TINJAUAN PUSTAKA
Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan gangguan otot di daerah
punggung bawah yang timbul pada saat melakukan aktifitas sehari hari secara
berlebihan seperti duduk lama, berdiri lama, mengangkat beban berat dengan cara
yang salah disertai dengan nyeri yang bersifat tumpul dan tidak ada penjalaran sampai
ke tungkai (Magee,2013).
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah,
yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang.Nyeri
punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit juga
penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau
kelainan bawaan pada tulang belakang.Obesitas, merokok, berat badan saat hamil,
stres, kondisi fisik yang buruk, postur yang tidak sesuai untuk kegiatan
yangdilakukan, dan posisi tidur yang buruk juga dapat menyebabkan nyeri punggung
keterbatasan gerak dapat diatasi oleh berbagai intervensi fisioterapi, antara lain
Low Back Pain dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang
belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong
tulang belakang.
- Kelainan kongenital seperti: kelainan pada facet dan kelainan pada vertebra
a. Usia
penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala LBP.
Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu
25-65 tahun.
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi
badan seseorang. Seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita LBP
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika berat badan
bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima beban yang
bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang
yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah vertebrae lumbal.
c. Beban kerja.
Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang
ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal.
Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban
mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen dan sendi. Beban yang berat
akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan
jaringan lainnya.
d. Posisi kerja
Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan dari
posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan. Posisi janggal dapat menyebabkan
kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga
badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan menjepit dengan
tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan
lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera. (Fauzia Andini,
2015)
3. Anatomi dan biomekanik lumbal
a. Struktur vertebra
vertebra cervical membentuk kurva cembung kesisi depan tubuh. Kurva ini
kelengkungan seluruh tulang belakang seperti yang terlihat darisisi dan belakang
b. Struktur lumbal
segi artikular untuk tulang rusuk. Masing-masing memiliki bentuk tulang yang
besartubuh dengan permukaan atas dan bawah yang hampir paralel,kecuali untuk
sejajar denganyang lebih rendahsetengah dari tubuh. Mereka lebih luas dari atas
joint bergabung dengan lamina. Facet artikular pada proses superior adalah
inferior vertebra lumbalis kelimalebih luas terpisah dan lebih rata dari
Kanal vertebral (neural) segitiga lebih besar dari padadaerah thoracal, tetapi
sedikit lebih kecil dari pada cervical.Dengan pengecualian vertebra lumbal kelima
dansedikit mundur dari sisi tubuh vertebraldan dasar pedikel. Yang ketiga adalah
1) CoreMuscle
Core muscle terdiri dari otot silinder yang menyelimuti lapisan dalam
perut, yang terdiri dari 4 grup otot utama yaitu, (1) otot transversus
abdominis, yang berada di bawah otot obliqus internus, otot obliqus eksternus
dan rectus abdominis, (2) otot multifidus, yang berada diantara tulang
vertebra, (3) otot diafragma, merupakan otot primer untuk bernapas, (4) otot-
otot dasar panggul. Keempat grup otot ini bekerja secara harmonis dan
2) Global Muscle
pada sisi kranial tulang pubis antara tuberculum pubicum dengan simphisis
pubis. Persarafan dari saraf intercostalis. Sedangkan fungsi otot ini adalah
pertiga ligamen inguinal. Dan berinsersio pada ke-3 atau ke-4 kartilago
eksternus pada sisi yang berlawanan untuk menekuk/ fleksi dan rotasi
Merupakan group otot yang luas dan terletak dalam pada facia
e) Deep Muscle
d. Ligamen
(Gbr. 2.7). Itu antaraTebal 1 dan 2 mm danterdiri dari tiga lapisan tebalserat
anterior kanal vertebral. Iniantara 1 dan 1,4 mm tebal, terdiri dari dua
3) Ligamen Flavum
masingmelekat pada bagian depan batas bawah laminadi atas dan melewati ke
bawah dan ke belakang ke belakangdari batas atas lamina di bawah ini. Batas
4) Ligamen Supraspinous
Sebuah band dari serat memanjang melintang dan menghubungkanujung
5) Ligamen Nuchae
6) Ligamen Interspinous
mereka tidak signifikan, tetapi padatingkat lumbar mereka lebih panjang dan
7) Ligamen Intertransverse
Band umumnya tidak signifikan menghubungkan melintang yang
benar hanya menjadi jelas di daerah pinggang. Dibagian atas dari column
Roger, 2012).
e. Diskus Intervertebralis
di cervical, dua belas di thoracal dan lima di wilayah lumbar, dengan satu
10mm, setara dengan sepertiga dariketinggian tubuh vertebra lumbal. Setiap disc
1)Nucleus Pulposus
Nucleus pulposus Zat lunak, sangat hidrofilikterdapat di bagian tengah
atas sifat hidrofilik darinukleus. Kehilangan dan hilangnya yang merata dari gel
air 80-88% biasa. Namun darisekitar dekade keempat dan seterusnya ini
2)Annulus Fibrosus
satu sama lain. Serabut yang saling menyilang secara vertikal sekitar 30 satu
sama lainnya menyebabkan struktur ini lebih sensitif pada strain rotasi dari
f. Biomekanik Lumbal
Gerakan ini dilakukan oleh otot fleksor yaitu otot rectus abdominis
pada saat gerakan fleksi lumbal, mucleus palposus akan bergerak kearah
sat yang sama, prosesus artikularis inferior dari vertebra bagian atas akan
sendi facet akan mengalami peregangan secara maksimal serta ligament pada
Gerakan ini dilakukan oleh otot spinalis dorsi, otot longisimus dorsi
dan iliocostalis lumborum. Pada saat ekstensi lumbal, nucleus pulposus akan
sama, prosesus artikularis dari vertebra bagian bawah dan atas menjadi saling
terkunci, dan prosessus spinosus dapat saling bersentuhan satu sama lain
(Hamill.Jet al,2015).
obliqus eksternus ahdominis. Pada saat rotasi lumbal, vertebra bagian atas
berotasi terhadap vertebra bagian bawah, tetapi gerakan rotasi ini hanya
sehingga gerakan rotasi sangat dibatasi oleh orientasi sendi facet vertebra
(Hislop and Montgomery, 2013). Pada saat gerakan lateral fleksi lunbal,
corpus vertebra bagian atas akan bergerak kearah ipsilateral sementara diskus
peregangan sementara sisi ipsilateral relaks. Pada saat yang sama, processus
articular relatif bergeser satu sama lain sehingga processus articularis inferior
sisi ipsilateral dari vertebra atas akan bergerak naik sementara sisi
4. Patofisiologi
Berbagai struktur yang peka terhadap nyeri terdapat di punggung bawah. Struktur
tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula
artikularis, fasia dan otot. Semua struktur tersebut mengandung nosiseptor yang peka
oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluaran berbagai mediator
mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang membatasi
munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri.
Postur membungkuk yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama disertai
Ketika posisi tulang belakang dalam keadaan hiperekstensi, terjadi pembebanan yang
sangat besar pada bagian posterior pillar tulang belakang terutama permukaan
kedua permukaan sendi, meningkatkan gaya friksi pada setiap gerakan artokinematika
lumbal. Nosiseptor pada facet joint merespon terhadap pembeban ini dan
hyperextension syndrome.
Pengaruh faktor mekanik berupa postur yang jelek dan aktifitas fisik atau gerakan
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya non spesifik low back pain. Setiap
gerakan pada otot tersebut akan menimbulkan nyeri sekaligus menyebabkan spasme
otot. Adanya spasme pada otot paravertebrae akan membatasi gerakan dari lumbal
terutama pada saat melakukan gerakan membungkuk (fleksi) dan memutar (rotasi).
Adanya nyeri dan spasme otot akan membuat seseorang takut menggunakan otot
pada kapsul, ligament, facet joint dan kecendrungan terjadi crosslink pada serabut
otot. Kondisi ini menyebabkan terjadinya hambatan fungsional pada lumbal. (Indah.
2015)
B. Tinjauan Tentang Alat Ukur
mengukur karakteristik atau sikap yang diyakini berkisar di seluruh nilai kontinum
dan tidak dapat dengan mudah diukur secara langsung. Sebagai contoh, jumlah rasa
sakit yang dirasakan oleh pasien berkisar pada sebuah kontinum dari tidak ada hingga
rasa sakit yang luar biasa. Dari sudut pandang pasien, spektrum ini muncul secara
kontinu ± rasa sakit mereka tidak menyebabkan lompatan diskrit, seperti yang
dikategorikan tidak ada, ringan, sedang dan berat. Itu untuk menangkap gagasan dari
rangkaian kontinu yang mendasari bahwa VAS dirancang. (Wewers M.E. & Lowe
N.K. 1990 ).
Instrumen ini digunakan untuk menilai kualitas derajat nyeri yang dialami
penderita. Pengukuran derajat nyeri dengan cara menunjukkan satu titik pada garis
skala nyeri ( 1-10cm). satu ujung menunjukkan tidak nyeri dan ujung lain
menunjukkan nyeri hebat. Panjang garis mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang
pada sepanjang garis tersebut kemudian diukur dan dinyatakan dalam centimeter.
Dengan keterangan 0 = tidak nyeri sama sekali, 1-3 = sedikit nyeri, 4-6 = nyeri
b) Schober Test
Modified schober test adalah salah satu metode yang terkenal untuk
pengukuran yang akurat, dapat digunakan dimana-mana dan beban yang valid dan
a. Metode I :
mengukur jarak antara procesus spinosus C7 dan S1 dengan alat ukur pita
jarak gerak fleksi thoracal dan lumbal. Magee menjelaskan bahwa perbedaan
b. Metode II :
mengukur fleksi thoracal dan lumbal adalah mengukur jarak antara ujung jari
tengah dengan tanah lantai pada saat akhir ROM fleksi lumbal. Ukuran ujung jari
tangan dengan lantai atau fleksi lumbal merupakan kombinasi untuk fleksi spine
dan fleksi hip sehingga membuat sulit untuk mengisolasi dan mengukur fleksi
spine, oleh karena itu test ini tidak dianjurkan untuk mengukur fleksi thorakal dan
c. Metode III :
(1) Beri tanda pertama pada titik tengah antara SIPS kanan-kiri.
(2) Beri tanda kedua diatas tanda pertama dengan jarak 10cm.
(3) Beri tanda ketiga dibawah tanda pertama dengan jarak 5cm.
(4) Kemudian pasien diminta untuk fleksi trunk semaksimal mungkin kemudian
ukur jarak dari tanda ketiga ke tanda kedua melalui tanda pertama dengan
garis lurus.
(5) setelah pengukuran selesai semua tanda dihapus dengan alkohol. ( Komal
dikurangi 15 cm- fleksi lumbal, normal ≥ 5 cm, jika selisih jarak kurang dari 3
a. Normal atau derajat I apabila selisih jarak standar dengan jarak hasil
pengukuran ≥ 5cm.
b. Derajat II apabila selisih jarak standar dengan jarak hasil pengukuran 3,1- 4,9
cm.
c. Derajat III apabila selisih jarak standar dengan jarak hasil pengukuran 1-3 cm.
a. Definisi TENS
saraf secara elektris melalui kulit. Dua pasang elektroda yang berperekat dipasang
pada punggung, dikedua sisi dari tulang punggung. Elektroda ini dihubungkan
dengan sebuah kotak kecil yang mempunyai tombol-tombol putar dan tekan.
dihasilkan oleh mesin. Denyut ini menghambat pesan nyeri yang dikirim ke otak
dari rahim dan leher rahim serta merangsang tubuh mengeluarkan bahan pereda
nyeri alaminya, yaitu endorfin. Penelitian menunjukkan bahwa TENS paling
getar(Robinson, 2008).
Acupuntur Like TENS (Slamet, 2008). Dari tipeTENS yang beragam, maka
b. Indikasi TENS
a. Pada kondisi akut: nyeri pasca operasi, nyeri sewaktu melahirkan,nyeri haid
c. Pada kondisi kronik: nyeri punggung bawah, arthritis, nyeripunting dan nyeri
e. Angina pectoris.
f. Nyeri fascial.
c. kontraindikasiTENS
a. Penyakit vaskuler.
b. Adanyakecenderungan perdarahan.
c. Keganasan pada area yang diterapi.
g. Kondisi infeksi.
menahan perambatan nosisepsi pada serabut C tak bermyelin kesel T yang berada
cerebri dan talamus. Pada pemberian TENSjuga akan terjadi peningkatan beta –
2010).
sistem saraf melalui permukaan kulit. Pada kasus LBPkarena spondilosis dan
mekanisme ini akan memblokirnyeri, yang nanti nya akan menghasilkan efek
anagesia dengan jalanmengaktifkan serabut A beta yang selanjutnya akan
d. Prosedur Pelaksanaan
dipasangkan pad/elektroda. Untuk pasien Low Back Pain akibat Spondylosis Lumbal
pasien dalam posisi tengkurap. Kemudian letakkan pad/electrode pada titik nyeri
Dosis : 2x Seminggu
Waktu : 10 menit
2. Terapi Latihan
latihan ini banyak ditujukan pada pasien-pasien kronik LBP dengan kondisi
degenerasi corpus vertebra sampai pada degenerasi diskus. Program latihan ini
telah berkembang dan banyak ditujukan pd laki-laki dibawah usia 50-an & wanita
dibawah usia 40-an yang mengalami lordosis lumbal yang berlebihan, penurunan
macam gerak yang menonjolkan pada penurunan lordosis lumbal (terjadi fleksi
lumbal). William flexion exercise telah menjadi dasar dalam manajemen nyeri
pinggang bawah selama beberapa tahun untuk mengobati beragam problem nyeri
latihan ini digunakan ketika penyebab gangguan berasal dari facet joint (kapsul-
ligamen), otot, serta degenerasi corpus dan diskus. Tn. William menjelaskan
bahwa posisi posterior pelvic tilting adalah penting untuk memperoleh hasil
terbaik.
b. Tujuan
nyeri, memberikan stabilitas lower trunk melalui perkembangan secara aktif pada
fleksibilitas / elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower back
d. Prosedur Pelaksanaan
Tekan atau luruskan punggung kearah bed, tanpa menekan kaki. Tahan 5
sampai 10 detik. Gerakan pelvic tilt juga memberikan sedikit efek massage
pada punggung sehingga dapat mengurangi spasme otot serta penguatan otot-
otot abdominal.
Berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan kaki rata di lantai. Pelan-
pelan lutut kanan ke bahu dan tahan 5 sampai 10 detik. Turunkan lutut dan
ulangi dengan lutut lainnya. Gerakan single and double knee to chest
dada. Tarik lutut kiri ke dada dan tahan kedua lutut selama 5 sampai 10 detik.
Perlahan turunkan satu kaki pada satu waktu. Gerakan single and double knee
Lakukanlah pelvic tilt (latihan 1) dan sambil dalam posisi ini, perlahan
angkat kepala dan bahu dari lantai tahan sebentar selama 8 detik, kembalilah
Time : 8 detik
5) Latihan V (Hamstring stretch)
Perlahan fleksikan trunk kedepan di atas kaki, dan jaga lutut tetap tegak,
Letakan satu kaki di depan kaki yang lain dengan lutut kiri (depan) dilipat
dan lutut kanan (belakang) tetap tegak lurus. Fleksikan trunk sampai ke lutut
kiri lipatan aksila (ketiak). Ulangi dengan kaki kanan ke depan dan kaki kiri
kembali.
Frekuensi : 3 kali seminggu selama 1 bulan
trunk tegak lurus ke lantai, mata terfokus ke depan, dan kaki rata di lantai,
Teknik : squat
Time : 8 detik
3. Stretching
a. Pengertian stretching
oleh terapis, atau gaya stretch berasal dari terapis atau orang lain. Passive
eksternal dari terapi atau mesin latihan. Pasien harus serelaks mungkin selama
b. Efek fisiologis
aktivitas siste saraf simpatik juga dapat menyebabkan kontriksi arteoriole yang
secara actual sirkulasi darah akan menurun akibat dinding pembuluh darah
karena serabut colagennya lebih tipis dan kaya dengan serabut elastic diantara
deposit mineral dan kalsium yang infiltrasi kedalam ligamen dan bentuknya
memendek.
Saraf dapat menahan gaya stretch yang kuat. Perubahan mulai terjadi ketika
saraf terstrecth sekitar 5% dari posisi rest, perubahan semakin nampak ketika
terstretch sekitar 10%. Saraf yang terstretch secara linear sekitar 5-20% dari
posisi rest akan meningkatkan gaya stretch pada saraff, setelah itu fleksibilitas
saraf akan lemah. Jika stretch saraf sampai 30% ke atas akan menyebabkan
kerobekan saraf.
c. Indikasi stretching
dapat dicegah.
keterbatasan ROM
musculoskeletal.
5) Dapat digunakan sebelum dan setelah latihan berat untuk mengurangi nyeri
d. Kontraindikasi Stretching
1) Terdapat bukti inflamasi akut atau proses infeksi (Panas dan pembengkakan),
2) Terdapat nyeri tajam dan akut pada gerak sendi atau pemanjangan otot
4) Terjadi hipermobilitas
e. Manfaat Stretching:
a) Kebugaran umum
3) Peningkatan performa.
1) Fleksi lumbal bawa lutut pasien kearah dada dengan tangan dibawah lutut
( fleksi pinggul dan lutut), fleksi tulang belakang terjadi saat pinggul fleksi
penuh dan pelvic mulai berotasi ke arah posterior. Lingkup fleksi yang lebih luas
bawah.
2) Rotasi lumbal : pasien dalam keadaan posisi terlentang, pinggul dan lutut fleksi
serta kaki menapak dimeja terapi, dorong kedua lutut pasien kearah lateral
hingga pelvic disisi berlawanan terangkat dimeja terapi, stabilisasi toraks pasien
a) Posisikan pasien mendekati tepi meja terapi agar pinggul yang diregangkan
belakang
selama perenganan.
anterior paha distal dengan tangan anda yang lain. Biarkan lutut eksetensi
agar rektus femoris dua sendi tidak menghambat lingkup gerak. (Carolyn
K,Lynn A, 2014).
C. Kerangka Pikir Penelitian
Low back pain atau nyeri punggung bawah, merupakan nyeri yang dirasakan di
punggung bagian bawah. Dalam kasus ini peneliti menggunakan TENS, William Flexion
Exercise dan Stretching guna untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien. Alat
ukur yang digunakan yaitu VAS (Visual Analog Scale) untuk menentukan skala nyeri
yang dirasakan pasien dan metode schober untuk mengetahui meningkatnya atau
Etiologi:
Trauma
Posisi kerja yang salah
Usia
IMT
Assesment Low Back Pain
Intervensi FT:
Problematik FT:
TENS
Spasme Stretching
Nyeri
William Flexion Exercise
Menurunnya Fleksibilitas
Evaluasi Hasil
Fisioterapi
Spasme berkurang
Nyeri berkurang
Meningkatnya Fleksibilitas
RUJUKAN :
Magee, D.J. (2003). Orthopedic Physical Assesment,Condition and Treatment, 6th edition.
http://kamuskesehatan.com/arti/nyeri-punggung-bawah/ .
Fauzia Andini. (2015). Risk factors of low back pain in workers. Faculty of Medicine,
Universitas Lampung.
Palastanga.N, Soames.R. 2012. Anatomy and Human Movement structure and function. Edition.
Indah Pramita, Alex Pangkahila, Sugijanto. 2015. Core Stability Exercise lebih
http://akrafpeduli.blogspot.com/2012/03/tes-schober.html
Wewers M.E. & Lowe N.K. (1990) A critical review of visual analogue scales in
Health13,227±236.
Amelia, Coryna Rizky. 2014. Perbedaan Efektifitas Antara Metode TENS denganMetode
Kemenkes Malang.
Susilo, Wahyu Agung. 2010. Pengaruh terapi modalitas dan terapi latihan
terhadap penurunan rasa nyeri pada Pasien cervical root syndrome di rsud dr.
Suma, Ade Putra. 2013. William Flexion Exercise. Diakses 24 Oktober 2014.
http://terapilatihan.com/2013/07/william-flexion-exercise.html.
Kisner Carolyn, dan Lynn Allen Colby. (2014). Terapi Latihan Dasar Edisi 6