TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kuswantoro dan kawan-kawan adalah sindroma nyeri di bagian dorsal yang dapat
timbul dimana saja antara Vth12 dan bagian bawah pinggul atau lubang dubur,
sedangkan muskuloskeletal berasal dari kata muscular yang berarti otot dan skelet
yang berarti rangka. Jadi yang di maksud disini adalah sistem otot rangka beserta
adalah bagian belakang tubuh (baik manusia maupun hewan) dari leher sampai
tulang ekor. Dalam bahasa kedokteran inggris, pinggang di kenal sebagai “ low
back” (punggung bawah) yang secara anatomis adalah bagian belakang tubuh dari
kapsul synovial, ligamen, muskulus (otot), tendon dan fascia, meniscus intra
penelitian ini adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa
nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tubuh bagian belakang dari
rusuk terakhir atau Vth12 sampai bagian pantat atau anus yang disebarkan unsur
7
8
periosteum, kartilago, kapsul synovial, ligamen, otot, tendon dan fascia dan bursa.
Secara anatomi yang dimaksud dengan punggung bawah adalah mulai dari
tulang belakang lumbal pertama sampai seluruh tulang sacrum dan jaringan lunak
(Sidharta, 1984). Tulang belakang atau kolumna vertebralis terdiri dari 26 tulang
belakang yang dihubungkan satu sama lain oleh ligamen, diskus dan otot dimana
thorakalis, lordosis lumbalis dan kiposis sakralis (White & Panjabi, 1990)..
serangkaian unit fungsional dan setiap unitnya terdiri dari segmen anterior dan
posterior.
Gambar 2.1
Kiri: vertebra dilihat dari samping kiri menggambarkan sikap badan statis,
Tengah: beberapa kemungkinan “aligment” pada mulut L-S yang berbeda-beda,
9
sama lainnya oleh diskus intervertebralis dan diikat oleh ligamen longitudinal
anterior dan posterior lumbalis yang melekat erat pada korpus vertebralis (Albar,
2000).
lima dan sakral pertama (L5-S1) lebarnya tinggal separuhnya. Ligamen yang
mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana gaya statik bekerja
dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi cidera
kinetik (Calliet, 1981). Bagian anterior ini berfungsi sebagai penahan berat badan,
vertebara, terdiri dari annulus vibrosus yaitu masa fibroelastik yang membungkus
Dengan pergeseran cairan didalam diskus, tekanan akan diteruskan ke segala arah
dengan sama. Dengan bertambahnya usia atau akibat suatu trauma, jaringan
spinosus dan persendian facet (apofisis) yang satu sama lain diikat menjadi
vertebra lumbal. Bidang persendian (faset) adalah penentu arah gerakan vertebra.
Pada daerah lumbal facet terletak pada bidang vertikal segitiga sehingga
memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi kearah posterior dan anterior. Pada
sehingga gerakan kelateral, oblique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi
sedikit fleksi ke depan (lordosis dikurangi) kedua faset saling menjauh sehingga
lumbal mempunyai 3 fungsi penting yaitu fungsi statik untuk menyangga beban
dan menyokong sikap badan, fungsi dinamik (pergerakan) dengan adanya sendi
facet dan diskus intervertebralis, fungsi protektif terhadap medulla spinalis dan
Ada dua kelompok otot utama yang menunjang kolumna vertebral lumbal
yaitu (1) kelompok ekstensor lumbal yang terdiri dari 3 lapisan kelompok otot
paraspinal yang terletak di bagian posterior yaitu: otot lapisan luar (terdiri dari
mm. illiokostalis, mm. longisimus, mm. spinalis), kelompok otot lapisan tengah
(terdiri dari mm. semi spinalis dan mm. multifidi) dan kelompok otot lapisan
Sebagian otot–otot para spinal posterior tersebut juga berperan membantu gerakan
rotasi aksial yaitu mm. semispinalis, mm. multifidi, mm. rotatores dan mm.
erector spine, sedangkan lateral fleksi digerakkan oleh mm. erector spine, (2)
kelompok otot-otot fleksor lumbal yang terdiri dari otot abdominalis yaitu mm.
Sebagian otot tersebut juga berperan dalam rotasi aksial yaitu mm. obliqus
1981).
Saat berada dalam posisi statik, misalnya saat berdiri, otot – otot ekstensor
lumbal merupakan kelompok otot yang terutama berperan menjaga agar postur
tubuh tetap tegak untuk melawan gaya gravitasi. Sedangkan saat melakukan
gerakan lumbal maka kelompok otot fleksor dan ekstensor lumbal tersebut
(Cailliet, 1981).
Postur yang baik adalah apabila kita melakukan aktivitas yang tidak
yang dapat diterima. Di sini terjadi keseimbangan antara kerja ligamen dan tonus
Tiga faktor yang mempengaruhi postur pada orang dewasa, (1) familiar
hereditary posture seperti kyphosis dorsalis, sway back, laxity dari ligament dan
lain-lain, (2) struktur yang abnormal baik dari tulang, otot maupun peryarafannya
seseorang.
12
Sudut lumbosakral disebut juga sudut ferguson adalah sudut yang dibentuk
oleh permukaan atas dari tulang sakrum dengan garis horizontal. Normal besar
Pada saat pelvis berputar atau rotasi pada axis tranversal yang di bentuk
oleh caput femoris. Ketika terjadi gerakan rotasi pelvis ke atas maka akan
atau mengurangi lordosis lumbalis. Inilah yang disebut gerakan pelvic telting yang
vertebra lumbalis hanya sedikit dan dicegah oleh ligamen longitudinal anterior.
Sedang gerakan fleksi 60%-75% terjadi antara L5 dan S1, 20%- 25% terjadi
dan L4).
Gambar 2.2
Tempat dan besarnya fleksi yang mungkin pada vertebrae lumbalis (Calliet,
1981).
13
tangannya tanpa fleksi dari lutut, selain fleksi dari lumbal harus dibantu dengan
rotasi dari pelvis pada sendi coxae. Rasio antara rotasi pelvis dan fleksi lumbal
lumbal, dimana 80% - 90% gerakan fleksi dan ekstensi terjadi pada VL4-VL5 dan
pada gerakan fleksi lumbal akan dibatasi oleh teregangnya ligamen interspinosus,
gerakan fleksi lumbal hanya mencapai 600 - 750, hal ini karena adanya gerakan
rotasi tulang pinggul pada sendi paha (rotasi pelvic). Gerakan yang simultan
dalam suatu rasio yang ritmik antara gerakan lumbal dengan rotasi pelvis pada
bidang sagital disebut Lumbar pelvic rhythm. Sedangkan gerakan ekstensi lumbal
batasi oleh penguluran maksimal ligamen kontralateral dan pada gerakan rotasi
lumbal secara umum dibatasi oleh peregangan ligamen kapsuler (Hills, 2006).
3. Etiologi
punggung bawah menjadi: (1) degeneratif, (2) inflamasi atau non infeksi, (3)
infeksi, (4) metabolik, (5) neoplasma, (6) traumatik, (7) congenital, (8)
muskuloskeletal, (9) visogenik, (10) vaskuler, (11) psikogenik dan (12) post
operasi punggung. Data yang ada kurang lebih 85% kasus nyeri punggung bawah
14
adalah cidera otot, ligamen, strain, sprain serta spasme otot (Wirawan, 2004).
Penelitian yang akan di lakukan yaitu kepada semua pasien yang menderita nyeri
(Cailliet, 1981).
Nyeri punggung bawah pada tipe ini terjadi karena kesalahan postur
seperti kepala menunduk ke depan, perut menonjol ke depan dan lordosis lumbal
berlebihan. Hal ini berpengaruh terhadap posisi faset sendi. Pada keadaan normal
gaya geserpun akan bertambah. Kesalahan postur ini akan menimbulkan strain
deviasi dari postur atau sikap tubuh, sehingga terjadi perubahan letak Titik Pusat
Berat Badan (TPBB). Supaya tidak jatuh waktu berdiri, tubuh akan berusaha
extra dari tubuh, hal ini sering di ikuti peregangan–peregangan dari ligamen yang
dapat menimbulkan nyeri. Bila terjadi terus menerus dalam jangka waktu lama,
akan menimbulkan kelemahan otot yang lebih lanjut akan merupakan sumber
15
nyeri pula. Menurut Sidharta (1984), kemungkinan faktor penyebab statik pada
faktor yaitu:
Postur tubuh dikatakan baik apabila berdiri tegak akan relax tanpa perlu
nyeri dalam jangka waktu lama dan memberikan estetika yang baik, secara fisik
akan tampak kepala tegak, kurva tengkuk normal. Sedangkan sikap yang jelek
(hiperlordosis). Keadaan ini akan menimbulkan titik pusat berat badan bergeser ke
depan.
otot-otot punggung.
16
Panjang tungkai yang tidak sama, menyebabkan titik pusat berat badan
akan bergeser ke samping, kearah tungkai yang lebih pendek, maka tubuh akan
kurang baik sehingga otot-otot maupun ligament mudah sekali menjadi sprain dan
Disini nyeri yang timbul akibat kelainan pada ritme lumbal pelvis, yang
dapat disebabkan oleh kelainan atau defek pada vertebra sehingga mempengaruhi
pergerakan atau struktur vertebra normal tetapi fungsinya tidak sempurna. Pada
tertentu tanpa menimbulkan cidera atau strain ligamen. Cidera ini dapat terjadi
apabila: (1) beban terlalu berat sehingga otot tidak mampu menahan, (2) beban
17
yang diangkat jaraknya terlalu jauh dari tubuh dan (3) waktu mengangkat terlalu
lama.
Kelainan ini dapat terjadi pada struktur yang memperkuat tulang belakang:
(1) Persendian, ligamen, otot atau gabungan tersebut seperti: skoliosis posisi sendi
faset sejajar, tetapi akan miring bila flexi atau extensi, (2) pemendekan hamstring
atau kurangnya fleksibilitas menahan rotasi pelvis (irama lumbal pelvis tidak
semestinya) maka saat tubuh flexi, rotasi pelvis telah maximal sedangkan flexi
3) Tekanan normal pada punggung bawah yang normal tetapi tubuh tidak
misalnya mengangkat beban yang berat tetapi menduga beban itu ringan sehingga
tubuh tidak siap. Hal ini menyebabkan kelainan pada fungsi irama lumbal pelvis
motor neuron yang akan mengakibatkan nyeri, apabila berlangsung lama akan
4. Patofisiologi
Di daerah punggung bawah ada jaringan yang peka nyeri dan ada jaringan
yang memiliki akhiran syaraf sensorik sehingga tidak sensitif terhadap nyeri.
lapisan synovial faset, kartilago faset, periosteum, pembuluh darah, bangunan luar
terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, thermal dan kimia). Stimulus
ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi nyeri adalah spasme otot, akan
namun dengan adanya spasme otot ini, juga akan terjadi vasokontriksi pembuluh
darah yang meyebabkan ischemia dan sekaligus menjadi titik picu (trigger point)
melampaui kekuatan otot tersebut misalnya ketika mengejar dan memukul bola
(tennis, bulu tangkis, golf dan lain-lain) (lalang, 2004). Cidera ini menimbulkan
kerusakan jaringan lunak yang akan merangsang reseptor nyeri atau nosiseptor.
Keadaan ini akan berlanjut dengan adanya bahan kimia yang mengumpul di
sekitar nyeri. Bahan kimia ini berasal dari: (1) bocoran membran sel yang rusak,
(2) hasil sintesa enzim-enzim setelah trauma atau saat terjadi ekstravasasi dan
migrasi sel setelah ruda paksa dan (3) reseptor nyeri sendiri saat mengalami
rangsangan. Salah satu zat tersebut yaitu substansi “P” yang akan menghasilkan
dan (Joesoef, 1996). Karena adanya nyeri menyebabkan penderita takut bergerak
yang benar, bila dibiarkan terus akan menghambat kesembuhan bahkan dapat
muskuloskeletal adalah nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi yaitu nyeri yang
terjadi sebagai akibat adanya masalah-masalah mekanik yang sering kali tidak kita
dan juga akibat dari kurangnya melakukan aktivitas fisik yang benar. Stimulus
(Wirawan, 2004). Reseptor saraf perifer atau nosiseptor yang terdapat pada
struktur kutan, somatik dalam maupun viscera tubuh (meliputi kulit, bantalan
lemak, otot, ligamen, fascia, kapsul sendi, tulang, subkondral, dan dinding
Gambar 2.3
Gambar mekanisme nyeri muskuloskeletal (Borenstein, 1985).
perifer utuh (nosiseptor) distimulasi oleh stimulus berbahaya seperti luka (akibat
panas, mekanik dan kimia), penyakit dan peradangan. Nyeri ini karena aktivasi
terus menerus dari nosiseptor A dan C dalam merespon stimulus berbahaya. Nyeri
21
muncul dari organ visceral) dan nyeri somatik (nyeri yang muncul dari organ
sepeerti kulit, otot tulang dan kapsul sendi) nyeri somatik dapat dikategorikan
lebih lanjut sebagai nyeri somatik dangkal (kutaneus) atau nyeri somatik dalam.
dalam hal nyeri nosiseptif, system saraf berfungsi baik. Ada hubungan erat antara
persepsi nyeri dan intensitas stimulus pada nyeri nosiseptif, dan nyeri adalah
berbagai jenis jaringan. Sebagai contoh, nyeri kutan diuraikan secara umum
sebagai sensasi terbakar atau tusukan, tajam yang terlokalisir dengan baik, nyeri
somatik dalam sebagai suatu sensasi tumpul atau sakit yang menyebar, dan nyeri
visceral, sebagai suatu sensasi kram dalam yang menyebar ke tempat yang lebih
luas dari luka awal (yang dinyatakan sebagai nyeri reveral atau reffered pain)
a. Sistem nosiseptif
transmisi dan proses sentral dari semua informasi nosiseptif. Perjalanan impuls
melewati serat saraf aferen untuk masuk ke dalam medulla spinalis dan
akhirnya masuk ke thalamus. Bila impuls sampai disini nyeri mulai bisa
b. Tingkat pusat
Perjalanan nyeri tingkat pusat yaitu perjalanan nyeri dari batang otak ke
korteks serebri dan korteks asosiasi sensorik. Bila impuls sampai di sini maka
berat ringannya, sifat dan lokasi nyeri dapat dideskripsi dengan jelas dan
terperinci oleh yang bersangkutan. Nosiseptif adalah system sensor saraf yang
melalui serabut saraf aferen (serat A-gamma dan C) kemudian impuls nyeri dari
alfa dan beta merelay stimulasi nyeri ke neotalamus dan kortek somatosensori
dimana kualitas nyeri dapat dideskripsikan dan letaknya dapat dilokalisir sehingga
seseorang dapat menarik diri dari stimulus noksius. Sedang serat C tidak
bermealin melakukan sinapsis dengan batang otak, nucleus otak tengah dan
tulang belakang (ligamen, otot, tulang, sendi). Stuktur ini peka terhadap
rangsangan nyeri karena terdapat syaraf sensoris kecuali ligamen flavum dan
diskus intervertebralis dan ligamen interspinosum tidak peka nyeri karena tidak
23
memiliki persyarafan sensoris. Oleh karena itu semua gangguan yang mengenai
2. Modulasi Nyeri
dimana nyeri dapat di modulasi yaitu: (1) pada reseptor, pada tingkat ini sasaran
pembuangan iritan atau zat-zat yang bisa merangsang nyeri melalui peredaran
tingkat spinal , pada tingkat ini sasaran modulasi pada substansia gelatinosa
Berdasarkan teori gerbang control oleh Melzak dan Wall, maka untuk dapat
menutup, (3) tingkat sentral, pada tingkat ini komponen kognitif dan psikologik
berperan di dalam modulasi nyeri. Hal ini menunjukkan bahwa nyeri meliputi 2
aspek yaitu aspek sensorik dan psikologis. Dengan demikian susunan saraf pusat
3. Nyeri myofascial
Syndrome nyeri myofascial adalah nyeri otot rangka yang ditandai nyeri
lokal dan nyeri kiriman (reffered pain), serta kehadiran titik-titik pemicu
Ketika otot dan atau fascia mengalami trauma, cidera, peradangan atau
sikap tubuh yang salah berkepanjangan, serat-serat fascia yang mengelilingi otot
tekanan yang sangat besar, lebih dari 2 pon (kurang lebih 1 kg) setiap inci bujur
sangkar terhadap jaringan otot, serabut saraf dan pembuluh darah. Tekanan yang
keterbatasan gerak fungsional pada otot dan sendi, menciptakan ketegangan otot
pada sendi facet atau diskus dan dapat menyebaban disfungsi jaringan
(Travell,1992).
Nyeri akan menyebabkan reaksi reaksi protektif di otot berupa spasme otot
yang bertujuan membatasi gerakan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan
dan pada gilirannya akan terjadi lingkaran setan dan saling memperburuk
keadaan, nyeri - spasme otot - restriksi fascia – nyeri - spasme otot - dan
seterusnya.
aktifasi gamma motor neuron oleh kontraksi otot. Kontraksi dan ketegangan
gamma motor neuron akan mengakibatkan otot sisi yang lesi menjadi ischemic,
sehingga memperberat kondisi tersebut. Apabila berlanjut pada waktu yang lama
maka otot akan bersifat menjadi fibrosis dan nyeri menjadi kronis. Salah satu
release.
C. Aktifitas Fungsional
.
D. Teknologi Intervensi
muskuloskeletal yaitu adanya nyeri, spasme otot dan nyeri gerak yang menuju
26
pada gangguan fungsional pemberian tindakan fisioterapi berupa infra red (IR),
panjang gelombang 7.700 A0- 4.000.000 A0, yang digunakan untuk tujuan
Efek terapeutik dari infra red (IR) adalah mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit, meningkatkan suplai darah, dan rileksasi otot (Sujatno et al, 2002).
panjang gelombang diatas 12.000 A0- 150.000 A0. Sedangkan pada gelombang
dalam dari yang gelombang panjang , yaitu sampai jaringan sub kutan kira – kira
imfe, ujung-ujung syaraf dan jaringan lain kulit (Sujatno et al, 2002).
yaitu (1) non luminous, mengandung sinar infra merah dengan panjang
gelombang 7.700 Aº sampai 150.000 Aº, pancaran maksimum sekitar 40.000 Aº.
Generator yang kecil mempunyai kekuatan antara 250-500 watt sedangkan yang
besar 750-1000 watt, dimana panas diproduksi secara elektris pada kawat yang
ditempelkan didalam ceramic pada suatu reflektor eksternal. Untuk semua lampu
non luminous diperlukan waktu pemanasan, kira-kira 5 menit untuk lampu yang
kecil dan 15 menit untuk jenis lampu yang besar (Low et al, 2000), (2) Luminous,
27
mengandung sinar infra merah gelombang pendek 70% dan gelombang panjang
kekuatan pada lampu kecil 250-500 watt sedangkan pada lampu besar 600-1500
watt. Generator luminous ini terdiri dari filamen dari bahan kawat tungsten yang
dibungkus dalam gelas lampu, dimana dalamnya dibuat hampa udara atau
mengandung gas tekanan rendah. Lampu pijar ini dilengkapi dengan reflektor
( Low et al, 2000 ). Jarak penyinaran untuk lampu non luminous antara 45-60 cm
sedangkan untuk lampu luminous antara 35-45 cm, apabila sinar infra merah di
absorbsi oleh kulit maka panas akan timbul dan diteruskan ke atau pada jaringan
(1) apabila diberikan mild heating, maka pengurangan rasa nyeri disebabkan oleh
adanya efek sedatif pada superficial sensory nerves ending (ujung – ujung saraf
sensoris superficial), (2) rasa yang ditimbulkan oleh karena adanya akumulasi
sisa-sisa hasil metabolisme yang disebut zat “P” yang menumpuk dijaringan.
Dengan adanya sinar infra red (IR) yang memperlancar sirkulasi darah, maka zat
“P” juga akan ikut terbuang, sehingga rasa nyeri berkurang/menghilang, (3) rasa
nyeri bisa juga ditimbulkan oleh karena adanya pembengkakan hal ini akan
mengurangi rasa nyeri yang ada. Kontra indikasi dari infra red (IR) antara lain
Indikasi infra red (IR) yaitu kondisi peradangan setelah subakut, arthritis,
Kontraindikasi infra red (IR) yaitu daerah yang insufisiensi pada darah,
yang digunakan untuk terapi pada kondisi akut 10-15 menit, sedangkan untuk
Williams pada tahun 1937. Tujuan dari latihan fleksi ini adalah untuk mengurangi
tekanan oleh beban tubuh pada sendi faset (articular weigh-bearing stress) dan
daerah dorsolumbal, serta bermanfaat untuk mengoreksi postur tubuh yang salah.
Latihan fleksi ini juga dapat meningkatkan stabilitas di daerah lumbal karena
Disamping itu latihan fleksi akan meningkatkan tekanan intra abdominal yang
meregangkan (stretching) fleksor hip dan ekstensor lumbal , untuk relaksasi dan
akibat dari aktivitas motor reflex yang terjadi pada jaringan yang rusak oleh
stimulus ini dapat dijumpai di beberapa tempat seperti kulit, organ visceral,
bahkan otot itu sendiri. Adanya kontraksi otot-otot tadi dapat meningkatkan rasa
sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Hal ini akan meningkatkan
otot-nyeri dan seterusnya. Kondisi ini akan diperburuk oleh adanya ischemia lokal
sebagai akibat dari kontraksi otot yang kuat dan terus-menerus atau mikrosirkulasi
yang tidak adekuat sebagai akibat dari disregulasi system simpatis (Kuntono H,
2000), oleh karena itu sangat beralasan menggunakan william’s flexion exercise
muskuloskeletal.
karena dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, tidak ada bukti yang kuat
bahwa WFE memberikan efek terpeutik pada keadaan akut (malmivaara, dkk,
1995; parlevliet, dkk, 2005). Bahkan latihan fisik aktif sebaiknya dihindari pada
minggu pertama pada kasus nyeri punggung bawah akut. Program WFE umumnya
di berikan setelah fase nyeri akut dapat dikontrol atau dikurangi (Hills, 2001), atau
Secara umum teknik ini terdiri dari dua bagian penguatan dan penguluran
otot-otot punggung, program latihan ini terdiri dari 7 kategori gerakan yaitu:
pelvic tilting, single knee to chest, double knee to chest, partial sit-up, hamstring
30
stretch, bicycling, dan wall squat. Adapun gerakannya adalah sebagai berikut:
(Mancini, 2007).
a. Pelvic tilting
Berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi dan posisi kaki datar di atas
bed. Tekan dan luruskan punggung kearah bed. Pasisi ini dipertahankan selama 5-
10 detik.
Berbaring terlentang dengan lutut fleksi dan posisi kaki datar diatas bed.
Secara perlahan, tarik lutut kanan dengan kedua tangan sejauh mungkin kearah
dada, dan pertahankan selama 5-10 detik. Kemudian kembali ke posisi awal
secara perlahan-lahan dan ulangi gerakan yang sama untuk lutut yang kiri.
Berbaring terlentang kedua lutut fleksi dan posisi kaki datar diatas bed.
Seperti gerakan pada nomor 2, namun sekarang kedua lutut ditarik dersama-sama
sejauh mungkin kearah dada. Pertahankan selama 5-10 detik dan kemudian
d. Partial sit-up
naikkan kepala, leher, dan bahu dari atas bed. Pertahankan selama 5-10 detik dan
e. Hamstring stecth
tungkai diangkat dalam posisi lutut yang lurus sampai telapak kaki mengarah
lurus ke atas, kedua tangan menopang pada bagian belakang paha. Pertahankan 5-
f. Bicycling
leher dinaikkan dari bed dan kedua tungkai melakukan gerakan seperti mengayuh
g. Wall squat
bokong, punggung atas atau bahu dan kepala kearah dinding. Kemudian kedua
tiap sesi latihan, intensitas (bila menggunakan beban atau tahanan), frekuensi
(berapa kali dalam seminggu) dan lamanya latihan (Tan, 1998). Latihan ini dapat
dilakukan sebanyak 3-5 kali pengulangan dalam sesi latihan, durasi latihan selama
15-30 menit, dan frekuensi latihan 1-2 kali perhari selama seminggu. Evaluasi
dapat dilakukan setelah 2-4 minggu setelah menjalani program latihan (Pullock &
Wilmore, 1990).
34
3. Myofascial release
adalah nyeri otot rangka yang ditandai nyeri lokal dan nyeri kiriman (reffered
dengan stretching pada bagian-bagian otot yang elastis pada fascia, di sepanjang
menentukan berapa banyak, berapa lama dan bagaimana kuat peregangan yang
sesuai dengan keadaan tubuh tersebut (Carol, J. & Diane, K., 1989). Tujuan
pembebasan tekanan dari fascia yang menekan jaringan otot, pembuluh darah dan
serabut syaraf dibawahnya dan lewat mekanisme autogenic inhibisi pada organ
35
problem muskuler dan mengurangi nyeri baik yang bersifat nososeptf maupun
neuropatik, selain itu myofascial release juga dapat digunakan untuk memperbaiki
postural apabila ada kelainan postural akibat adanya pemendekan otot, pada
kondisi nyeri akibat entrapment maka penguluran otot menjadi solusi yang baik
a. Posisi pasien
Pasien diposisikan enak dan nyaman sehingga otot relaks. Otot pada posisi
b. Posisi terapis
memposisikan diri sedekat mungkin dengan pasien serta otot diulur sesuai dengan
c. Fiksasi
atau menggunakan sabuk maupun bantuan (difiksasi) orang lain. Fiksasi terutama
di berikan pada daerah perekatan otot terutama origo dan fiksasi yang lain pada
daerah insesio otot yang diulur dilakukan sedekat mungkin dengan ruang sendi
d. Indikasi
penekanan mengikuti arah serabut otot dari origo ke insersio, indikasi untuk
mengurangi nyeri dan spasme otot stadium sub akut. Grade II: tekanan pada
trigger point diberikan optimal sampai ada rasa nyeri tetapi masih dalam batas
dirasakan normalis, gerakan panekanan mengikuti arah serabut otot dari origo ke
myofibril otot yang mengalami nyeri, indikasi untuk mengurangi nyeri dan
spasme stadium kronik pada kondisi otot fibrosis. Grade III: Tekanan pada trigger
point diberikan semaksimal sampai ada rasa nyeri tetapi masih dalam batas
normal, gerakan penekanan mengikuti arah serabut otot dari orogo ke insersio
disertai dengan gerakan menyilang untuk membuat regangan pada myofibril otot
yang mengalami nyeri, indikasi untuk mengurangi nyeri dan spasme stadium
otot yang hendak diulur. Otot yang diulur diberikan tahanan submaksimal pada
posisi otot yang telah terulur submaksimal pula.Tahanan manual di berikan kea
rah penguluran otot dan di berikan penguluran otot dan di pertahankan posisinya
oleh pasien selama kurang lebih 6-8 detik. Bersamaan dengan pemberian tahanan
fisioterapis memberikan hitungan 1-8 dilanjutkan dengan tarik nafas kurang lebih
sampai hitungan 10-12 dan diakhiri dengan tiup nafas kemudian otot disarankan
untuk relaks secara optimal. Pada saat otot relaks tangan terapis yang aktif
37
dirasakan ada penambahan panjang otot tanpa adanya nyeri yang menimbulkan
mengandung komponen elastin dan kolagen sehingga fascia bersifat elastis dan
kuat tetapi juga dapat restriksi pemberian tekanan yang kuat terhadap jaringan di
sehingga terjadi fiscositas substansi dasar fascia (kolagen dan elastin) dari padat
menjadi lunak dan lembut. Perubahan fiscositas ini akan meningkatkan produksi
asam hyaluronic dan menyebabkan fascia menjadi lebih licin (Barnes, 2009).
otot dan jaringan peka nyeri lainnya di hilangkan sehingga nyeri akan berkurang.
otot, yaitu myofascial. Apabila suatu otot rangka dengan persyarafan yang utuh di
regangkan akan timbul kontraksi. Respon ini disbut reflex regang, rangsangan
adalah regangan pada otot, responnya berupa kontraksi otot yang diregangkan dan
38
reseptornya adalah muscle spindle (kumparan otot). Impuls yang timbul dari
akibat peregangan dari kumparan otot akan dihantarkan ke susunan saraf pusat
melalui serabut saraf sensorik cepat yang langsung bersinaps dengan neuron
motorik otot yang teregang tersebut. Apabila kumparan otot teregang, ujung-
ujung sensoriknya terusik dan potensial reseptorpun terbangkit. Hal ini akan
dengan besar rangsangan. Oleh karena iti kumparan otot letaknya sejajar dengan
serat ekstrafusal, bila otot direnggangkan secara pasif, kumparan otot juga akan
teregang. Hal ini memicu reflek berupa kontraksi serat ekstrafusal otot tersebut.
bila kontraksi otot disebabkan oleh perangsangan listrik terhadap serabut saraf
merupakan umpan balik dalam mempertahankan panjang otot, bila otot teregang,
pelepasan impuls dari eferen gamma, impuls kumparan akan menurun dan otot
relaksasi. Semakin kuat otot diregangkan sampai batas tertentu, semakin kuat
kontraksi refleknya. Akan tetapi apabila tegangan regangan menjadi semakin kuat,
kontraksi akan berhenti tiba-tiba dan otot relaksasi. Relaksasi sebagai respon
kembali atau dipecah oleh peredaran darah sehingga nyeri akan berkurang.
penguluran pelvic ke arah ventrodistal dan thoraks pada posisi ventro proksimal.
Gambar 2.11. Teknik stretching pada otot erector spine (Kuntono, 2010).
b) Pada posisi terlentang, pasien disuruh fleksi hip dan knee secara
penuh, terapi memfiksasi kedua lutut pasien, dan memegang daerah lumbal
Gambar 2.11. Teknik stretching pada otot erector spine (model, 2011).
yang berlawanan, pertahankan posisi 10 kali hitungan, dan lakukan 4-6 kali
pengulangan.
di tahan selama 10 detik, pada posisi relaks dilakukan penguluran pelvic ke arah
Gambar 2.14. Stretching pada otot quadratus lumborum (Carol J.M, 1989).
42
E. Kerangka Teori
Nyeri punggung
Faktor statik bawah Faktor dinamik
muskuloskeletal
Nyeri(nociseptif,
myofascial) Otot relax
Spasme otot Aktivasi nyeri
Gg.gerak&fungsi
Nyeri
Infra red Aktivitas
WFE fungsional
Myofascial release
Gambar 2.15.
Skema teori mengurangi nyeri dan peningkatan aktifitas fungsional.
Keterangan gambar:
mekanik dan faktor dinamik. Gangguan yang terjadi akibat nyeri punggung bawah
otot daerah lumbal, hal ini yang menyebabkan pasien enggan menggerakkan sendi
yaitu saat bangun dari duduk, saat aktivitas bangun dan kembali keposisi semula,
saat aktivitas memutar badan, saat duduk dan berdiri lama, serta saat berjalan
pemberian infra red (IR), william’s flexion exercise dan myofascial release,
sehingga otot releks, aktivasi nyeri menurun dan akan mengakibatkan nyeri
F. Kerangka Konsep
MedikaG.
mentosa dan
Aktifitas subjek
Aktivitas
fungsional
Aktivitas
fungsional
IR&Myofascial Nyeri
release
Gambar 2.16.
Kerangka konsep
44
Keterangan gambar:
infra red (IR) dan William flexion exercise sedangkan kelompok kedua infra red
(IR) dan myofascial release. Dimana ada faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
selama terapi yang dapat dikendalikan oleh fisioterapi yang digambarkan dalam
garis putus-putus, sedangkan faktor dari luar yang tidak bisa dikendalikan yaitu
H. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah : (1) ada pengaruh pemberian infra
red (IR) dan william’s flexion exercise terhadap peningkatan aktivitas fungsional
pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal, (2) ada pengaruh pemberian infra
red (IR) dan myofascial release terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada
pemberian pemberian infra red (IR) dan william’s flexion exercise dengan infra
red (IR) dan myofascial release terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada