dengan
prinsip cepat, tepat dan efisien ;
3) Terhadap kasus yang diserahkan ke instansi penyidik yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, Dewan Komisaris/Pengawas/Direksi BUMN/BUMD dan
Bank mengenakan sanksi administrasi berdasarkan PP30 tahun 1980 dan atau
peraturan lain yang berlaku kepada pegawai yang telah dinyatakan bersalah.
4) Instansi penyidik memberitahukan perkembangan status penanganan kasus
tindak pidana/perdata kepada instansi pelapor secara berkala.
2. Pemantauan Tindak Lanjut.
1) Dewan Komisaris/Pengawas/Direksi BUMN/BUMD dan Perbankan memantau
kasus pidana/perdata yang diserahkan kepada instansi penyidik;
2) Dewan Komisaris/Pengawas/Direksi BUMN/BUMD dan Perbankan melaporkan
kasus tindak pidana/perdata yang diserahkan kepada instansi penyidik disertai
dengan perkembangan penanganannya kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Lampiran 1
Hal.
18
18
18
4. Premi asuransi tidak disetorkan oleh agen yang ditunjuk perusahaan, tetapi
dipergunakan untuk kepentingan pribadi oleh agen yang bersangkutan.
19
20
6. Hasil penjualan produksi scrap yang masih mempunyai nilai ekonomis tidak
disetor ke kas perusahaan karena sengaja tidak dibukukan
20
21
8. Hasil penjualan dengan kredit ditagih oleh petugas yang tidak berwenang dan
tidak disetorkan ke kas perusahaan.
21
9. Hasil penagihan atas penjualan kredit kategori macet tidak disetorkan ke Kas
perusahaan tetapi dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
22
10. Penjualan secara kredit dilakukan tanpa perjanjian dan tanpa jaminan atau
bank garansi dengan imbalan tertentu dari pembeli.
22
11. Pembayaran atas penjualan dicatat di buku kas tetapi uangnya disetor ke
rekening pribadi kasir, pembayaran seolah-olah sudah sudah diterima
perusahaan.
23
hasil
23
24
Daftar Penyimpangan
Hal.
14. Pembayaran hasil penjualan dari pelanggan tertentu tidak lancar karena tidak
adanya batas waktu pembayaran namun tetap memperoleh pengiriman
barang. Kondisi ini terjadi karena pejabat di Bagian Penjualan mendapat
imbalan dari pelanggan tersebut.
25
15. Penjualan tiket jasa angkutan penumpang tidak disetor ke kas perusahaan
dan dipergunakan untuk kepentingan pribadi oleh petugas penjual tiket.
25
26
26
27
3. Harga Perhitungan Sendiri (HPS) pengadaan barang dan jasa disusun hanya
formalitas untuk mendukung Penunjukan langsung yang mengakibatkan
terjadinya kemahalan harga.
27
28
28
29
30
30
31
Daftar Penyimpangan
Hal.
31
11. Sebagian atau seluruh pekerjaan/pengadaan barang dan jasa yang telah
diikat dengan kontrak dengan rekanan ternyata dilaksanakan sendiri oleh
karyawan perusahaan dengan harga yang lebih rendah dari nilai kontrak.
32
12. Pekerjaan yang telah diikat kontrak dengan rekanan dilaksanakan sendiri
dengan menggunakan peralatan milik perusahaan dan biaya penggunaan alat
juga dibebankan kepada perusahaan.
32
13. Harga pembebasan lahan lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah setempat dan dibayarkan kepada orang yang tidak berhak
dengan imbalan tertentu.
33
14. Memberi perpanjangan waktu pengadaan barang dan jasa dengan membuat
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang tidak benar dengan imbalan
tertentu dari rekanan.
33
15. Penerimaan komisi dan atau discount atas pengadaan barang dan jasa dari
pihak ketiga tidak disetor ke kas Perusahaan
34
III.
34
35
3. Pembayaran biaya gaji (lembur) lebih tinggi dari seharusnya karena karyawan
yang tidak hadir menitipkan kartu jam pegawainya kepada karyawan lain,
kelebihan gaji/lembur tersebut dibagi di antara karyawan tersebut dan/ atau
dengan pengawas/petugas penjaga mesin pencatat waktu.
36
36
37
Daftar Penyimpangan
Hal.
37
38
8. Asuransi jaminan hari tua beberapa pejabat dibuka sekaligus pada beberapa
perusahaan asuransi sehingga biaya asuransi pegawai meningkat melebihi
RKAP dan premi melebihi batasan yang diijinkan Direksi dengan melibatkan
oknum karyawan untuk mendapat komisi dari perusahaan asuransi tersebut.
38
39
10. Pesangon yang menjadi hak karyawan yang memasuki masa pensiun
sebagian dipotong oleh oknum karyawan bagian keuangan dengan cara
membuat bukti pembayaran ganda.
39
40
40
41
42
42
43
Daftar Penyimpangan
Hal.
44
3. Pelunasan pinjaman dalam jumlah besar yang telah ditetapkan dalam RKAP
tidak segera dibayarkan kepada Bank oleh oknum karyawan bagian keuangan
namun dipergunakan untuk usaha perusahaan yang berisiko tinggi, untuk
mendapat laba yang tinggi namun gagal sehingga pinjaman tersebut menjadi
macet serta perusahaan terkena denda dan beban bunga yang lebih besar.
44
45
2. Penerimaan bunga hasil penempatan dana pada pihak ketiga tidak disetorkan
ke kas perusahaan dan tidak dicatat sebagai pendapatan tetapi diterima oleh
oknum petugas bagian keuangan.
46
3. Dana hasil emisi saham dan atau penerbitan obligasi yang diterima penjamin
emisi (underwriter) tidak segera disetorkan ke rekening emiten, tetapi oleh
oknum karyawan/pejabat penjamin emisi dipergunakan menempatan Deposit
On Call.
46
4. Pembelian promes yang berpotensi tidak tertagih pada saat jatuh tempo
dilakukan oleh oknum karyawan/ pejabat perusahaan dengan imbalan
tertentu dari penerbit promes.
47
47
48
48
49
Daftar Penyimpangan
Hal.
9. Penjualan aset perusahaan tidak melalui prosedur yang berlaku dan tanpa
persetujuan pejabat yang berwenang untuk keuntungan pribadi oknum
karyawan/pejabat perusahaan yang berkepentingan
49
10. Penjualan aset milik perusahaan dilakukan tidak melalui lelang melainkan
dengan penunjukkan langsung kepada pegawai/ pejabat perusahaan dengan
harga murah melalui manipulasi kondisi barang yang akan dijual.
50
50
51
13. Mobil perusahaan sebagai korban tabrakan yang didaftar sebagai peserta
asuransi kerugian oleh oknum perusahaan asuransi dan kemudian diajukan
klaim ganti rugi.
52
14. Mendaftarkan orang yang telah meninggal sebagai peserta asuransi jiwa yang
diajukan oleh oknum karyawan/pejabat perusahaan untuk memperoleh klaim
asuransi jiwa akibat kecelakaan.
52
15. Hasil perhitungan nilai kerugian oleh petugas bagian apraisal (penilai) atas
gedung dan atau persediaan yang terbakar dinilai lebih tinggi dari yang
sebenarnya, yang diharapkan oleh oknum pegawai/pejabat perusahaan
mendapat imbalan tertentu dari pihak tertanggung
53
Lampiran 2
DAFTAR PENYIMPANGAN PADA PENGELOLAAN PERBANKAN
Daftar Penyimpangan
Hal
54
54
55
55
56
6. Deposito milik pihak terkait pada Bank dicairkan dua kali dengan cara
memanfaatkan rekening suspen-non tunai.
56
57
57
58
2. Penempatan dana pada bank lain dengan tingkat bunga yang lebih
tinggi dari tingkat bunga pada dokumen, dan selisih bunga ditransfer
ke rekening pejabat Bank.
58
59
59
60
60
61
61
62
63
63
64
64
65
65
10. Penjualan agunan kredit kepada pihak terkait nasabah dibawah harga
pasar dengan imbalan dari pembeli.
66
11. Penerimaan cicilan pinjaman yang telah dihapus buku tidak disetorkan
pada bank namun digunakan untuk kepentingan pribadi petugas
Bank, yang dilakukan dengan cara tidak memvalidasi bukti setor
debitur (di cap dengan stempel Bank)
66
12. Pelunasan kredit salah satu perusahaan grup terkait kepada Bank lain
dilakukan dengan cara menset-off penempatan dana Bank milik pihak
terkait pada Bank pemberi kredit.
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
72
73
Lampiran 3
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KORUPSI
PADA PENGELOLAAN BUMN/BUMD dan PERBANKAN
TIM PENYUSUN
Pengarah
1. Kepala
Badan
Pembangunan ;
Pengawasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sjahrudin Rasul ;
S. Herutomo ;
Pontas R. Siahaan ;
Imran ;
Atjeng Sastrawijaya ;
Joko Susilo
Penanggung jawab
Ketua Tim
: Muhammad Yusuf
Anggota
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tim Perbantuan
: 1.
2.
3.
4.
Tuppal Pakpahan ;
Sueb Cahyadi ;
Hieronymus Saktyo P.;
Daulat Thomson Juarsa ;
Mulyono DP. ;
Adjie Manggomgom ;
Jult Lumban Gaol ;
Irham ;
Wiharto ;
Bram Brahmana ;
Gatot Wibisono ;
I. G. Made Mandita
Keuangan
dan