“FROZEN SHOULDER”
Disusun Oleh:
Kelompok Praktek
Anggota :
1. Muhammad Angga Norfy Al Farisy (EFT10180095)
2. Noor Syifa Khairina (EFT10180110)
3. Aulia Agusriani (EFT10180090)
LAPORAN KASUS
“FROZEN SHOULDER”
NIK.1120917054
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I ANATOMI...................................................................................................1
BAB II FISIOLOGI.................................................................................................7
BAB III BIOMEKANIK........................................................................................11
BAB IV PATOLOGI.............................................................................................18
BAB V STUDI KASUS.........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
iii
BAB I
ANATOMI
A. Anatomi
a. Tulang Pembentuuk
Tulang-tulang utama yang membentuk bahu manusia adalah
tulang humerus bagian atas, tulang scapula dan tulang clavicula
(Wibowo& Paryana, 2009).
Berikut tulang-tulang yang membentuk bahu antara lain:
1) Tulang Humerus
Tulang humerus (arm bone) merupakan tulang
terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior yang
bersendi pada bagian proksimal dengan tulang scapula dan
pada bagian distal bersendi pada siku lengan dengan dua
tulang, yaitu tulangulna dantulang radius (Kurnia, 2015).
Menurut Pearce (2010),tulang humerusmemiliki pangkal
lengan atas (proximal humeri). Sepertiga atas tulang humerus
terdiri dari sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga
glenoid scapula dan merupakan bagian bangunan sendi bahu.
Di bagian bawah leher ada bagian yang sedikit lebih ramping
yaitu leher anatomic. Tepat di bawah leher anatomic terdapat
sebuah tonjolan, yaitu tuberositas mayor dan di bagian depan
ada tonjolan lebih kecil, yaitu tuberositas minor. Antara kedua
tuberositas ini terdapat sebuah celah yang disebut celah
bicipital atau sulcus intertubercularis, yang di dalamnya
terdapat tendon otot biceps.
2) Tulang Scapula
Tulang Scapula adalah tulang pipih dengan tiga
pinggiran dan tiga sudut. Tonjolan pada bagian dorsal yang
berbentuk huruf T yaitu spina scapulae, berperan sebagai
apofisis yang penting untuk perlekatan otot (Paulsen &
1
2
BAB II
FISIOLOGI
A. Sendi Pada Bahu
1) Sendi Sternoclavicularis
Sendi sternoclavicularis merupakan sendi synovial yang
menghubungkan ujung medial clavicula dengan tulang sternum
dan tulang rusuk pertama, yang memiliki fungsi dalam membantu
pergerakkan gelang bahu (Suharti et al., 2018). Menurut Wibowo
& Paryana (2009), kemampuan pergerakkan sendi ini serupa
dengan pergerakkan sendi peluru (enarthrosis), dan dilihat dari
penampang permukaannya sendi ini merupakan sendi pelana.
2) Sendi Acromioclavicularis
Sendi acromioclavicular dibentuk oleh processus acromion
dan tulang scapula. Sendi ini berperan pada gerakan elevasi,
depresi, protraksi, retraksi dan abduksi elevasi lengan.Sendi
acromioclavicular diperkat oleh ligament acromioclavicular,
ligament coracoclaviculare, ligament ini terdiri dari
ligamentcoroclavicularis trapezoidea pada tulang clavicula dan
ligament conoideum yang melekat di tuberculum conoideum
(Syaifuddin, 2011).
3) Sendi Glenohumeralis
Sendi glenohumeral merupakan sendi dengan jenis ball and
socket, dimana caput humeri yang berbentuk seperti bola bersendi
dengan cavitas glenoidalis yang merupakan bagian dari tulang
scapula dan sendi ini merupakan sendi yang paling mobile pada
semua gerakan, namun sendi ini termasuk salah satu sendi yang
kurang stabil (Suharti et al., 2018). Menurut Sulfandi (2018),
pada bagian atas kapsul sendi diperkuat oleh tiga serabut ligament
glenohumeral superior, middle, dan inferior.
4) Sendi Scapulothoracis
8
B. Bursa
Bursa adalah sebuah struktur extra articular berupa kantung
fibrous yang kecil dan mengeluarkan cairan synovial secara internal.
9
BAB III
BIOMEKANIK
6
7
18
19
Pada tahap ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada
sinovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang
nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.
E. Manifestasi KlinisFrozen shoulder
Menurut Rachmah (2019), manifestasi klinis dari frozen shoulder
antara lain sebagai berikut:
a. Nyeri
1) Nyeri akut
Nyeri akut dirasakan secara tiba-tiba dan berkaitan dengan
cedera. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera
telah terjadi, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistematik, nyeri terjadi kurang dari satu bulan.
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang menetap. Nyeri ini
berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan
sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik.
b. Penurunan Kekuatan Otot
Penurunan kekuatan otot didapatkan saat melakukan
pemeriksaan fisik, adanya kesulitan mengangkat lengan, dan
pemeriksaan tes khusus dengan pasien saat melakukan gerakan
kompensasi mengangkat bahu.
c. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) ditandai dengan adanya
keterbatasan pada semua gerakan baik aktif maupun pasif.
Keterbatasan gerak menunjukkan pola spesifik pola kapsuler.
d. Gangguan Aktivitas Fungsional
Keterbatasan aktivitas fungsional ditandai dengan gejala klinis
seperti adanya nyeri, keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot yang
secara langsung akan mempengaruhi aktifitas fungsional
22
BAB V
STUDI KASUS
A. ANAMNESIS
a. AnamnesisUmum
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 50 Tahun
c. JenisKelamin :Perempuan
e. Agama :Islam
b. AnamnesisKhusus
a. Keluhanutama
b. Letakkeluhan.
c. Kapanterjadi
d. Riwayat penyakitsekarang
f. Riwayat penyakitpenyerta
g. Riwayat penyakitkeluarga
h. Medikamentosa
c. AnamnesisSistem
24
e. Urinaria : BAKterkontrol
f. Gastrointestinal : BABterkontrol
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Antropometri
a. Tinggibadan : 155 cm
b. Beratbadan : 62 kg
25
b. Vitalsign
C. INSPEKSI
a. InspeksiStatis
b. InspeksiDinamis
D. PALPASI
E. PFGD
a. Gerak aktif
. Gerak
nyeri entrapment,
ada weakness
nyeri entrapment,
ada weakness
nyeri entrapment,
tidak ada
weakness
weakness
nyeri entrapment,
ada weakness
nyeri entrapment,
tidak ada
weakness
b. GerakPasif
adanya endfeel
nyeri
adanya endfeel
nyeri
28
i terdapat endfeel
nyeri
nyeri
adanya endfeel
nyeri
terdapat endfeel
nyeri
Interpretasi
Setelah dilakukan PFGD didapatkan hasil bahwa pasien
mengalami keterbatasan gerak pada shoulder dengan gerakan
Fleksi-ekstensi, Eksorotasi dan Abduksi sedangkan pada gerakan
Endorotasi dan adduksi tidak mengalami keterbatasan gerak
c. GerakIsometric : Saat melakukan gerakan isometrik melawan
tahanan pasien mengeluh nyeri pada shoulder dekstra
F. PEMERIKSAAN SPESIFIK
Nyeri Gerak :8
Interpretasi VAS
Setelah melakukan pemeriksaan VAS hasil pemeriksaan VAS
pasien saat pasien diam menunjukkan skala ringan (3), setelah
beraktivitas berat menunjukkan skala berat (8), dan nyeri tekan
menunjukkan skala sedang (6).
Deltoid anterior
dan Biceps
teres major,
pectoralis major,
deltoid posterior
dan Triceps
major latissimus
dorsi pectoralis
anterior
30
Insfraspinatus
deltoid posterior
deltoid
Adduktor Coracobrachiallis, 3
pectoralis major,
latisssimus dorsi
teres major
Interpretasi
Fleksi
31
Shoulder
Adduksi
Shoulder
Endorotasi
Shoulder
Interpretasi ROM
Hasil dari pemeriksaan ROM pada pasien yang telah dilakukan
terdapat keterbatasan ROM di semua gerakan shoulder yaitu
Ekstensi Fleksi Shoulder, Abduksi Adduksi Shoulder dan
Eksorotasi Endorotasi Shoulder
d. Test Sensibilitas
Hasil : + (nyeri)
f. Yergason Test
Hasil : + (nyeri)
g. Supraspinatus Test
Hasil : + (nyeri)
Hasil : + (nyeri)
G. DIAGNOSA FISIOTERAPI
a. Impairment
b. Functional Limitation
33
c. Disability
dekstra
H. Tujuan Fisioterapi
a. Mengurangi nyeri
I. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Sanam : bonam
Quo ad Fungsionam : bonam
Quo ad Cosmeticam : bonam
34
J. Intervensi Fisioterapi
K. Evaluasi
a. Evaluasi nyeri
VAS T0 T1 T2
D 3 2 1
T 6 5 4
G 8 8 6
Muscle T0 T1 T2
Fleksor 3 3 3
Ekstensor 3 3 3
Endorotator 3 3 3
Eksorotator 4 4 4
Abduktor 3 3 3
Adduktor 3 3 3
T0 T1 T2
d. Evaluasi Spasme
T0 T1 T2
kanan
Paulsen, F. & Waschke, J. (2010). Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 1. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Suharti, A., Sunandi, R., & Abdullah, F. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi pada
Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas Labrum Posterior
Superior di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Jurnal
Vokasi Indonesia, 6(1), 51-65.
Kisner, C., & Colby, L. (2017). Terapi Latihan Dasar dan Teknik Vol 1 (6th ed).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Paulsen, F., & Waschke, J. (2012). Sabotta Atlas Anatomi Manusia, Ed: 23.
Jakarta: Buku Kedokteran.
37
Salim, J. S. (2014). Penambahan Teknik Manual Therapy Pada Latihan Pendular
Codman Lebih Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Pada Sendi
Glenohumeral Penderita Frozen Shoulder. Jurnal Fisioterapi, 14(1), 47–
56.
Kelley, M. J., Mcclure, P. W., & Leggin, B. G. (2009). Frozen Shoulder, Evidence
And To Proposed Model Guilding Rehabilitation. Journal Of Orthopedic &
Sport Physical Therapy, 39(2), 135-148.
38