Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma
nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari
berbagai sebab (kelainan tulang punggung atau spine sejak lahir, trauma, perubahan
jaringan, pengaruh gaya berat). LBP merupakan keluhan yang sering kita dengar dari
orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialami oleh orang usia muda.
LBP atau NBP (nyeri punggung bawah) merupakan salah satu masalah
(1)
kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World Health Organization
menyatakan kira-kira 150 jenis gangguan muskuloskeletal diderita oleh ratusan juta
manusia yang menyebabkan nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau
keterbatasan fungsional. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya
adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak
ditemukan di antara keluhan nyeri yang lain.
LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit musculoskeletal, gangguan
psikologis dan mobilisasi yang salah. Saat ini, 90% kasus nyeri punggung bawah bukan
disebabkan kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja.
Nyeri punggung bawah berhubungan dengan stress atau strain otot-otot punggung,
tendon dan ligament yang biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-hari secara
berlebihan, seperti duduk atau berdiri terlalu lama juga mengangkat benda berat dengan
cara yang salah.(2)
Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun
berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan pasien ke dokter adalah
14,3%. Dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000 kasus nyeri punggung bagian
bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi pertahun
mencapai 15 - 45% dengan titik prevalensi 30%. Sebanyak 80-90% kasus LBP akan
sembuh dengan sendirinya selama 2 minggu. Dari 500.000 kasus tersebut 85%
penderitanya adalah usia 18-56 tahun. (3)

1
Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia yang
dilakukan kelompok studi nyeri pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita
nyeri sebanyak 25% (4456 orang) dari total kunjungan, dimana 35,86% (1598 orang)
merupakan penderita nyeri kepala dan 18,37% (819 orang) adalah penderita LBP. Studi
populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan
13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang insidensinya
sekitar 5,4-5,8%.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kolumna Vertebralis


Kolumna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi menyangga
kranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang
panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak
medulla spinalis, radix nervi spinalis, dan lapisan penutup meningen yang dilindungi
oleh kolumna vertebralis.(4)
Kolumna vertebralis terdiri dari 33 vertebra, yaitu 7 vertebra cervicalis, 12
vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bergabung
membentuk os.sacrum), dan 4 vertebra cocygea (tiga yang dibawah umumnya bersatu).
Struktur kolumna ini fleksibel, karena kolumna ini bersegmen-segmen dan tersusun
dari vertebra, sendi-sendi dan bantalan fibrokartilago yang disebut diskus
intervertebralis. Diskus intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang
kolumna. Fungsi columna vertebralis, yaitu sebagai berikut : (4)
1. Menyangga berat kepala dan batang tubuh

2. Memungkinkan pergerakan kepala dan batang tubuh

3. Melindungi medula spinalis

4. Memungkinkan keluarnya nervus spinalis dari canalis spinalis

5. Tempat untuk perlekatan otot-otot

Vertebra yang khas terdiri dari korpus yang bulat di anterior dan arkus vertebra
di posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang disebut foramen vertebrale yang
dilalui oleh medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya. Arkus vertebra mempunyai
tujuh processus, yaitu satu processus spinosus, dua processus transversus, dan empat
processus articularis. (4)

3
Gambar 2.1 Kolumna vertebralis (4)
Permukaan atas dan bawah korpus vertebra yang berdekatan dilapisi oleh
lempeng tulang rawan hialin yang tipis. Diantara lempeng tulang rawan tersebut,
terdapat diskus intervertebralis yang tersusun dari jaringan fibrokartilago. Diskus ini
berperan sebagai peredam benturan bila beban pada kolumna vertebralis mendadak
bertambah. Namun, daya pegas ini berangsur-angsur menghilang dengan
bertambahnya usia. Setiap diskus terdiri dari bagian pinggir, annulus fibrosus, dan
bagian tengah yaitu nukleus pulposus.(4)

4
2.2 Diskus intervertebralis (4)
Anulus fibrosus terdiri atas jaringan fibrokartilago yang melekat erat pada
korpus vertebra dan ligamentum longitudinale anterius dan posterius kolumna
vertebralis. (4)
Nukleus pulposus, sifat setengah cair nukleus pulposus memungkinkannya
berubah bentuk dan vertebra dapat menjungkit ke depan atau ke belakang di
atas yang lain. Peningkatan beban mendadak pada kolumna vertebralis
menyebabkan nucleus pulposus yang semi cair ini menjadi gepeng dan keadaan
ini diakomodasi oleh daya pegas di sekeliling annulus fibrosus. Terkadang
dorongan keluar ini terlalu kuat bagi annulus, sehingga annulus menjadi robek
dan nucleus pulposus keluar dan menonjol kedalam kanalis vertebralis, di mana
nuklei ini dapat menekan radix nervi spinalis, nervus spinalis, atau bahkan
medulla spinalis.(4)
Tulang punggung lumbal, bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling
tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian
ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan
rotasi dengan derajat yang kecil. Punggung bawah terlibat dengan pergerakan
yang lebih dari bagian thorakal dan juga menerima semua beban dari batang
tubuh sehingga menyebabkan bagian ini paling sering mengalami cedera.
Pergerakan pada tulang belakang lumbal dibagikan antara 5 segmen pergerakan
walaupun jumlah pergerakan yang tidak seimbang terpaksa diterima oleh

5
segmen bawah (L3-L4 dan L4-L5). Oleh karena itu, kedua segmen ini adalah
yang paling rentan untuk terjadi kerusakan. Dua diskus paling bawah (L4-L5
dan L5-S1) menerima ketegangan dan paling rentan untuk terjadinya herniasi.
Ini bisa menyebabkan nyeri punggung bawah dan kebas yang menyebar melalui
tungkai bawah sehingga ke telapak kaki (sciatica).(12)
Daerah lumbal khususnya L5-S1 75% sebagai penyangga berat badan,
mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan di sendi L5-S1.
Selain itu daerah lumbal L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. (12)

Gambar 2.3 Ligament Longitudinal(4)


Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam
menyangga berat badan, maka tulang belakang di perkuat oleh otot dan
ligament. Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang
vertebrae. Ligamentum ini berfungsi membatasi gerak pada arah
tertentu dan mencegah robekan. Diskus intervebralis dikelilingi oleh
ligamentum anterior dan ligamnetum posterior. Ligamentum
longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae, besar
dan kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara vertebrae
yang satu dengan yang lainnya. ligamentum longitudinal posterior
berjalan di bagian posterior corpus vertebrae, yang juga turut

6
membentuk permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum tersebut
melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah lumbal yaitu
setinggi L 1, secara progresif mengecil, maka ketika mencapai L 5
sacrum ligamentum tersebut tinggal sebagian lebarnya, yang secara
fungsional potensiil mengalami kerusakan. Ligamentum yang mengecil
ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana gaya statistik bekerja
dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi
cidera kinetik.(4)
2.2 Definisi
Low back pain adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
sampai lumbosacral. Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung
bagian atas dan pangkal paha. (3)
Nyeri punggung bawah atau low back pain adalah suatu keadaan dengan rasa
tidak nyaman atau nyeri akut pda daerah ruas lumbalis kelima dan sakralis. Nyeri
pada punggung bawah dirasakan oleh penderita dapat terjadi secara jelas atau samar
serta menyebar atau terlokalisir (2)
2.3 Epidemiologi
Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun
berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan pasien ke dokter
adalah 14,3%. Dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000 kasus nyeri punggung
bagian bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi
pertahun mencapai 15 - 45% dengan titik prevalensi 30%. Sebanyak 80-90% kasus
LBP akan sembuh dengan sendirinya selama 2 minggu. Dari 500.000 kasus
tersebut 85% penderitanya adalah usia 18-56 tahun. (3)
Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan Indonesia yang
dilakukan kelompok studi nyeri pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah
penderita nyeri sebanyak 25% (4456 orang) dari total kunjungan, dimana 35,86%
(1598 orang) merupakan penderita nyeri kepala dan 18,37% (819 orang) adalah
penderita LBP. Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan

7
insidensi 8,2% pada pria dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta,
Yogyakarta, dan Semarang insidensinya sekitar 5,4-5,8%.

2.4 Etiologi
Faktor risiko terjadinya LBP merupakan kondisi personal atau lingkungan yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera atau penyakit. Program penanggulangan
akan lebih efektif bila fokus pada faktor resiko yang diketahui. 75% nyeri punggung
bawah akan sembuh dengan sendirinya. Menurut, Munir 2012 dan Hills 2016 faktor
penyebab LBP Sebagai berikut (6) :
1. Umur (6)
Umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25 65
tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan
keluhan meningkat sejalan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena
penurunan kekuatan dan ketahanan otot sehingga resiko terjadinya
keluhan otot meningkat. Tubuh mengalami perubahan sejalan dengan
usia dan diskus intervertervralis merupakan salah satu bagian tubuh
yang paling awal berubah, yaitu suplai darah langsung ke diskus tidak
lagi lancar.
2. Jenis kelamin (6)
Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dibandingkan
pria. Perbadningan kekuatan otot pria dan wanita adalah 3 : 1. Tidak
diketahui dengan jelas apakah jenis kelamin merupakan faktor resiko
nyeri punggung bawah, walaupun tindakan operasi pada HNP lebih
banyak pada laki-laki dibandingkan wanita.
3. Kelainan Tulang punggung Sejak lahir(6)
Keadaan ini kebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae, Kelainan-
kelainan kondisi tulang verterbra dapat berupa tulang vertebra hanya
setengah bagian. Hal ini dapat menyebabkan low back pain disertai
dengan scoliosis ringan, Spina bifida, spondylisthesis, kissing spine dan
sacralisasi vertebrae lumbal ke V.

8
Gambar 2.4 Spondylolistesis
4. Trauma(6)
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada
orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan
aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita LBP. Gerakan
bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan
nyeri. Secara patologis anatomis, pada low back pain yang disebabkan
trauma dapat ditemukan beberapa keadaan :
Perubahan sendi sacro-illiaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacroiliaca adalah
rasa nyeri pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat
bertambah saat batuk dan saat posisi supine. Pada pemeriksaan
laseq akan menunjukan hasil yang positif dan pergerakan kaki
pada hip joint terbatas.

9
Gambar 2.5 sendi sacro-illiaca
Perubahan pada sendi lumba sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebrae lumbal
V dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligament atau
fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas
vertebrae lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak.

Gambar 2.6 Sendi Lumba Sacral


5. LBP Karena Perubahan Jaringan
Osteoartritis (Spondylosis Deformans) (6)
Ketika Usia seseorang semakin bertambah maka diikuti pula
dengan penurunan kelenturan otot-otot nya juga semakin

10
berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan
otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang
antar tulang vertebrae yang menyebabkan tulang belakang
menjadi tidak fleksibel.

Gambar 2.7 Osteoarthritis


Penyakit fibrositis (6)
Penyakit ini dikenal juga dengan rheumatism muskuler.
Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal otot, khususnya di
leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap
tidur yag buruk dan kelelahan.

Gambar 2.8 Letak tender points pada fibrositis


Penyakit infeksi (6)
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh
bakteri tuberculosis. Infeksi kronis ditandai dengan

11
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta
kelemahan

Gambar 2.9 Spondylitis Tuberkulosa


6. Pengaruh gaya berat (6)
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan
berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat
menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu
valgum, genu varum, coxa valgum dan lainnya. Beberapa pekerjaan
yang mengharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga
dapat mengakibatkan terjadnya LBP.
Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini
disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat
penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.
7. LBP Neurogenik
1. Neoplasma
Neoplasma intrakranialis spinal sering ditemukan ialah
neurinoma, hemangioma, ependimoma, dan meningioma. Nyeri
yang diakibatkan neoplasma ini sering sulit dibedakan dengan nyeri
akibat HNP. Pada umumnya gejala pertama adalah rasa nyeri baru
kemudian timbul gejala neurologik, yaitu gangguan motorik,
sensibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul waktu sedang

12
tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang
kalau untuk berjalan. Dengan demikian penderita cenderung untuk
bangkit dari tempat tidur untuk berjalan-jalan.(5)
2. Araknoiditis
Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri
timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan
tersebut.(5)

Gambar 2.10 Araknoiditis


3. Stenosis kanalis spinalis
Menyempitnya kanalis spinalis oleh karena proses degenerasi
diskus intervertebralis. Gejala klinik yang timbul ialah adanya
klaudikasio iniermiten yang disertai rasa kesemutan dan pada saat
penderita istirahat maka rasa nyerinya masih tetap ada.(5)

13
Gambar 2.11 Stenosis kanalis spinalis
8. LBP Spondilogenik
Suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di
kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus
intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik).(5)
1) LBP Osteogenik (5)
a. Radang atau infeksi, misalnya osteomyelitis vertebral
dan spondylitis tuberkulosa.
b. Trauma, yang dapat mengakibatkan fraktur maupum
spondilolistesis.
c. Keganasan, dapat bersifat primer maupun sekunder atau
metastatik yang berasal dari proses keganasan di
kelenjar tiroid, paru-paru, payudara, hati, prostat, dan
ovarium.
d. Kongenital, misalnya scoliosis lumbal. Nyeri yang
timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput
artikulasi posterior satu sisi.
e. Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis,
alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
2) LBP Diskogenik (5)
Spondilosis, disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif
pada diskus intervertebralis yang mengakibatkan makin
menyempitnya jarak antar vertebra sehingga menyebabkan
terjadinya osteofit. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya

14
osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantung durameter
yang mengakibatkan iskemi dan radang.

Gambar 2.12 Spondylosis


Hernia Nukleus Pulposus (HNP), keadaan dimana nucleus
pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah
kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek. Gejala
pertama yang timbul adalah rasa nyeri di punggung bawah

Gambar 2.13 HNP


Spondilitis Ankylosa, proses ini biasanya mulai dari sendi
sakroiliaka, yang kemudian menjalar ke atas, ke daerah leher.
Gejala permulaan berupa rasa kaku di puggung bawah waktu
bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan

Gambar 2.14 Spondilitis Ankylosa

15
3) LBP Miogenik(5)
Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan
atau berulang-ulang pada posisi yang sama akan memendekkan
otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri.
Spasme otot, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana
jaringan otot sebelumnya dalam kondisi tegang atau kaku atau
kurang pemanasan.
Defisiensi otot, dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai
akibat dari mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu
lama maupun karena mobilisasi.
Otot yang hipersensitif akan menciptakan suatu daerah kecil
yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan
menjalar ke daerah tertentu.
2.5 Klasifikasi LBP
a. Acute Low Back Pain :
Ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang
waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa
nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan
karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat
hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga
dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius,
fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri.
Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat
dan pemakaian analgesic (7)
b. Chronic Low Back Pain :
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.
Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis,
proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor. (7)

16
2.6 Diagnosis
A. Anamnesis
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan
dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri
radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-
20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan
operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak
menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan
tindakan operatif.(10)
Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala
merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis. Walaupun
suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya berhubungan
dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode
herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti
membungkuk atau memungut barang yang enteng. (8)
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan
bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya
berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan
meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk,
bersin dan mengejan sewaktu defekasi. (8)
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada
malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya
suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi. Faktor-
faktor lain yang penting adalah gangguan pencernaan atau gangguan miksi-
defekasi, karena bisa merupakan tanda dari suatu lesi di kauda ekuina dimana harus
dicari dengan teliti adanya hipestesi peri-anal, retensio urin, overflow
incontinence dan tidak adanya perasaan ingin miksi dan gejala-gejala ini
merupakan suatu keadaan emergensi yang absolut, yang memerlukan suatu
diagnosis segera dan dekompresi operatif segera, bila ditemukan kausa yang
menyebabkan kompresi. (10)

17
Suatu radikulopati tanpa nyeri menandakan kemungkinan adanya suatu
penyakit metabolik seperti polineuropati diabetik, namun juga harus diingat bahwa
hilangnya nyeri tanpa terapi yang adekuat dapat menandakan adanya suatu
penyembuhan, namun dapat pula berarti bahwa serabut nyeri hancur sehingga
perasaan nyeri hilang, walaupun kompresi radiks masih ada. (11)
Suatu nyeri yang berkepanjangan akan menyebabkan dan dapat diperberat
dengan adanya depresi sehingga harus diberi pengobatan yang sesuai. Terdapat 5
tanda depresi yang menyertai nyeri yang hebat, yaitu anergi (tak ada energi),
anhedonia (tak dapat menikmati diri sendiri), gangguan tidur, menangis spontan
dan perasaan depresi secara umum. (11)
B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi(10)
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi
diskus. Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis
serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lodosis lumbal dapat
disebabkan oleh spasme otot paravertebral. Gerakan-gerakan yang perlu
diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan
artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan
foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan
pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada
fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).

18
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk
ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral
yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP
pada sisi yang sama.
Palpasi(10)
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke
kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien.
Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat atau level yang terkena. Penekanan dengan
jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada
vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna
pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level
kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4
dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1. Harus dicari pula
refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari
pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN
atau LMN.

C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.(12)
Pemeriksaan Radiologis :

19
a. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-
kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.(12)
b. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang. (12)
c. Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada
pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi
metal. (12)
d. CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat
dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada
pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan
tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis. (12)
e. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana
yang paling terkena. (12)
f. Elektromiografi (EMG) :
Pemeriksaan EMG dilakukan untuk(11) :
Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
Pemeriksaan EMG adalah suatu pemeriksaan yang non-invasif, Motor Unit
Action Potentials (MUAP) pada iritasi radiks terlihat sebagai(11) :
Potensial yang polifasik
Amplitudo yang lebih besar dan
Durasi potensial yang lebih panjang, pada otot-otot dari segmen
yang terkena.

20
Pada kompresi radiks, selain kelainan-kelainan yang telah disebut
diatas, juga ditemukan aktivitas spontan pada pemeriksaan EMG berupa
fibrilasi di otot-otot segmen terkena atau di otot paraspinal atau interspinal dari
miotoma yang terkena. Sensifitas pemeriksaan EMG untuk mendeteksi
penderita radikulopati lumbal sebesar 92,47%.(11)
EMG lebih sensitif dilakukan pada waktu minimal 10-14 hari setelah
onset defisit neurologis, dan dapat menunjukkan tentang kelainan berupa
radikulopati, fleksopati ataupun neuropati.(10)

2.7 Penatalaksanaan
a. Tirah baring
Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik
akut, fraktur, dan HNP. Pada HNP sikap terbaring paling baik adalah dalam
posisi setengah duduk di mana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul
dan lutut. Lama tirah baring bergantung pada berat-ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Trauma mekanik akut tidak perlu lama berbaring, sedang
HNP memerlukan waktu yang lebih lama, dan yang paling lama adalah kasus
fraktur.(8)
Setelah tirah baring dianggap cukup, maka dapat dilakukan latihan tertentu,
atau terlebih dahulu dipasang korset. Tujuan latihan ini adalah untuk mencegah
terjadinya kontraktur dan mengembalikan fungsi otot.(8)
b. Medikamentosa
Simtomatik(5)
1. Analgetika (salisilat, parasetamol, dll)
2. Kortikosteroid (prednisone, prednisolon)
3. Anti inflamasi non steroid (piroksikam)
4. Antidepresan trisiklik (amitriptilin)
Kausatif (5)
1. Anti tuberculosis
2. Antibiotik untuk spondylitis piogenik

21
c.Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam), misalnya pada HNP, trauma mekanik akut, seta
traksi pelvis untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.(5)
2.8 Diagnosis Banding
Primary mechanical derangements

Ligamentous strain Metabolic disease


Muscle strain or spasm
Facet joint disruption or degeneration Osteoporosis
Intervertebral disc degeneration or Osteomalacia
herniation Hemochromatosis
Vertebral compression fracture Ochronosis
Vertebral end-plate microfractures
Inflammatory rheumatologic disorders
Spondylolisthesis
Spinal stenosis Ankylosing spondylitis
Diffuse idiopathic skeletal hyperostosis Reactive spondyloarthropathies
Scheuermann's disease (vertebral (including Reiter's syndrome)
epiphyseal aseptic necrosis) Psoriatic arthropathy
Polymyalgia rheumatica
Infection
Referred pain
Epidural abscess
Vertebral osteomyelitis Abdominal or retroperitoneal visceral
Septic discitis process
Pott's disease (tuberculosis) Retroperitoneal vascular process
Nonspecific manifestation of systemic Retroperitoneal malignancy
illness Herpes zoster
Bacterial endocarditis
Paget's disease of bone
Influenza
Primary fibromyalgia
Neoplasia
Psychogenic pain
Epidural or vertebral carcinomatous
metastases Malingering
Multiple myeloma, lymphoma
Primary epidural or intradural tumors

22
BAB 3
KESIMPULAN

Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain adalah rasa nyeri yang dirasakan
di daerah punggung bawah. Nyeri punggung bawah merupakan gejala, bukan suatu
diagnosis. Berdasarkan perjalanan klinisnya, dibedakan menjadi low back pain akut
dan low back pain kronik.
Nyeri punggung bawah merupakan kelainan dengan berbagai etiologi
Penegakan diagnosis LBP melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang. Anamnesis harus dibedakan intensitas nyeri yang dominan, faktor yang
memperberat nyeri, serta ada atau tidaknya gangguan otonom. Pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, palpasi, pemeriksaan motorik, sensorik, serta tes provokasi juga
penting untuk menentukan penyebab LBP. Pemeriksaan penunjang untuk menunjang
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik guna menegakkan diagnosis.
Penanganan simtomatik serta rehabilitasi medik dapat digunakan sebagai
pilihan terapi pada kasus low back pain.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Ehrlich George E. 2003. Low Back Pain. Bulletin Of The World Health
Organization
2. Defriyan. 2011. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah. UIN Jakarta: Jakarta
3. Munir Syahrul. 2012. Nyeri Punggung Bawah. UI: Jakarta
4. Snell. S. Richard. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. EGC : Jakarta
5. Harsono. 2009. Neurologi. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
6. Chou Roger, MD, Huffman Laurie, MS. 2012. Evaluation and Management Of
Low Back Pain. American Pain Society, Publisher Glenview IL: USA PP: 10
7. Chou Roger. 2008. Practice Guidlines For Low Back Pain. American Pain
Association. Departement Of Medicine PP: 12
8. Everett, MD, Hills, MS. 2016. Mechanical Low Back Pain. Medscpae PP: 3
9. Bradley J Sandella. 2016. Examination Of Low Back Pain. Medscape
10. Feske SK, Greenberg SA. Degenerative and compressive structural disorders.
In: Textbook of Clinical Neurology. 2nd Ed., Ed. Goetz CG. Philadelphia:
Saunders 2003; 583-600.
11. Wibowo BS, Tonam. 2004. Evaluasi elektromiografik pada nyeri pinggang
bawah. PP: 11-17.
12. Wheeler AH, Stubbart JR. 2004. Pathophysiology of Chronic Back Pain.
Medscape

24

Anda mungkin juga menyukai