b. Teori Reliabilitas
Ada dua teori dasar pengukuran, yaitu teori pengukuran klasik dan teori generalized
yang menyediakan pandangan tentang reliabilitas yang agak berbeda. Teori
pengukuran klasik beranggapan bahwa setiap pengukuran atau skor yang dicapai
terdiri atas komponen yang benar dan salah. Setiap orang memounyai skor benar
tunggal pada pengukuran. Karena kita tidak pernah mengetahui skor yang tepat
untuk mengukur, hubungan antara mengulang pengukuran digunakan untuk
mengestimasi kesalahan pengukuran. Suatu pengukuran dikatakanm reliabel jika
komponen errornya kecil.
Dengan teori pengukuran klasik, semua variabilitas dalam skor dipandang sebagai
kesalahan pengukkuran.
Teori generalized mengakui bahwa ada perbedaan sumber variabilitas untuk mengukur.
Tes dan pengukuran berarti pengumpulan data tentang pasin dan klien. Dari indentifkasi
menyeluruh dan proses bertanya pada history dan sistem review, fisioterapi
jauh dengan memilih tes danpemeriksaan khusus. Tes dan pengukuran ini
digunakan untu role in dan rule out penyebab impairtment dan keterbatasan
penting untuk (1) konfirmasi atau reject hipotesis tentang faktor yang
respon, memeriksa status fisik, dan mencapai pemahaman yang lebih spesifik
pada kondisi dan diagnstik dan terapinya. Ada 24 tes dnpengukuran yang biasanya
dilaukan oleh fisioterapis. Tes danpengukuran ini, alat yang digunakan untuk
mengumolulan data.
Fisioterapis mungkin memutuskan untuk menggunakan salah satunya, lebih dari satu atau
yang tidak terkover dengan histori dan review sistem dan mungkin
mennyimpulakn bahwa tes dan pengukuran khsus lainnya dan mungki dibutuhkan
mmeilih tes dan [engukuran yang teapt. Fisioterapis mungkin menyimpulkan dari
histroti dan sistem review sebagai pemeriksaan lenih jauh dan intervensi tidak
Tes dan pengukuran bervariasi dalam ketelitian penukurannya, bagaimnapun data yang
dihasilkan dari tes otot kasar dari kelompok otot atau dari tes kekuatan otot yang
yang sangat tapat dapat digunakan untuk mereject hipotesis bahwa performans
dapat mengkuantifikasi besarnya jumlah ADL dan IADL, hal itu mungkin gagal
Tes dan pengukuran yang dipilih oleh fisioterapis seharusnya berisis data yang penitng
dan akurat sehingga fisioterapi dapat membuat inferensi yang tepat tentang
tahap penyembuhna (akut, sub akut atau kronik), fase rehabilitasi (cepat,
menyeluruh san prose bertanya pasan history dan sistem review, fisioterapi
dengan memilih tes danpemeriksaan khusus. Tes dan pengukuran ini digunakan
untu role in dan rule out penyebab impairtment dan keterbatasan fungsi; untuk
interensi.
Tes dan penguuran dilakukan sebagai bagian dari awal peperiksaan yang
seahrusnya penting untuk (1) konfirmasi atau reject hipotesis tentang faktor yang
mengukur respon, memeriksa status fisik, dan mencapai pemahaman yang lebih
spesifik pada kondisi dan diagnstik dan terapinya. Ada 24 tes dnpengukuran yang
biasanya dilaukan oleh fisioterapis. Tes danpengukuran ini, alat yang digunakan
satunya, lebih dari satu atau beberapa tes danpengukuran khussus sebagai bagian
lainnya dan mungki dibutuhkan untuk mendapatkan data yang cukup untuk
perlu dilakukan dan kemudian mmeilih tes dan [engukuran yang teapt.
pemeriksaan lenih jauh dan intervensi tidak diperlukan, maka pasien/klien diruju
ke praktisi lainnya.
sebagai contoh, data dihasilkan dari tes otot kasar dari kelompok otot atau dari tes
kekuatan otot yang yang sangat tapat dapat digunakan untuk mereject hipotesis
Tes dan pengukuran yang dipilih oleh fisioterapis seharusnya berisis data yang
penitng dan akurat sehingga fisioterapi dapat membuat inferensi yang tepat
tentang kondisi psien/klien. Pemilihan tes dan pengukuran khusus dan kedalamam
tahap penyembuhna (akut, sub akut atau kronik), fase rehabilitasi (cepat,
2). Stabilisasi
Stabilisasi bagina proksimal sendi sangaat penting untuk memeriksa kerja otot
yang akan dites supaya maksimal. Stabilisasi dapat dilakukan dengan bayak cara,
yaitu permukaan meja perksa yang keras, posisi pasien, aktifitas otot pasien, dan
pengangan manual pemeriksa (Wakim dkk, 1950). Kesalahan fiksasi dapat
mengakibatkan penilaian yang rendah terhadap otot yang bersangkutan (Hart dkk,
1984; Sapega, 1990; Smidt dan Rogers, 1982; Wakim dkk, 1950). Karenanya
pemeriksa harus konsisten pada penggunaan tehnik stabilisasi tersebut.
4). Tahanan
MMT pada nilai diatas 3 diperlukan penerapan tahana manual pemeriksa, istilah
break test disini digunakan sebagai metode pemberian tahanan. Selama break
test pemeriksa menerapkan tahanan sehingga mencapai kontraksi maksimal
(pasien breaks). Penerapan tahanan ini hingga mencapai dibawah break.
Lokasi tahanan persis pada ujung distal tuang pada sendi yang digerakkan dan
tidak boleh lebih kebawah lagi, pengecualian pada beberapa kasus. Penempatan
tahanan ini untuk menghindari penilainan yang lebih tinggi, cenderung menilai
lebih dari 4, dan pemeriksa harus konsisten saat menempatkan tahahan pada satu
titik dalam setiap pemeriksaannya.