BAB I
PENDAHULUAN
Tulang adalah suatu jaringan yang dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel
antara lain osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe 1 dan protoglikan sebagai matriks tulang dan jaringan
osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mengekresikan sejumlah besar fosfatase
alkali memasuki aliran darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali didalam
darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang, atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Ostesit adalah
sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas adalah sel-sel besar yang berinti banyak
yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsobsi. Tidak seperti
osteblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-
enzim proteolotik yang memecahkan matriks dan beberapa asamyang melarutkan
mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas dalam aliran darah (Andre, Y,
2002).
Otot penggerak pada vertebra lumbalis yaitu gerakan fleksi, otot-otot yang
bekerja meliputi m. rectus adominis dan psoas major. Bekerja secara bilateral.
Gerakan ekstensi, otot-otot yang ekerja meliputi m. erector spine, m. multifidus, m.
semispinalis thoracalis. Bekerja secara bilateral. Gerakan lateral fleksi, otot-otot yang
ekerja meliputi m. iliocostalis thoracalis dan ilicostalis, m. multifidus, m. obliqus
adominis dan obliquus internus abdominis, m. quadratus lumborum. Otot- otot ini
bekerja secara unilaeral. Pada gerakan rotasi, otot – otot yang bekerja meliputi m.
rotatores, m. multifidus, m. obliquus externus abdominis yang bekerja sama dengan
m obliquus internus secara kontralateral, m. semispinalis thoracis. Otot – otot ini juga
bekerja secara unilateral (Kusumaningrum, 2014).
4
B. Biomekanika Lumbal
Dalam otot terdapat dua jenis kontraksi, bergantung pada apakah panjang otot
berubah selama kontraksi. Pada kontraksi isotonik, tegangan otot tidak berubah
sementara panjang otot berubah. Pada kontraksi isometrik, otot tidak dapat
memendek sehingga berbentuk regangan dengan panjang otot tetap. Proses-proses
internal yang sama terjadi baik pada kontraksi isotonik maupun isometrik: jembatan
silang mulai bersiklus; dan pergeseran filamen memperpendek sarkomer, yang
meregangkan kompen seri elastik untuk menghasilkan gaya di tulang tempat insersi
otot (Sherwood, 2011).
Pada gerakan ekstensi – fleksi mempunyai luas gerak sendi 35° – 0° – 85°,
bidang sagital dan posisi pasien berdiri anatomis. Pada gerak fleksi terjadi slide ke
5
BAB II
PATOFISIOLOGI
6
B. Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang paling
sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai
pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1 (Pinzon, 2012).
Menurut Kemenkes RI (2018), prevalensi LBP di Indonesia sebesar 18%.
Prevalensi LBP meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan paling sering
terjadi pada usia dekade tengah dan awal dekade empat. Penyebab LBP sebagian
besar (85%) adalah nonspesifik, akibat kelainan pada jaringan lunak, berupa
cedera otot, ligamen, spasme atau keletihan otot. Penyebab lain yang serius adalah
spesifik antara lain, fraktur vertebra, infeksi dan tumor.
C. Etiologi
pulposus menekan pada radiks yang bersama sama dengan arteria radikularis berada
dalam bungkusan dura. Hal tersebut terjadi kalau tempat penjebolan di sisi lateral.
Bilamana tempat herniasinya di tengah-tengah, sudah barang tentu tidak ada radiks
yang terkena. Lagipula, oleh karna pada tingkat L2 dan terus ke bawah sudah tidak
terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan
kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP sisa diskus intervertebralis
mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan
(Shankar, 2009).
Proses penuaan mengakibatkan diskus kehilangan protein polisakarida
sehingga kandungan air pada nukleus pulposus menurun sehingga terjadi trauma
(beberapa bulan/ tahun kemudian saat proses degenerasi terjadi) lalu nukleus
pulposus terdorong keluar sehingga menekan akar saraf sehingga menyebabkan
nyeri, perubahan sensai hingga penurunan reflex (Shankar, 2009).
F. Klasifikasi
HNP dapat diklasifikasikan kepada empat stadium, namun hanya stadium 3
extrusion dan stadium 4 sequestration saja yang dianggap sebagai HNP yang
sesungguhnya.
a. Stadium 1 - Bulging
10
b. Stadium 2 - Protrusion
Protrusion adalah kondisi di mana nukleus sudah berpindah tetapi masih
dalam lingkaran annulus fibrosus, yaitu kurang dari 25% luas diskus
intervertebralis ( Fardon, 2014).
c. Stadium 3 - Extrusion
Extrusion adalah kondisi di mana nukleus pulposus sudah melewati
annulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis posterior
dan masih intak dengan diskus intervertebralis ( Autio, R. 2006).
11
d. Stadium 4 - Sequestration
Sequestration adalah kondisi di mana diskus intervertebralis yang sudah
mengalami extrusion, yaitu sebagian nukleus pulposus bersama-sama
annulus fibrosus sudah keluar dan tidak lagi intak dengan diskus
intervertebralis ( Fardon, 2014).
G. Gejala Klinis
Penonjolan nukleus pulposus akan menekan saraf di dalam kanalis
spinalis apabila sudah melewati annulus fibrosus. Hal ini akan menyebabkan
rasa nyeri, keram, atau kelemahan pada sebagian anggota tubuh, khususnya
daerah punggung dan ekstremitas atas atau bawah tergantung lokasi HNP. Rasa
nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan
ligament; inflamasi, nyeri yang berasal dari nukleus pulposus yang ekstrusi
menembus annulus dan kontak dengan suplai darah; serta nyeri neurogenik,
yang berasal dari penekanan pada saraf ( Autio, R. 2006).
12
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
Vital Sign
Tekanan darah: 150/90 mmHg
Denyut nadi : 76 kali / menit
C: Chief of complaint
Nyeri menjalar dari punggung sampai betis kanan
H: History taking
1. Pasien sudah 20 hari yang lalu tidak bisa berjalan dan tidak mampu berdiri
2. Pasien pernah diterapi 1x di awal bross
3. Pada saat berbaring pasien tidak mamu meluruskan kakinya terlalu lama
4. Awalnya pasien pernah jatuh dari tangga pada salah satu wahana permandian
dalam posisi duduk sejak 4 tahun lalu, namun 7 bulan yang lalu pasien
merasakan kembali nyeri pada punggung bawahnya.
5. Pasien lebihnyaman pada saat kakinya ditekuk
6. Tidak ada riwayat jatuh
7. Aktivitas sehari- hari kebanyakan duduk dikursi roda
8. Ketika batuk dan bersin terasa sakit dibagian belakang
9. Pasien mengkonsumsi obat paru 4 bulan
10. BAB dan BAK lancar
11. Pasien hanya bisa sholat duduk
12. Tidak ada keluhan lain.
A: Assymetry
1. Inspeksi Statis :
a. Ekspresi wajah tampak cemas dan meringis kesakitan.
b. Semifleksi knee dextra
2. Inspeksi Dinamis :
a. Pasien menggunakan kursi roda saat datang keklinik.
b. Ambulasi dibantu.
15
3. Palpasi :
a. Suhu : Normal
b. Kontur kulit : (-) / (-) d/s
c. Oedem : (-) / (-) d/s
d. Tenderness : (-) / (+) d/s : nyeri di L5-S1, m. piriformis.
4. PFGD :
a. Regio Hip
Aktif Pasif TIMT
Fleksi Mampu, tidak Full ROM, nyeri, Mampu,
full ROM, nyeri. elastic endfeel. nyeri
Ekstensi Mampu, tidak Full ROM, nyeri, Mampu,
full ROM, nyeri. elastic endfeel. nyeri
Abduksi Mampu, tidak Full ROM, nyeri, Mampu,
full ROM, nyeri. elastic endfeel. nyeri
Adduksi Mampu, tidak Full ROM, nyeri, Mampu,
full ROM, nyeri. elastic endfeel. nyeri
Exorotasi Mampu, tidak Full ROM, nyeri, Mampu,
full ROM, nyeri. elastic endfeel. nyeri
Endorotasi Mampu, tidak Full ROM, nyeri, Mampu,
full ROM, nyeri. elastic endfeel. nyeri
b. Regio Lumbal
Aktif Pasif TIMT
Fleksi Tidak mampu, Tidak full ROM, Tidak
tidak full ROM, nyeri, elastic mampu,
nyeri. endfeel. nyeri.
Ekstensi Tidak mampu, Tidak full ROM, Tidak
tidak full ROM, nyeri, elastic mampu,
nyeri. endfeel. nyeri.
Lateral Mampu, full Full ROM, Mampu,
Fleksi ROM, nyeri. nyeri, elastic nyeri
Dextra endfeel.
Lateral Mampu, full Full ROM, Mampu,
Fleksi ROM, nyeri. nyeri, elastic nyeri
Sinistra endfeel.
Rotasi Tidak mampu, Tidak full ROM, Tidak
Dextra tidak full ROM, nyeri, elastic mampu,
nyeri. endfeel. nyeri.
Rotasi Tidak mampu, Tidak full ROM, Tidak
Sinistra tidak full ROM, nyeri, elastic mampu,
nyeri. endfeel. nyeri.
16
R: Restrictive
1. Limitasi ROM : Gerakan aktif, pasif dan TIMT regio hip sinistra
dan lumbal.
2. Limitasi Pekerjaan : Pasien tidak bisa melakukan pekerjaan rumah
seperti biasanya.
3. Limitasi ADL : Walking, toileting (BAK/BAB dan mandi),
dressing (memakai celana) dan praying.
4. Limitasi Rekreasi : Terganggu.
S: Specific test
1. Hamilton Depression Scale : 24 (depresi sangat berat)
2. Indeks Barthel : 7 ( ketergantungan berat )
3. Visual Analog Scale (VAS)
a. Nyeri diam :2
b. Nyeri tekan :7
c. Nyeri gerak :6
4. Manual Muscle Test (MMT) : Nilai 3- untuk fleksi-ekstensi-rotasi lumbal,
nilai 4 untuk lateral fleksi dextra-sinistra lumbal, nilai 3- untuk semua
gerakan region hip.
5. SLR Test : Tes untuk mengidentifikasi patologi disc. Herniation dan/ atau
penekanan pada jaringan saraf.
17
B. Diagnosis Fisioterapi
Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan dari hasil proses
pengukuran dan pemeriksaan tersebut, yaitu:
“Gangguan aktivitas fungsional berupa walking, toileting, dressing dan praying
e.c HNP grade II sejak 20 hari yang lalu”
3. Program
No PROBLEM MODALITAS
DOSIS
. FISIOTERAPI FISIOTERAPI
1 Kecemasan Komunikasi F : 1x/hari
terapeutik I : Penderita fokus
T : Interpersonal approach
T : Selama proses FT
2 Pre-eliminary Elektroterapi F : 1x/hari
exercise (Infrared) I : 30 cm diatas area yang
sakit
T : Lokal dan segmental
T : 10 menit
3 Nyeri dan Elektroterapi F : 1x/hari
tenderness L5- (Interferensi) I : 21 mA
S1, m. piriformis T : Animal segmental
T : 10 menit
Manual F : 1x/hari
Therapy I : 30% pressure
T : Friction circular
T : 1 menit
4 Spasme m. Exercise F : 1x/hari
erector spine Therapy I : 15 hit, 3 repetisi
T : stretching exc
(connective tissue release
dan elongation)
T : 1 menit
5 Limitasi ROM Exercise F : 1x/hari
regio hip dan Therapy I : 8 hit, 3 repetisi
lumbal T : PROMEX, AROMEX
T : 1 menit
F : 1x/hari
I : 8 hit, 3 repetisi
Manual
T : Traksi dan mobilisasi L5-
therapy
S1
T : 1 menit
6 Kelemahan otot Exercise F : 1x/hari
quadriceps dan Therapy I : 8 hit, 3 repetisi
menjaga T : Dinamic Strengthening
balance muscle T : 1 menit
20
abductor hip
7 Gangguan ADL Exercise F : 1x/hari
therapy I : 8 hit, 3x repetisi
T : Bridging exercise
T : 1 menit
Gangguan ADL Exercise F : 1x/hari
walking, Therapy I : 3 repetisi
toileting, T : Fungsional exc (latihan
dressing dan berjalan dengan pola jalan
praying normal, latihan jongkok ke
berdiri, latihan gerakan
sholat)
T : 3 menit
D. Evaluasi Fisioterapi
Adapun hasil evaluasi dan modifikasi terhadap program fisioterapi yang telah
diberikan pada klien tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi Pasien
No Problem Parameter Setelah 4 kali intervensi Ket
Sebelum Sesudah
1. Kecemasan HDS 24 15 Depresi
Menurun
2. Nyeri VAS Nyeri diam : 3 Nyeri diam : 1 Nyeri
Nyeri tekan : 9 Nyeri tekan : 7 Berkurang
Nyeri gerak : 7 Nyeri gerak : 5
3. Limitasi ROM Goniomete Regio hip sinistra: Regio hip sinistra: Terjadi
r S. 15o – 0o – 35o S. 25o – 0o – 50o peningkatan
F. 20o – 0o – 20o F. 30o – 0o – 40o ROM
R. 25o – 0o – 20o R. 35o – 0o – 30o
E. Modifikasi Fisioterapi
Modifikasi program FT yang dapat diberikan berupa:
a. Mc. Kenzi exercise: untuk mengurangi nyeri pada bagian lumbal, memperbaiki
posisi dari nucleus pulposus serta memperbaiki postur tubuh.
b. Briding exercise + approximasi: untuk penguatan otot-otot core dan sebagai
stabilisasi.
c. Bugnet modifit : untuk koreksi postur pasien
F. Home Program
Pasien diminta untuk melakukan latihan berjalan dirumah dengan alat bantu dan
disarankan untuk tidak melakukan aktifitas yang terlalu beras yang dapat memicu
nyerinya kembali.
22
DAFTAR PUSTAKA
Aras, Djohan. 2013. Proses dan Pengukuran Fisioterapi. Makassar : Program Studi S1
Fardon, D.F., William A.L., Dohring, E.J. 2014. Lumbar Disc Nomenclature:
Version 2.0; Recommendations of the Combined Task Forces of the North
American Spine Society, the American Society of Spine Radiology and the
American Society of Neuroradiology. The Spine Journal. (Online), 14, No.1,
(http://www.thespinejournalonline. com/article/, diakses pada tanggal 15
November 2018).
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Price, Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses penyakit, Edisi 6,
Volume 1. Jakarta: EGC.
Setyanegara dkk. 2014. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Shankar H., M.B.B.S., Scarlett A.J. M.D., Abram E.S.M.D. 2009. Anatomy and
Pathophysiology of Intervertebral Disc Disease. Techniques in Regional
Anasthesia and Pain Management, 13(2): 67-75.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC
Kedokteran
Sylvia, A.P., Lorraine, M.W. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yusuf, A.W. 2017. Hubungan antara Derajat Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dengan
Derajat Nyeri Punggung Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
24
25
LAMPIRAN
4 :
16. Kehilangan Berat Badan 0 : Tidak ada
1 : Berat badan berkurang berhubungan dengan penyakitnya
sekarang 1
2 : Jelas penurunan berat badan
3 : Tak terjelaskan lagi penurunan berat badan
17. Insight 0 : Mengetahui dirinya sakit dan cemas
(Pemahaman diri) 1 : Mengetahui sakit tapi berhubungan dengan penyebab
iklim, makanan, kerja berlebihan, virus, perlu istirahat, 0
dll
2 : Menyangkan bahwa ia sakit
27
18. Variasi Harian Adakah perubahan keadaaan yang memburuk pada waktu
malam atau pagi
0 : Tidak ada 0
1 : Buruk saat pagi
2 : Buruk saat malam
19. Depersonalisasi 0 : Tidak ada
(Perasaan Diri 1 : Ringan
Berubah) 2 : Sedang
0
Dan Derelisiasi 3 : Berat
(Perasaan tidak nyata – 4 : Ketidakmampuan
tidak realistis)
20. Gejala Paranoid 0 : Tidak ada
1 : Kecurigaan
2 : Pikiran dirinya menjadi pusat perhatian peristiwa 0
kejadian diluar tertuju pada dirinya (ideas refence)
3 : Waham (delusi) dikejar/ diburu
21. Gejala Obsesi dan 0 : Tidak ada
Kompulsi 1 : Ringan 0
2 : Berat
TOTAL NILAI 41
Interpretasi :
0 - 7 = Normal
8 - 13 = Depresi ringan Total Nilai :24
14 - 18 = Depresi sedang Interpretasi :Depresi sangat
19 - 22 = Depresi berat berat
> 23 = Depresi sangat berat
gerakan sendi
Tidak ada kekuatan sama
0 Tidak ada kontraksi sama sekali
sekali