DI SUSUN OLEH :
Disetujui :
CI INSTITUSI CI LAHAN
b. Sacrum
Tulang sacrum adalah sebuah irisan tulang yang paling besar dan
menjadi dasar pada susunan tulang belakang. Sacrum bersama
dengan tulang pinggul membentuk panggul. Pada perkembangannya
sacrum terdiri dari lima tulang dan bergabung pada akhir masa
remaja dan terbentuk solid sebagai satu tulang saat usia sekitar tiga
puluh tahun.
Sendi lumboscral fibrocartilaginous dibentuk Sacrum dengan
lumbar vertebrae kelima (L5). Sacrum meruncing pada bagian ujung
bawahnya dan membentuk sendi sacrococcygeal fibrocartilaginous
dengan tulang ekor. Disamping kiri dan kanan sacrum membentuk
sendi sacroiliaca dengan ilium tulang pinggul untuk membentuk
tulang panggul. Banyak ligamen yang berikatan pada sendi tersebut
yang berfungsi untuk mengurangi gerakan dan menguatkan panggul.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Low back pain yaitu:
1. Nyeri akut yang tajam, dalam dan langsung maupun tiba-tiba. Seorang
tidak dapat beristirahat dengan tenang dan setiap gerak bagian punggung
yang terkena bertambah nyeri yang terjadi selama kurang dari 8 minggu.
2. Nyeri kronis yang terus menerus dan cenderung tidak berkurang . Nyeri
biasanya terjadi dalam beberapa hari tetapi kadang kala membutuhkan
waktu selama satu atau bahkan beberapa minggu. Kadang-kadang nyeri
berulang akan tetapi untuk kekambuhan bisa ditimbulkan dari aktivitas
fisik yang sederhana.
D. Epidemiologi
Nyeri punggung bawah atau LBP ada disetiap budaya dan negara. Hampir
80% dari setiap individu pernah mengalami LBP dalam hidup mereka. Pada
titik waktu tertentu, minimal 15% dari individu melaporkan bahwa mereka
mengalami LBP (Hills, 2014). Kejadian tahunan rata-rata LBP diperkirakan
menjadi sekitar 16%, dengan 50% kasus pelaporan kekambuhan dan 8%
evolusi kronis. Prevalensi kejadian LBP di Amerika adalah 60%-80%.
Prevalensi LBP serius (terjadi lebih dari 2 minggu) adalah 14%. Prevalensi
nyeri yang menjalar ke salah satu tungkai sebesar 2%. Sedangkan prevalensi
LBP di negara-negara industri lebih dari 70%, kejadian dalam satu tahun 15%-
45%, pada orang dewasa 5% per tahun. Dari semua kasus LBP di Amerika
70% disebabkan oleh peregangan otot atau keseleo, 10% karena proses
degeneratif tulang vertebra, 4% karena penyempitan DIV, 4% disebabkan oleh
fraktur kompresi osteoporosis, dan 3% disebabkan oleh stenosis tulang
belakang. Penyebab lainnya hanya sekitar 1%. LBP merupakan penyebab
utama kecacatan pada pekerja yang berusia dibawah 45 tahun di Amerika.
Nyeri punggung atau LBP di Indonesia merupakan masalah kesehatan
yang nyata. LBP merupakan penyakit nomor dua terbanyak setelah influenza
Di Indonesia LBP sering terjadi 8 pada penduduk berusia 40-59 tahun. Secara
keseluruhan kejadian LBP di Indonesia adalah sekitar 49%. Khusus di
provinsi Jawa Tengah diperkirakan 40% dari penduduk berusia diatas 50
tahun pernah mengeluhkan nyeri pinggang, dengan prevalensi pada laki-laki
18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke
beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%. Sebuah tinjuan
melaporkan bahwa, setelah episode pertama LBP, presentase pasien yang
masih mengalami nyeri setelah 12 bulan adalah sekitar 62% (kisaran 42%-
75%), yang masih nyeri setelah 6 bulan sekitar 16% (kisaran 3%-40%),
presentase yang kembali mengalami kekambuhan adalah sekitar 60% (kisaran
44%-78%) dan presentase yang telah kambuh ketidakhadiran dalam berkerja
adalah 33% (kisaran 26%-37%). Tinjauan kedua menyimpulkan perbaikan
yang cepat pada nyeri adalah 58%, menjadi cacat sebesar 58% dan pasien
yang dapat kembali berkerja setelah mereka awalnya libur berkerja adalah
82%.
E. Etiologi
Penyebab nyeri punggung bawah ada barbagai macam, dibedakan dalam
kelompok dibawah ini :
1. Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan struktur
anatomis seperti otot atau ligamen, atau timbul akibat trauma, deformitas,
atau perubahan degeratif pada suatu struktur misalnya diskus
intervertebralis.
2. Penyakit sistemik seperti spondilitis inflamasi, infeksi, keganasan tulang,
dan penyakit paget pada tulang bisa menyebabkan nyeri di area
lumbosacral.
3. Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke tungkai
kemudian ke kaki, sering disertai parastesia dengan distribusi yang sama
ke kaki. Gejala ini timbul akibat penekanan nervus iskiadikus, biasanya
akibat penonjolan diskus intervertebralis ke lateral.
Pembagian penyebab dari LBP ini berdasarkan oleh frekuensi kejadian
adalah:
1. Penyebab luar biasa : langsung (20%)
a. Berasal dari spinal : termasuk kondisi seperti infeksi, tumor,
tuberkulosis, tractus spondilosis
b. Berasal bukan dari spinal : termasuk masalah dilain sistem seperti
saluran urogenital, saluran gastroinstetinal, prolaps uterus, keputihan
kronik pada wanita, dan lain-lain.
c. Penyebab biasa : tidak langsung (80%)
Catatan : dari 90% kasus, tidak ditemukan kejadian yang serius, hanya
saja kasus yang nyeri punggung biasa.3 Pada dasarnya, timbulnya rasa
nyeri pada LBP diakibatkan oleh terjadinya tekanan pada susunan saraf
tepi yang terjepit pada area tersebut. Secara umum kondisi ini seringkali
terkait dengan trauma mekanik akut, namun dapat juga sebagai
akumulasi dari beberapa trauma dalam kurun waktu tertentu. Akumulasi
trauma dalam jangka panjang seringkali ditemukan pada tempat kerja.
Kebanyakan kasus LBP terjadi dengan adanya pemicu seperti kerja
berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan, ketegangan otot,
cedera otot, ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang belakang.
Namun, keadaan ini dapat juga disebabkan oleh keadaan non-mekanik
seperti peradangan pada ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma,
dan osteoporosis.
F. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat
dipengaruhi oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda
diantara tiap individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas
dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara
potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik,
ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat
memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada
system assenden harus diaktifkan. Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi
nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk
proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada system saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf
dapat menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada
selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervinevorum yang
menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan.
Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini
terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan
ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar
pemeriksaan Laseque.
G. Manifestasi Klinis
1. Perubahan dalam gaya berjalan
2. Berjalan terasa kaku.
3. Tidak bias memutar punggung.
4. Pincang.
5. Persyarapan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan
sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat
pada daerah yang tidak dirangsang.
1. Nyeri.
2. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
3. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
4. Nyeri otot dalam.
5. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
6. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
7. Nyeri pada pertengahan bokong.
8. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
H. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena
pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa
mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot
pada sisi vertebra yang sakit.
I. Pemeriksaan Menunjang
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi,
dan luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang
dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir
waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi.X-ray
merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan
keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang
diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya
dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT
scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan
bila perlu oblique kanan dan kiri.
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis
spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang
berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur
bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-
ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang
berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk
abses spinal.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan.
Informasi dan edukasi. Pada LPB akut: Imobilisasi (lamanya
tergantung kasus), pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas,
modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi
tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung
kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan
berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis/Farmakoterapi.
a. NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri
radikuler
b. NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
Invasif non bedah
a. Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
b. Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
Bedah
HNP, indikasi operasi :
a. Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu:
nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
b. Defisit neurologik memburuk.
c. Sindroma kauda.
d. Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
e. Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien
dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat
pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma,
TB paru dan lain sebagainya.
6. Aktivitas dan istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh,
tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam
berjalan.
7. Eliminasi
Gejala Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
8. Integritas Ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah
pekerjaan, finansial keluarga.
Tanda :Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
9. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania,
nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
10. Nyeri/kenyamanan
Gejala Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan,
mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri
yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat
secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau
bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara
“krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung
patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
Tanda Sikap : dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
11. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
B. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, kelainan
muskuloskeletal dan system syaraf vaskuler
2) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kerusakan pada
jaringan (membran mukosa, kornea, fasia otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi, dan atau ligament)
3) Defisit perawatan diri makan berhubungan dengan ketidak mampuan
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
4) Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan mengalami
penurunan, peningkatan, atau percepatan perpindahan cairan dari
intravaskuler, interstisial, atau intraseluler.
5) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia,
penurunan konsentrasi hemoglobin, peningkatan tekanan darah,
kekurangan volume cairan penurunan aliran arteri atau vena, dan
kurangnya aktivitas fisik.
C. Intervensi keperawatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi procedure
debridement
2. Kolaborasi pemberian
antibiotic
IMPLEMENTASI
Dimana sesorang perawat melakukan tindakan yang
telah di rencanakan sesuai dengan SDKI,SIKI, SLKI yang telah
di buat.
EVALUASI
dimana seorang perawat mengevaluassi keadaan pasoien
setelah di berikan tindakan keperawatan dalam bentuk SOAP
yang artinya :
Subjek : keuhan yang didapat dari pasien atau keluarga
pasien setelah dilakukan tindakan
Objek : hasil yang di dapat dari penglihatan seorang
perawat atau hasil dari Pemeriksaan
Assement : masalah yang belum teratasi misal diare
Pleaning : rencana selanjutnya untk pasien tersebut
DISCHARGE PLANING
1. Mencegah output yang berlebihan
2. Tidak terjadi infeksi
3. Menjaga intake output agar seimbang
4. Menganjurkan makan dan minum sedikit tapi sering
5. Menjelasskan pada keluarga pasien untuk menjaga kebersihan lingkungan
6. Istirahat yang cukup
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2002. Kapita selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media
Aesulapius
Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing
outcomes clasification (NOC) Measurement of Health Outcomes. Mosby:
Elsevier.
Disetujui :
CI INSTITUSI CI LAHAN