Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Low Back Pain atau yang biasa kita sebut dengan nyeri punggung bawah merupakan
hal yang wajar bila terkena pada usia senja. Dikarenakan sudah mengalami penurunan
fungsi atau penurunan kualitas hidup seseorang sehingga dapat memengaruhi kegiatan
atau aktivitas kesehariannya. Lain hal bila yang terkena adalah usia produktif, karena
banyak faktor yang dapat menyebabkan low back pain. Seperti gaya hidup yang buruk,
genetika, obesitas.
Angka kejadian untuk kasus low back pain di Indonesia sebesar 18%. Prevalensi
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan paling sering terjadi pada usia decade
tengah dan awal decade empat. Penyebab low back pain sebagian besar (85%) adalah
nonspesifik, akibat kelainan pada jaringan lunak, berupa cedera otot, ligament, spasme
atau keletihan otot. Penyebab lain yang serius adalah spesifik antara lain, fraktur vertebra,
infeksi, dan tumor.
Low Back Pain dapat menyerang usia berapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang
tua, dan itu menjadi salah satu keluhan yang paling sering untuk dikonsultasikan. Menurut
studi Global Burden of Disease di tahun 2010 diperkirakan bahwa low back pain adalah
satu satu dari penyakit dan cedera yang memiliki peringkat teratas. Angka kejadian low
back pain secara umum diperkirakan 60% hingga 70% pada Negara industri (prevalensi
satu tahun 15% hingga 45% serta insiden pada dewasa 5% per tahun). Untuk prevalensi
pada anak-anak dan remaja lebih rendah daripada orang dewasa . Prevalensi meningkat
dan mecapai puncaknya di antara usia 35 dan 55 tahun. Di dunia populasi low back pain
aka meningkat secara substansial karena adanya kemunduran dari cakram intervertebralis
pada orang tua. Low back pain adalah penyebab utama dari keterbatasan aktivitas dan
absennya pekerjaan secara keseluruhan sebagian besar di dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hernia Nukleus Pulposus?
2. Apa saja anatomi dan fisiologi dari vertebra?
3. Bagaimana patofisiologi dari Hernia Nukleus Pulposus?
4. Apa saja etiologi Hernia Nukleus Pulposus?
5. Apa saja tanda dan gejala Hernia Nukleus Pulposus?
6. Apa saja stadium pada Hernia Nukleus Pulposus?
7. Bagaimana manajemen fisioterapi pada kasus Hernia Nukleus Pulposus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Hernia Nukleus Pulposus.
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari vertebra.

1
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Hernia Nukleus Pulposus.
4. Untuk mengetahui etiologi dari Hernia Nukleus Pulposus.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala Hernia Nukleus Pulposus.
6. Untuk mengetahui stadium atau tingkat keparahan pada Hernia Nukleus Pulposus.
7. Untuk mengetahui manajemen fisioterapi yang dapat diberikan pada pasien penderita
Hernia Nukleus Pulposus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Herni Nukleus Pulposus


Hernia Nukleus Pulposus adalah kondisi ketika bantalan atau cakram di antara
vertebrata (tulang belakang) keluar dari posisi semula dan menjepit saraf yang berada
di belakangnya. Kondisi ini juga disebut dengan istilah “saraf terjepit”. HNP
umumnya menyerang bagian keempat atau kelima bertebrata lumbal (di punggung
bawah) atau vertebrata serviks (di leher), khususnya pada penderita dewasa yang
sudah memasuki umur senja.

B. Anatomi dan Fisiologi


Tulang belakang (columna vertebralis) adalah pilar yang kuat, melengkung dan
dapat bergerak yang menopamg tengkorak, dinding dada, dan ekstremitas atas,
menyalurkan verat badan ke ekstremitas bawah, dan melindungi medulla spinalis.

2
Tulang belakang terdiri dari sejumlah vertebra, yang dihubungkan oleh discus
intervertebralis dan beberapa ligamentum. Setiap vertebra terdiri dari tulang
spongiosa yang treisi dengan sumsum tulang merah dan dilapisi oleh selapis tipis
tulang padat.

1. Vertebra dan sendi tipikal


Vertebra menunjukkan perbedaan berdasarkan pola yang umum. Vertebra tipikal
menunjukkan:
 Corpus,lempeng tulang yang tebal, agak melengkung di permukaan atas dan
bawah
 Arcus vertebra, terdiri dari:
a. Pediculus di bagian depan: bagian tulang yang berjalan ke arah bawah dari
corpus, dengan lekukan pada vertebra di dekatnya membentuk foramen
intervertebrale
b. Lamina di bagian belakang: bagian tulang yang pipih berjalan ke araha
belakang dan ke dalam untuk bergabung dengan pasangan dari sisi yang
berlawanan.

3
 foramen vertebrale: lubang besar yang dibatasi leh corpus di bagian depan,
pediculus di bagian samping, dan lamina di bagian samping dan belakang.
 foramen intervertebrale: lubang pada bagian samping, diantara dua vertebra
yang berdektana; dilalui oleh nervus spinalis yang sesuai.
 processus articularis superior dan inferior: membentuk persendian dengan
rocessus yang sama pada vertebra di atas dan di bawahnya.
 prcessus transversus: bagian tulang yang menonjol ke lateral.
 spina: penonjolan yang mengarah ke belakang dan ke bawah.
 discus intervertebralis adalah cakram yang melekat pada permukaan corpus
dua vertebrae yang berdekatan; terdiri dari annulus fibrosus, cincin jaringan
fibrokartilaginosa pada bagian luar, dan nucleus pulposus, zat semi-cair yang
yang mengandung sedikit serat dan tertutup di dalam annulus fibrosus.
2. Ligamentum
Sejumlah ligamentum yang menghubungkan vertebra :
a. ligamentum longitudinalis anterior berjalan ke bawah di depan corpus vertebra.

4
b. ligamnetum longitudinalis posterios berjalan ke bawah di belakang corpus
vertebra (yaitu, di dalam canalis vertebralis).
c. ligamnetum-ligamentum pendek yang meghubungkan processus transversus dan
spina dan mengelilingi sendi pada processus articularis.

3. Vertebra lumbal
Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya
sangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti
ginjal . proses transversusnya panjangn dan langsing. Ruas kelima membentuk
sendi dengan sacrum pada sendi lumbo-sacral.

Sendi kolumna vertebra. Sendi ini dibentuk oleh bantalan tulang rawan yang
diletakkan di antara setiap dua vertebra, dikuatkan ligamentum yang berjalan di
depan dan di belakng badan-badan vertebra sepanjang kolumna vertebralis.
Massa otot di setiap sis membantu dengan sepenuhnya kestabilan tulang
belakang.
Diskus intervertebralis atau cakram antar ruas adalah bantalan tebal tulang
rawan fibrosa yang terdapat di antara badan vertebra yang dapat bergerak.
Gerakan. Sendi yang terbentuk antara cakram dan vertebra adalah persendian
dengan gerakan yang terbatas saja dan termasuk sendi jenis simfisis, tetpi
jumlahnya yang banyak memberi kemungkinan membengkok kepada
kolumnanya secara keseluruhan. Gerakannya yang mungkin adalah fleksi atau

5
membengkok ke depan, ekstensi, membengkok ke belakang, membengkok lateral
ke setiap sisi dan rotasi atau ber[putar ke kanan dan ke kiri.

4. Fungsi kolumna vertebralis.


Kolumna vertebralis bekerja sebagai pendukung badan yang kokoh dan
sekaligus juga bekerja sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan
cakram intervertebralis yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan
memungkinkan membongkoktanpa patah. Cakramnya jugga berguna untuk
menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat badan seperti waktu
berlari atau meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum tulang belakang
terlindung terhadap guncangan.
Kolumna vertebralis juga memikul berat badan, menyediakan permukaan
untuk kaitan otot, dan membentuk tapal batas posterior yang kukuh untuk rongga-
rongga badan dan memberi kaitan pada iga

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fsiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

C. Patofisiologi
Pada discuss intervertebralis terdapat cincin annulus fibrosus dan cairan nukleus
pulposus. Cairan nukleus pulposus tersusun atas jaringan ikat longgar dan sel-sel
kartilago yang memiliki kandungan air yang tinggi. Jika diberikan tekanan (traua),
nukelus pulposus dapat bergerak, sehingga menjadi cairan memadat, melebar, dan
menyebabkan annulus fibrosus menjadi menggelembung. Discuss intervertabralis
yang mengalami trauma berulang kali dapat menyebabkan cincin annulus fibrosus
menjadi robek.

6
Traumatik yang terjadi berkali-kali dapat mengakibatkan jebolnya nukleus
pulposus. Kemudian terjadi penekanan pada radiks saraf apabila penjebolan terjadi ke
arah lateral. Bila jebolnya atau herniasi terjadi di tengah, maka tidak mengenai radiks.
Jika pembebanan terhadap discuss terus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat
menahan, nukleus pulposus akan keluar, akhirnya timbul rasa nyeri karena cairan
nukleus pulposus berada di canalis vertebralis menekan radiks
Mekanisme nyeri merupakan proteksi dari tubuh yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya pergerakan sehingga terjadi proses penyembuhan. Salah satu bentuk
proteksi terhadap nyeri adalah adnaya spasme otot, yang kemudian dapat
menimbulkan iskemik.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari
nervi nervorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri yang dirasakan di
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan adanya peregangan serabut saraf akibat
pergerakan. Kedua, penekanan mengenai serabut saraf menyebabkan perubahan
biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukkan
ini menyebabkan timbulnya menchano hot spot yang sangat peka terhadap rangsang
mekanikal dan thermal.

D. Etiologi
Di antara ruas tulang belakang terdapat bantalan, dengan bagian tengah yang
kenyal seperti jelly dan lapisan luarberupa selubung yang kuat. Seiring bertambahnya
usia atau akibat cedera, dapat terjadi penurunan kekuatan dan elastisitas dari bantalan
ini, sehingga bagian dalam dari bantalan dapat menonjol keluar dan menekan saraf.
Kondisi tersebur mengakibatkan penderita mengalami rasa nyeri hingga penurunan
kemampuan gerak fisik. Selain faktor umur dan cedera, adapunbeberapa hal yang
dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hernia nucleus pulposus, seperti:
1. Genetika
Kondisi ini diturunkan dari salah satu anggota keluarga yang memiliki riwayat
HNP.
2. Obesitas
Penekanan pada tulang punggung dikarenakan berat tubuh berlebih.
3. Merokok
Asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen pada cakram dan meningkatkan
risiko pengikisan pada tulang punggung.
4. Mengangkat beban berat

7
Seseorang yang sering mengangkat atau mendorng beban berat secara
berulang dengan postur tubuh yang salah, berpotensi mengalami HNP.

E. Tanda dan Gejala


Berikut merupakan tanda dan gejala yang timbul pada penderita hernia nukleus
pulposus :
1. Nyeri pada kaki atau bahu, dengan intensitas yang dapat meningkat saat batuk,
bersin, atau bergerak dalam posisi tertentu.
2. Melemahnya fungsi otot sehingga menurunkan kemampuan penderita dalam
bergerak, membungkuk, atau memindahkan barang.
3. Beberapa titik anggta tubuh mengalami sensasi kesemutan atau kaku. Biasanya
di sekitar punggung, bahu, tangan, tungkai, dan kaki.

F. Stadium Hernia Nukleus Pulposus


Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,
dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu:3,4,5,7.
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran
anulus fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada di
bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior

G. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Numerical Rating Scale (NRS) adalah alat ukur yang meminta klien untuk
memperkirakan intensitas nyeri pada skala numeric 0 sampai dengan 10 (11 point)

8
atau 0 sampai dengan 101 (101 poin). Angka 0 mewakili tidak nyeri, sedangkan
angka 10 atau 100 mewakili nyeri hampir tak tertahankan atau sakit terparah yang
dapat dirasakan.
Prosedur pemeriksaan nyeri menggunakan NRS adalah sebagai berikut:
a. kita jelaskan terlebih dahulu pemeriksaan yang akan kita lakukan
b. siapkan alat pemeriksaan, yaitu alat ukur NRS atau sebuah kontak yang berisi
angka 0-10
c. kita minta klien untuk menunjukkan rasa nyeri yang sedang dirasakan saat ini
dengan memberikan tanda, selanjutnya kita ukur panjang dari tanda tersebut dari
angka 0. Nilai nyeri adalah sesuai dengan angka yang ditandai oleh klien.

2. Palpasi atau meraba adalah pemeriksaan dengan melakukan perabaan pada bagian
yang mengalami keluhan. Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan palpasi
adalah nyeri tekan, denyut nadi suhu local, oedema, spasme, dan tonus otot.

3. Pemeriksaan sensorik merupakan sistem sensomotorik ini mencakup visual atau


penglihatan, vestibular atau keseimbangan yang terletak di ruang telinga dalam,
dan somatosensoris atau proprioseptif atau rasa dalam termasuk proprioseptif
“sensory integrity” dalam system yang ada dalam tubuh manusia adalah vestibular
atau keseimbangan, opticus atau visual, ocular atau koordinasi, yang terintegrasi
dalam satu kesatuan gerakan di system manusia. Pemeriksaan fungsi sensorik
dibagi menjadi dua, yaitu sensasi protektif yang terdiri atas pemeriksaan nyeri
superficial, pemeriksaan rasa terhadap temperature dan pemeriksaan sentuhan
ringan. Sedangkan yang kedua adalah sensasi diskriminatif, yang membedakan
rasa, baik ringan-dalam, berta-ringan benda, bentuk benda, dan rasa gerak sendi.

4. Pemeriksaan reflex, dibanding dengan pemeriksaan lain, pemeriksaan reflex tidak


tergantung pada kooperasi pasien. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien
yang mengalami penurunan kesadaran, bayi, anak-anak, dan sebagainya.
Pemeriksaan reflex fisiologis biasanya dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
fisik. Reflex fisiologis timbul oleh regangan otot yang disebbakan oleh
rangsangan, dan sebagai jawabannya, otot berkontraksi. Peralatan yang dipakai
dalam pemeriksaan ini adalah “hammer reflex” yang terbuat dari karet sehingga
tidak menyakiti pasien. Sebenarnya banyak reflex fisiologis yang dapat

9
dibangkitkan. Setiap otot apabila diketuk pada insersionya akan menimbulkan
kontraksi yang merupakan suatu reflex.

5. Pemeriksaan kekuatan, salah satu dampak dampak dari gangguan musculoskeletal


dan neurmuskuler adala penurunan kekuatan otot. Untuk dapat memeriksa
kekuatan otot, pemeriksa harus mempunyai kemampuan yang bagus dan
berpengalaman dalam mendeteksi kontraksi otot yang minimal, gerakan otot,
kelelahan otot, dan gerakan pengganggu atau subtitusi. Kekuatan otot dapat diukur
dengan berbagai alat, diantaranya bisa dengan cara manual, dengan
electromyography, biofeddback dan dynamometer. Pemeriksaan kekuatan otot
secara manual atau biasa disebut Manual Muscle Testing (MMT) adalah prosedur
pemeriksaan fungsi dan kekuatan otot secara individu maupun secraa kelompok
yang berhubungan dengan gravitasi dan tahanan manual.

6. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) atau Range Of Motion adalah


jangkauan gerak yang dapat dilakukan oleh sendi. Jangkauan maksimal sendi
sangat bervariasi, tergantung pada: 1) usia, 2) jenis kelamin, 3) struktur
persendian, 4) komposisi tubuh. Pengukuran lingkup gerak sendi dilalkukan
dengan suatu alat yang disebut goniometer.

7. MRI (Magneting Resonance Imaging) adalah teknlgi pencitraan non invasive


yang menggunakan medan magnet yang kuat dan energy gelombang radio untuk
menghasilkan gambar tigaa dimensi dari organ dan struktur di dalam tubuh secara
rinci. Dalam banyak kasus, MRI memberikan informasi tentang struktur tubuh
yang berbeda dengan gambaran yang dilihat dengan x-ray, USG, atau CT scan.
MRI dapat menunjukkan permasalah struktur tubuh yang tidak dapat dilihat
dengan metode pencitraan lainnya

H. Intervensi Fisioterapi
1. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) dapat digunakan untuk
menghilangkan nyeri pada beberapa keadaan. Keadaan yang dapat ditangani
dengan TENS meliputi nyeri reumatik, skiatik, nyeri punggung, dan nyeri saat
persalinan. Unit TENS trediri dari baterai kecil, atau unit listrik dan bantalan
elektroda.elektroda ini diletakkan di sekitar daerah yang nyeri, dan jika digunakan

10
pasien aka merasakan getaran yang seperti ‘tusukan jarum’. Mekanisme kerjanya
diperkirakan melalui ‘penutupan gerbang’ transmisi nyeri dari serabut saraf kecil
dengan menstimulasi serabut saraf besar.

2. IR merupakan modalitas yang akan memberikan pemanasan pada area terapi


sehingga menimbulkan efek fisiologis yang diperlukan, seperti penurunan spasme,
mengurangi nyeri

3. Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan gerak
tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan,
ketahanan dan kemampuan kardiovaskular, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas,
rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional

4. Massage friction, gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih dalam
menggunakan jari atau ibu jari. Gerakan ini hanya digunakan pada area tubuh tertentu
yang bertujuan untuk penyembuhan ketegangan otot

11
5. Traksi manual lumbal adalah sebuah alat dengan tenaga mekanik ataupun
manual dengan cara kerja yaitu dengan cara memisahkan atau melonggarkan sendi
dan jaringan lunak (Cameron, 1999).

12
NAMA MAHASISWA : Fadhila Meyza Putri, Fentikasari S, Bayu Lazuardi
NIM : 201610490311097, 201610490311105, 201610490311112
TEMPAT PRAKTIK :-
PEMBIMBING : Kurnia Putri Utami, S.Ft., Physio, M. Biomed
Tanggal Pembuatan Laporan : 15 Juni 2019
Kondisi/ Kasus : FT C/Fisioterapi Neuromuskuler

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Tn. X

Umur : 38 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan industri farmasi bagian produksi

Alamat : Lawang, Malang

II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT

A. DIAGNOSIS MEDIS
Hernia Nukleus Pulposus L4-L5.

B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-
Scan, dll)

Pasien telah melakukan pemeriksaan


MRI dan melakukan terapi medika
mentosa berupa obat pereda nyeri dan
vitamin.

13
C. RUJUKAN DARI DOKTER
Pasien telah melakukan pemeriksaan MRI di Rumah Sakit Persada dan
memeriksakan keluhannya di poli bedah saraf dengan dr. Agus Chairul Anab, Sp. BS.

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

14
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

B. ANAMNESIS (AUTO)
1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengalami
keluhan nyeri di area
punggung bawah
menjalar hingga tumit
sebalah kanan.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap perkembangan, gambaran
perkembangan, dll)
Pasien mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebanyak dua kali di tahun
2010 dan 2015 saat bermain sepak bola. Nyeri yang dirasakan kadang hilang
timbul atau terasa nyeri setiap hari dengan intensitas yang berbeda-beda.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Tidak ada riwayat penyakit terdahulu.

4. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


Tidak terdapat riwayat penyakit penyerta.

5. ANAMNESIS SISTEM
Kepala dan Leher :Tidak ada keluhan nyeri leher maupun pusing kepala
Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan batuk maupun sesak napas
Sistem Kardiopulmonal : Tidak ada keluhan nyeri dada, tidak terdapat keluhan
jantung berdebar-debar maupun tachycardia
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada gangguan buang air besar
Sistem Muskuloskeletal : Adanya spasme otot paravertebrae (m. Erector spinae)
Sistem Urogenital : Tidak terdapat keluhan inkontinensia urine, buang air
kecil terkontrol
Sistem Nervorum : Terdapat radicular pain di area L4 hingga
plantar ankle

15
C. PEMERIKSAAN

1. PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA
VITAL
Tekanan Darah :
120/100 mmHg

Denyut nadi : 65 kali/menit

Pernapasan : 23 kali/menit

Temperatur : 36,5ºC

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 55 kg

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Posture, Fungsi motorik, tonus, reflek, gait, dll)

Inspeksi statis :
- Postural pasien normal, tidak terdapat gangguan
- Tonus otot di extremitas bawah normal

Inspeksi dinamis :
- Gait cycle normal

c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
Terdapat spasme di otot paravertebrae (m. Erector spinae)

d) PERKUSI
Tidak dilakukan pemeriksaan perkusi

16
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

e) AUSKULTASI
Tidak dilakukan pemeriksaan auskultasi

f) GERAK DASAR

Gerak Aktif :
Pada pemeriksaan gerak aktif dilakukan dengan menggunakan alat goniometer dan
diperoleh hasil sebagai berikut :

Normal Dextra Sinistra


S. 15º-0º-125º S. 15º-0º-50º S. 15º-0º-125º
HIP
F. 45º-0º-15º F. 30º-0º-15º F. 45º-0º-15º
R. 45º-0º-45º R. 45º-0º-45º R. 45º-0º-45º

Normal Dextra Sinistra


KNEE
S. 0º-0º-135º S. 0º-0º-135º S. 0º-0º-135º

Normal Hasil Pemeriksaan


THORACAL S. 30º-0º-85º S. 30º-0º-30º
dan LUMBAL F. 30º-0º-30º F. 30º-0º-30º
R. 45º-0º-45º R. 45º-0º-45º

Gerak Pasif :

Normal Dextra Sinistra


S. 15º-0º-125º S. 15º-0º-50º S. 15º-0º-125º
HIP
F. 45º-0º-15º F. 30º-0º-15º F. 45º-0º-15º
R. 45º-0º-45º R. 45º-0º-45º R. 45º-0º-45º

Normal Dextra Sinistra


KNEE
S. 0º-0º-135º S. 0º-0º-135º S. 0º-0º-135º

Normal Hasil Pemeriksaan


THORACAL S. 30º-0º-85º S. 30º-0º-30º
dan LUMBAL F. 30º-0º-30º F. 30º-0º-30º
R. 45º-0º-45º R. 45º-0º-45º
Isometrik :
Pada pemeriksaan ini, dilakukan dengan menggunakan skala Manual Muscle
Testing (MMT)

Kekuatan
Otot
Dextra Sinistra
Flexor 4 5
Extensor 4 5
HIP
Abduktor 4 5
Adduktor 4 5
Internal Rotasi 4 5
External Rotasi 4 5

Kekuatan
Otot
Dextra Sinistra
KNEE
Flexor 4 5
Extensor 4 5

Kekuatan
Otot
Dextra Sinistra
THORACAL dan Flexor 4 5
LUMBAL Extensor 4 5
Rotator 4 5
Lateral Flexor 4 5

g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL


- Kognitif : pasien dapat menceritakan awal mengalami keluhan dengan baik
- Intra-personal : pasien memiliki semangat untuk sembuh dan beraktivitas
seperti seda kala.
- Inter-personal : pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan terapis.

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS


FUNGSIONAL, & LINGKUNGAN AKTIVITAS
- Fungsinal Dasar : Pasien tidak mampu membungkukkan
badan, mengangkat kaki.
- Aktivitas Fungsional : Pasien tidak mampu melakukan gerakan
ruku’ ketika sholat, pasien tidak mampu duduk terlalu lama.
- Lingkungan Aktivitas : Pasien kesulitan melakukan hobinya
berolahraga futsal, pasien kesulitan melakukan pekerjaannya dengan
posisi membungkuk atau duduk lama.
2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
- Nyeri
Pada pemeriksaan nyeri, menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Pasien
diminta untuk memilih angka antara 0 sampai dengan 10 untuk mengetahui
intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien. Hasil pemeriksaan yang kami
lakukan adalah sebagai berikut :
Nyeri diam : 2 (nyeri sedang)
Nyeri gerak : 8 (nyeri berat)
Nyeri tekan : 7 (nyeri berat)

- Valsavah Test
Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien duduk, kemudian diminta
meniup ibu jari di depan mulut. Pemeriksaan dinyatakan positif apa bila muncul
nyeri radikular. Hasil pemeriksaan negatif, pasien tidak merasakan nyeri.

- Straight Leg Raise Test


Pemeriksaan dilakukan dengan cara pasien dalam posisi berbaring terlentang.
Pemeriksa mengangkat lurus salah satu tungkai pasien sebesar 30º-70º. Hasil
positif apabila timbul nyeri radikular pada pasien, Hasil pemeriksaan dinyatakan
positif terdapat nyeri radikular pada 50º.

- Neri Test
Pemeriksaan dilakukan dengan cara pasien dalam posisi terlentang. Pemeriksa
mengangkat lurus salah satu tungkai pasien sebesar 30º-70º, kemudian secara
bersamaan pasien diperintahkan dorsoflexi ankle dan mengangkat kepala. Hasil
pemeriksaan postif apabila pasien merasakan nyeri radikular, dan hasil
dinyatakan postif.
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

D. UNDERLYING PROCCESS
Hernia Nukleus Pulposus

Genetik Mengangkat beban berat Obesitas Merokok

Dilakukan terus menerus

Penekanan discuss intervertbralis di


area lumbal

Menonjolnya annulus fibrosus

Menekan akar saraf

Gangguan impuls saraf

Gangguan sensorik Gangguan motorik

Nyeri radikular Muscle spasme otot


paravertebra

Dari pinggang hingga plantar


ankle sisi dextra Hipomobility
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
Pain, hipomobility, muscle spasm et causa Hernia Nukleus Pulposus

Diagnosa Primer
Nyeri radikular ketika mengangkat kaki di area lumbal (L4) hingga plantar ankle,
kesulitan duduk dalam waktu yang lama, nyeri ketika mengangkat barang.

Diagnosa Sekunder
Terganggunya ADL, pasien kesulitan melakukan hobi bermain futsal.

Impairment
Nyeri menjalar (radicular pain) di area L4 hingga plantar ankle, spasme otot
paravertebrae yaitu m. Erector spinae, adanya keterbatasan gerakan ketika flexi
lumbal.

Functional Limitation
Kesulitan melakukan gerakan ruku’ ketika sholat, kesulitan mengangkat kaki saat
berdiri, tidak nyaman ketika dalam posisi duduk yang lama.

Disability
Tidak dapat melakukan hobi bermain futsal, kesulitan dalam melakukan pekerjaan.

F. PROGRAM/RENCANA
FISIOTERAPI
1. Tujuan treatment

a) Jangka Pendek
- Mengurangi nyeri.
- Mengurangi spasme otot.
- Meningkatkan kekuatan otot.
- Meningkatkan ROM.
b) Jangka Panjang
- Mengembalikan fungsi biomekanik vertebrae
- Meningkatkan kemampuan fungsional pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.

2. Rencana tindakan
a) Teknologi Fisioterapi
- Pemasangan TENS bertujuan untuk mengurangi nyeri menjalar yang dirasakan
pasien dari pelvic hingga plantar ankle.

- Penurunan spasme otot dapat dilakukan dengan pemberian infrared, skin


rolling, dan friction massage, dan stretching m. Piriformis.

- Bugnet Exercise diberikan dengan tujuan untuk memelihara dan mengoreksi


kualitas postur dan gerakan tubuh, khususnya lumbal. Latihan ini dapat
diberikan untuk mengurangi nyeri jika tidak terdapat modalitas elektroterapi

- McKenzie exercise dilakukan untuk memperbaiki postural pasien yang


cenderung lordosis akibat kompensasi dari nyeri dan meregangkan otot-otot
yang mengalami pemendekan.

- Bridging exercise dan bird dog exercise bertujuan untuk menjaga stabilisasi
dari lumbal spine.

- Quadriceps set dan Hamstring set bertujuan untuk meningkatkan kekuatan m.


Quadriceps dan m. Hamstring agar tidak terjadi kompensasi di extremitas
bawah sehingga gait cycle tetap terjaga dengan baik.

- Manual terapi traksi lumbal bertujuan untuk menarik tulang belakang sehingga
sendinya saling menjauh. Efek dari traksi lumbal adalah dapat mengulur otot-
otot paravertebrae yang mengalami spasme, mengulur discuss intervertebralis,
dan mengurangi nyeri sehingga lebih mudah diperoleh efek relaksasi.
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanam : Dubia et bonam
Quo ad functionam : Dubia et bonam
Quo ad cosmeticam : Bonam

I. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
Waktu Tujuan Terapi Dosis
4 Juni 1. Mengurangi nyeri. 1. TENS 1. Arus Symmetric, 200 Hz,
2019 2. Mengurangi spasme 2. Piriformis 1 menit
otot paravertebrae. stretching 2. 8 hitungan, satu kali
3. Meningkatkan kekuatan 3. Skin rolling repetisi
otot hamstring dan 4. Quadriceps set 3. 5 menit, dilakukan 3 kali
quadriceps. 5. Hamstring set seminggu
4. Memperbaiki postural 6. Prone exercise 4. 8 hitungan, satu kali
lumbal. 7. Edukasi repetisi
5. Terapi pasien di rumah 5. 8 hitungan, satu kali
repetisi
6. 8 hitungan, satu kali
repetisi
7. Mengangkat beban yang
benar, melakukan stretching
piriformis dan prone
exercise

6 Juni 1. Merelaksasi otot yang 1. Infrared 1. 10-15 menit dengan


2019 spasme. 2. Friction intensitas medium.
2. Mengurangi nyeri. massage di 2. 5 menit, dilakukan 3
3. Meregangkan otot-otot piriformis kali seminggu
yang spasme. 3. Prone exercise 3. 8 hitungan, 2 repetisi
4. Memperbaiki dan with flexi 4. 8 hitungan, 2 repetisi
menjaga postural elbow 90º 5. 8 hitungan, 2 repetisi
pasien. 4. Quadriceps set 6. 8 hitungan, 2 repetisi
5. Meningkatkan otot 5. Hamstring set 7. Berenang, bersepeda,
quadriceps dan 6. Straight leg quadriceps set,
hamstring. raise piriformis stretch,
6. Meningkatkan ROM 7. Edukasi menghindari gerakan
ekstremitas bawah dan membungkuk, tidak
mencegah kontraktur. mengangkat barang
7. Terapi pasien di rumah terlalu berat
8 Juni 1. Mengurangi nyeri dan 1. Skin rolling 1. 5 menit, 3 kali
2019 spasme otot 2. Prone exercise seminggu
2. Meningkatkan kualitas with extension 2. 8 hitungan, 2 repetisi
postur pasien elbow 3. 8 hitungan, 2 repetisi
3. Menjaga stabilitas 3. Bridging 4. 8 hitungan, 2 repetisi
pelvic exercise 5. Menghindari
4. Meregangkan discuss, 4. Bird dog mengangkat barang
mengulur otot-otot exercise terlalu berat,
spasme 5. Edukasi mengangkat barang
5. Terapi pasien di rumah dengan postur yang
benar, berenang,
bersepeda, bridging,
prone with extension
elbow.
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UMM

K. HASIL EVALUASI TERAKHIR


Evaluasi dilakukan setelah melakukan intervensi fisioterapi sebanyak 3 kali terapi.
Aspek-aspek yang dievaluasi adalah nyeri, LGS, dan kekuatan otot. Hasilnya adalah
sebagai berikut :
1. Hasil Evaluasi Nyeri

Data T0 T1 T2 T3
Nyeri diam 2 2 1 1
Nyeri tekan 7 5 4 3
Nyeri gerak 8 7 6 4

2. Hasil Evaluasi LGS

Hip
T0 S. 15º-0º-50º F. 30º-0º-15º R. 45º-0º-45º
T1 S. 15º-0º-55º F. 35º-0º-15º R. 45º-0º-45º
T2 S. 15º-0º-60º F. 40º-0º-15º R. 45º-0º-45º
T3 S. 15º-0º-70º F. 45º-0º-15º R. 45º-0º-45º

Knee
T0 S. 0º-0º-135º
T1 S. 0º-0º-135º
T2 S. 0º-0º-135º
T3 S. 0º-0º-135º

Thoracal dan Lumbal


T0 S. 30º-0º-30º F. 30º-0º-30º R. 45º-0º-45º
T1 S. 30º-0º-40º F. 30º-0º-30º R. 45º-0º-45º
T2 S. 30º-0º-50º F. 30º-0º-30º R. 45º-0º-45º
T3 S. 30º-0º-60º F. 30º-0º-30º R. 45º-0º-45º

3. Hasil Evaluasi Kekuatan Otot


Otot Penggerak T0 T1 T2 T3
HIP
Flexor 4 4 4 4
Extensor 4 4 4 4
Adductor 4 4 4 4
Abductor 4 4 4 4
External Rotasi 4 4 4 4
Internal Rotasi 4 4 4 4
KNEE
Flexor 4 4 4 4
Extensor 4 4 4 4
THORACAL dan LUMBAL
Flexor 4 4 4 4
Extensor 4 4 4 4
Lateral Flexor 4 4 4 4
Rotator 4 4 4 4

Pasien bernama Tn. X berusia 38 tahun didiagnosa Hernia Nukleus Pulposus L4-
L5 dengan keluhan nyeri radikular di area lumbal hingga plantar ankle, spasme otot
paravertebrae, dan kesulitan membungkukkan badan setelah melakukan intervensi
fisioterapi berupa pemberian modalitas TENS, manual terapi traksi lumbal, dan terapi
latihan menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi dan penurunan nyeri.
STATUS KLINIS MAHASISWA FISIOTERAPI UM
L. EDUKASI DAN KOMUNIKASI
Rencana Home Program :
1. Melakukan olahraga berenang gaya dada, bersepeda.
2. Melakukan latihan yang telah diajarkan oleh fisioterapis seperti
bridging, mckenzie exercise, quadriceps set, hamstring set, dan bird
dog exercise.
3. Memperbaiki posisi ketika mengankat barang dari lantai.
4. Menghindari gerakan membungkuk.

M. CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK

N. CATATAN TAMBAHAN

..................,.....
...................

Pembimbing

(______________________)
LAMPIRAN

A. Dokumentasi MRI Pasien

B. Dokumentasi Kelompok dengan Pasien

Anda mungkin juga menyukai