Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dalam bahasa Inggris kedokteran, pinggang dikenal sebagai “Low Back”, secara
anatomi pinggang adalah daerah tulang belakang L1 sampai tulang sacrum dan otot-otot
sekitarnya. Daerah pinggang mempunyai fungsi penting pada tubuh manusia, yaitu
membuat tubuh berdiri tegak, untuk pergerakan, dan melindungi beberapa organ penting
yang ada didalamnya. Peranan otot-otot erektor truski adalah memberikan tenaga
imbangan ketika mengangkat benda.
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis, yang
sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies
adalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah yang bersifat akut, kronik atau
berulang.
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak
diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami
tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus pulposus pecah dan
luruh sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan
mengakibatkan penekanan radiks saraf.

Penyakit HNP ini bisa terjadi pada seluruh ruas tulang belakang, mulai dari
tulang leher sampai tulang ekor (cervical, thorakal, lumbal atau sacrum). Herniasi diskus
dapat terjadi pada dua sisi, tetapi lebih sering terjadi pada satu sisi. Keluhan nyeri dapat

1
unilateral, bilateral atau bilateral tetapi lebih berat ke satu sisi. Daerah sakitnya
tergantung di mana terjadi penjepitan, semisal di leher maka akan terjadi migrain atau
sakit sampai ke bahu. Bisa juga terjadi penjepitan di tulang ekor, maka akan terasa sakit
seperti otot ketarik pada bagian paha atau betis, kesemutan,sakit pinggang yang menjalar
ke tungkai bawah sesuai dengan distribusi dermatof saraf yang terkena terutama pada
saat aktifitas mengangkat beban yang berat dan membungkuk, bahkan bisa sampai pada
kelumpuhan. Penderita penyakit ini sering mengeluh hernia diskus lebih banyak terjadi
pada daerah lumbosakral, namun juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal
tetapi kasusnya jarang terjadi. HNP dapat terjadi pada semua usia, rata-rata 35 - 45 tahun.

2.2 Epidemiologi
Di Amerika hampir 80% dari populasi dewasa pernah mengalami nyeri pinggang
dalam kehidupannya. Dari poliklinik unit penyakit saraf RSCM Jakarta dilaporkan
bahwa penderita nyeri pinggang bawah pada tahun 1976 sebanyak 5,8%. Dari poliklinik
rematologi RS Sutomo Surabaya pada tahun 1980 sebanyak 17,7%. Dari Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta melaporkan penderita nyeri pinggang bawah yang
datang berobat ke RSUP Dr. Sardjito sebanyak 190 penderita, 43 diantaranya adalah
penderita nyeri pinggang bawah yang disertai nyeri radikuler, ditinjau dari keseluruhan
penderita baru (3,75%) maka 190 penderita nyeri pinggang bawah adalah merupakan
sebagian kecil saja (5,63%). Tidak dijumpai nyeri pinggang bawah pada pada anak 6-10
tahun, kemudian diikuti 41-50 tahun, kemudian 31-40 tahun dan 51-60 tahun. Tahun
1986 didapatkan dari 49 orang penderita nyeri pinggang belakang sebanyak 19 orang
menderita HNP (45,24%).
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan paling
jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tetapi
kejadiannya meningkat setelah umur 20 tahun. Dengan insidens hernia lumbosakral
lebih dari 90% sedangkan hernia servikalis sekitar 5-10%.

2.3 Etiologi
Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera, cidera dapat terjadi karena terjatuh
tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang salah. Pada posisi gerakan
tulang belakang yang tidak tepat maka sekat tulang belakang akan terdorong ke satu sisi

2
dan pada saat itulah bila beban yang mendorong cukup besar akan terjadi robekan pada
annulus pulposus yaitu cincin yang melingkari nucleus pulposus dan mendorongnya
merosot keluar sehingga disebut hernia nucleus pulposus. Sebenarnya cincin (annulus)
sudah terbuat sangat kuat tetapi pada pasien tertentu di bagian samping belakang
(posterolateral) ada bagian yang lemah (locus minoris resistentiae)
Contoh kejadian sehari-hari yang dapat membuat terjadinya HNP adalah sebagai
berikut:
 Mengambil benda yang jatuh dilantai.
 Mengejar bola yang cukup jauh dengan ayunan langkah yang tidak akurat
saat tennis.
 Mengepel lantai.
 Tergelincir saat berjalan.
 Melompat.
 Mengambil sesuatu di atas lemari.
 Membungkuk tiba-tiba.
 Tiba-tiba berlari mengejar sesuatu.
 Berpijit dan punggungnya di injak-injak.
Beberapa contoh kejadian sehari-hari diatas kadang-kadang begitu saja terjadi,
tidak disengaja. Sehingga unsur ketidak sengajaan dan tiba-tiba memainkan peran yang
menonjol tercetusnya HNP.
Bisa juga terjadi karena adanya spinal stenosis, ketidakstabilan vertebra karena
salah posisi, mengangkat, pembentukan osteophyte, degenerasi dan degidrasi dari
kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas
sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.

2.4 Faktor Risiko


Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
a. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi.
b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita.
c. Riwayat cidera punggung atau HNP sebelumnya.
Faktor risiko yang dapat dirubah

3
a. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-
barang serta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
b. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
c. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
d. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
e. Batuk lama dan berulang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

a. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.


b. Kondisi lingkungan kerja yaitu licin, kasar, naik atau turun.
c. Keterampilan pekerja.
d. Peralatan kerja beserta keamanannya.

2.5 Anatomi dan Fisiologi


Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah dan diantara
ruas-ruas dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram sehingga tulang
belakang dapat tegak dan membungkuk. Dan disebelah depan dan belakangnya terdapat
kumpulan serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang. Tulang
belakang terdiri dari 30 tulang yang terdiri atas :

 Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil dan lubang ruasnya
besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang saraf yang disebut foramen transversalis.
Ruas pertama disebut atlas yang memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua
disebut prosesus odontoit (aksis) yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan
kekanan.
 Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya
panjang dan melengkung.
 Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar dan kuat, taju durinya
agak picak. Bagian ruas kelima agak menonjol disebut promontorium.

4
 Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas. Ruas-ruasnya menjadi satu sehingga menyerupai
sebuah tulang.
 Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang
disebut os koksigialis. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan
sacrum.

Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu :

 Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada di antaranya.
 Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas lamina,
pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars artikularis, ligamentum-
ligamentum supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum flavum, serta kapsul
sendi.

5
 Korpus
Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang mempunyai
beberapa facies (dataran) yaitu :facies anterior berbentuk konvek dari arah samping
dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Facies superior berbentuk konkaf
padalumbal 4-5

 Arcus
Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada korpus menuju
dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada tonjolan ke arah lateral yang
disebut procesus spinosus.

 Foramen vertebra
Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus bila dilihat
dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk suatu saluranyang disebut
canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh medula spinalis

Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan stabilisasi aktif.
Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :

 ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap diskus dan
anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan ekstensi.
 Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada bagian
posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini berfungsi untuk
mengontrol gerakanfleksi.
 ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang berfungsi
melindungi medulla spinalis dari posterior.
 ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang berfungsi
mengontrol gerakan fleksi.

6
Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena
adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior. Bila dilihat
dari samping, pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah
servikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan vertebra maupun masing-masing tulang
vertebra berikut diskus intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur yang
elastis, melainkan satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan gerakan
bergesek antar korpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal
adalah yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerakan yang sedikit karena adanya
tulang rusuk yang membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai ruang
lingkup gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya
makin kecil.
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang
berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka.

7
Ligamentum longitudinaldan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra
yang berdekatan.
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis
terdapat discus intervertebralis. Discus-discus ini membentuk sendi fobrokartilago yang
lentur antara dua vertebra. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh
lempengan tulang rawan yang tipis. Discus intervertebralis menghubungkan korpus
vertebra satu sama lain dari servikal sampai lumbal atau sacral. Diskus ini berfungsi
sebagai penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber).Diskus intervertebralis
terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

 Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:


 Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang
konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan
menyerupai gulungan per (coiled spring)
 Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
 Daerah transisi.
 Nucleus pulposus
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus
ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang
rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-
pembuluh kapiler.

 Vertebral endplate
Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra, membentuk batas
atas dan bawah dari diskus.

Diskus intervertabralis berfungsi secara hidrodinamik. Tekanan pada nucleus


disebarkan ke semua arah, hal inilah yang menjaga tetap terpisahnya vertebral end plates.
Serabut-serabut annulus fibrosus mempunyai kemampuan cukup untuk bergerak fleksi
dan ekstensi sehingga memungkinkan perubahan bentuk dari nukleus pulposus.
Fleksibilitas dari annulus fibrosus dimungkinkan oleh karena adanya (1) kelenturan, (2)
kemampuan memanjang dan (3) adanya lubrikasi atau pelumasan dari lembaran-
lemabaran annulus.
Nucleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan
(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyaisifat

8
sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan danberperan menahan
tekanan atau beban.
Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nukleus pulposus adalah
bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri adalah :

 Ligamentum longitudinal anterior


 Ligamentum longitudinal posterior
 Corpus vertebrae dan periosteumnya
 Ligamentum supraspinosum
 Fasia dan otot
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical yang
terbentang dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital
magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari
31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :

 8 pasang saraf servical.


 15 pasang saraf thorakal.
 5 pasang saraf lumbal.
 5 pasang saraf sacral.
 1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu
substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi
kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna
ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba
mengandung saraf myelin (akson).
Sumsum tulang belakang berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa saraf
yang menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh. Semakin
tinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang diakibatkan.
Misal, jika kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat berpengaruh
pada fungsi di bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari
leher ke bawah dan tidak terdapat sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah
pada tulang sakral mengakibatkan sedikit kehilangan fungsi.

9
2.6 Klasifikasi
Macnab’s Classification membagi HNP berdasarkan pemeriksaan MRI menjadi :

 Bulging Disc, suatu penonjolan atau konveksitas dari diskus melewati batas diskus
tetapi anulus tetap intak.
 Proalapsed Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang
mengalami robekan yang tidak komplit.
 Extruded Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus yang
mengalami robekan komplit, dan nucleus pulposus mendesak ligamentum
longitudinalis posterior.

10
 Sequesteres Disc, sebagian dari nucleus pulposus keluar melalui annulus fibrosus
yang telah robek, kehilangan kontinuitas dengan nucleuos pulposus yang berada
didalam diskus dan telah berada dalam kanal.

Menurut lokasi penonjolan Nucleous Pulposus, terdapat 3 tipe :

 Central, tidak selalu didapatkan gejala radikular. Dapat menimbulkan gangguan


pada banyak akar saraf bila mengenai cauda equina atau nielopati apabila mengenai
medula spinalis.
 Posterolateral, pada umunya terjadi pada vertebra lumbalis sehubungan dengan
menipisnya ligamentum longitudalis posterior pada daerah tersebut, misal HNP
vertebra L4-L5 akan menimbulkan iritasi pada akar saraf L5.
 Far-laterall foraminal, tidak selalu didapatkan gejala nyeri punggung bawah.
Mengenai akar saraf yang terekat, misal HNP vertebra L4-L5 akan mengenai akar
saraf L4.

Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas :

 Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka pada
posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah
kejadian yang berulang. Proses penyusutan nucleus pulposus pada ligamentum
longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan
atau dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin,
gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong
ujungnya atau jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat
penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan
melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen
dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya terjadi pada
satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai sebuah
serabut atau beberapa serabut saraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-
serabut saraf melawan apophysis artikuler.

 Hernia Servikalis

11
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma
vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang.
Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang.
Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4
dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan
tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu
diawali dengan beberapa gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
 Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu beradadigaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang
paraparese, kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.

2.7 Patofisiologi
Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau
merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang merenggang,
sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang.
Prolapsus discus intervertebralis, hanya yang terdorong ke belakang yang
menimbulkan nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf spinal
serta akarnya, dan apabila tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis akan
menyebabkan nyeri yang hebat pada bagian pinggang, bahkan dapat menyebabkan
kelumpuhan anggota bagian bawah.
Herniasi atau ruptur dari discus intervertebra adalah protrusi nucleus pulposus
bersama beberapa bagian anulus ke dalam kanalis spinalis atau foramen intervertebralis.
Karena ligamentum longitudinalis anterior jauh lebih kuat daripada ligamentum
longitudinalis posterior, maka herniasi diskus hampir selalu terjadi ke arah posterior atau
posterolateral. Herniasi tersebut biasanya menggelembung berupa massa padat dan tetap
menyatu dengan badan diskus, walaupun fragmen-fragmennya kadang dapat menekan
keluar menembus ligamentum longitudinalis posterior dan masuk lalu berada bebas ke
dalam kanalis spinalis. Perubahan morfologik pertama yang terjadi pada diskus adalah
memisahnya lempeng tulang rawan dari korpus vertebra di dekatnya.
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial.
Karena adanya gaya traurnatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan
timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu

12
waktu dan bisa terjadi pada trauma berikutnya. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan
seperti gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat
benda berat, dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nukleus pulposusdapat mencapai ke korpus tulang
belakang di atas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis.
Sobekan sirkumferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut
dengan terbentuknya nodus Schmorl atau merupakan kelainan yang mendasari low back
pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang
dikenal sebagai iskhialgia atau siatika. Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis
vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan
arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada
di sisi lateral. Tidak akan ada radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di
tengah. Pada tingkat L2, dan terus ke bawah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka
herniasi yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna
anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus intervertebral ini mengalami lisis, sehingga dua
korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan
bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai
dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam
nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastis.

Sela intervertebra lumbal L4-L5 dan L5-S1 adalah yang paling sering terkena,
terutama L5-S1. Sedangkan L3-L4 merupakan urutan berikutnya. Ruptur diskus lumbal

13
yang lebih tinggi jarang dan hampir selalu akibat trauma masif. Karena hubungan
anatomis pada vertebra lumbal, protrusi diskus biasanya menekan radiks saraf yang
muncul satu vertebra di bawahnya. Jika terdapat fragmen diskus bebas, biasanya
mengenai radiks yang muncul di atas diskus yang mengalami herniasi.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:

 Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
 Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi
L5-S1.
 Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah
herniasi yang paling sering adalah postero lateral.

Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan
yang mengakibatkan herniasi nucleus pulpolus melalui anulus dengan menekan akar–
akar saraf spinal. Pada umumnya herniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian
koluma yang lebih banyak bergerak (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis).

Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai
S1. Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada
daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka
herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar
protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal
meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak
langsung padadiskus intervertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan herniasi
nucleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan
melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal maka terjadilah
herniasi.
Protrusi atau ruptur nucleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam

14
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nucleus. Setelah trauma
(jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cidera.

2.8 Manisfestasi Klinis

Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang terkena. Gejala klinis
yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus
iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar
sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar terkena akan timbul gejala
kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi
kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan Achilles (APR). Bila
mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi
seksual.
Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga menyebabkan
nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis kandung kemih, dan
kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang diderita pun akan semakin parah jika duduk,
membungkuk, mengangkat beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat dan
penggunaan analgetik akan menghilangkan sakit yang diderita.
Keluhan awal biasanya nyeri punggung bawah (low back pain) yang onsetnya
perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak, sering intermitten, walaupun
kadang-kadang nyeri tersebut onsetnya mendadak dan berat. Nyeri ini terjadi akibat

15
regangan ligamentum longitudinalis posterior, karena diskus itu sendiri tidak memiliki
serabut nyeri. Nyeri tersebut khas yaitu diperhebat oleh aktivitas dan pengerahan tenaga
serta mengedan, batuk, atau bersin. Nyeri ini biasanya menghilang bila berbaring pada
sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit difleksikan. Sering terdapat spasme
refleks otot-otot paravertebra yang menyebabkan nyeri dan membuat pasien tidak dapat
berdiri tegak secara penuh.
Ada jenis yang akut dan ada jenis yang berlangsung perlahan. Jenis yang
berlangsung perlahan kadang-kadang lebih lama sembuhnya. Nyeri bersifat tumpul dan
semakin bertambah bila pinggang bergerak, ketika berjalan pasien akan memiringkan
tubuh ke arah badan yang sehat semata-mata bertujuan untuk membuka ruang lebih luas
bagi bagian ruas tulang belakang yang bermasalah.
Setelah periode waktu tertentu, timbul nyeri pinggul dan sisi posterior atau
posterolateral paha serta tungkai sisi yang terkena, yang biasanya disebut skiatika atau
iskialgia. Ada kalanya pasien mengeluh nyeri pada tepi luar telapak kaki (S1) dan tepi
luar betis dan paha dalam (L3-L4-L5). Ini semua bergantung pada radian saraf pinggang
yang terkena dorongan dari nucleus pulposus yang merosot tersebut. Pasien tidak tahan
duduk lama apalagi bila duduk bersila. Sebentar-sebentar pasien akan menjulurkan kaki,
gejala ini sering disertai rasa baal dan kesemutan yang menjalar ke bagian kaki yang
dipersarafi oleh serabut sensorik radiks yang terkena. Kekuatan otot tungkai pada
umumnya tidak terlalu terganggu, namun sensasi raba mungkin dapat berkurang.
Pada keadaan yang tidak lazim dimana protrusi diskus sentral terjadi dengan
adanya kanalis spinalis yang sempit pada regio lumbal, kompresi kauda ekuina dapat
timbul, dengan paraparesis dan hilangnya tonis sfingter. Sindrom klaudikasio palsu telah
dilaporkan dengan nyeri tungkai bila beraktivitas, akibat sekunder dari kompresi
intermitten kauda ekuina.
Tanda dan gejala yang spesifik pada berbagai jenis HNP adalah:
a.Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan
periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu,
ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat
skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang
terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan
tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah
tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi

16
nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal. Sindrom sendi intervertebral lumbalis
yang prolaps terdiri dari:
 Kekakuan atau ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
 Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki.
 Kombinasi paresthesiasi,  lemah, dan kelemahan refleks.
b. Hernia Servicalis
 Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis).
 Atrofi di daerah biceps dan triceps.
 Refleks biceps yang menurun atau menghilang.
 Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.
c. Hernia thorakalis
 Nyeri radikal.
 Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang
paraparesis.
 Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.

2.9 Pemeriksaan Fisik


Secara klinis dapat dilakukan beberapa gerakan seperti:
a. Tes Lasegue
Tes Lasegue disebut juga tes Straight Leg Raising (SLR) test. Caranya adalah
dengan membaringkan pasien dan kemudian satu tungkai lurus diatas pembaringan meja
periksa dan satu tungkai diangkat keatas. Pasien akan menjerit kesakitan pada saat
tungkai diangkat tinggi sebelum mencapai sudut 70 derajat. Pada keadaan seperti ini
dikatakan tes Laseque positif. Bila tes Lasegue positif maka hampir dapat dikatakan
HNP positif. Bila tungkai kanan diangkat terasa sakit maka disebut tes Lasegue kanan
positif berarti lesi HNP di kanan. Sebaliknya bila tes Lasegue kiri yang positif maka lesi
HNP ada di sisi kiri pula.

17
b. Tes Braggard
Tes Braggard dilakukan dengan posisi sama seperti pada tes Laseque namun
ketika tungkai diangkat maka telapak kaki pasien di dorong kuat keatas (dorsofleksi
maksimal), maka akan terasa nyeri sepanjang tungkai.

c. Tes Siccard
Tes Siccard dilakukan dengan posisi sama seperti pada tes Braggard namun
dengan ibu jari di dorong maksimal ke arah atas (dorsofleksi maksimal) dan akan terasa
nyeri sepanjang tungkai.

18
Ada tes lain yaitu tes Patrick dan contra Patrick tetapi justru tes ini untuk
menunjukkan bahwa penyebab nyeri pinggang bukan HNP tetapi suatu proses arthritis.
Tes yang lain adalah Valsalva, dimana pasien diminta untuk menahan nafas. Bila terasa
nyeri di pinggang dan menjalar ke tungkai disebut tes Valsalva positip dan HNP positip.
Tes Naffziger adalah dengan menekan vena jugularis jika setelah ditekan terasa nyeri
bertambah berarti terdapat HNP.

2.10 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis herniasi discus antar vertebra sering dibuat hanya berdasarkan
anamnesis dan dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan fisik. Perasat-perasat untuk
evaluasi seperti mengangkat tungkai dan berjalan jinjit di atas tumit juga bermanfaat
untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis pasti dari hernia nukleus pulposus yaitu :
a. Foto pinggang polos
Foto pinggang polos kadang-kadang sudah menunjukkan indikasi HNP bila sudut
ruas tulang belakang miring kesalah satu sisi. Pada umumnya bila pasien cenderung
memiringkan tubuh ke kiri maka berarti HNP di kanan. Foto polos vertebra tidak lagi
dilakukan sesering masa sebelum CT-scan. Kadang-kadang pemeriksaan ini
bermanfaat untuk menyingkirkan anomali atau deformitas kongenital, penyakit
reumatik tulang belakang, tumor metastatik atau primer. Pada penyakit diskus, foto
ini normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela
intervertebra dan pembentukan osteofit.
b. Foto caudografi
Foto caudografi adalah foto dengan memberikan kontras ke dalam rongga
subarakhnoid yang dimasukkan dengan jarum pungsi lumbal antara L3-L4, L4-L5
atau L5-S1. Setelah kontras dimasukkan maka dilakukan foto dan akan terlihat
pada foto ada bagian yang tidak terisi kontras yaitu daerah yang terkena HNP (filling
defects). Foto ini sangat populer pada tahun 1980 an namun dengan masuknya tehnik
CT Scan dan MRI (magnetic resonance imaging) mulai berkurang permintaan untuk
foto caudografi ini.

c. Foto MRI
MRI mampu memperlihatkan daerah yang terkena HNP dengan jelas tanpa
pasien merasa kesakitan, hanya proses foto cukup lama dan biaya besar. MRI

19
terutama bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda ekuina.
Alat ini sedikit kurang teliti bila dibandingkan dengan CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf.
d. Kadar serum kalsium, fosfat, alkali, dan asam fosfatase, serta kadar gula harus
diperiksa pada setiap pasien sebab penyakit tulang metabolik, tumor metastatik, dan
mononeurotis diabetik dapat menyerupai penyakit diskus intervertebra.
e. Punksi lumbal
Walaupun cairan serebrospinal dapat memperlihatkan peningkatan kadar protein
ringan dengan adanya penyakit diskus, punksi lumbal biasanya hanya kecil
manfaatnya untuk diagnostik. Jika terdapat blok spinal total, kadar protein dapat
meningkat sedikit dengan manuver Queckendstedt yang abnormal.
f. Pemeriksaan neurofisiologis
EMG dapat normal pada penyakit diskus, atau potensial fibrilasi dan gelombang
tajam positif dapat dijumpai pada otot-otot yang dipersarafi radiks yang terkena
setelah beberapa minggu.
g. Mielografi
Bila diagnosis sindrom diskus sudah pasti, dan tidak ada kemungkinan tumor
kauda ekuina atau beberapa kelainan lain, mielografi tidak perlu dilakukan kecuali
operasi dipertimbangkan. Mielografi untuk menentukan tingkat protrusi diskus.
h. Diskografi,namun manfaatnya belum begitu jelas karena hasilnya sulit ditafsirkan.
Malahan, prosedur ini dapat merusak diskus intervertebra.

2.11 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Ada adanya riwayat mengangkat
beban yang berat dan berulang kali, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya
berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.

a. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya, bagaimana mulai timbulnya,
lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik,
faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan apakah

20
ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga ditanyakan keluhan yang
mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi, lemah
tungkai dan adanya saddle anestesi.

b. Pemeriksaan klinik umum


Inspeksi dapat di mulai saat penderita jalan masuk ke ruang pemeriksaan. Cara berjalan
(tungkai sedikit di fleksikan dan kaki pada sisi sakit di jinjit), duduk (pada sisi yang
sehat). Palpasi, untuk mencari spasme otot, nyeri tekan, adanya skoliosis, gibus dan
deformitas yang lain.

c. Pemeriksaan neurologik,
 Pemeriksaan sensorik.
 Pemeriksaan motorik adalah dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi
otot.
 Pemeriksaan tendon.
 Pemeriksaan yang sering dilakukan.
 Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard, tes Sicard).
 Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava).
d. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari:
 Elektromiografi (EMG) bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan
sejauh mana gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi.
 Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati

 Pemeriksaan Radiologi
 Foto polos untuk menemukan berkurangnya tinggi diskus intervetebralis
sehingga ruang antar vertebralis tampak menyempit
 Kaudografi, mielografi, CT Mielo dan MRI
Untuk membuktikan HNP dan menetukan lokasinya. MRI merupakan standar baku emas
untuk HNP.

2.12 Penatalaksanaan
a. Terapi Konservatif

21
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan.
Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan
untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95%
penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari
penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid
atau pembedahan. Terapi konservatif meliputi ;
 Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal,lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan
menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas
biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut
dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebralumbosakral
akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang
meradang.
b. Medikamentosa
 Analgetik dan NSAID.
 Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot.
 Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun
dapat dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
 Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis
c. Terapi Fisik
 Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat.
Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan
korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.

 Diatermi atau kompres panas/dingin


Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. keadaan
akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema.Untuk
nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
 Korset lumbal

22
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan
untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga
korsetdapat mengurangi beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
 Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti jalan kaki,
naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan
bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan
jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.
 Proper Body Mechanics
o Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk
mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga
posisipunggung adalah sebagai berikut:
o Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak
danlurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.

o Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir
tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul danberubah ke
posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada pahauntuk membantu posisi
berdiri.

o Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser


posisipanggul.
o Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan
diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.

o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok,punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yangdiangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan
kakiharus berubah posisi secara bersamaan.
o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc
duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.
d. Pembedahan

23
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga nyeri
dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif  HNP harus
berdasarkanalasan yang kuat yaitu berupa:

 Defisit neurologik memburuk.


 Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
 Paresis otot tungkai bawah
d.1. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
d.2. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis
spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi
dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.

d.3. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.


d.4. Disektomi dengan peleburan.
Pada  discectomy,  sebagian  dari  discus  intervertebralis  diangkat  untuk mengurangi
tekanan  terhadap  nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan bagian yang
menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal dirumah sakit. Akan
diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk mengurangi resiko
pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih
dari satu diskus yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus.
Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin memerlukan waktu
yang lebih lama untuk sembuh (recovery).

24
d.5. Microdisectomy
Pilihan  operasi  lainnya  meliputi  mikrodiskectomy,  prosedur  memindahkan fragmen
of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan raydan
chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain)
ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol. Prosedur ini
merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus tertentu.

2.13 Prognosa
 Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
 Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
 Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan
terjadinya kekambuhan adalah 5%.

2.14 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari hernia nukleus pulposus adalah atrofi otot-otot
ekstremitas inferior. Otot-otot yang mengalami atrofi tergantung dari radix saraf yang
mengalami lesi. Lesi pada radix saraf L4 menyebabkan atrofi pada m.quadriceps femoris,
lesi pada radix saraf S1 menyebabkan atrofi pada m.gastroknemius dan m.soleus. Atrofi
yang tidak mendaptkan rehabilitasi akan menyebabkan kelumpuhan ekstremitas inferior.
2.15 Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya herniasi nucleus
pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat barang yang
berat atau selalu membungkuk terutama bagi orang lanjut usia.
Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin untuk menghindari
komplikasinya terhadap diskus intervertebralis yang pada akhirnya memperbesar
kemungkinan untuk mengalami herniasi nukleus pulposus.
Cara-cara mengangkat dan mengangkut yang baik :
 Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin
otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan.
 Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan sbb :
 Pegangan harus tepat.
 Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi lurus.

25
 Punggung harus diluruskan.
 Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan gerakan.
Dengan mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh tubuh belakang diluar.
 Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
 Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk
gerakan dan perimbangan.
 Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui
pusat gravitasi tubuh.
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan mengangkat dan mengangkut
harus dilakukan sebagai berikut:
 Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi momentum
yang terjadi dalam posisi mengangkat.
 Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya untuk
gerakan dan perimbangan.
 Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap geris vertikal yang melalui
pusat gravitasi tubuh.
Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja, yaitu hindari manusia
sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan mengangkut.

26
2.16 Diagnosis Banding
a. Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang
berprotein tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan myelografi.
b. Spondylolisthesis
Spondylolisthesis adalah kelainan yang disebabkan perpindahan ke depan (masuk;
tergelincir) satu bodi vertebra terhadap vertebra di bawahnya. Tersering L4-L5.

c. Spondylosis
Spondylosis adalah kelainan degeneratif yang menyebabkan hilangnya suktur dan fungsi
normal spinal. Walaupun peran proses penuaan adalah penyebab utama, lokasi dan
percepatan degenerasi bersifat individual. Proses degeneratif pada regio cervical, thorak,
atau lumbal dapat mempengaruhi discus intervertebral dan sendi facet.

d. Arthiritis.
e. Anomali colum spinal.

27
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Kevin. 2011. Hernia Nucleus Pulposus (Saraf terjepit). Available at http://Klinik


Ortopedi Singapura.htm. diakses tanggal 25 November 2011.
2. Langran, Mike. 2006. Spinal Injuries. Available at http://www.ski-
injury.com/spinal1.htm. diakses tanggal 25 November 2011.
3. Partono M. 2009. Mengenal Nyeri pinggang. available at
http://mukipartono.com/mengenalnyeri-pinggang-hnp.htm. diakses tanggal 25
November 2011.
4. Ratihastarida. 2009. Hernia Nukleus Pulposus. Available at http:// patofisiologi-
hernia-nucleus-pulposus.html. diakses tanggal 25 November 2011.
5. Yulvitrawasih. 2011. Hindari HNP. available at http://rumah-sakit-islam-
cempaka-putih-Index2.php.htm. 2011. diakses tanggal 25 November 2011.

28

Anda mungkin juga menyukai