PENDAHULUAN
3.1 Definisi
Nyeri Punggung Bawah (NBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga
terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai
dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 3 bulan disebut kronik. 4
Fungsi utama diskus intervertebralis adalah sebagai shock arbsober (Gambar 2.5). Hal ini
terutama diperankan oleh anulus, bukan nukleus. Saat tubuh mendapat beban aksial, terjadi
kenaikan tekanan paksa di dalam inti dan mendorong anulus sehingga seratnya membentang.
Jika terjadi kerusakan anulus, maka hasilnya adalah hernia nukleus pulposus.
Gerakan fleksi membuat diskus anterior menyempit sehingga nukleus dipindahkan ke
posterior. Jika kekuatannya cukup besar, nukleus dapat mengalami hernia melalui gelang
annular posterior. Bagian lateral dari ligamen longitudinal posterior adalah yang tertipis,
sehingga membuat herniasi diskolateral paling banyak terjadi (Gambar 2.4). Bagian
posterolateral dari diskus paling berisiko saat gerakan tertentu (membungkuk dan memutar).
3. Ligamen
Dua set utama ligamen vertebra lumbal adalah Ligamen longitudinal dan ligamen
segmental. Ligamen longitudinal terdiri dari 2 bagian yaitu anterior dan posterior. Mereka
diberi nama menurut posisi pada badan vertebra. Ligamentum Longitudinal anterior bertindak
untuk menahan gerakan ekstensi, translasi, dan rotasi. Ligamentum longitudinal posterior
bertindak untuk menahan gerakan fleksi. Gangguan ligamen terutama terjadi pada gerakan
rotasi dan bukan dengan fleksion atau ekstensi. Ligamentum longitudinal anterior dua kali
lebih kuat dibadingkan Ligamentum longitudinal posterior.
Ligamentum segmental utama adalah ligamentum flavum, yang merupakan struktur
berpasangan yang bergabung dengan lamina yang berdekatan. Ini adalah ligamen yang
ditusuk saat melakukan lumbar pungsi. Melewati tulang belakang lumbalis menempatkan
ligamen ini pada peregangan, mengurangi redundansi dan membuatnya Lebih mudah
ditembus saat tusukan lumbal. Ligamen segmental lainnya adalah supraspinous, interspinous,
dan intertransversum. Ligamen supraspinous adalah ligamen kuat yang bergabung dengan
ujung yang berdekatan dengan proses spinous dan berfungsi untuk melawan gerakan fleksi.
Ligamen ini, bersama dengan ligamentum flavum, bertindak untuk menahan tulang belakang
dan mencegah pergeseran yang berlebihan dalam membungkuk ke depan.
M. Abdomen
Muskulus abdomen superfisial termasuk m. rektus abdominis dan m. obliques eksternal
(Gambar 2.8. A). Lapisan dalam terdiri dari obliques internal dan transversus abdominis
(Gambar 2.8. B). Dalam penelitian terbatu, muskulus transversus abdominis diketahui sebagai
otot terpenting untuk dilakukan latihan dalam mengobati nyeri punggung bawah. Hal ini
didgua karena muskulus ini memiliki sambungan ke fasia thoracolumbar (dan kemampuannya
untuk bekerja di atas tulang belakang lumbal).
Fasia Torakolumbal
Fasia torakolumbar , memiliki ikatan dengan m. transversus abdominis dan m. oblikus
internal, yang berperan sebagai “korset” bagi vertebra lumbar. Berfungsi untuk mengurangi
gaya geser yang diciptakan dari gerakan lumbar dan otot-otot disekitarnya. Mekanisme korset
ini muncul dari kontraksi antara otot-otot abdomen bagian dalam dengan fasia torakolumbar.
Kedua otot ini akan menimbulkan gaya ekstensi dari vertebra lumbar tanpa meningkatkan
gaya geser.
Pelvic Stabilizers
Pelvic stabilizers dianggap sebagai otot "inti" karena memiliki efek tidak langsung pada
vertebra lumbal, meskipun mereka tidak memiliki keterikatan langsung ke tulang belakang.
Otot gluteus medius menstabilkan panggul saat berjalan. Kelemahan atau penghambatan otot
ini berujung pada ketidakstabilan pelvis, dengan cara menimbulkan lekukan pada sisi lumbar
dan meningkatkan gaya geser atau gaya torsional pada diskus lumbaris. Otot piriformis,
sebagai otot rotator dari pinggul dan sakrum dapat menyebabkan rotasi eksternal yang
berlebihan dari pinggul dan sakrum saat otot ini tegang/ berkontraksi berlebihan. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan gaya geser pada sambungan lumbosakral (diskus L5-S1).
Beberapa praktisi juga percaya bahwa lapisan otot pelvis lainnya berfungsi untuk
mempertahankan posisi tulang belakang yang tepat dan merupakan fokus penting dari
beberapa rehabilitasi tulang belakang Program.
Gambar 2.10 Inervasi sendi zygapophyseal berasal dari cabang medial dari ramus primer dorsal
6. Pengangkatan Biomekanik dan Hubungan dengan Aktivitas Muskular dan Beban Diskus
Aktivitas otot lumbal berkorelasi baik dengan tekanan intradiskal (contohnya, saat otot
punggung berkontraksi, terdapat peningkatan tekanan diskus yang terkait). Tekanan ini
berubah tergantung pada postur tulang belakang dan aktivitasnya. Gambar 40-9 menunjukkan
perubahan pada tekanan diskus di L3 pada berbagai posisi dan latihan. Menambahkan gerakan
rotasi pada postur tubuh yang sudah fleksi akan meningkatkan tekanan diskus secara drastis.
Jika membandingkan berbagai manuver mengangkat, diketahui bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dari tekanan diskus saat beban diangkat dengan kaki (yaitu, dengan punggung
lurus dan lutut ditekuk) dibandingkan diangkat dengan punggung (yaitu, dengan punggung
depan fleksi dan kaki lurus). Manuver yang dapat menurunkan tekanan pada vertebra lumbal
adalah mengangkat beban dekat dengan tubuh anda, karena semakin jauh bebannya dari dada,
semakin besar tekanan pada vertebra lumbal.
Gambar 2.11 A. Perubahan tekanan (atau beban relatif) pada diskus lumbal ketiga di berbagai
posisi dalam aktivitas keseharian hidup . B. Perubahan relatif tekanan (atau beban) pada Diskus
lumbal ketiga selama berbagai latihan penguatan otot. Sikap tegak netral dianggap 100% pada
gambar ini.
3.3 Etiologi
Berdasarkan etiologinya, Low Back Pain dibagi dalam 4 kelompok :5
1. LBP oleh faktor mekanik (berdasarkan kelainan muskuloskeletal)
a. Mekanik akut : biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan mendadak, melakukan
gerakan melampaui batas kemampuan sendi dan otot (range of motion) atau melakukan
sesuatu untuk jangka waktu lama.
b. Mekanik kronik (menahun) : disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek (membungkuk ke
depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes mendatar). Sikap tubuh
yang demikian mendorong Titik Berat Badan (TBB) tergeser ke arah depan.
2. LBP oleh faktor organik (proses patologik primer berada di tulang vertebra, diskus
intervertebra atau dalam kanalis spinal) :
a. Osteogenik : radang, trauma (fraktur, osteoporosis), keganasan, kongenital.
b. Diskogenik : spondilosis (proses degenerasi progresif diskus intervertebra dan
menimbulkan nyeri yang bersumber dari osteoartritis dan radikulitis jebakan), Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) yang terbagi menjadi hernia posterosentral (penekanan ligamen
longitudinal posterior) dan hernia posterolateral yang mungkin melibatkan radix,
spondilitis ankilosa (dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah leher).
c. Neurogenik : neoplasma arakhnoiditis, stenosis kanal (akibat proses degenerasi, timbul
penyempitan kanal spinal).
3. Nyeri rujukan
4. Nyeri psikogenik
NPB tdk spesifik(mekanik, Tidak ada gangguan saraf, nyeri terlokalisir di area
nyeri sendi, lumbosacral
osteoarthritis,spasme otot)
Infeksi (disc space, spinal Demam, penyalahgunaan obat terlarang IV, riwayat TB
tuberculosis)
Aneurisma aorta abdominal Tdk dpt mnemukan posisi yg nyaman, NPB tdk hilang
dgn istirahat, teraba masa berdenyut di abdomen
Sindrom kauda equina (spinal Retensi urin, ggn miksi&defekasi, anestesi saddle,
stenosis) kelemahan ekstremitas inferior scr progresif
Batu ginjal Nyeri flank area yg kolik ke arah groin, hematuria, Tdk
dpt mnemukan posisi yg nyaman
3.4 Klasifikasi
a. Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu:5,9
a) Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara
beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back
pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri
dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai
otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal
dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut
terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.
2. NPB Osteogenik
NPB osteogenik dapat disebabkan oleh proses radang atau infeksi, trauma yang
menyebabkan fraktur maupun spondilitesis, kekeganasan, kongenital maupun metabolik
3. NPB Diskogenik
NPB diskogenik merupakan nyeri punggung bawah yang berhubungan dengan diskus
intervertebralis, penyebabnya meliputi spondilosis, hernia nukleus pulposus (HNP),
spondilitis ankilosa.
Spondilosis, ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus
intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar vertebra sehingga
mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen intevertebrale
dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada spondilosis ini disebabkan oleh terjadinya
osteoartritis dan tertekannya radiks oleh kantung duramater yang mengakibatkan iskemia dan
radang. Pada foto rontgen lumbal orang usia lanjut sering ditemukan gambaran spondilosis
mskipun tidak ada keluhan NPB. Oleh karena itu, bila pada manusia usia lanjut ada keluhan
NPB dan ditemukan spondilosis, maka masih perlu dicari kemungkinan penyebab yang lain.
Gejala neurologiknya timbul karena gangguan pada radiks , yaitu gangguan sensabilitas dan
motorik (paresis, fasikulasi dan mungkin atrofi otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan
cairan serebrospinal dinaikkan dengan cara mengejan (percobaan Valsava) atau dengan
menekan kedua vena jugularis (percobaan Naffziger).
Hernia nukleus pulposus (HNP), ialah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol
untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus yang robek.
Penonjolan dapat terjadi di bagian lateral dan ini yang banyak terjadi, disebut HNP
lateral, dapat pula di bagian tengah dan disebut HNP sentral.
Dasar terjadinya HNP ini adalah proses degenerasi diskus intervertebralis, maka banyak
terjadi pada usia pertengahan. Pada yang berusia muda mungkin ada faktor penyebab yang
lain. Ada umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat
benda berat (terutama secara mendadak), mendorong benda berat. Laki – laki banyak
mengalami HNP daripada wanita. Gejala yang timbul pertama kali adalah rasa nyeri di
punggung bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar lesi dan nyeri tekan di temapt tadi. Hal
ini disebabkan oleh spasme otot dan spasme ini menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal
dan terjadi skoliosis. HNP sentral akan menimbulkan paraparese flaksid, parestesi dan retensi
urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5. Pada HNP lateral L5-S1 antara
rasa nyeri terdapat di punggung bawah, di tengah –tengah antara kedua pantat dan betis,
belakang tumit, dan telapak kaki. Di tempat – tempat tersebut akan terasa nyeri bila ditekan.
Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiles negatif. Pada HNP latelar L4
– L5 rasanyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungaki
bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kkai berkurang dan
refleks patela negatif. Sensabilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena
menurun.
Spondilitis ankilosa, proses ini biasanya mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian
menjalar ke atas, daerah leher, gejala permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah waktu
bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran
yang mirip dengan ruas – ruas bambu sehingga bamboo spine.
4. NPB Miogenik
NPB miogenik merupakan nyeri punggung bawah disebabkan ketegangan otot, spasme
otot, defisiensi otot, otot yang hipersensitif.
Ketegangan otot,disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang – ulang pada
posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri.
Keadaan ini tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang
fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi otot – otot menjadi lelah, maka ligamentum
yang kurang elastis akan menerima beban yang lebih berat.
Rasa nyeri timbul oleh karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula.
Spasme otot atau kejang, disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini
memberi gejala khas, ialah dengan adanya kontraksi otot ini memberikan gejala yang khas,
ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan
memperberat rasa nyeri sekaigus menambah kontraksi.
Defisiensi otot, disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisme yang
berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena mobilisasi.
Otot yang hipersensitif, akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila dirangsang
akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu (target area). Daerah kecil tadi
disebut sebagai noktah picu, dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita NPB, tidak jarang
dijumpai adanya noktah picu ini. Tidak ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri
bercampur rasa sedikit nyaman.
5. Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal atau
visera, kelainan ginekologik, dan tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah
berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik
yang mengalami nyeri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita
LBP spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu untuk
menghilangkan nyerinya.
3.6 Patofisiologi
Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi
nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif.
Sensitifitas dari komponen sistem nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda
diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami
intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi
orang lain. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya
pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya
bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut
saraf ini bercabang sangat dekat dengan serabut asalnya pada kulit (serabut kutaneus) dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral
dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra sistem saraf dan
dengan organ internal yang lebih besar.11
Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi
histamin, bradikinin, asetilkolin dan prostaglandin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi
sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam
konsentrasi yang kuat dalam sistem saraf pusat. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan
tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal.11
Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebra dan unit
diskus intervertebra yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan
otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara, disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum
tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan
toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan
pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan
mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun
atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat
dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stres paling berat dan perubahan degenerasi
terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf
ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut.1, 11
3.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis
serta pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Untuk mendapatkan diagnosis low back pain seawal mungkin, perlu adanya anamnesis yang
terarah yaitu:12
Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis
yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi.
Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
LBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi diskus
bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada penderita
HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava akan
memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.
Kualitas/intensitas
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode
herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau
memungut barang yang ringan.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau
berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan
dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari
bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Penyakit penyerta lain
Adakah keluhan nyeri di bagian tubuh lain, gangguan libido, jika penderita seorang wanita
ditanyakan adakah gangguan dalam siklus haid, atau memakai IUD (kemungkinan inflamasi).
Riwayat penyakit yang dahulu dan keluarga
Diabetes Melitus, Hipertensi, penyakit jantung, hati, ginjal, paru dll
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pada inspeksi yang peru diperhatikan :
- Kurvatura yag berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi, pelvis yang miring
atau asimetris, muskular paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal
- Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah ada hambatan selama
melakukan gerakan
- Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian, apakah ada gerakan yang tidak
wajar atau terbatas
- Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan bangun dari
berbaring
- Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi, pembengkakan, perubahan warna
kulit.
-
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah
adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu maka
biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya,
dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini
meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi).
Bila ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana
yang terganggu.
2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang terganggu
akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior
akan menurun kekuatannya. Pemeriksaan yang dilakukan :
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari
lainnya dengan menyuruh penderita melakukan gerakan fleksi dan ekstensi,
sementara pemeriksaan menahan gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi otot
c. Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
otot – otot tertentu.
3. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan
meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP maka
reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
- Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat berbaring atau
duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patla dipukul dengan palu refleks. Apabila
ada reaksi ekstensi tungkai bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral
di L4-L5, refleksi ini negatif.
- Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut dalam posisi fleksi,
tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya, dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendo achiles dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar
fleksi maka refleks achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif.
4. Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain
a. Tes lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxa sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf
ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini
maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat
sampai ujung kaki.
b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai
yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi pada saraf
ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.
c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa 90
derajat dicoba untuk meluruskan sendi lutut
Pemeriksaan Radiologi
1. Plain X-Ray Columna Vertebralis
Dalam posisi AP, lateral, obliq, berdiri, berbaring untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas dari intervertebral space, foramen intervetebralis, sacroiliac joint. Gambaran
osteoporosis untuk nyeri punggung bawah kronis bisa didapatkan.
2. X-foto dengan kontras
Untuk memperjelas kelaianan yang kurang jelas pada plain film.
3. Discografi
Untuk mendapatkan sumber nyeri berdasarkan anatomi dari pasien. Dengan ini dapat
diketahui adanya penyakit degenaratif pada discus yang dapat menimbulkan nyeri.
Discogram juga dapat digunakan untuk perencanaan preoperative lumbar spinal fusion.5
4. CT-Scan
Dapat memperlihatkan beberapa kelainan seperti stenosis kanal sentral, lateral recess
entrapment, fraktur, tumor, infeksi. Dapat juga dilakukan CT Scan kontras dengan
memasukkan radioaktif marker IV.4,5
5. MRI
3.10 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari :5,18,19
a. Obat-obatan (medikamentosa)
Medikamentosa (obat-obatan untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar
LBP) :
- Analgetika (analgetik antipiretik dan analgetik narkotik, NSAID)
- Transquilizer minor (menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri. Disamping itu
untuk mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot)
b. Rehabilitasi medik
Berdasarkan definisi, dokter spesialis KFR dalam menangani para penderitanya,
sebagaimana hal-nya dengan dokter spesialis kedokteran bidang lain, harus berpikir secara
ilmiah Ilmu Kedokteran yaitu berpikir Logiko – Hipotetiko – Verivikatif untuk melakukan
pemeriksaan dengan menganalisis semua data yang ada mulai dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis penyakit dan
diagnosis kecacatan (Impairment, Disability, Handicap) dan selanjutnya menentukan
manajemen atau program yang komprehensif dengan tepat dan profesional dan terbukti
benar secara medis (evidence based). Dalam prakteknya disabilitas paling sering
disebabkan oleh penyakit atau cidera yang mengenai sistem neuro-muskulo skeletal dan
kardio-respirasi. Pelayanan medis tidak lengkap jika penderita yang mengalami disabilitas
tidak dapat hidup dan bekerja kembali menurut kemampuan fungsi yang masih ada.
Strategi upaya rehabilitatif dilaksanakan melalui paduan intervensi medik,
keterapian fisik, keteknisan medik dan upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan
psiko sosio-edukasiokupasi-vokasional yang bertujuan mengembalikan dan meningkatkan
kemampuan fungsi dan meningkatkan kemampuan partisipasi (posisi dan peran) di
masyarakat sehingga terjadi peningkatan kualitas hidup. Harus dipahami oleh semuanya
bahwa menangani penderita dengan kecacatan fisik harus dilakukan secara Tim yang
kompak dan berfilosofi yang sama yaitu bahwa tujuan terpenting dari pekerjaan secara tim
ini adalah untuk kepentingan penderita.
BAB III
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
Secara autoanamnesa dan alloanamnesa
Keluhan utama :
Nyeri kepala , Nyeri punggung, Nyeri tungkai kanan
Keluhan tambahan yang dirasakan os, saat menjadi instruktur senam, OS merasakan nyeri
di punggung bawah menjalar ke tungkai kanan disertai kram, nyeri terasa tajam seperti
kesetrum dan dirasakan menjalar dari punggung bawah sampai ke tungkai kanan, disertai
adanya perasaan kesemutan pada tungkai bawah kanan
OS berprofesi sebagai instruktur senam pada pusat olahraga .Selama bekerja os bisa
menjadi instruktur senam sebanyak 4 kali dalam sehari . OS menyangkal adanya riwayat
trauma pada punggung sebelumnya. Gejala yang diderita tidak didahului atau disertai
oleh gejala demam, batuk kronis, penurunan berat badan yang masif, dan keringat malam.
Selama menderita sakit, OS menyangkal adanya gejala susah tidur, jantung berdebar-
debar, nafsu makan berkurang, menjadi pendiam, dan suka menyendiri. Tidak ada
kelemahan pada anggota gerak, dan tidak ada gangguan BAK dan BAB.
Rangsangan meningeal
Kaku kuduk : (-)
Tanda Kerniq : (-)
Tanda Laseque : (-)
Tanda Brudzinki I : (-)
Tanda Brudzinki II : (-)
N. Oculomotorius (III)
Gerakan bola mata ke Medial (+) (+)
Atas (+) (+)
Bawah (+) (+)
Nervus IV (Trochlearis)
Gerakan bola mata
Kearah bawah (+)
Kearah dalam (+)
N. Trigeminus (V)
Menggigit Normal Normal
Membuka mulut Normal Normal
Sensibilitas muka Normal Normal
Refleks kornea (+) (+)
Trismus (-) (-)
N. Abducens (VI)
OD OS
Pergerakan bola mata (+) (+)
kearah lateral
N. Fasialis (VII)
Kedipan mata Normal
Sudut mulut Simetris
Mengerutkan dahi Normal
Menutup mata Normal
Meringis Normal
Menggembungkan pipi Normal
Daya kecap lidah 2/3 depan Normal
N. Vestibulocochlearis (VIII)
Mendengar suara (+) (+)
Tes Rinne Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Schawabach Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Weber Tidak dilakukan pemeriksaan
N. Glossopharingeus (IX)
Daya kecap lidah 1/3 posterior Normal
Refleks muntah Positif
Sengau Negatif
Tersedak Negatif
N. Vagus (X)
Arcus faring Simetris Simetris
Bersuara Normal
Menelan Normal
N. Asesorius (XI)
Memalingkan kepala Normal
Sikap bahu Normal
Mengangkat bahu Normal
Trofi otot bahu Normal
N. Hipoglossus (XII)
Sikap lidah Normal
Artikulasi Normal
Tremor lidah Normal
Menjulurkan lidah Normal
Sistem Motorik
Trofi : Normotrofi
Tonus Otot : Normotonus
Kekuatan Otot : Kanan Kiri
Ekstremitas Superior
Ekstensi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Fleksi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Ekstremitas Inferior
Ekstensi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Fleksi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Tes Sensibilitas
Eksteroseptif : Normal
Propioseptif : Normal
Refleks
Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
Biceps (+) (+)
Triceps (+) (+)
APR (+) (+)
KPR (+) (+)
Refleks Patologis
Kanan Kiri
Babinski (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Chaddock (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaefner (-) (-)
Hoffman-Tromner (-) (-)
HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 13.6 g/dl 12 - 16
Leukosit 5.07 103 /ul 4.0 - 11.0
Hematokrit 40.5 % 36.0 - 48.0
Trombosit 206 103 /ul 150 - 400
Eritrosit 4.39 106 /ul 4.00 – 5.40
1.6 PENATALAKSANAAN
Tirah baring
RL20 gtt/menit
Injeksi ranitidine 1 amp/12 jam
Injeksi ketorolac 1 amp /8 jam
Metilprednisolone 8mg 3x1
Flunarizine 5mg 1x1
1.7 PROGNOSA
Dubia ad Bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Pinzon, R. 2012. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran: profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Bawah
Akibat Hernia Nukleus Pulposus. CDK-198/ vol. 39 no. 10
2. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung Bawah,
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
3. Kasjmir YI. Penatalaksanaan Medik Nyeri Punggung Bawah. Dalam Meliala L, Suryono B,
Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain Society, Yogyakarta, 2003.
4. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik, Patofisioloogi dan
Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-
167.
5. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. Back and Neck Pain. Dalam
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Edition. New York: McGraw-Hill, 2008.
6. Ropper AH, Brown RH. Pain in the back, neck, and extremities. Dalam Adams and Victor’s:
Principles of Neurology. Eight Edition. New York: McGraw-Hill, 2005.
7. Rumawas RT. Nyeri Pinggang Bawah (Pandangan umum). Kumpulan makalah lengkap
Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI). Palembang, 8-12
Desember 1996.
8. Cianflocco, A.J., 2013. Low back pain. Available from:
http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/l
ow_back_and_neck_pain/low_back_pain.html [Accesed 1May, 18 2016]
9. Bratton, Robert L. Assessment And Management Of Acute Low Back Pain. The American
academy of family physician. November 15, 1999 [Accesed 18 Mei 2016]
10. Waddel. G, A.K.Burton. Occupational Health Guideline for The Management Low Back Pain
at Work Evidence Review. Occup Med vol.51no. 2 pp 124 – 135. Oxford University Press.
Great Britain. 2001