TINJAUAN PUSTAKA
Regio lumbal terletak pada bagian bawah dari susunan tulang belakang
yang terdiri dari 5 vertebral bodi/ yang mobile, 4 diskus intervertebralis, dengan 1
diskus pada thoracolumbar junction dan lumbosacral junction, oleh karena itu
posisinya yang paling banyak menahan beban mekanik. Akibat dari bentuk dan
strukturnya tersebut, secara biomekanik, regio ini merupakan regio yang paling
Gambar 2.1
Susunan tulang belakang. (1) Vertebra cervical 1-7, (2) Vertebra thoracal 1-12,
(3) Vertebra lumbal 1-5, (4) Os sacrum, (5) Os coxygeal (Aprimurti, 2019).
5
6
tulang vertebrae lumbal semakin bertambah dari L1 hingga L5. Terdapat sejumlah
foramina kecil untuk suplai arteri dan drainase vena pada bagian depan dan
sampingnya, dan pada bagian dorsal tampak sejumlah foramina yang lebih besar
dan satu atau lebih orificium yang besar untuk vena basivertebral. Corpus
vertebrae berbentuk seperti ginjal dan berukuran besar, terdiri dari tulang korteks
Permukaan bagian atas dan bawahnya disebut dengan endplate. End plates
menebal di bagian tengah dan dilapisi oleh lempeng tulang kartilago. Bagian tepi
end plate juga menebal untuk membentuk batas tegas, berasal dari epiphyseal
plate yang berfusi dengan corpus vertebrae pada usia 15 tahun (Vitriana, 2001).
tulang vertebra pada tulang belakang. Struktur diskus intervertebralis terdiri dari
tiga daerah anatomi yang terintegrasi yaitu nukleus pulposus di bagian tengah
yang banyak memiliki kandungan air dan kolagen tipe II, anulus fibrosus di
bagian tepi mengandung kolagen tipe I dan II serta terdapat dua end plate yang
terdiri dari tulang rawan hyaline di bagian superior dan inferior (Suyasa, 2018)
Pada tulang belakang manusia, terdapat dua jenis sendi mayor, yaitu
disebut dengan sendi facet yang terbentuk dari prosessus artikulasis vertebra yang
saling berdekatan. Sendi ini merupakan true synovial joints dengan cairan
synovial (satu prosessus superior dari bawah dengan satu prosessus inferior dari
atas). Sendi ini juga berguna untuk memberikan stabilisasi pergerakan antara dua
7
vertebra dengan adanya translasi dan torsi saat melakukan fleksi dan ekstensi.
Sendi zigapofiseal merupakan sendi yang membatasi pergerakan fleksi lateral dan
Nucleus Pulposus
Anulus
Anterior
Fibrosus
longitudinal
ligament
Vertebral
Anulus Fibrosus body
Nucleus
Pulposus
Gambar 2.2
Anatomi diskus intervertebralis (Suyasa, 2018)
juga berfungsi sebagai penunjang pergerakan vertebra yang terdiri dari otot-otot
bagian anterior, posterior, dan lateral. Otot-otot bagian anterior dan lateral
Sedangkan otot-otot bagian posterior terdiri dari 6 otot, yaitu m. Latisimus dorsi,
Spinalis thoracic, dan m. Erector spine. Selain beberapa otot tersebut, otot pada
tungkai juga memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas lumbal. Otot-otot
8
Gambar 2.3
Otot daerah punggung. (1) m. Spinalis thoracis, (2) m. Iliocostalis lumborum, (3)
m. Obliqus externus abdominis, (4) m. Obliqus internus abdominis, (5) m.
Iliocostalis thoracis, (6) m. Latissimus dorsi, (7) m. Erector spine (Kinanthi,
2019).
diantaranya yaitu (1) Ligamen longitudinal anterior, terletak dari anterior basal
tulang oksipital hingga bagian anterior atas sacrum, (2) Ligamen longitudinal
posterior, terletak belakang korpus vertebra dalam kanalis spinalis yang berasal
dari C2 sampai sacrum, (3) Ligamen kapsular, memiliki serabut yang tebal dan
berdekatan, (4) Ligamen flavum, pada bagian atas melekat pada permukaan
anterior lamina di atasnya, sedangkan pada bagian bawah melekat pada tepi
melekat pada tiap prosessus spinosus, (7) Ligamen intertransversal, berasal dari
tulang belakang lumbal bawah dengan krista illiaca dan letaknya melekat pada
2. Biomekanika lumbal
ekstensi (mobilitas kumulatif pada segmen (L1-L5: 57°) dan terbatas selama
lateral bending (L1-L5: 26°) serta rotasi axial (Ll- L5: 8°). Pergerakan
fisiologis pada sendi facet di fase akhir gerakan, dan hal ini dapat mengakibatkan
tekanan yang maksimal di tepi bawah facet inferior selama ekstensi dan tepi atas
facet superior selama fleksi. Pada posisi berdiri tegak, sendi facet antara
L5 dan sakrum menerima beban ke arah depan yang berkelanjutan oleh karena
Gambar 2.4
Pergerakan lumbal spinalis. (A) Fleksi lateral (side fleksi). (B) Fleksi dan
ekstensi. (C) Rotasi (Suyasa, 2018).
fisiologis pada sendi facet di fase akhir gerakan, hal ini disebabkan karena
gerakan tersebut memiliki jangkauan yang lebih luas daripada gerakan yang
lainnya. Hal ini mengakibatkan adanya tekanan yang maksimal di tepi atas facet
superior selama fleksi dan tepi bawah facet inferior selama. Pada posisi berdiri
tegak, dengan adanya lordosis lumbal mengakibatkan sendi facet antara L5 dan
Gambar 2.5
Pergerakan sendi intervertebralis saat mendapat beban dan saat pergerakan
vertebra (Suyasa, 2018)
kompresi vertikal dan distraksi, ekstensi fleksi, bending lateral dan rotasi axial.
Dengan nukleus berperan seperti silinder bertekanan, diskus juga berperan sebagai
sementara jika ada muatan eksentrik, akan cenderung bergerak ke arah tekanan
akan menginduksi beban tarik dan kompresi pada sisi berlawanan dari lapisan
anulus terluar bersamaan dengan bulging pada sisi kompresi dan peregangan pada
B. Nyeri
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang
difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif
dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga
2017).
Nyeri yang dirasakan pada kondisi low back pain berhubungan dengan
mobiltas lumbal dan keterbatasan aktifitas fungsional. Keadaan otot yang lemah
mengakibatkan otot tidak kuat mengangkat beban. Nyeri tekan pada kondisi LBP
disebabkan karena adanya spasme pada muscle spindles. Hal ini disebabkan
karena adanya rangsangan yang tidak jelas dari luar otot yang dipersepsikan
sebagai sumber nyeri, sedangkan muscle spindles di inversi oleh sistem saraf
simpatis. Aktifitas otot akan terhambat karena adanya perlengketan otot yang
berbahaya yang akan menimbulkan rasa nyeri. Spasme otot pada kondisi low back
pain dapat dijumpai pada nyeri myofascial yang dapat dibuktikan dengan adanya
13
nyeri gerak dan nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan (trigger point),
spasme otot punggung bawah, dan berkurangnya lingkup gerak sendi pada
bahwa nyeri adalah pengalaman sensorik dan perasaan yang tidak menyenangkan
terkait dengan kerusakan pada struktur jaringan baik terjadi secara aktual maupun
potensial yang dialami seseorang. Nyeri juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu
yang sukar dipahami dan fenomena yang kompleks meskipun universal, tetapi
rangsangan seperti tekanan yang kuat dari luar, suhu ekstrem, defisit oksigen dan
Hal tersebut dilakukan dengan maksud mencegah kerusakan lebih lanjut dengan
cara tubuh secara tidak sadar menimbulkan gerakan refleks (Patel, 2010).
yang disebut dengan nosiseptif. Ada 4 proses yang mewakili terjadinya nyeri
1. Transduksi
kelistrikan yang kemudian diterima oleh ujung-ujung saraf sensoris. Stimuli dapat
2. Transmisi
sensorik ke tanduk dorsalis medula spinalis (PHC) terdiri dari empat jenis serabut
saraf dalam penghantaranya yaitu A-alfa, A-beta, A-delta, dan C. Serabut saraf Aa
dan Ab dicirikan sebagai serabut saraf afferen berdiameter besar dan serabut saraf
neuron (NS) yang secara ekslusif responsif terhadap impuls dari serabut Ad dan
2020).
3. Modulasi
delta dan tipe C melalui sel-sel neuron di PHC tidak semuanya diteruskan menuju
otak, melainkan ditempat ini terjadi suatu mekanisme inhibisi baik itu, inhibisi
endogen maupun inhibisi eksogen. Apabila stimuli yang masuk lebih dominan
maka penderita akan merasakan suatu rangsangan nyeri. Sedangkan bila pengaruh
inhibisi lebih kuat maka penderita tidak merasakan suatu rangsangan nyeri.
Semua ini merupakan interaksi antara sistem anlgesik endogen (endorphin, NA,
4. Persepsi
Stimuli nyeri yang berhasil dihantarkan oleh serabut saraf afferent melalui
dialaminya.
Low back pain non-spesifik didefinisikan sebagai low back pain tidak
disebabkan oleh patologi spesifik yang dikenal dan dapat dikenali (mis. infeksi,
radikular, atau sindrom cauda equina). Low back pain menjadi salah satunya
masalah terbesar untuk sistem kesehatan masyarakat di dunia barat selama paruh
kedua abad ke-20, dan sekarang tampaknya meluas ke seluruh dunia 1, 2 Data
telah berubah sedikit dalam dekade terakhir, 3 tetapi biaya telah meningkat secara
substansial.
Menurut Kinanthi (2019) LBP non spesifik disebabkan oleh 3 faktor yaitu :
kepala menunduk, tidak tegak, dindin perut abnormal dan punggung hiperlordosis
adanya kelemahan pada otot-otot perut dan overuse pada otot-otot punggung yang
barang
Menurut Purnamasari (2010) faktor resiko pada kasus low back pain
1. Jenis kelamin
faktor resiko low back pain yang sama besarnya, namun pada usia 60 tahun atau
lebih jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami keluhan low back pain.
Hal ini disebabkan karena perempuan akan mengalami siklus menopause yang
17
2. Usia
Berdasarkan teori yang ada, low back pain tidak terlalu terikat dengan
usia seseorang, karena keluhan tersebut dapat terjadi kapan saja dan pada usia
berapa saja. Namun low back pain biasanya dirasakan dimulai pada usia 20 tahun
dan paling banyak pada usia 50 tahun ke atas. Hal ini disebabkan karena
penurunan fungsi pada bagian tubuhnya terutama struktur tulangnya yang sudah
tidak elastis lagi. Oleh karena itu, usia pada saat ini bukan termasuk faktor yang
3. Obesitas
keluhan low back pain. Hal ini dibuktikan bahwa seseorang yang mengalami
obesitas memiliki dampak 5 kali lebih besar mengalami keluhan LBP daripada
orang yang memiliki berat tubuh ideal. Apabila seseorang mengalami obesitas,
otomatis berat badannya akan menambah daya kerja pada lumbal, yang
4. Trauma
keluhan pada tulang belakang. Trauma dapat dibedakan menjadi dua yaitu trauma
besar dan trauma kecil. Trauma besar terjadi karena terbedolnya insersi otot
erector trunk. Pada kasus ini seseorang dapat menunjukkan daerah nyeri tekan
dan adanya ruptur ligament interspinosum baik partial maupun mutlak. Sedangkan
trauma kecil terjadi karena adanya strain pada sakroiliaka dan lumbosacral. Hal
ini disebabkan karena kedua daerah tersebut mengalami kerja yang berlebih yang
mengakibatkan adanya rasa pegal, ngilu, dan panas pada daerah punggung bawah.
5. Infeksi
Low back pain dapat terjadi karena adanya peradangan pada tulang
belakang akibat adanya infeksi atau masalah pada sistem imun tubuh. Beberapa
penyakit dari arthtritis dapat menyebabkan terjadinya keluhan low back pain.
D. Bridging exercise
Bridging exercise biasa disebut pelvic bridging exercise yang mana latihan
ini baik untuk latihan penguatan stabilisasi pada glutei, hip dan punggung bawah
(Miller, 2012). Bridging exercise adalah cara yang baik untuk mengisolasi dan
memperkuat otot gluteus dan hamstring (belakang kaki bagian atas ). Jika
melakukan latihan ini dengan benar, bridging exercise digunakan untuk stabilitas
dan latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta otot-otot punggung
bawah dan hip. Akhirnya, bridging exercise dianggap sebagai latihan rehabilitasi
19
bawah dan berguna dalam program pencegahan sakit punggung bawah. Bridging
memperkuat otot erector spine, gluteus, dan hamstring. (2) Untuk stabilitas dan
latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta otot otot punggung bawah
dan hip. (3) Sebagai latihan rehabilitasi dasar untuk meningkatkan stabilisasi
Gambar 2.6
Bridging exercise (Balakrishnan, 2015)
20
permukaan datar seperti lantai, karpet atau matras. (2) Tekuk lutut dan
menempatkan kaki rata di lantai dengan jarak antara kedua kaki enam sampai
delapan inci. (3) Telapak tangan harus rata di lantai di samping tubuh. (4)
Rilekskan tubuh bagian atas dan punggung saat kontraksikan perut dan
kontraksikan otot dasar panggul. (5) Keluarkan napas saat menekan tangan dan
lengan bawah ke lantai dan perlahan-lahan mendorong panggul ke arah atas. (6)
Latihan ini dilakukan selama 2 minggu sebanyak 3 kali terapi tiap minggu,
repetisi untuk penguatan 5-8 kali per set, dilakukan secara perlahan tanpa
menimbulkan rasa sakit, pertahankan 5–8 detik, kembali ke posisi awal lalu rileks.
Penelitian yang dilakukan oleh Ui-Cheol Jeong et.al pada tahun 2015 di
Korea, dengan judul ” The effects of bridging exercise and lumbar stabilization
exercise on lumbar muscle strength and balance in chronic low back pain
rancangan pre dan post-test control group design dengan jumlah subjek 40 orang
bahwa bridging exercise lebih baik dalam menurunkan nyeri chronic low back
Nyeri Pinggang Akibat Duduk Statis di SMP N 3 Pakem”. Jenis penelitian ini
and post test two control group design dengan membedakan antara kelompok
diberikan core stability exercise dengan dosis latihan dilakukan selama 2 minggu
sebanyak 6 kali terapi, repetisi untuk penguatan 10-15 kali perset, dilakukan
secara perlahan tanpa menimbulkan rasa sakit, pertahankan 5–10 detik, kembali
ke posisi awal lalu rileks. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini dapat
disimpulkan yaitu “Ada Pengaruh Core Stability Inti Terhadap Penurunan Nyeri
F. Kerangka Pikir
Etiologi:
Muscle Imbalance
Otot Abdominal
dan Erector spine
Nyeri
Gambar 2.7
Kerangka Pikir
23
Keterangan:
dari faktor-faktor seperti postur tubuh yang jelek, otot-otot stabilisator pada
vertebra tidak seimbang, kesalahan teknik yang digunakan untuk mengangkat dan
membawa barang. Sedangkan dari faktor individu itu sendiri seperti usia, jenis
erector spine. Salah satu intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada kasus
nyeri punggung bawah kronis non spesifik adalah bridging exercise. Latihan ini
tubuh terbantu dengan baik. Sehingga dengan bridging exercise diharapkan nyeri
G. Kerangka Konsep
• Medika mentosa
• Aktivitas subjek
• Medika mentosa
• Aktivitas subjek
Gambar 2.8
Kerangka Konsep
Keterangan:
Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi dibagi menjadi
menggunakan alat ukur VAS untuk mengetahui pengaruh yang terjadi, yaitu
yaitu konsumsi obat penurun nyeri (medika mentosa) dan aktifitas subjek di luar
H. Hipotesis
bridging exercise terhadap penurunan nyeri pada low back pain non spesifik. (2)
Tidak ada pengaruh kelompok kontrol terhadap penurunan nyeri pada low back
pain non spesifik. (3) Ada perbedaan pengaruh pemberian bridging exercise
dengan kelompok kontrol terhadap penurunan nyeri pada low back pain non