Oleh :
Pembimbing :
JAKARTA
Pembimbing,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerahNya-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat ini yang
berjudul “ Diagnosis dan Tatalaksana BPPV”. Referat ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik Ilmu Telinga, Hidung, dan Tenggorok
di Rumah Sakit Angkatan Laut. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan dan penyelesaian referat ini, terutama kepada dr. Arief Tjatur P, Sp.
THT-KL selaku pembimbing yang telah memberikan waktu dan bimbingan
sehingga referat ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan berbagai saran dan
masukan yang membangun untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata, penulis
berharap semoga referat ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya dalam
bidang kedokteran, khususnya untuk bidang ilmu THT.
Elian Kadang
030.15.064
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi ............................................................................................... 3
2.1 Fisiologi ............................................................................................... 5
2.2 Definisi ................................................................................................ 6
2.3 Etiologi ................................................................................................ 6
2.4 Patogenesis .......................................................................................... 7
2.5 Gejala Klinis ........................................................................................ 8
2.5 Diagnosis ............................................................................................. 8
2.6 Tatalaksana .......................................................................................... 10
BAB III.PENUTUP
3.1 Resume ............................................................................................... 14
Pendahuluan
Salah satu penyebab paling umum dari vertigo adalah Benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV). BPPV diketahui adalah gangguan yang paling umum
terjadi dari system vestibular telinga bagian dalam yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan. BPPV bersifat jinak,yang berarti tidak mengancam jiwa penderita.
BPPV merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan dari sistem perifer
vestibular,ketika pasien merasakan sensasi pusing berputar dan berpindah yang
berhubungan dengan nistagmus ketika posisi kepala berubah terhadap gaya
(1)
gravitasi dan disertai gejala mual,muntah dan keringat dingin . Gangguan
vestibular dikarakteristikan dengan serangan vertigo yang disebabkan oleh
perubahan posisi kepala dan berhubungan dengan karakteristik nistagmus
paroksimal (2). Vertigo mengenai semua golongan umur, insidensi 25% pada pasien
usia lebih dari 25 tahun, dan 40% pada pasien usia lebih dari 40 tahun, dan
(3)
dilaporkan sekitar 30% pada populasi berusia lebih dari 65 tahun . Benign
Paroxysmal Positional Vertigo merupakan gangguan vestibular dimana 17-20%
pasien mengeluh vertigo. Pada populasi umum, prevalensi BPPV yaitu antara 11
sampai 64 per 100.000 (prevalensi 2,4%). Dari kunjungan 5,6 miliar orang ke
rumah sakit dan klinik di United State dengan keluhan pusing
didapatkan prevalensi 17%-42% pasien didiagnosis BPPV. Dari segi onset BPPV
biasanya diderita pada usia 50-70 tahun. Proporsi antara wanita lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2,2 : 1,5 (4). Di Indonesia, BPPV merupakan
vertigo perifer yang paling sering ditemui, yaitu sekitar 30%. Usia penderita BPPV
yang paling banyak adalah diatas 51 tahun. Jarang ditemukan pada orang yang
berusia kurang dari 35 tahun bila tidak didahului riwayat trauma kepala.
Tinjauan Pustaka
1. Sel rambut
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut
pada organ otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang
dijelaskan oleh posisi dari stereosilia relatif terhadap kinosilim. Jika suatu gerakan
menyebabkan stereosilia membengkok kearah kinosilium, maka sel-sel rambut
akan tereksitasi. Jika gerakan dalam arah yang berlawanan sehingga stereosilia
menjauh dari kinosilium maka sel-sel rambut akan terinhibisi.
2. Kanalis semisirkularis
Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada
rotasi sel-sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus
satu dengan yang lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak
hampir satu bidang yang sama dengan kanalis telinga satunya. Pada waktu rotasi,
salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara yang satunya akan
terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan
dalam bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke kanan, maka serabut-serabut
aferen dari kanalis horizontalis kanan akan tereksitasi, sementara serabut-serabut
yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan,
maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi, sementara kanalis
posterior akan terinhibisi.
3. Organ otolit
Ada dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang hampir
horizontal, dan sakulus yang terletak pada bidang hampir vertikal. Berbeda dengan
sel rambut kanalis semisirkularis, maka polarisasi sel rambut pada organ otolit tidak
semuanya sama. Pada makula utrikulus, kinosilium terletak di bagian samping sel
rambut yang terdekat dengan daerah sentral yaitu striola. Maka pada saat kepala
miring atau mengalami percepatan linier, sebagian serabut aferen akan tereksitasi
sementara yang lainnya terinhibisi. Dengan adanya polarisasi yang berbeda dari tiap
makula, maka SSP mendapat informasi tentang gerak linier dalam tiga dimensi,
walaupun sesungguhnya hanya ada dua makula. (7)
1. Teori Kupulolitiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia
yang terlepas dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada permukaan
kupula semisirkularis posterior yang letaknya langsung di bawah makula urtikulus.
Debris ini menyebabkannya lebih berat daripada endolimfe sekitarnya, dengan
demikian menjadi lebih sensitif terhadap perubahan arah gravitasi. Teori ini dapat
dianalogikan sebagai adanya suatu benda berat yang melekat pada puncak sebuah
tiang. Karena berat benda tersebut, maka posisi tiang menjadi sulit untuk tetap
dipertahankan pada posisi netral. Tiang tersebut akan lebih mengarah ke sisi benda
yang melekat. Oleh karena itu kupula sulit untuk kembali ke posisi netral
2. Teori Kanalitiasis
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula, melainkan
mengambang di dalam endolimfe kanalisis posterior. partikel yang bebas bergerak
(canalith) di dalam kanalis semisirkularis. Misalnya terdapat kanalit pada kanalis
semisirkularis posterior. Bila kepala dalam posisi duduk tegak, maka kanalit
terletak pada posisi terendah dalam kanalis semisirkularis posterior. Ketika kepala
direbahkan hingga posisi supinasi, terjadi perubahan posisi sejauh 90°. Setelah
beberapa saat, gravitasi menarik kanalit hingga posisi terendah. Hal ini
menyebabkan endolimfa dalam kanalis semisirkularis menjauhi ampula sehingga
terjadi defleksi kupula. Defleksi kupula ini menyebabkan terjadinya nistagmus.
Bila posisi kepala dikembalikan ke awal, maka terjadi gerakan sebaliknya dan
timbul pula nistagmus pada arah yang berlawanan.
Bila terjadi trauma pada bagian kepala, misalnya, setelah benturan keras,
otokonia yang terdapat pada utikulus dan sakulus terlepas. Otokonia yang terlepas
ini kemudian memasuki kanalis semisirkularis sebagai kanalit. Adanya kanalit
didalam kanalis semisirkularis ini akan memnyebabkan timbulnya keluhan vertigo
pada BPPV. Hal inilah yang mendasari BPPV pasca trauma kepala
2.6 Gejala Klinis BPPV
Gejala utama BPPV adalah vertigo (sensasi berputar) disebabkan oleh
perubahan posisi kepala sehubungan dengan gravitasi. Pasien biasanya mengalami
vertigo ketika bangun tidur, berguling di tempat tidur, memiringkan kepala mereka
ke belakang, misalnya untuk melihat rak, atau membungkuk ke depan, misalnya
saat mengikat sepatu. Namun, gejala-gejala BPPV dapat bervariasi pada setiap
pasien, dan dapat bermanifestasi dengan pusing nonspesifik, ketidakstabilan
postural, sakit kepala ringan, dan mual. Vertigo dalam BPPV biasanya berselang
dan tergantung pada posisi. Pasien dengan BPPV tidak mengalami vertigo parah
selama kegiatan siang hari yang biasa dilakukan dengan postur tegak. Vertigo
sebagian besar bersifat sementara di BPPV, durasinya berkorelasi baik dengan
durasi posisi nystagmus, yang biasanya sembuh dalam 30 detik di kanalis posterior.
Namun, durasinya relatif lebih lama (kadang-kadang berlangsung lebih dari 1
menit) pada kanalis horizontal. Analisa keluhan pasien yang cermat perlu
dilakukan dan pemburukan gejala biasa terjadi dengan perubahan posisi (8)
2. Perasat Liberatory
Merupakan latihan yang dilakukan di rumah oleh pasien sendiri tanpa bantuan
terapis. Pasien melakukan gerakan-gerakan posisi duduk dengan kepala menoleh
450 , lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan. Posisi ini dipertahankan
selama 30 detik. Selanjutnya pasien kembali ke posisi duduk 30 detik. Setelah itu
pasien menolehkan kepalanya 450 ke sisi yang lain, lalu badan dibaringkan ke sisi
yang berlawanan selama 30 detik. Latihan ini dilakukan secara rutin 10-20 kali.
3 seri dalam sehari. (8,9)
PENUTUP
3.1. Resume
BPPV diketahui adalah gangguan yang paling umum terjadi dari system
vestibular telinga bagian dalam yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
BPPV bersifat jinak,yang berarti tidak mengancam jiwa penderita. BPPV
merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan dari sistem perifer vestibular,ketika
pasien merasakan sensasi pusing berputar dan berpindah yang berhubungan dengan
nistagmus ketika posisi kepala berubah terhadap gaya gravitasi. Penyebab BPPV
adalah terlepasnya kristal kalsium karbonat dari utrikulus dan mulai mengapung di
kanalis semisirkularis atau bergerak bebas dalam endolimfe. Gejala utama BPPV
adalah vertigo (sensasi berputar) disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Pasien
biasanya mengalami vertigo ketika bangun tidur, berguling di tempat tidur,
memiringkan kepala mereka ke belakang. Namun, gejala-gejala BPPV dapat
bervariasi pada setiap pasien, dan dapat bermanifestasi dengan pusing nonspesifik,
ketidakstabilan postural, sakit kepala ringan, dan mual.
3. Kesser B, Gleason AT. Dizzines And Vertigo Across The Lifespam, An Issue Of
Otolaryngologic. North America. Elseiver. Volume 44:241.