Disusun oleh :
UMMATUS SALAMAH
(14201.11.19048)
PROBOLINGGO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Dasar panggul terdiri dari otot, ligamen, fasia, yang bertindak sebagai sling untuk
menunjang kandung kemih, organ reproduksi dan rektum. Sling ini dari jaringan lunak
yang tertutup oleh tulang panggul. (Eickmeyer, 2017).
1. Tulang Panggul
Tulang panggul terdiri dari dua buah tulang os coxae, os sacrum dan os
coccygeus. Os coxae atau tulang panggul dextra dan sinistra merupakan tulang yang
berbentuk besar, irregular dan masing-masing berkembang dari fusi tiga tulang
ilium, ischium, dan pubis. Setelah pubertas tiga tulang tersebut menyatu membentuk
tulang panggul (Moore et al., 2013).
Ilium merupakan tulang yang paling besar mebentuk bagian atas dan belakang
panggul. Ditulang tersebut terdapat linea terminalis sebagai batas panggul mayor
dan minor. Pinggir atas paling tebal disebut crista iliaca. Bagian ujung depan crista
iliaca disebut spina iliaca anterior superior (SIAS). Di bagian ujung belakang crista
iliaca adalah spina iliaca posterior superior (SIPS) (Sumiasih & Budiani, 2016).
Ischium memiliki corpus ossis ischii yang membentuk acetabulum dan ramus
ossis ischii membentuk bagian foramen obturatorium. Tonjolan bawah tulang ilium
disebut spina ischiadica. Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung
badan saat duduk disebut tuber ischiadicum. Cekungan antara spina ischiadica dan
tuber ischiadicum adalah incisura ischiadica minor. Cekungan yang lebih besar,
incisura ischiadica major, terletak di atas spina ischiadica dan terbentuk oleh ilium.
Pubis disebelah bawah dan depan tulang ilium. Pubis adalah suatu tulang bersudut
dengan ramus superior ossis pubis, yang membantu membentuk acetabulum, dan
ramus inferior ossis pubis, yang membantu membentuk foramen obturatorum. Suatu
penebalan pada bagian anterior corpus ossis pubis adalah crista pubica, yang
berakhir dibagian lateral sebagai knop yang menonjol, tuberculum pubicum.
Os sacrum merupakan tulang yang berbentuk segitiga, terdiri dari lima ruas tulang
yang bersatu. Permukaan depan cekung, kiri dan kanan dari garis tengah terdapat
lubang disebut foramina sacralia anterior. Lubanglubang ini sebagai tempat
masuknya plexus sacralis. Os coccygeus yang berbentuk segitiga, terdiri dari 3-5
ruas tulang dan bersatu. Saat persalinan dapat ditolak ke belakang 1-2 cm untuk
memperluas jalan lahir (Moore et al., 2013; Sumiasih & Budiani, 2016).
2. Persendian dan Ligamen
Sendi–sendi utama gelang panggul adalah articulatio sacroiliaca dan symphysis
pubis. Articulatio lumbosacralis dan sacrococcygea secara langsung dihubungkan
dengan gelang panggul. Ligamentum yang kuat menopang dan memperkuat sendi–
sendi tersebut.
a. Symphysis Pubis
Merupakan artikulasi dari fibrocartilaginosa diantara dua tulang pubis.
Pada wanita umumunya, sendi ini lebih luas dan lebih pendek dari laki-laki.
Ligamen-ligamen yang menyatukan tulang tebal di tepi superior dan inferior,
yang membentuk ligamentum pubicum superius dan ligamentum pubicum
inferius (arcuata). Secara fungsional, untuk menahan ketegangan, pergeseran,
kompresi, dan tergantung pada besar stres mekanik seperti melebar pada saat
kehamilan (Moore et al., 2013; Irion & Irion, 2010).
b. Articulatio Sacroiliaca
Merupakan sendi sinovial yang kuat menahan berat badan, terdiri dari
sendi sinovial anterior dan syndesmosis posterior. Permukaan artikulasi ditutupi
oleh kartilago dan kapsul artikular fibrosa. Sendi ini mobilitasnya terbatas
karena perannya mentransmisi besar berat tubuh ke tulang panggul. Persendian
ini diperkuat oleh ligamen sacroiliaca anterior yang berfungsi menstabilkan
sendi dengan menahan gerakan sacrum ke atas dan gerakan ilium ke lateral.
Ligamen sacroiliaca interosseous merupakan struktur primer yang terlibat dalam
memindahkan berat tubuh bagian atas dari skeleton aksial ke dua ilium skeleton
apendikular, dan ligamen sacroiliaca posterior berfungsi menahan gerakan
sacrum ke bawah dan ke atas dan gerakan ke arah medial ilium. Selain itu
terdapat ligamen aksesoris yaitu ligament sacrospinosus dan sacrotuberus yang
menghubungkan sacrum dan ischium (Moore et al., 2013; Irion & Irion, 2010).
c. Articulatio Lumbosacralis
Vertebra L5 dan S1 berartikulasi pada articulatio intervertebralis (IV)
anterior yang terbentuk oleh discus IV di antara corpus-corpusnya dan facet joint
diantara processus articularis vertebra-vertebra tersebut. Persendian ini diperkuat
oleh ligamen iliolumbalis seperti kipas yang menjalar dari processus transversus
vertebra L5 ke ilia (Moore et al., 2013). Articulatio Sacrococcygea Merupakan
suatu sendi kartilaginosa sekunder dengan discus IV. Diperkuat oleh ligamentum
sacrococcygeum anterior dan posterior (Moore et al., 2013).
4. Fasia Pelvis
Fasia pelvis adalah istilah untuk menyebut jaringan ikat yang membatasi
panggul, melapisi m. Levator ani dan m. Obturatorius internus. Fasia ini menyatu
dengan lapisan fasia dinding abdomen di atas dan perineum di bawah. Fasia
endopelvis adalah istilah untuk menyebut jaringan ikat longgar yang melapisi visera
pelvis. Fasia endopelvis memadat menjadi ligamentum fasialis yang fungsinya
menunjang serviks dan vagina. Ligamentum-ligamentum ini di antaranya:
ligamentum kardinale yang melewati sebelah lateral serviks dan bagian atas vagina
ke dinding pelvis, ligamentum utero-sakrale yang melewati bagian belakang serviks
dan forniks vagina ke fasia yang melapisi sendi sakroiliaka, ligamentum
puboservikale yang meluas ke anterior dari ligamentum kardinale ke pubis
(puboprostatika pada pria), dan ligamentum pubovesikale dari belakang simfisis
pubis menuju leher kandung kemih (Faiz & Moffat, 2002).
2. DEFINISI
Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadaan yang timbul karenatidak adanya
keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janindisebabkan oleh panggul sempit,
janin yang besar sehingga tidak dapat melewati panggul ataupun kombinasi keduanya
(Cunningham, 2014).
Dalam kasus DKP, jika kepala janin belum masuk ke dalam pintu atas panggul
pada saat term, mungkin akan dilakukan seksio sesarea karena risiko terhadap janin
semakin besar apabila persalinan tidak semakin maju. Apabila kepala janin telah masuk
ke dalam pintupanggul, pilihannya adalah seksio sesarea elektif atau percobaan
persalinan (Mochtar, 2011).
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang – tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggulpatologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimtris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal. (Lestari, 2019)
3. ETIOLOGI
Faktor yang mempengaruhi ukuran dan bentuk panggul Perkembangan: bawaan
lahir atau keturunan, suku bangsa. nutrisi: gangguan gizi (malnutrisi), faktor hormon:
kelebihan androgen menyebabkan panggul jenis android, Metabolisme: ricketsia dan
osteomalasia, trauma, penyakit atau tumor tulang panggul, kaki dan tulang belakang,
wanita dengan tinggi kurang dari 1,5 meter dicurigai panggul sempit (ukuran barat). Pada
pemeriksaan kehamilan, terutama kehamilan anak pertama, kepala janin belum masuk
pintu atas panggul di 3-4 minggu terakhir kehamilan. Bisa juga ditemukan perutnya
seperti pendulum serta ditemukan kelainan letak bayi (Manuaba, 2010).
Derajat panggul sempit ditentukan oleh ukuran/jarak antara bagian bawah tulang
kemaluan (os pubis) dengan tonjolan tulang belakang (promontorium). Jarak ini
dinamakan konjugata vera. Dikatakan sempit Ringan: jika ukurannya 9-10 cm, Sempit
sedang: 8-9 cm, sempit berat: 6-8 cm dan sangat sempit jika kurang dari 6 cm (Mochtar,
2011).
Untuk panggul sempit ringan masih bisa dilakukan persalinan percobaan
sedangkan mulai sempit sedang dan seterusnya dilakukan persalinan dengan operasi cesar
(Manuaba, 2010) .
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Kepala belum masuk pintu atas panggul pada usia kehamilan 36 minggu pada
primigravida
b. Osborn test+ (kepala menonjol 2 jari diatas symphisis)
c. Tinggi badan <145 cm
d. Selisih distansia spinarum dan distansia cristarum <1,6 cm
e. Conjugata eksterna <16 cm
f. Pemeriksaan panggul dalam:
- Promontorium teraba
- Linea inominata teraba
- Sakrum tidak teraba
- Spina iskhiadika menonjol
5. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan penyebab cpd itu
sendiri yaitu, kapasitas panggul atau ukuran panggul yang sempit dan ukuran janin terlalu
besar. Klien atas indikasi CPD denga CV <8 perlu di lakukan pembedahan yang biasa
disebut setio caesaria. Setio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerektomi untuk melahirkan
janin dari dalam Rahim. Dari sini pasien akan beradaptasi dengan keadaan akibat post
anastesi dan lukan post SC.
Post anastesi dapat berdampak pada penurunan medulla oblongata sehingga
menyebabkan penurunan refleks batuk yang akan berdampak pada akumulasi sekret,
pada keadaan ini pasien kemungkinan akan mengalami bersihan jalan napas tidak efektif.
Post anastesi juga dapat berdampak pada penurunan kerja pons yang dapat
mengakibatkan penurunan kerja otot eliminasi dan penurunan pristaltik usus sehingga
mengakibatkan kostipasi.
Luka post SC dapat mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga akan terjadi
rangsangan pada area sensori yang akan berdampak pada gangguan rasa nyaman berupa
nyeri. Luka post SC dapat mengkibatkan terbukanya jaringan sehingga beresiko tinggi
terjadinya infeksi yang disebabkan oleh kurangnya proteksi terhadap invasi bakteri.
Sedangkan pasien yang memiliki CV >8-10 cm, dapat dilakukan persalinan
percobaan, jiaka persalinan berhasil maka pasien akan mengalami periode postpartum
atau nifas. Pada periode ini dapat terjadi distensi kandung kemih yang dapat
mengakibatkan odem dan memahr di uretra. Keadaan ini mengakibatkan penurunan
sensitivitas dan sensasi kandung kemih dan pasien dapat mengalami gangguan eliminasi
urin. Namun, jika persalinan percobaan gagal maka penanganan selanjutnya adalah
dilakukan SC.
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa
dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang.
Setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis
yaitu produk oksitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah hal utama
karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk
batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2012)
6. PATHWAY
Ukuran panggul yang sempit ukuran janin terlalu besar. Komplikasi keduanya
CPD
Persalinan SC
percobaan
Post
Berhasil Gagal
anastesi
Luka post SC
Distensi kandung
kemih Penurunan Penurunan Jaringan Proteksi
refleks batuk kerja otot kurang
terputus
eliminasi
Odem dan
memar di Akumulasi Merangsang Invasi
sekret Penurunan
uretra pristaltik usus
area sensori bakteri
Penurunan Gangguan
Bersihan Risiko
sensitivitas & konstipasi rasa
jalan infeksi
sensasi kandung nyaman
kemih napas
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mengetahui panggul sempit dapat dilakukan pemeriksaan, diantaranya:
a. Darah rutin (mis, Hb), urinalis
b. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa
c. Pelvimetri : menentukan CPD, USG abdomen, gula darah sewaktu (Puteri, 2013
dalam KTI Nurfaikoh, 2017)
9. KOMPLIKASI
a. Pada ibu
- Partus lama dengan KPD, menimbulkan dehidrasi dan infeksi inpartum.
- Ruptur uteri
- Tekanan kepala janin yang lama pada jalan lahir akan menimbulkan
gungguan sirkulasi setempat sehingga timbul ischaemia, kemudian timbul
nekrosis dan beberapa hari kemudian akan timbul fistula vesiko-vaginal atau
recto-vaginal
- Ruptur simfisis
b. Pada bayi
- Kematian perinatal akibat infeksi intra partum
- Prolaps tali pusat.
- Moulage yang berat pada kepala, sehingga menimbulkan perdarahan intra
cranial
- Fraktur pada tulang kepala bayi
10. PENATALAKSANAAN
Sectio Caesaria dan partus percobaan merupakan tindakan utama untuk menangani
persalinan pada disproporsi sefalopelvik. Di samping itu kadangkadang ada indiksi untuk
melakukan simfisiofomia dan kraniotomia akan tetapi simfisiotomia jarang sekali
dilakukan di Indonesia, sedangkan kraniotomia hanya dikerjakan pada janin mati
(Wiknjosastro, 2009).
a. Sectio Caesaria
Sectio caesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yaitu sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yaitu sesudah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
1) Sectio caesaria elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan
cukup bulan karena kesempatan panggul yang cukup berat, atau kerana terdapat
disproporsi sefalopelvik yang nyata.
2) Sectio sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau
karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang
syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum terpenuhi.
b. Persalinan Percobaan
Berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian
tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan
antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada
harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat
diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.
c. Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dan
tulang panggul kanan pada simfisis supaya dengan demikian rongga panggul
menjadi lebih luas.
d. Kraniotomi
Pada persalinan yang dibicarakan berlarut-larut dan dengan janin sudah
meninggal, sebaiknya persalinan diselesaikan dengan kraniotomi (Wiknjosastro,
2009).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dari post section caesarea indikasi chepalo pelvic
disproportion (CPD):
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri
b. Risiko gangguan integritas kulit d.d kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas jaringan
c. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasive
3. Intervensi Keperawatan
1) Kerusakan 4 5 b. terapeutik
jaringan
- Ubah posisi tiap 2 jam jika
tirah baring
2) Kerusakan 3 5
- Lakukan pemijatan pada
lapisan kulit
area penonjolan tulang, jika
perlu
3) Nyeri 3 5
- Bersihkan perineal dengan
air hangat, terutama selama
4) Perdarahan 3 5 periode diare
c. edukasi
- Anjurkan menggunakan
pelembab(mis.lotion,serum)
- Anjurkan minum air yang
cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
- Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30
saat berada diluar rumah
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dan proses keperawatan dimana rencana
keperawatan diilaksanakan.
5. Evaluasi
Tahap Evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap hasil yang diinginkan
respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Evaluasi terhadap
Cephalopelvic Disproportion (CPD) Komplikasi dapat dicegah / diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi daan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi daan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Saifudin AB. Ilmu Kebidanan, 6th ed. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2010