Artikulasi antara superior dan inferior dari processus articular vertebra yang
bertumpukan disebut artikulasi intervertebralis, sendi tersebut pergerakannya sangat sedikit dan
persendian tersebut dipisahkan oleh bantalan dari jaringan cartilage fibrosus yaitu discus
intevertebralis, tipe persendian intervertebralis termasuk amphiarthrosis yang pergerakannya
sedikit. Selain itu, terdapat persendian yang terbentuk dari penyatuan
antara pedicle dan lamina yaitu procesus artikulasi superior dan inferior atau facet jointyang ada
di setiap vertebra, procesus artikulasi superior berartikulasi dengan procesus artikulasi inferior
vertebra yang ada di atasnya, begitu juga sebaliknya. Tipe persendian inigliding diarthrosis yang
pergerakannya sedikit fleksi, ekstensi, dan rotasi (Martini, 2009).
2.1.2.4 Diskus Intervertebralis
Discus intervertebralis tersusun kurang lebih 20% hingga 25% dari total panjang kolumna
vertebralis (Magee, 2006). Discus yang paling tebal terdapat di segmen cervical antara tulang
kedua dan ketiga hingga lumbal antara tulang kelima dan sacrum, karena pada segmen ini
banyak terjadinya gerakan dari kolumna vertebralis (Snell, 2006). Fungsi dari discus ini sebagai
peredam kejut atau benturan bila beban pada kolumna vertebralis bertambah, penyangga beban,
penanahan gerakan antar tulang vertebra, untuk memisahkan antar tulang vertebra sebagai unit
funsional dari sendi facet dan memungkinkan bagian dari akar saraf keluar dari sumsum tulang
belakang melalui foramen intervertebralis (Magee, 2006). Diskus intervertebralis terdiri dari dua
bagian, bagian pinggir yaitu anulus fibrosus, dan bagian tengah yaitu nucleus pulposus (Snell,
2006).
2.1.2.5 Stabilitas
Ligament adalah pita fibrosa atau lembaran jaringan ikat yang menghubungkan dua atau
lebih tulang, tulang rawan, atau struktur lainnya. Satu atau lebih ligamen untuk memberikan
stabilisai selama istirahat dan gerakan yang berlebihan seperti hiper-ekstensi atau hiper-fleksi
(Keith, 2010). Pada tulang belakang terdapat beberapa ligament antara lain: (1) ligament
longitudinal anterior mempunyai ciri lebar, dan melekat kuat pada permukaan anterior dan
samping dari corpus vertebra dan discus intervertebralis; (2) ligament longitudinal posterior
bersifat lemah dan sempit, ligament ini melekat pada sisi posterior discus; (3) ligament
supraspinal berada di antara ujung-ujung processus spinosus yang berdekatan; (4) ligament
interspinal menghubungkan processus spinosus yang berdekatan; (5) ligament intertransversaria
berada di antara processus transversus yang berdekatan; (6) ligament flavum menghubungkan
lamina dari vertebra yang berdekatan (Snell, 2006).
Otot-otot punggung dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama: (1) otot-
ototsuperficial merupakan bagian ekstremitas superior yaitu m.trapezius, m.latissimus dorsi,
m.levator scapularis, dan m.rhomboideus najor dan minor; (2) otot-otot intermedia berhubungan
dengan respirasi dan terdiri atas m.serratus posterior superior, m.serratus posterior
inferior, dan m.levatores costarum; (3) otot-otot profunda punggung membentuk kolom jaringan
otot yang lebar dan tebal yang menempati lekukan di kanan kiri processus spinosus yaitu Mm.
interspinal dan m. intertransversarii (Snell, 2006).
Tabel 2.1 gerakan dan otot penggerak punggung (Kenyon, 2006)
Gerakan Otot Penggerak
2.1.3 Biomekanik
2.1.3.1 Fleksi
Otot yang bekerja pada gerakan fleksi: rectus abdominis, external oblique, internal
oblique, psoas major, psoas minor, iliacus (Kenyon, 2006). Gerakan ini dibatasi oleh ligament
longitudinal posterior (Cleland, 2011).
2.1.3.2 Ekstensi
Otot yang bekerja pada gerakan ekstensi: Quadratus lumborum, multifidus, semispinalis,
erector spinae, interspinales, rotators (Kenyon, 2006). Dan gerakan ini dibatasi oleh ligament
longitudinal anterior (Cleland, 2011).
2.1.4 Etiologi
Menurut Harsono, nyeri punggung bawah miogenik disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu: (1) Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang-ulang pada
posisi yang sama, akan memendekan otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. (2)
Spasme, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi
yang tegang. Spasme otot ini memberi gejala yang khas, ialah dengan adanya kontraksi otot yang
disertai dengan nyeri yang hebat. (3) Defesiensi otot dapat disebabkan oleh kurangnya latihan
sebagai akibat dari mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun
imobilisasi. (4) Otot yang hipersensitif akan membentuk noktha picu (trigger point). Dalam
pemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri punggun bawah, tidak jarang dijumpai adanya
noktha picu ini. Titik ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri bercampur sedikit rasa
nyaman.
2.1.5 Patofisiologi
Nyeri punggung bawah biasanya berhubungan dengan peristiwa traumatik spesifik (misal,
mengangkat beban berat) atau stres mekanis kontinu terhadap ligament atau otot
penyokong lumbo-sacral. Tipe nyeri ini juga dapat disebabkan oleh postur pasien dengan
lodorsis lumbal yang menonjol akibat lemahnya otot-otot abdomen, otot-otot hamstring yang
mengencang, atau pemakaian sepatu bertumit tinggi (David, 2001). Lengkung tulang belakang
akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas
mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini.
Obesitas, maslah postur, masalh struktur, dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang
dapat berakibat nyeri punggung (Lukman, 2011).
2.1.6 Prognosis
Nyeri punggung bawah dapat berulang dengan kejadian lebih berat dan lama bila
berhubungan dengan pekerjaan. Sekitar 90% nyeri punggung bawah akan mengalami
penyembuhan spontan dalam 4-6 minggu tetapi cenderung berulang (Tjokorda, 2009). Orang
yang gejalanya berlangsung kurang dari 6 minggu sejak onset umumnya dikategorikan sebagai
NPB akut, berkembang menjadi NPB subakut jika gejala berlangsung 6 sampai 12 minggu,
dan NPB kronis jika gejala melebihi 12 minggu (Dagenais, 2012).
2.2 Rencana Penatalaksanaan Fisioterapi
2.2.1 Pengkajian Fisioterapi
2.2.1.1 Pemeriksaan Subyektif
Anamnesis mempunyai peranan penting dalam membantu menegakkan diagnosisnyeri
punggung bawah miogenik, anamnesis harus teliti dan terarah, dan yang pertama harus dilakukan
adalah mengetahui identitas pasien dan selanjutnya yang perlu ditanyakan
1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah masalah yang pasien katakan dan yang menyebabkan datang berobat (Willms, 2005).
Keluhan terdiri dari rasa pegal, sengal, dan nyeri di daerah pinggang (Priguna, 2008).
2) Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyalit sekarang (RPS) adalah cerita masalah yang terjadi sekarang.
Untuk menjelaskan dimensi atau parameter penyakit pasien sekarang ini (Willms, 2005).
(1) Kapan mulai timbul keluhan? biasanya pasien tahu dengan pasti, missal bangkit dari duduk,
mendorong mobil, mengangkat benda berat.
(2) Bagaimana mulai timbul? Umumnya awitan mendadak tetapi dapat juga tanpa awitan yang jelas
(3) Lokasi nyeri, terlokalisir atau menjalar ke tungkai atau jari kaki atau tidak?
(4) Sifat nyerinya tajam, menusuk, pegel, berdenyut, seperti terbakar atau tidak?
(5) Kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali dengan suatu kegiatan fisik tertentu atau
tidak?
(6) Faktor yang memperberat atau memperingan nyeri, pada nyeri punggung bawahmiogenik nyeri
akan bertambah bila hiperfleksi dan hiperekstensi (Tjokorda, 2009).
(7) Berapa lama timbul masalah seperti ini? Masa akut nyeri punggung kurang dari 6 minggu, sub
akut sampai 6-12 minggu, dan nyeri yang kronik lebih dari 12 minggu (Dagenais, 2012).
3) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pentyakit dahulu adalah katalog masalah kesehatan dahulu yang penting (Willms, 2005).
4) Riwayat keluarga
Merupakan survey kesehatan sanak keluarga dan sebaliknya meliputi tiga generasi, yaitu orang tua, saudara
kandung, dan anak cucu, untuk pasien orang dewasa dan kakek nenek, orang tua dan saudara kandung (Willms,
2005).
3) Palpasi
Pada palpasi, harus dilakukan secara halus dan terlebih dahulu diraba pada daerah yang
nyerinya ringan (Harsono, 2007). Tidak jarang dapat teraba benjolan-benjolan kecil di otot, fasia
atau tendon yang berada di daerah yang nyeri tekan itu (Priguna, 2008).
4) Pemeriksaan Gerak
Pada pemeriksaan gerak menurut Magee, di dapatkan:
(1) Pemeriksaan gerak aktif
Pemeriksaan gerak aktif dilakukan pasien dengan posisi berdiri. Terapis memperhatikan
untuk perbedaan Luas Gerak Sendi (LGS) dan kesulitan gerakan ketika melakukan gerak aktif di
semua gerakan fleksi, ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi.
Gerakan Resisted Isometric pada kekuatan otot vertebra lumbal yang pertama kali di test
yaitu posisi netral. Posisi pasien duduk dan pasien mengkontraksikan dan harus dilawan
atau isometric sehingga tidak terjadi gerakan. Pemeriksa memberikan aba-aba kepada pasien
tolong jangan ikuti gerakan saya dan pertahankan disini maka terjadi gerakan yang minimal.
Pemeriksa harus memeriksa pada gerakan fleksi, ekstensi, lateral fleksi dan rotasi jika pasien
mengeluh nyeri maka harus dihentikan dan bisa melanjutkan pemeriksaan selanjutnya.
Index, adalah skala fungsional yang baik karena berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang
didasarkan pada respon dan apa yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Skala ini umum
6) Pemeriksaan Spesifik
(1) Pemeriksaan Nyeri
Pada pemeriksaan nyeri menggunakan skala nyeri Visual Analouge Scale (VAS).Skala ini
digambarkan dengan garis lurus, biasanya panjangnya mencapai 10 cm. Salah satu ujungnya
ditandai tidak ada nyeri, dan ujung lainnya ditandai nyeri hebat. Skala ini digunakan secara
vertikal atau horizontal, sambil meminta pasien untuk menandai garis dengan titik yang
Tidak ada
Tes ini dilakukan untuk mengetahui LGS dari tulang belakang khusunya pada region
lumbal, untuk melakukan tes ini posisi awal pasien berdiri tegak dengan lebar kaki selebar bahu,
kemudian diberikan tanda setinggi spina iliaka posterior superior (SIPS) atau processus spinosus
S2 10 cm ke atas, tetapi Macrae and Wright memodifikasi dengan memberikan 3 tanda yaitu
SIPS, 5 cm dibawah SIPS dan 10 cm di atas SIPS, kemudian pasien diminta untuk membungkuk
sampai adanya keterbatasan dan ukur jarak antara dua tanda atas dan bawah, kemudian hasil dari
pengukuran ini selisih dari hasil pengukuran akhir dan awal. Hasil dari tes ini pada dewasa muda
selisih jarak kurang dari 4 cm menunjukkan adanya gangguan fleksi pada lumbal (Willms, 2005;
Clarkson, 1989; Reese, 2002). Tes juga dilakukan pada gerakan lateral fleksi, posisi awal pasien
berdiri tegak dan jarak kaki selebar bahu, pasien diminta untuk menggerakkan ke lateral fleksi
sampai gerakan terbatas. Midline diletakkan di ujung jari tangan ketiga dan lantai sampai adanya
sciatic pada pasien HNP di level L4-L5 atau L5-S1 yang menyebabkan tekanan pada akar saraf
L5 atau S1 (Gross, 2009). Tes ini dilakukan dengan cara pasif, posisi pasien tidur telentang
dengan tungkai lurus normal, hip medial rotasi dan adduksi, lutut ekstensi, setelah itu terapis
memfleksikan atau mengangkat tungkai antara 350-700tersebut sampai pasien mengeluh nyeri
atau kaku di posterior paha (Magee, 2006). Hasil dikatakan positif bila timbul rasa nyeri
sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus dan kemungkinan ada penekanan pada akar saraf, bila tes
negatif kemungkinan penekanan akar saraf kecil (Tjokorda, 2009). Namun dalam penderita nyeri
punggung bawahmiogenik hasil tes ini negatif, karena tidak ada keterlibatan radik vertebra
(Willms, 2005).
Tes ini caranya sama dengan tes Laseque atau SLR, tetapi tungkai yang diangkat adalah
tungkai yang sehat. Tes ini dikatakan positif bila timbul rasa nyeri sepanjang saraf iskhiadikus
tungkai yang sehat dan spesifik untuk HNP, bila tes negatif bukan berarti tidak ada penekanan
pada akar saraf (Tjokorda, 2009). Namun dalam penderita nyeri punggung bawah miogenik hasil
tes ini negatif, karena tidak ada keterlibatan radik vertebra (Willms, 2005).
Tes ini merupakan modifikasi dari tes laseque atau SLR dan cara melakukan tes sama
dengan tes laseque atau SLR hanya waktu mengangkat tungkai disertai dorsifleksi kaki untuk
hasilnya atau interpretasinya sama dengan laseque atau SLR (Tjokorda, 2009).Namun dalam
penderita nyeri punggung bawah miogenik hasil tes ini negatif, karena tidak ada keterlibatan
2) Mekanisme Segmental
TENS konvensional menghasilkan efek analgesia terutama melalui mekanisme segmental
yaitu dengan jalan mengaktivasi serabut A beta yang selanjutnya akan menginhibisi neuron
nosiseptif di cornu dorsalis medulla spinalis. Ini mengacu pada teori gerbang kontrol (Gate
Control Theory) yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall (1965) yang menyatakan bahwa
gerbang terdiri dari sel internunsial yang bersifat inhibisi yang dikenal sebagai substansia
gelatinosa dan yang terletak di cornu posterior dan sel T yang merelai informasi dari pusat yang
lebih tinggi. Tingkat aktivitas sel T ditentukan oleh keseimbangan asupan dari serabut
berdiameter besar A beta dan A alfa serta serabut berdiameter kecil A delta dan serabut C.
Asupan dari serabut saraf berdiameter kecil akan mengaktivasi sel T yang kemudian dirasakan
sebagai keluhan nyeri. Jika serabut berdiameter besar teraktivasi, hal ini juga dapat memicu sel
SG yang berdampak pada penurunan asupan terhadap sel T baik yang berasal dari serabut
berdiameter besar maupun kecil dengan kata lain asupan impuls dari serabut berdiameter besar
akan menutup gerbang dan akan membloking transmisi impuls dari serabut aferen nosiseptor
sehingga nyeri berkurang atau menghilang (Slamet, 2006).
3) Mekanisme ekstrasegmental
TENS yang menginduksi aktivitas aferen yang berdiameter kecil juga
menghasilkananalgesia tingkat extrasegmental melalui aktivitas struktur yang membentuk
jalananinhibisi desenderen seperti periaqueductal grey (PAG), nucleus raphe
magnus, dannucleus raphe gigantocelularis. Kontraksi otot fasik yang dihasilkan oleh AL-TENS
akan membangkitkan aktivitas aferen motorik kecil (ergoreseptor) yang berujung pada aktivasi
jalannya inhibisi nyeri (Slamet, 2006).
2.2.6 Evaluasi
2.2.6.1 Evaluasi nyeri dengan skala VAS (sesuai dengan pemeriksaan spesifik)
2.2.6.2 Evaluasi luas gerak sendi dengan schober test (sesuai dengan pemeriksaan spesifik).
2.2.6.3 Evaluasi pemeriksaan kemampuan fungsional dengan Oswestry Diasability Index