Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan mood meliputi sekelompok besar gangguan, dengan mood


patologis serta gangguan yang terkait mood yang mendominasi gambaran
klinisnya. Istilah gangguan mood, yang dalam edisiDiagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders(DSM) sebelumnya dikenal sebagai gangguan afektif,
saat ini lebih disukai karena istilah ini mengacu pada keadaan emosi yang
menetap, bukan hanya ekspresi eksternal (afektif) pada keadaan emosional
sementara. Gangguan mood paling baik dianggap sebagai sindrom, yang terdiri
atas sekelompok tanda dan gejala yang bertahan selama berminggu-minggu
hingga berbulan-bulan , yang menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual
seseorang serta kecenderungan untuk kambuh, sering dalam bentuk periodik atau
siklik. Mood dapat normal, meningkat, atau menurun (Sadock & Sadock, 2016).
Pasien dengan mood meningkat menunjukkan adanya ekspansivitas, flight
of ideas, tidur berkurang, harga diri meningkat, serta gagasan kebesaran. Pasien
dengan mood menurun menunjukkan hilangnya energi dan minat, rasa bersalah,
sulit berkonsentrasi, hilang nafsu makan, serta pikiran mengenai kematian atau
bunuh diri (Sadock & Sadock, 2016).
Gangguan bipolar yaitu gangguan mood yang kronis dan berat yang
ditandai dengan episode mania, hipomania, campuran dan depresi.Sebelumnya,
gangguan bipolar disebut dengan manik depresif, gangguan afektif bipolar, atau
gangguan spektrum bipolar. (Amir.2015 )
Sebagian besar orang yang mengalami manik, setidaknya sekali dalam
hidup mereka di lain waktu akan memiliki gangguan depresi. Kombinasi dari dua
episode, yang berada di kutub yang berlawanan dari suasana hati, disebut
gangguan bipolar atau gangguan afektif bipolar.(Adhi.Putra, 2014)
Gangguan afektif bipolar adalah kondisi umum yang dijumpai, dan
diantara gangguan mental menempati posisi kedua terbanyak sebagai penyebab
ketidak mampuan/disabilitas. Depresi bipolar sama pada kelompok pria dan
wanita dengan angka kejadian sekitar 5 per 1000 orang. Penderita depresi bipolar

1
dapat mengalami bunuh diri 15 kali lebih banya dibandingkan dengan penduduk
umum. Bunuh diri pertama-tama sering terjadi ketika tekanan pada pekerjaan,
studi, tekanan emosional dalam keluarga terjadi pada tingkat yang paling berat.
Pada risiko bunuh diri dapat meningkat selama menopause(Yayan A. Israr. 2009)
Diagnosis gangguan bipolar dibuat berdasarkan gambaran klinis. Alat
penapis atau skala diagnosis yang dapat dipakai yaitu the International
Classification of Disease of the World Health Organization (ICD-10) dan the
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders of the American
Psychiatric Association (4th edition, text revisions :DSM-IV-TR) (Amir, 2015)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan afektif bipolar merupakan gangguan yang bersifat oleh episode
berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat
aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu
lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi)
(Maslim,2016).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama
(rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang
usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup
yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk
penegakkan diagnosis) (Maslim,2016).
Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa
anxietas yang menyertainya), atau kearah elasi (suasana perasaan yang
meningkat). Perubahan afek ini biasanya disertai dengan suasana perubahan pada
keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder
terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan
tersebut (Maslim, 2016).
Gangguan suasana perasaan merupakan hilangnya kontrol penderita
terhadap mood atau afek disertai perubahan tingkat aktivitas, kemampuan
kognitif, bicara, dan vegetatif (Diatri& Rosani, 2014).

2.2 Etiologi
Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui.Penyebabnya merupakan
interaksi antara faktor biologis, faktor genetic, dan faktor psikososial. Kelaianan

3
metabolit amin biogenic seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA),
homovanillic acid (HVA), 3-metoksi 4-hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah,
urin dan cairan serebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien. Pola penurunan
genetika terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Bukan hanya tidak mungkin
untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik mungkin
memainakn peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada
sekurangnya beberapa orang pasien(Sadock & Sadock, 2016).
Ada beberapa teori tentang etiologi gangguan bipolar (Amir.N, 2015)
1. Dysregulation Theory: mood diatur oleh beberapa mekanisme
homeostasis. Kegagalan komponen homeostasis ini dapat menyebabkan
ekspresi mood tersebut melebihi batasnya yang diidentifikasi sebagai
gejala mania atau depresi.
2. Chaotic Attractor Theory: defek biokimia menyebabkan disregulasi
sintesis neurotransmitter .
3. Kindling Theory: progresivitas kumulatif di sistem limbic menyebabkan
neuron semakin mudah tereksitasi sehingga, akhirnya gejala dapat
diobservasi secara klinis.
4. Cathecolamine Theory : abnormalitas noradrenergic yang menonjol dan
diukur dengan konsentrasi norepinefrin dan hasil metabolitnya yaitu
MHPG. Kadar MHPG dalam urin lebih rendah pada depresi bipolar bila
dibandingkan dengan pada depresi unipolar.
5. The HPA Axis Theory :terdapat hubungan yang kuat antara HPA dengan
gangguan bipolar. Hubungan tersebut terlihat pada episode campuran dan
depresi bipolar tetapi kurangnya ada bukti dalam klasik mania.

2.3 Gejala Klinis


2.3.1 Episode manik
Ditunjukkan dengan suasana perasaan yang cenderung meningkat disertai
dengan peningkatan aktivitas fisik dan mental serta iritabel. Diagnosis episode
manik ditegakkan apabila gejala timbul sebagai episode tunggal. Dalam episode
manik, dapat ditemukan tiga atau lebih gejala berikut(Diatri & Rosani, 2014):

4
a. Rasa percaya diri berlebihan
b. Waktu tidur berkurang
c. Pembicaraan yang banyak dengan gagasan yang berpindah
d. Hiperaktivitas psikomotor yang bertujuan
e. Konsentrasi mudah dialihkan
f. Sering melakukan tindakan tanpa dipikirkan
Bagian dari episode mania menurut Maslim (2016) dalam buku PPDGJ-III
sebagai berikut :
1. Hipomania
 Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi
atau berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-
kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas
dan bertahan melebihi siklotimia, serta tidak ada halusinasi atau
waham.
 Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang
sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat
atau menyeluruh maka diagnosis mania harus ditegakkan.
2. Mania tanpa gejala psikotik
 Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup
berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
 Perubahan afek harus disertai energi yang bertambah, sehingga terjadi
aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur
berkurang, ide-ide perihal kebesaran, dan terlalu optimistic.
3. Mania dengan gejala psikotik
 Gambaran klinis lebih berat dari pada mania tanpa gejala psikotik.
 Hargadiriyang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaran, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham
kejar.
2.3.2 Gangguan afektif bipolar

5
Gangguan yang ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya
dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek
disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi) (Maslim, 2016).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama
(rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang
usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup
yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk
penegakkan diagnosis) (Maslim, 2016).

2.3.3 Episode depresi


Gejala utama (pada derajat ringan,sedang, dan berat)
 Afek depresi
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas.
Gejala Tambahan :
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang.

2.3.4 Gangguan suasana perasaan menetap


1. Siklotimia

6
Siklotimia merupakan gangguan bipolar ringan yang awitannya berangsur-
angsur, biasanya sebelum usia 21 tahun (Amir, 2015).
Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ-III sebagai berikut :
 Ciri esensial ialah ketidakstabilan menetap dari afek (suasana perasaan),
meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan,
diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk
memenuhi criteria gangguan afektif bipolar atau gangguan depresif
berulang
 Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria
untuk kategori manapun yang disebut dalam episode manik atau
episode depresif.
2. Distimia
Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ-III sebagai berikut :
 Ciri esensial adalah afek depresi yang berlangsung cukup lama dan
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi criteria
gangguan depresi berulang ringan atau sedang.
 Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka
waktu tidak terbatas.

2.4 Diagnosis
` Diagnosis gangguan afektif bipolar berdasarkan PPDGJ-III :
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran) dimasa lampau.

7
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran) dimasa lampau.
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan ataupun sedang.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran) dimasa lampau.
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresi berat tanpa gejala psikotik.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran) dimasa lampau.
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk depresi berat
dengan gejala psikotik.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran) dimasa lampau.
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
 Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan
cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok
selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu.
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau.

8
2.5 Diagnosis banding
Gangguan bipolar didiagnosis banding dengan cara sebagaiberikut :
1. Menyingkirkan kondisi medis umum
Beberapa kondisi medis dapat menginduksi terjadinya mania,termasuk
penyakit Cushing (di mana tubuh menghasilkankortikosteroid yang
berlebih), hipertiroidisme, stroke, epilepsi lobustemporal, tumor otak
(khususnya mempengaruhi ventrikel ketiga),trauma kepala, infeksi HIV,
gangguan jaringan ikat seperti systemiclupus erythematosus atau multiple
sclerosis.
2. Menyingkirkan obat yang dapat menginduksi terjadinya mania
Penggunaan obat stimulan seperti metamfetamin atau kokain
dapatmenyebabkan terjadinya agitasi, berpikir yang cepat, flight of
ideasatau gejala psikotik yang dengan mudah dapat menjadi
episodemanik. Saat pasien sedang menggunakan obat ini “crash”
danpengalaman mood swing akan muncul mengikuti perjalanan
moodswing yang tampak pada bipolar. Obat antidepresan
dapatmenginduksi episode manik pada individu yang rentan
terhadapperkembangan gangguan bipolar. Suatu episode dari mania
yangberespons terhadap obat antidepresan dipertimbangkan
sebagaidiagnosis dari gangguan bipolar primer.
Perbedaannya,perkembangan mania yang berespon pada obat-obatan lain
tidakditempatkan pada pasien yang berisiko tinggi pada
perkembangangangguan bipolar. Satu contoh yang paling sering dari obat-
obatanyang terlibat pada mania sekunder adalah prednison,
suatukortikosteroid yang dapat menyebabkan mania pada beberapapasien.
Simetidin dapat juga menyebabkan terjadinya mania, psikosis atau depresi.
3. Menyingkirkan gangguan psikiatri

9
Mood swing merupakan gejala yang sering terdapat padabeberapa kondisi
psikiatri, seperti:

a. Gangguan skizoafektif
Pasien yang mengalami gangguan skizoafektif seringmempunyai
riwayat depresi dan episode manik.Bagaimanapun juga, pasien ini
mempunyai gejala psikotikyang kronis dari skizofrenia, seperti delusi
dan halusinasi,meskipun selama periode mood yang normal.
b. Gangguan kepribadian
Pasien yang mempunyai gangguan kepribadiankemungkinan
mempunyai mood yang tidak stabil. Hal inikhususnya terjadi pada
gangguan kepribadian kelompok B,yaitu: histrionik, borderline,
narsistik dan antisosial.Perubahan mood ini dapat dihubungkan dengan
siklotimia,tetapi lebih sering berhubungan dengan faktor
lingkungan.Pasien yang mempunyai gangguan kepribadian sering
salahdidiagnosis sebagai gangguan bipolar
c. Skizofrenia
Pasien dengan gangguan bipolar terkadang didiagnosissebagai pasien
dengan skizofrenia, kemungkinan hal inidisebabkan oleh munculnya
gejala psikotik pada mania danawitan pada usia muda yang
menyerupai skizofrenia. Salahdiagnosis juga terjadi ketika pasien dan
dokter berasal darietnis yang berbeda.(Putra,A. 2012)

2.6 Penatalaksanaan
Tuntunan tatalaksanaGBmenurut Amir (2015) berdasarkan CANMAT
yaitu :
Agitasi mania akut
Pasien dengan mania akut dapat mengalami agitasi, agresif, dan
melakukan tindakan kekerasan.

10
Lini I Injeksi IM ariprazol pengobatan agitasi pada pasien
dengan episode mania atau campuran akut. Dosis :
9,75mg/injeksi.
Injeksi IM olanzapin  agitasi pada pasien dengan
episode mania atau campuran akut. Dosis : 10mg/injeksi
Lini II Injeksi IM haloperidol : 5mg/kali injeksi. Dapat diulang
setelah 30 menit. Dosis maksimum : 15 mg/hari.
Injeksi IM diazepam : 10mg/kali injeksi.

Mania akut GB
Episode manik ditandai oleh mood irritable, elasi, dan ekspansif.Pasien
sering tidak bisa tidur, hiperaktif motorik, agitasi dan sering melakukan perbuatan
yang merugikan dirinya.
Lini I Litium, divalproat, olanzapin, risperidon
Lini II Karbamazepin, TKL, litium + divalproat, paliperidon
Lini III Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat
haloperidol

Episode depresi akut GB I


Lini I Litium, lamotrigin, quetiapin XR, litium atau divalproat +
SSRI, olanzapin + SSRI, litium + divalproat
Lini II Quetiapin + SSRI, divalproat
Lini III Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin.

2.7 Prognosis
Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan pasien dengan gangguan depresi berat.Sekitar 40-50% pasien
gangguan bipolar I dapat mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun sejak
episode pertama. Walaupun profilaksis litium (Eskalith) memperbaiki perjalanan
gangguan serta prognosis gangguan bipolar I, kemungkinan hanya 50 – 60%

11
pasien memperoleh kendali bermakna gejalanya terhadap litium.(Kaplan HI,
2016).

BAB III
KESIMPULAN

Gangguan afektif bipolar merupakan gangguan yang tersifat oleh episode


berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat
aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu
lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

12
DAFTAR PUSTAKA

Adhi Putra, Hendrikus Gede Surya. 2014. Gangguan Afektif Bipolar Mania
Dengan Psikotik: Sebuah Laporan Kasus. E-Jurnal Medika Udayana. Vol. 3,
No. 4.
Amir N. 2015. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta.
Diatri Hervita & Rosani. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Jilid II.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Maslim R. 2016. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta.
Putra A. 2012. Distribusi Masalah Psikososial dan Lingkungan pada Pasien
Gangguan Bipolar. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan
Sadock BJ, Sadock VA. 2016. Kaplan & Sadock,Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi
II, Terjemahan Oleh Profitasari & Tiara Mahatmi Nisa. EGC: Jakarta.
Yayan.A.Israr. 2009. Gangguan Afektif Bipolar. [onlone] Tersedia:
http://gangguan-afektif-bipolar-files-of-drsmed.pdf (diakses 10 februari
2018).

13

Anda mungkin juga menyukai