Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Low back pain

Low back pain adalah salah satu gangguan bagian back anatomy.

Faktor penyebab terjadinya di karenakan salah memposisikan sikap pada

bagian back anatomy, serta usia, mengakibatkan kurangnya minat untuk

berolahraga, sehingga otot- otot pada punggung dan perut dalam

mengoptimalkan kerja anatomi punggung kurang Teori ini mengatakan

bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls

dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan

tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri (Moeyadi & Davis,

2013).

Semua kegiatan dengan riwayat Low back pain tidak lepas dari

sebanyak apa masa kerja, karena merupakan sebuah faktor yang berkaitan

dengan lamanya seseorang bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal

tersebut, Low Back Pain merupakan penyakit kronis yang membutuhkan

waktu lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama

waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajang faktor risiko ini maka

semakin besar pula risiko untuk mengalami Low Back Pain (Andini, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh (Umami, Hartanti, dan Dewi (2013) bahwa

pekerja yang paling banyak mengalami keluhan Low Back Pain adalah

1
pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka

dengan masa kerja < 5 tahun.

Salah satunya pada posisi duduk, posisi istirahat yang didukung oleh

bokong atau paha dimana badan lebih atau kurang tegak. Sikap duduk

memerlukan lebih sedikit energi, karena hal ini dapat mengurangi

banyaknya beban otot statis pada kaki. Namun sikap duduk yang keliru akan

merupakan adanya masalah-masalah punggung. Bekerja dengan sikap

duduk yang salah akan menderita dibagian punggungnya. Tekanan pada

tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, di bandingkan pada saat

berdiri atau berbaring (Ahmad & Budiman, 2014).

Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat

duduk, dibandingkan pada saat berdiri ataupun berbaring. Penelitian

menunjukkan tekanan diskus lebih besar pada posisi duduk tegak (140%)

dibandingkan posisi berdiri (100%) dan menjadi lebih besar lagi pada posisi

duduk dengan badan membungkuk ke depan (190%). Keadaan ini terjadi

akibat perubahan mekanisme pelvis dan sakrum selama perpindahan dari

berdiri ke duduk, yaitu: tepi atas pelvis berotasi ke belakang, sakrum

berputar menjadi tegak, kolumna vertebralis berubah dari lordosis ke posisi

lurus atau kifosis. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan pada

diskus (Ahmad & Budiman, 2014).

Sikap kerja (duduk) yang tidak ergonomis (tidak alamiah) selama

bekerja menyebabkan nyeri punggung bawah. Posisi duduk baik tegak

maupun membungkuk menyebabkan otot-otot erektor spine lebih sering

berkontraksi sehingga lebih cepat terjadi ketegangan yang berlebihan


sehingga menimbulkan Low back pain (Sari, Mogi & Angliadi, 2015;

Santosa, Widyadharma, & Purwata, 2016).

Kerja dengan duduk lama dalam posisi statis akan menyebabkan

kontraksi otot yang terus menerus serta penyempitan pembuluh darah. Pada

penyempitan pembuluh darah aliran darah terhambat dan terjadi iskemia,

jaringan kekurangan oksigen dan nutrisi, sedangkan kontraksi otot yang

lama akan menyebabkan penumpukan asam laktat; kedua hal tersebut

menyebabkan nyeri atau tidak nyaman di area punggung bawah (Sari, Mogi

& Angliadi, 2015).

1. Klasifikasi

Low back pain dalam proses dibagi menjadi tiga kategori

berdasarkan durasi dari gejala yaitu akut, sub akut, dan kronis. Low back

pain akut di definisikan sebagai timbulnya episode Low back pain menetap

dengan durasi atau rasa sakit yang telah hadir selama enam minggu atau

kurang. Untuk durasi 6 sampai 12 minggu di definisikan sebagai Low back

pain sub akut, sedangkan untuk durasi nyeri yang hadir lebih dari 12 minggu

adalah Low back pain kronis (Arya, 2014).

2. Anatomi Fungsional vertebrae

a) Anatomi vertebra secara umum

Columna vertebralis adalah pilar utama dari tubuh. Columna

vertebralis berfungsi sebagai penyanggah berat badan melalui gelang

panggul ke ekstremitas inferior. Didalam Columna vertebralis terletak


lapisan penutup meningen, radix narvi spinales, dan medulla spinali, yang

dilindungi oleh columna vertebralis (Snell, 2011).

kemudia bagian tulang belakang manusia itu sendiri adalah pilar atau

tiang yang berfungsi sebagai penyangga tubuh. Tulang belakang terdiri dari

33 ruas tulang belakang tersusun secara segmental. Terdiri dari: 7 ruas

tulang servikal, 12 ruas tulang torakal, 5 ruas tulang lumbal, 5 ruas tulang

sakral yang menyatu, dan 4 ruas tulang ekor (Rawls & Fisher, 2010).

Gambar 2. Kolumna Vertebra (Netter)

Setiap ruas tulang belakang terdiri dari korpus di depan, dan arkus

neuralis di belakang yang padanya terdapat sepasang pedikel di kanan dan

kiri. Sepasang lamina, satu processus spinosus, serta dua processus

transversus. Setiap ruas tulang belakang dihubungkan dengan jaringan

tulang rawan yang disebut dengan diskus intervertebralis (Openstax

College, 2013).

Diskus intervertebralis berfungsi sebagai absorber, membatasi, dan

menstabilkan pergerakan badan vertebra. Setiap diskus terdiri dari lapisan-

lapisan kartilago yang menutupi kavitas sentral yang mengandung solusi

protein mineral. Diskus intervertebralis memiliki sifat viscoelastik, yaitu


bila ada pembebanan, discus akan berubah bentuk dan bila pembenanan

dihilangkan, discus akan kembali ke posisi semula (Openstax College,

2013).

b) Anatomi Vertebral Lumbal

Vertebrae Lumbal merupakan vertebrae terbesar dari semua

vertebrae yang dapat di gerakkan; Lumbal membawa berat seluruh tubuh

atas. Lumbal dibedakan berdasarkan corpus masif dan processus

transversusnya, corpusnya secara jelas lebih dalam di anterior; oleh karena

itu, sebagian besar berperan pada angulus lumbosacralis di antara aksis

panjang regio lumbal columna vertebralis dan aksis panjang sacrum. Berat

tubuh ditransmisi dari vertebrae Lumbal ke basis ossis sacri, yang terbentuk

oleh permukaan superior vertebrae (Moore & Dalley, 2013).

c) Ligament

Menurut McMurray (2011) Ligamentum utama pendukung tulang

belakang lumbar adalah anterior longitudinal ligamen (ALL), posterior

longitudinal ligamen (PLL), sacrotuberous ligamen, iliolumbar ligamen,

dan flavum ligamentum. Sacrotuberous ligament berfungsi untuk mencegah

pergerakkan sakral dan mengontrol rotasi posterior innominate tersebut.

Ligamentum ini juga berfungsi sebagai perlekatan untuk otot gluteus

maximus Iliolumbar ligament berfungsi adalah untuk meminimalkan

kekuatan putaran pada lumbosakral junction dan menahan pergeseran ke

depan dari L5 pada sakrum. Ligamentum flavum berfungsi untuk mencegah

fleksi, serta pra-stres disk untuk kegiatan fungsional. (McMurray, 2011).


d) Otot-otot Punggung

Gambar 1 Muscle of the Back ( Patton & Thibodeau, 2009)

Menurut Moore dan Dalley (2013) Terdapat dua kelompok besar

otot pada punggung. Otot punggung ekstrinsik meliputi otot superfisial dan

intermedia yang masing-masing menimbulkan dan mengontrol ekstremitas

dan gerakan pernapasan. Otot punggung intrinsik (dalam) meliputi otot yang

secara spesifik bekerja pada columna vertebralis, yang menimbulkan

gerakan dan mempertahankan gerakan dan memepertahankan postur.

1) Otot Punggung Ekstrinsik

Menurut Moore dan Dalley (2013) Otot punggung ekstrinsik

superfisial (M. Trapezius, M. Latisimus, M. Dorsi, M. Levato scapulae, dan

M. Rhomboideus) menghubungkan ekstremitas atas dengan tubuh dan

menimbulkan dan mengontrol gerakan ekstremitas. Meskipun terletak di


regio punggung , sebagian besar bagian otot tersebut menerima persarafan

dari rami anterior nervi cervicals dan bekerja pada ektremitas atas.

Otot punggung ekstrinsik intermedia (musculus serratus posterior)

merupakan otot tipis, sering menunjukkan otot pernapasan superficial,

tetapi lebih berfungsi propriosepsi daripada motorik. Musculus serratus

posterior terletak disebelah dalam musculus rhomboideus, dan musculus

serratus posterior inferior terletak di sebelah dalam musculus latissimus

dorsi. Kedua musculus serratus diinervasi oleh nervus intercostalis, yang

superior oleh empat nervus intercostalis pertama dan yang inferior oleh

empat nervus terakhir (Moore & Dalley, 2013).

2) Otot-Otot Intrinsik

Menururt Moore dan Dalley (2013) Otot-otot intrinsik terbagi

menjadi tiga lapisan yaitu superficial, intermediate dan deep. Namun pada

regio punggung bawah hanya terdapat lapisan intermediate dan deep. Otot-

otot intrinsik berperan utama pada gerakan kolumna vertebralis dan

pemeliharaan postur. Otot otot pada regio punggung bawah sebagian besar

termasuk kelompok intrinsik.

Pada lapisan intermediate terdapat otot paravertebral / erector spine

yaitu otot iliocostalis, otot longissimus dan otot spinalis. Otot-otot ini

disebut “otot panjang” punggung, merupakan otot dinamik yang

menghasilkan gerakan ekstensi saat beraksi secara bilateral. Lapisan deep

disusun oleh otot-otot yang berjalan oblik, terdiri dari otot semispinalis, otot

multifidus dan otot rotator. Kerja otot-otot ini relatif inaktif pada posisi
berdiri santai, namun aksinya sangat diperlukan sebagai otot postural statik

untuk menjaga stabilitas columna vertebralis

Otot penyusun vertebra lumbal Multifidus yang merupakan otot

punggung, dan bantuan otot pendukung seperti gluteus maksimus dan otot

iliopsoas adalah otot yang sangat penting dalam mempertahankan sudut

lumbosakral pada posisi yang optimal, yaitu sebesar 30 derajat, anatomy

muscle of the back multifidus sebagai salah satu otot yang menjaga posisi

tubuh manusia untuk beridiri tegak dan sebagai otot yang menyopang agar

tulang belakang stabil ketika duduk, beridir ataupun berjalan.

ketika dalam proses jalan otot multifidus berperang sebagai

penyokong dalam keseimbangan, akan tetapi jika terlalu banyak di pakai

dengan kaidah ergonomi yang buruk akan menyebabkan kekakuan pada otot

multifidus itu sendiri,

a. Patogenesis

Low back pain sering mengalami pada bagian L1-S1, daerah

terdapatnya dermatomal. Sebagai refleks sensoriknya, yang mempengaruhi

refleks tendon dan kelemahan otot. Contohnya ketika posisi tubuh karyawan

dipertahankan pada posisi duduk tegak dalam jangka waktu yang cukup

lama dimana otot-otot di daerah punggung akan berkontraksi untuk

mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada saat aktivitas yang

menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot punggung

bawah. (Moore & Dalley, 2013)


Penggunaan otot yang berlebih dapat menimbulkan inflamasi. Setiap

gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan menambah spasme otot sehingga

gerak punggung bawah menjadi terbatas, diantaranya postur tubuh yang

buruk, fleksibilitas yang buruk, otot penyusun vertebra yang lemah, dan

exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat, postur tubuh

yang buruk seperti sikap duduk yang tumpuan nya berat pada salah satu sisi,

posisi duduk tegap tanpa pengoptimalan otot multifidus, kepala menunduk,

dada datar, dinding perut menonjol dan punggung bawah sangat

lordotikdapat memperparah. Keadaan ini membuat titik berat badan akan

jatuh ke depan, sehingga punggung harus ditarik ke belakang dan akan

menimbulkan hiperlordosis lumbal.

b. Tinjauan Umum Tentang Masa Kerja

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja

bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif

maupun negatif (Riski, 2013). Sedangkan menurut Haryanto dalam Sutarno

(2006), menjelaskan bahwa masa kerja yaitu lamanya waktu bekerja

seseorang yang dilihat dari saat mulai bekerja atau saat mulai menggeliti

pekerjaanya dengan mengetahui secara betul liku-liku pekerjaannya dengan

berbagai kendala kendala yang dihadapi. Sehingga seseorang yang

mempunyai pengalaman akan memiliki seasoned professionals, yaitu

mempunyai pengalaman di tingkat senior management dan teruji

ketangguhan dan kapabilitasnya. Menurut M. A. Tulus (1992: 121) masa

kerja dikategorikan menjadi 3:

1. Masa kerja baru : < 6 tahun


2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun

3. Masa kerja lama : > 10 tahun

Masa kerja dihitung sejak terjadinya perjanjian kerja antara pihak

pengusaha dengan buruh/pekerja. Hal ini dapat disesuaikan dengan bunyi

pasal 50 UU nomor 3 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pasal ini 19

berbunyi “hubungan terjadi karena adanya perjanjian antara pengusaha dan

pekerja/buruh” (Anonim, 2015).

Lama kerja dapat dapat menggambarkan pengalaman seseorang

dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, pekerja dengan

pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan

dengan pekerja dengan masa kerja sedikit (Hamida, 2010).

Menurut Handoko dalam Hamida (2010), beberapa faktor yang

mempengaruhi lama kerja diantaranya:

1. Tingkat kepuasan kerja

2. Stress lingkungan kerja

3. Pengembangan karir

4. Kompensasi hasil kerja

c. Tinjauan Umum Tentang Sikap Kerja

Sikap kerja merupakan penilaian kesesuaian antara alat kerja dan

digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja


dengan ukuran yang ditentukan (budiono dalam rahayu, 2005). Sikap kerja

adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus

dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang

dilakukan (Purwanto dalam Yani, 2011). Sedangkan menurut Agustin

(2013), mengatakan bahwa sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu

gambaran tentang posisi badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki)

baik dalam hubungan antara bagian tubuh tersebut maupun letak pusat

gravitasinya.

Ketidaksesuaian antara manusia dan alat akan mengakibatkan

kelelahan dan berbagai keluhan yang sangat menunjang bagi terjadinya

kecelakaan akibat kerja, penerapan ergonimi dapat mengurangi beban kerja.

Dalam melakukan aktivitas pekerjaan, posisi kerja seseorang terdiri dari dua

posisi yakni duduk dan berdiri

1. Posisi duduk

Seseorang yang aktifitas kerjanya dominan dengan posisi duduk

hendaknya harus untuk mengetahui posisi duduk yang ideal. Menurut dr

Salma Oktaria (2015) ada beberapa hal yang harus diketahui dan dapat

dilakukan ketika duduk:

a). Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu kebelakang.

Paha menempel di dudukan kursi dan bokong harus menyentuh

bagian belakang kursi. Tulang punggung memiliki bentuk yang melengkung

ke depan pada bagian pinggang. Sehingga dapat diletakkan bantal untuk

menyangga kelengkungan tulang punggung tersebut.


b). Pusatkan beban tubuh pada satu titik agar seimbang. Usahakan

jangan sampai membungkuk jika diperlukan, kuri dapat ditarik mendekati

meja kerja agar posisi duduk tidak membungkuk.

c). Usahakan menekuk lutut hingga sejajar dengan pinggang, dan

disarankan untuk tidak menyilangkan kaki.

d). Bagi seseorang yang bertubuh kecil atau pengguna hak tinggi

yang merasa kursinya ketinggian, penggunaan pengganjal kaki dapat

membantu menyalurkan beban dari tungkai.

e). Usahakan istirahat tiap 30-45 menit dengan cara berdiri,

peregangan sesaat, atau berjalan disekitar meja kerja sehingga kesegaran

tubuh dapat kembali, sehingga konsentrasi dalam bekerja kembali.

2. Posisi Kerja Baik

Posisi kerja yang baik adalah posisi kerja yang ergonomis. Ergonomi

sendiri adalah penyerasian antara pekerja, jenis pekerjaan, dan lingkungan.

Lebih jauh lagi ergonimi adalah ilmu tentang hubungan di antara manusia,

mesin yang digunakan, dan lingkungan kerjanya (KBBI, 2012-2016).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap

tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :

a) Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau

sikap berdiri secara bergantian.


b) Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan.

Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban

statis diperkecil.

c) Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak

membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot yang tidak

digunakan untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian

paha (Agustin, 2013).

3. Posisi Kerja Buruk

Posisi kerja yang buruk adalah pergeseran dari gerakan tubuh atau

anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dari

postur nor mal secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama (Yeni,

2011).

Posisi kerja yang buruk seperti tempat kerja dan fasilitas kerja yang

tidak ergonomis, dapat memberikan efek samping yang kurang baik bagi

kesehatan, bahkan pekerjaan statis yang berlama-lama dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan, baik fisik maupun psikis (Febrida 2015).

a) Hubungan Masa dan Sikap Kerja

Nyeri punggung merupakan salah satu kondisi umum yang dapat

mengganggu aktifitas sehari-hari. Gejalanya bias berupa rasa sakit yang

dating dan pergi, sendi yang terasa kaku atau sulit digerakkan dan rasa

tegang. Nyeri punggung dapat dipicu postur tubuh yang salah saat duduk,

berdiri, membungkuk, atau mengangkat benda yang berat (Alodokter,

2015).
LBP merupakan fenomena yang seringkali dijumpai pada setiap

pekerjaan. Posisi statis dalam bekerja kadang-kadang tidak dapat

terhindarkan. Bila posisi ini berlanjut maka dapat menyebabkan gangguan

pada tubuh, salah satunya adalah LBP. LBP yang muncul dapat

mengakibatkan kehilangan jam kerja sehingga mengganggu produktivitas

kerja (Samara, 2005).

Lebih dari 70% manusia dalam hidupnya pernah mengalami LBP,

dengan rata-rata puncak kejadian berusia 35-55 tahun. Disebutkan ada

beberapa faktor resiko penting yang terkait dengan LBP yaitu usia 35 tahun,

masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga

penderita MSDs (Rahmaniyah dalam Putri, 2014). Masa kerja merupakan

akumulasi aktivitas kerja seseorang yang dilakukan dalam jangka waktu

yang panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terus menerus dalam

jangka waktu bertahun-tahun tentunya dapat mengakibatkan gangguan pada

tubuh. Masa kerja menyebabkan beban statik yang terus menerus dan

pekerja yang tidak memperhatikan faktor-faktor ergonomi maka akan

menimbulkan keluhan LBP (Ayuningtyas, 2012).

Menurut Chang dalam Nanda (2014) 60% orang dewasa mengalami

nyeri pinggang bawah karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang

bekerja atau aktifitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk.

Berdasarkan fenomena ini seluruh penenun menghabiskan waktu untuk

bekerja dengan posisi duduk, ini menjadi salah satu factor resiko terjadinya

LBP. Sikap kerja dapat mempengaruhi postur tubuh seseorang saat bekerja.

Postur merupakan sikap tubuh seseorang, baik dengan support selama otot
tidak bekerja (non-aktif) maupn dengan koordinasi kerja beberapa otot

untuk mempertahankan stabilitas (Arni, 2012). Pada posisi kerja seseorang,

tubuh akan mempertahankan posisinya,sehingga membuat otot aktif

bekerja. Otot yang bekerja lebih (overuse) dapat menimbulkan terjadinya

spasme otot. Spasme otot inilah yang bisa memicu terjadinya LBP

(Syahputra, 2013).

d. Patofisiologi

Patofisiologi Konstruksi punggung yang unik memungkinkan

terjadinya fleksibilitas dan memberi perlindungan terhadap sumsum tulang

belakang. Otot-otot abdominal berperan pada aktivitas mengangkat beban

dan sarana pendukung tulang belakang. Obesitas, masalah struktur, dan

peregangan berlebihan pada sarana pendukung ini menyebabkan back pain.

Perubahan degenerasi diskus intervertebrae akibat usia menjadi

fibrokartilago yang padat dan tidak teratur merupakan penyebab nyeri

punggung biasa, L4-S1 mengalami stres mekanis dan menekan sepanjang

saraf tersebut. Keluhan Low back pain dan keterbatasan aktivitas

menimbulkan keluhan atau masalah pada klien yang mengalami Low back

pain (Muttaqin, 2011).

e. Tanda dan Gejala Back Pain

Penderita Back Pain memiliki keluhan yang beragam Tanda dan

gejala Low back pain miogenic adalah onset / waktu timbulnya bertahap,

nyeri difus (setempat) sepanjang punggung bawah, tenderness pada otototot

punggung bawah, lingkup gerak sendi (LGS) terbatas, tanda-tanda

gangguan neurologis tidak ada (Muhith & Yasma, 2014).


f. Faktor Risiko

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan pada

punggung bawah meliputi faktor internal dan eksternal. Berikut adalah

faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi terjadinya nyeri

punggung bawah Menurut Benynda (2016).

1. Faktor Internal

a) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang buruk dalam waktu yang lama dengan posisi

tubuh yang kurang tepat dapat mengakibatkan berbagai keluhan yang

khususnya pada anatomi of back muscle (Andini,2015).

b) Berat Badan

Berat badan salah satu yang dapat mempengaruhi Chronic back pain

dengan beban yang merupakan abnormal tubuh akan membuatsemua

kinerja anatomi tubuh bagian belakang juga akan bekerja secara berlebihan

(Lionel, 2014).

c) Jenis Kelamin

Kebanyakan chronic back pain terjadi pada wanita kebanyakan

karena beberapa alasan seperti membantu ekonomi keluarga dan dengan

alasan lain Hal kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria

(Andini,2015).

d) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu penyebab yang memiiliki resiko dan

manfaat, biasanya akan lebih banyak risiko yang harus berkaitan dengan

tuntutan (Andini,2015).

e) Postur

Sering kita melihat bebagai postur tubuh seesorang dengan keadaan,

yang diakibatkan posisi yang mempengaruhi postur ketika dengan posisi

duduk pinggang agak memutar atau denga posisi forward (Lionel, 2014).

f) Pendidikan

Dalam sebuah penelitian yang di lakukan di Norwegia pendidikan

menjadi penilaian dalam pemahaman dalam bidang ilmu kesehatan dengan

gaya hidup sehat, berolahraga, minum cukup, menghidari berat badan dan

tidak merokok (Lionel, 2014).

g) Tingkat Pendapatan

Di beberapa perusahaan atu home made, pendapatan juga berkaitan

dengan hari dan durasi kerjanya, dalam seminggu sistem kerja memiliki 6

hari kerja dan 5 hari kerja (lebih dominan). Akan tetapi, penerapan sistem 5

hari kerja sering menjadi masalah apabila diterapkan di perusahaan di

Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah standar pengupahan sangat rendah

yang harus di lakukan dan di terima (Andini,2015).

h) Usia

Seseorang berusia 30 tahun usia akan terjadi degenerasi pada berupa

kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,


pengurangan cairan. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai

dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun (Andini,2015)

2. Faktor Eksternal

a) Beban Kerja

Pekerjaan membutuhkan gerakan terus menerus menggunakan

tenaga yang cukup besar yang akan membuat lelah otot, tendon, ligamen

dan sendi. Beban dengan posisi abnormal akan kelelahan otot, kerusakan

otot, tendon dan jaringan lainnya (Andini,2015).

b) Durasi

Bila postur yang tidak sesuai ergonom tersebut dipertahankan lebih

dari 10 detik akan menyebabkan Chronic back pain. Resiko dengan gerakan

yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan kelelahan otot. Selama

berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari

otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan maka

akan terjadi kelelahan otot (Andini,2015).

c) Posisi Kerja

Posisi tubuh yang abnormal saat melakukan pekerjaan. dapat

meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja dan tidak

efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan. (Andini,2015).

d) Repetisi
Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama,

keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban terus

menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi (Andini, 2015).

g. Diagnostis Low Back Pain

Diagnosis Low Back Pain dapat ditegakkan dengan anamnesis dan

pemeriksaan klinis, Umumnya penderita dapat mengenali lokasi nyeri,

karakter dan intensitas nyeri sehingga diagnosis mudah ditegakkan.

a) Anamnesis

Anamnesis merupakan awal yang penting dalam pemeriksaan

Chronic back pain Pasien perlu ditanyakan mengenai keluhan utama,

anamnesis keluarga, penyakit sebelumnya, keadaan sosial, cara ini praktis

dan efisien untuk mendeteksi kondisi pasien apabila didapatkan kondisi

yang lebih serius.

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis dari

pasien. Tanda- tanda penyebab sistemik dapat ditemukan pada pemeriksaan

fisik umum postur tubuh.

h. Kemampuan Fungsional

1) Definisi Kemampuan Fungsional

Kemampuan fungsional adalah kemampuan yang dapat dilakukan

oleh manusia secara psikologis, kognitif dan sosial fisik untuk melakukan

kegiatan normal dalam kehidupan sehari-hari untuk mengetahui tingkat


kemampuan fungsionalnya, kuesioner yang dapat digunakan untuk menilai

tingkat kemampuan fungsional, salah satu diantaranya adalah kuesioner

Roland-Morris.

Roland-Morris digunakan utuk mengukur kemampuan fungsional

pada pasien dengan nyeri punggung bawah. Pada Roland-Morris diukur 12

hal yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, seperti aktivitas sehari-hari

seperti bekerja, aktivitas di rumah maupun aktivitas di kantor. Hobi atau

kegiatan olahraga, kegiatan berat di sekitar rumah, menunduk, memakai

sepatu atau kaos kaki, mengangkat kotak belanjaan dari lantai, tidur, berdiri

selama 1 jam, berjalan sejauh 1 mil, duduk selama 1 jam.

i. Pengukuran Kemampuan Fungsional

1. Fungsional Roland-Morris

Kuesioner Roland-Morris terbukti bermanfaat dan dapat diandalkan

sebagai self assessment penderita nyeri punggung bawah. Kuesioner ini

terdiri dari 12 item dengan dengan skala ordinal yang membutuhkan waktu

3,5 hingga 5 menit untuk mengisinya, dan hanya perlu waktu 1 menit untuk

menghitungnya. Penilaian dari kuesioner ini terdiri dari skala 0-5 dimana 0

berarti tidak dapat melakukan aktivitas, 1 berarti sangat kesulitan dalam

melakukan aktivitas, 2 berarti mengalami kesulitan yang parah dalam

melakukan aktivitas, 3 berarti cukup merasakan kesulitan dalam melakukan

aktivitas, 4 berarti sedikit merasakan kesulitan dalam melakukan aktivitas,

dan 5 tidak merasakan kesulitan dalam melakukan aktivitas. Setelah 12

kegiatan pada Roland-Morris terisi, hasil dari keseluruhan dijumlahkan


dengan skor minimum 0 dan skor makxsimum 60. Semakin tinggi skor yang

didapatkan semakin baik kemampuan fungsionalnya.

Pemeriksaan yang paling sederhana adalah Adam Forward Bending

Test dan memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk skrining

skoliosis. Cara melakukannya cukup dengan menyuruh pasien untuk

menyentuh ujung jari kaki dari posisi berdiri. Tetapi dengan tes ini tidak

dapat melihat seberapa besar derajat skoliosis yang terjadi. Untuk mengukur

derajat skoliosis yaitu dengan menggunakan inclinometer sehingga dapat

diketahui besar derajat skoliosis pada karyawan kripik (Suriani,2013).

j. Koreksi Posture

1) Definisi

Correct posture adalah latihan mengoptimalkan dan memperbaiki otot

tidak ergonomis sikap yang buruk dan nyeri pada otot yang di sebabkan

kerena perubahan postur yang kurang ergonomis dan optimal, dengan

Correct posture bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kerja otot yang

berlebihan, sehingga beban kerja pada otot seimbang dan kerja otot saat

kontraksi optimal (Sugijanto, 2014).

Posture tubuh yang optimal dan ergonomis dapat membuat posture

terlihat tegak dan mempengaruhi aktifitas, kemudian tingkat pekerjaan juga

membaik dari yng sebelumnya, dengan prinsip Membiasakan posture tubuh

pada posisi yang benar, mensimetriskan dan mengoptimalkan posisi kepala,

bahu, tumpuan gaya beban dan segitiga pinggang dan punggung pada

aktifitas duduk dan berjalan ( Biaxtex and hanggo, 2010)


2) Posture ideal

Sebelum melakukan correct posture terlebih dahulu posisi

tubuh, berdiri menempel pada dinding, dengan kepala, bahu,

pantat, dan tumit menyentuh permukaan dinding.

a) Kepala berada di atas bahu bukan di depan

b) Thorak terangkat

c) Bahu di lempar di belakang

d) Posisi kaki (ibu jari kaki) lurus ke depan

e) Calcaneus tidak terangkat

f) Beban kedua sisi sama/ bergantian

B. Kerangka Konsep

Low Back Pain


Aktivitas Fungsional buruk

Multifidus
tidak optimal Aktifitas
sehari-hari
o Usia terganggu
 Pekerjaan posisi,
 Intesitas waktu correck posture Spasme
 jenis kelamin duduk
pembebanan satu
sisi kemampuan fungsional
 kurangnya Aktifitas meningkat
optimal posture sehari-hari
membaik

C. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah membuktikan adanya

hubungan pengaruh correct posture multifidus pada back pain pada ibu-ibu

pekerja home made kripik belut jetis.

Anda mungkin juga menyukai