OLEH :
ANITA PAULINA YULISTIAWAN
202210461011075
KELOMPOK 13
Gelang panggul adalah penghubung antara badan dengan anggota gerak bawah. Pelvis
terbagi atas panggul besar atau pelvis mayor yang terletak dibawah garis tepi atau liena
terminalis dan panggul kecil yang dibentuk dari tulang ilium yang melebar diatas linea
terminalis (Pearce, 2013). Adanya nyeri hebat menyebabkan reaksi reflekstorik pada otot-
otot lumbodorsal terutama otot erector spine pada L4 dan L5 sehingga terjadi peningkatan
tonus yang terlokalisir (spasme) sebagai “guarding” (penjagaan) terhadap adanya gerakan.
Jika spasme otot erlangsung lama maka otot akan cenderung menjadi tightness. Keadaan
tightness pada otot-otot erector spine akan memperberat nyeri karena terjadi ischemic dan
menyebabkan alignment spine menjadi abnormal sehingga menimbulkan beban
stres/kompresi yang besar pada diskus intervertebralis yang cedera (Golob, Wipf, 2014).
Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan bagi otot untuk memendek jika otot
abdomen meregang sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot di sekitar
panggul dan punggung bawah, dan tegangan tambahan dapat dirasakan diatas ligamen
tersebut. Akibatnya nyeri punggung yang biasanya berasal dari sakroiliaka atau lumbal,
dan dapat menjadi gangguan punggung jangka panjang jika keseimbangan otot dan
stabilitas pelvis tidak dipulihkan setelah melahirkan dan postpartum. Diperkirakan bahwa
sekitar 50% wanita hamil mengeluhkan beberapa jenis nyeri punggung di beberapa titik
kehamilan atau selama periode postpartum (Golob, Wipf, 2014).
Terdapat sendi sakroiliaka di pelvis yang merupakan sendi antara permukaan sendi
ilium yang disebut aurikuler sebab mirip dengan bentuk aurikel (daun telinga) dan kedua
sisi sakrum. Gerakan di tempat ini sangat sedikit karena ligamen-ligamen yang sangat kuat
menyatukan permukaan sendi sehingga membatasi gerakan ke segala arah. Simpisis pubis
adalah sendi yang kartilaginus antara tulangtulang duduk, yang dipisahkan bantalan tulang
rawan (Pearce, 2013).
3. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis progresif adalah gambaran khas kehamilan normal. Lordosis, sebagai
kompensasi posisi uterus anterior yang membesar sehingga menggeser pusat gravitasi
kembali ke ekstremitas bawah. Dalam sebuah studi antropologi, memperlihatkan bahwa
kelengkungan dan penguatan vetebrata lumbal untuk mempertahankan postur meskipun
pada aterm terjadi peningkatan massa abdomen ibu hingga 31 persen (Cunningham, 2013).
Sendi sakroiliaka, sakrokoksigeus dan pubis mengalami peningkatan mobilitas saat
kehamilan. Mobilitas sendi berperan dalam perubahan postur ibu dan dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman di punggung bagian bawah. Hal ini dapat mengganggu kehamilan tahap
lanjut, juga ibu sering merasakan pegal, baal, dan lemah di ekstremitas atasnya. Hal ini dapat
terjadi akibat lordosis hebat disertai fleksi leher anterior dan melorotnya gelang bahu yang
menimbulkan tarikan pada saraf ulnaris dan medianus (Cunningham, 2013).
Korpus luteum dan progesteron bekerja pada kartilago maupun jaringan ikat di banyak
sendi yang memungkinkannya bergerak lebih leluasa. Hormon ini bermanfaat pada panggul
karena efeknya dapat sedikit melebarkan diameter jalan lahir, tetapi keduanya juga dapat
menimbulkan ketidaknyamanan (nyeri) pada ibu hamil, terutama pada akhir kehamilan, saat
kadar hormon tersebut melonjak tajam. Efek relaksin, progesteron, dan perubahan pada
pusat keseimbangan tubuh ibu dapat menyebabkan perubahan gaya berjalan (Kamariyah,
Anggasari & Muflihah, 2014). Sakit punggung dapat disebabkan oleh relaksasi sendi
sakroiliaka dan diperburuk dengan perubahan postur. Otot abdomen menjadi semakin
tegang selama hamil sehingga otot rektus abdominalis terpisah pada trimester ketiga. Hal
ini dapat memperburuk sakit punggung (Kamariyah, Anggasari & Muflihah, 2014).
4. Perkembangan Janin
Fertilisasi diawali dengan terjadinya persetubuhan (koitus). Fertilisasi merupakan
peleburan antara inti spermatozoa dengan inti sel telur. Proses fertilisasi dapat terjadi di tuba
fallopi atau uterus. (Kamariyah, dkk. 2014). Bersatunya inti spermatozoon dan inti sel telur
akan tumbuh menjadi zigot. zigot berkembang dari 1 sel menjadi kelompok 16 sel (morula).
Zigot kemudian mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui 3 tahap yang meliputi
periode implantasi (7 hari pertama), periode embrionik (7 minggu berikutnya), dan periode
fetua (7 bulan berikutnya). Zigot berjalan di sepanjang tuba fallopi, setelah itu masuk ke
uterus dan tertanam dalam endometrium (Kamariyah, Anggasari & Muflihah, 2014). Akhir
periode embrionik, akan ada periode janin dimana terdapat pertumbuhan dan pematangan
struktur yang dibentuk saat periode embrionik. Ada beberapa periode janin (Cunningham,
2013).
5. Manifestasi Klinis Kehamilan Trimester III
Berikut manifestasi klinis kehamilan Trimester III menurut Ratnawati (2017):
a. Sakit bagian tubuh belakang (punggung-pinggang) karena meningkatnya beban berat
dari janin yang dapat memengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan arah
tulang belakang.
b. Payudara keluar cairan yang disebut kolostrum, merupakan makanan bayi pertama dan
kaya akan protein
c. Pada trimester ketiga terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang membesar ke arah
usus.
d. Ibu hamil akan merasa susah bernapas pada usia kehamilan 33-36 minggu karena tekanan
rahim yang membesar dan berada di bawah diafragma.
e. Kepala bayi turun ke panggul akan menekan kandung kemih sehingga menyebabkan ibu
sering kencing.
f. Pada kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul yang akan mengakibatkan
varises.
g. Braxton-Hicks atau kontraksi palsu berupa rasa sakit di perut yang ringan, tidak teratur
dan akan hilang bila ibu hamil duduk dan istirahat.
h. Perut janin yang semakin besar akan meningkatkan tekanan pada kaki dan pergelangan
kaki, hal ini disebut edema.
i. Kram kaki timbul karena sirkulasi darah yang menurun atau bisa kekurangan kalsium.
j. Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal, cairan biasanya jernih. Pada
awal kehamilan cairan berwarna agak kental sedangkan pada saat mendekati persalinan,
cairan tersebut akan lebih cair (Ratnawati, 2017).
B. Konsep Anemia
1. Pengertian Anemia
Menurut Kemenkes (2018) dalam (Sari, 2019) anemia adalah suatu kondisi tubuh
dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari
normal, yang akan mengakibatkan terganggunya distribusi oksigen oleh darah ke seluruh
tubuh.
Anemia gizi menurut Andriani & Wijatmadi (2012) dalam (Damayanti, 2018) adalah
suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal sebagai
akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam produksinya guna
mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi adalah anemia
yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan
fungsi lain dalam tubuh terganggu.
Anemia defisiensi zat besi (ADB) adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan
cadangan zat besi. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan berkurangnya sintesis
hemoglobin sehingga menghambat proses pematangan eritrosit. Zat besi yang tidak adekuat
disebabkan oleh rendahnya asupan besi total dalam makanan atau bioavailabilitas besi yang
dikonsumsi menurun (makanan banyak serat, rendah daging, dan rendah vitamin C),
kebutuhan akan zat besi yang meningkat (pada bayi prematur, anak dalam pertumbuhan, ibu
hamil dan menyusui), perdarahan kronis, diare kronik, malabsorbsi, serta infeksi cacing
tambang (Alamanda, 2013). Menurut WHO (2014) dalam (Berbekti et al., 2019) anemia
pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 11gr/dl sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah
(Erythtopoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan konsentrasi Hb pada tingkat
normal.
Anemia kehamilan adalah kondisi tubuh dengan kadar hemoglobin dalam darah <11
g% pada trisemester 1 dan 3 atau kadar Hb <10,5 g% pada trimester 2 menurut Aritonang
(2015) dalam (Noviana, 2019). Menurut Irianto (2014) dalam (Noviana, 2019) selama
kehamilan, wanita hamil mengalami peningkatan plasma darah hingga 30%, sel darah 18%,
tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya, frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi.
2. Anatomi dan Fisiologi Anemia Pada Kehamilan
Anatomi dan fisiologi anemia pada ibu hamil menurut (Putri & Hastina, 2020)
a. Anatomi
Bagian-bagian Darah :
1) Air : 91%.
2) Protein : 35 (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen).
3) Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium,
kalsium dan zatbesi).
4) Bahan organic : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan
asamamino).
Ajeng, N. Perubahan Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil Trimester III. Yogyakarta : 2012
Andria. 2017. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di RSUD Rokan Hulu. Universitas Pasir Pengaraian.
Anggraeni, dkk. 2016. Hubungan Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet
Fe dengan Kejadian Anemia. Stikes Bhamada Jawa Timur Arikunto, Suharsimi. 2014.
Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Aryanti, dkk. 2013. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun 2013.
Universitas Malahayati.
Asrinah, Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta : Graha Ilmu; 2010.
Astuti, M. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: EGC ;2010.
Aulia. 2012. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSUD Panembahan
Senopati Bantul Tahun 2012. Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Bidan Mandriwati, G.A. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : EGC;
2011.
Hani, U. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika; 2010.
Herry, Z. P. 2013. Pendidikan Psikologi Untuk Bidan Suatu Teori dan Terapannya.
Yogyakarta
Manuaba, I.B.G.; I.A. ChandranitaManuaba; I.B.G. Fajar Manuaba. 2005. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta : EGC.
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. S
b. No. Rekam Medis : 545 xxx
c. Tanggal Lahir : 10-071992
d. Usia : 30 tahun
e. Pendidikan Terakhir : SMP
f. Pekerjaan : ibu rumah tangga
g. Agama : islam
h. Suku/bangsa : jawa
i. Alamat : Dusun Krajan, RT 01 RW 01 Bantur
j. No. Telp :
c. Mata :
1. Sklera ikterik :( ) Ya (√) tidak
2. Konjuntiva anemis :( ) Ya (√) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan :-
d. Hidung :
1. Sekret :( ) Ya (√) tidak
2. Polip :( ) Ya (√) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan :-
f. Telinga :
1. Serumen :( ) Ya (√) tidak ada
2. Sekresi :( ) Ya (√) tidak ada
3. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan :-
g. Leher :
1. Hiperpigmentasi :( ) Ya (-) tidak ada
2. Kelejar tiroid :( ) membesar (-) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (-) tidak ada
Sebutkan :-
h. Ketiak : :
1. Kelenjar limfe :( ) membesar (-) tidak
2. Keluhan :( ) Ya (-) tidak ada
Sebutkan :-
j. Payudara :
1. Puting : ( √ ) eksverted ( ) datar ( ) inverted ( ) lecet
2. Areola hiperpigmentasi : ( ) Ya (√ ) tidak ada
3. Pengeluaran ASI : ( ) Ya (√ ) tidak ada
4. Bentuk : (√ ) simetris ( ) tidak simetris
5. Teraba : (√ ) ada massa (√ ) hangat ( ) tidak ada
massa
6. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak ada
Sebutkan : -
k. Abdomen :
1. Hiperpigmentasi : (√ ) Ya ( ) tidak ada
2. Linea : ( ) Alba ( ) Nigra
( ) Striae ( ) Livide
( ) Albican
Bekas operasi ( √ ) Ada ( ) Tidak ada
3. Uterus :
Tinggi fundus uteri : 29 cm Kontraksi : ( √ ) Ya ( ) Tidak
a. Leopold I : TFU 3 jari dibawah pusar (29 cm)
b. Leopold II : PUKA
c. Leopold III : Presentasi kepala masih goyang
d. Leopold IV :
4. Denyut Jantung Janin : 140x/menit
5. Keluhan : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
Sebutkan : -
l. Genetalia :
1. Kebersihan : (√ ) Ya ( ) tidak
2. Varises : ( ) Ya ( √ ) tidak
3. Pengeluaran : darah/keputihan/lendir/tidak ada
4. Hemoroid : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
5. Keluhan : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
Sebutkan : V/V = TAA, PØ = menutup
n. Masalah Khusus :
1. Eliminasi :
BAB 5xhari
BAK 1xhari
2. Istirahat dan kenyamanan :
Pasien tidur selama 8-9 jam dari jam 09.00 malam sampai jam 04.00 pagi
3. Mobilisasi dan latihan :
Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri tanpa bantuan suami.
4. Nutrisi dan cairan :
Minum air putih sebanyak 1,5 liter per hari dan memproleh terapi cairan RL 500 cc 20
tpm
5. Keadaan Psikologis :
Pasien tampak tenang
6. Persiapan persalinan :
( ) Senam hamil
( ) Rencana tempat melahirkan
( ) Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu
( ) Kesiapan mental ibu dan keluarga
( ) Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan dan proses persalinan
( ) cara menangani nyeri persalinan
( ) Perawatan payudara
b. Lain-lain :-
DS : pasien mengeluh Penurunan Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer tidak
pusing dan lemas konsetrasi (D.0009) efektif (D.0009) b/d
hemoglobin Penurunan
DO : pasien tampak pucat konsentrasi
dan adanya edema pada hemoglobin
ektremitas bawah, turgor
kulit <3 detik
Hasil Laboratorium
- Hemoglobin : 7,1 g/dL
- Hematokrit 26,2 %
- MCV 65,2 ulm^3
- MCH 19,2 Pg
- MCHC 29,4 %
Hasil TTV
- TD : 123/89
- N : 69
- S : 36,4
- RR : 20x/m
2. Risiko Setelah dilakukan Pemantuan Cairan 31-12- Pemantuan Cairan 31- S : pasien mengatakan
Hipovolemia intervensi selama Observasi : 2022 Observasi : 12- sudah lancar BAB
(D.0034) b/d 1x24 jam diharapkan - Monitor frekuensi dan - Melaukan monitoring 2022 dengan 1x/hari
Diare keseimbangan cairan kekuatan nadi frekuensi dan kekuatan
meningkat dengan : - Monitor frekuensi napas nadi O : adanya edema pada
1. edema cukup - Monitor tekanan darah - Melakukan monitoring ektremitas bawah, turgor
menurun kulit <3 detik
- Monitor intake dan output frekuensi napas
2. kekuatan nadi cairan - Melakukan monitoring A : masalah teratasi
cukup membaik - Identiifikas tanda-tanda tekanan darah sebagian
hipovolemia - Melakukan monitoring
intake dan output cairan P : melanjutkan
Terapeautik - Mengidentiifikas tanda- intervensi Pemantauan
- Dokumentasikan hasil
tanda hipovolemia
Hasil Laboratorium dan
pemantauan Transfusi Darah
Terapeautik
- Mendokumentasikan hasil
pemantauan