Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERGLIKEMIA DI RUANG


SOEDIRMAN RSUD KANJURUHAN

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II (KMB II)

OLEH :
MEYNANDA OLIVIA DWI CAHYANI
NIM.202210461011067

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERGLIKEMIA DI RUANG


SOEDIRMAN RSUD KANJURUHAN

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II (KMB II)

KELOMPOK 8
NAMA : MEYNANDA OLIVIA DWI CAHYANI
NIM. 202210461011067
PERIODE PRAKTEK /MINGGU KE 7 : 09 Januari 2023 s/d 14 Januari 2023

Malang, 11 Januari 2023


Mahasiswa, Pembimbing,

Meynanda Olivia Dwi Cahyani

CI Lahan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar gkatan kadar glukosa darah yang
darah yang ditandai dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah ≥200 mg/dL dan gula darah puasa
≥126 mg/dL (PERKENI, 2011). Menurut World Health Organization (WHO) hiperglikemia
adalah kadar glukosa darah >126 mg/dl, dimana kadar glukosa darah antara 100-126 mg/dl
dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa (Kemenkes RI, 2014). Selain itu, hiperglikemi
merupakan keadaan di mana glukosa darah seseorang sedang dalam tingkat yang tinggi,
dikarenakan insulin yang dihasilkan tidak cukup atau tidak dapat berfungsi secara efektif, glukosa
yang ada dalam darah tidak dapat digunakan menjadi energi karena tidak dapat memasuki sel tubuh
dan tetap menumpuk dalam darah sehingga kadar glukosa darah menjadi tinggi. Pada keadaan
kronik umumnya terjadi pada penyakit diabetes mellitus menyebabkan angka kematian dan
kecacatan yang tinggi akibat komplikasi yang ditimbulkannya. (Yuliadi, 2014; Children’s Diabetes
Services, 2010)

1.2 Etiologi

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar gkatan kadar glukosa darah yang
darah yang ditandai dengan hasil pemeriksaan kadar gula darah ≥200 mg/dL dan gula darah puasa
≥126 mg/dL (PERKENI, 2011). Menurut World Health Organization (WHO) hiperglikemia
adalah kadar glukosa darah >126 mg/dl, dimana kadar glukosa darah antara 100-126 mg/dl
dianggap suatu keadaan toleransi abnormal glukosa (Kemenkes RI, 2014). Selain itu, hiperglikemi
merupakan keadaan di mana glukosa darah seseorang sedang dalam tingkat yang tinggi,
dikarenakan insulin yang dihasilkan tidak cukup atau tidak dapat berfungsi secara efektif, glukosa
yang ada dalam darah tidak dapat digunakan menjadi energi karena tidak dapat memasuki sel tubuh
dan tetap menumpuk dalam darah sehingga kadar glukosa darah menjadi tinggi. Pada keadaan
kronik umumnya terjadi pada penyakit diabetes mellitus menyebabkan angka kematian dan
kecacatan yang tinggi akibat komplikasi yang ditimbulkannya. (Yuliadi, 2014; Children’s Diabetes
Services, 2010)

1.3 Klasifikasi

Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a) Komplikasi akut
- Ketoasidosis diabetic
- Koma hiperglikemik hipersmoler non ketonic
- Hipoglikemia
- Asidosis lactace
- Infeksi berat
b) Komplikasi kronik
- Komplikasi vaskuler
✓ Makrovaskuler : PJK, stroke, pembuluh darah perifer
✓ Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
- Komplikasi neuropati
✓ Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare diabetic,
buli-buli neurogenic, impotensi, gangguan refleks, kardiovaskuler.
- Komplikasi neuropati
✓ Ulkus kaki
- Campuran vascular neuropati
- Komplikasi pada kulit

1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun – tahun mendahului timbulnya


kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan
(gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tetap beresiko beresiko
mengalami mengalami komplikasi komplikasi metabolic metabolic diabetes diabetes (Agustien,
(Agustien, 2013). Gejala awal umum yang sering muncul pada penderita hiperglikemi (akibat
tingginya kadar glukosa darah) seperti polifagia, polidipsi, polyuria, kelainan kulit, agia, polidipsi,
polyuria, kelainan kulit, gatal-g gatal-gatal, kulit kering, rasa kesemutan, kram otot, visus menurun,
penurunan berat badan, dan kelemahan tubuh. (Smeltzer & Bare, 2013)

1.5 Komplikasi

Hiperglikemia akan menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Ketoasidosis merupakan salh satu komplikasi dari hiperglikemia jangka panjang dimana tanda
gejalanya anatara lain :

- Nafas pedek
- Nafas bau buah
- Mual muntah dan mulut kering
Selain ketoasidosisi, hiperglikemia juga dapat meningkatkan komplikasi pada gagal jantung
dan ginjal. Jika hiperglikemia terjadi lama hal ini dapat menyebabkan penurunan aliran
darah terutama pada kaki dan terjadi kerusakan saraf, sehingga kaki mudah mendapatkan
luka dan sulit sembuh (gangren).

1.6 Patofisiologi
Pada mulanya sel beta pankreas gagal atau terhambat oleh beberapa keadaan stress yang
menyebabkan sekresi insulin menjadi tidak adekuat (defisiensi insulin). Terdapat 3 efek utama
kekurangan insulin sebagai berikut pengurangan penggunaan glukosa oleh sel – sel tubuh, dengan
akibat peningkatan konsentrasi darah setinggi 300-1200 mg/hari/100ml, peningkatan mobilisasi
lemak dari daerah – daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolism metabolism lemak maupun pengendapan lemak maupun
pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang menyebabkan aterosklerosis, dan
pengurangan protein protein dalam jaringan jaringan tubuh (Priyanto, (Priyanto, 2012). Pada
keadaan keadaan stres tersebut tersebut terjadi terjadi peningkatan peningkatan hormon glukagon
glukagon sehingga sehingga pembentukan pembentukan glukosa glukosa akan meningkat
meningkat dan menghambat pemakaian glukosa perifer, yang akhirnya menimbulkan
hiperglikemia. Karena tingginya glukosa dalam darah melebihi ambang batas renal, hal ini
menyebabkan glucosuria. Selanjutn suria. Selanjutnya terjadi diuresis osmotik yang menyebabk
yang menyebabkan cairan dan elektrolit tubuh berkurang. Perfusi ginjal menurun dan sebagai
akibat sekresi hormon lebih sekresi hormon lebih meningkat lagi. gkat lagi. Manifestasi klinis yang
muncul yaitu yang muncul yaitu polyuria dan dehidrasi (Corwin, 2009)

1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah; meningkat 200-100 mg/dl, atau 1. Glukosa darah; meningkat 200-100
mg/dl, atau lebih
2. Aseton plasma; positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas; kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolitas serum; Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
5. Elektrolit :
- Natrium; mungkin normal, meningkat atau menurun. menurun.
- Kalium; normal atau peningkat atau peningkatan semu (perpinda semu
(perpindahan selular), han selular), selanjutnya akan menurun.
- Fosfor; lebih sering menurun.
- Hemoglobin glikosilat; kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 yang kurang selama 4 bulan
terakh bulan terakhir (lama hidup SDM) (lama hidup SDM) dan karenanya sangat
bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA
yang berhubungan dengan insiden.
- Glukosa darah arteri; Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
- Trombosit darah; Ht
- Trombosit darah; Ht mungkin meningkat (dehidrasi) mungkin meningkat
(dehidrasi), leukositiosis hemoko , leukositiosis hemokonsentrasi, nsentrasi,
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
- Ureum kreatinin Ureum kreatinin; mungkin meningkat atau kin meningkat atau
normal (dehidrasi/penurunan fungsi unan fungsi ginjal.
- Amilase darah; mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
- Insulin darah; Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufiensi insulin/gangguan
dalam penggunaannya penggunaannya (endogen/eksogen). (endogen/eksogen).
Resisten Resisten insulin insulin dapat berkembang berkembang
sekunder sekunder terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).
- Pemeriksaan fungsi tiroid; peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
- Urine; Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
- Kultur dan sensifivitas; Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

1.8 Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi utama terapi hiperglikemia adalah mencoba menormalkan


aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen penatalaksanaan
hiperglikemia (Doenges, 1999 dan Priyanto, 2012):
1. Diet :
a) Komposisi makanan
Tahap pertama dalam perencanaan makan adalah mendapatkan
riwayat diet untuk mengidentifikasi kebiasan makan pasien dan
gaya hidupnya. Tujuan yang paling paling penting penting dalam
penatalaksanaan penatalaksanaan diet bagi penderita penderita
hiperglikemia hiperglikemia adalah pengendalian pengendalian
asupan kalori total untuk mencapai mencapai atau
mempertahankan mempertahankan berat badan yang sesuai dan
pengendalian kadar glukosa darah. Persentase kalori yang berasal
dari karbohidrat, protein dan lemak. Distribusi kalori dari
karbohidrat saat ini lebih dianjurkan dari pada protein dan lemak.
- Karbohidrat yang diperlukan pada penderita hiperglikemia
per porsi makanan antara 60% sampai dengan 70% .
- Protein yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per
porsi makanan antara 10% sampai dengan 15%.
- Lemak yang diperlukan pada penderita hiperglikemia per
porsi makanan antara 20% sampai dengan 25%.
- Jumlah kalori perhari Kalori yang diperlukan pada
penderita hiperglikemia per hari antara 1100 sampai dengan
2300 Kkal. Sedangkan kebutuhan kalori basal menurut
jenis kelamin antara lain laki-laki sebesar 30 Kkal/kg BB
dan perempuan 25 Kkal/kg BB.
b) Penilaian status gizi Penilaian status gizi penderita hiperglikemia
dapat dilakukan dengan rumus BBR. BBR = TB-100 X 100% 3)
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang
bekerja Kalori yang diperlukan penderita DM dalam sehari
menurut status gizinya antara lain:
- Kurus (BB X 40 s/d 60 Kal/hari)
- Normal atau ideal (BB X 30 Kal/hari)
- Gemuk (BB X 20 Kal/hari)
- Obesitas (BB X 10 s/d 15 Kal/hari)
c) Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip dalam
penatalaksanaan hiperglikemia. Kegiatan jasmani sehari – hari dan
latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit). Latihan jasmani yang dimaksud adalah berjalan, berjalan,
bersepeda bersepeda santai, santai, jogging, jogging, senam dan
berenang. berenang. Batasi jangan terlalu terlalu lama melakukan
kegiatan yang kurang memerluka pergerakan, seperti menonton
televisi (PERKENI, 2015)
d) Edukasi Penyuluhan perawatan diri pada penderita sangat
diperlukan untuk mencegah atau setidaknya menghambat
munculnya penyulit kronik maupun penyulit akut yang ditakuti
penderita, khusunya dilakukan pada kelompok resiko tinggi, seperti
pasien dengan umur diatas 45 tahun, kegemukan lebih dari 120%
BB idaman atau IMT > 27 kg/m, memilik kg/m, memiliki riwayat
hipertensi > tensi > 140/90 mmHg, keluarga memiliki riwayat DM,
90 mmHg, keluarga memiliki riwayat DM, pasien pasien dengan
pemeriksaan pemeriksaan penunjang penunjang menunjukan
menunjukan dislipidemia, dislipidemia, HDL 250 mg/dl, Para
TGT atau GPPT (TGT > 140 mg/dl s/d 2200 mg/dl), glukosa
plasma puasa derange/GPPT > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl).
Penyuluhan dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui beberapa cara
yaitu ceramah, seminar, diskusi kelompok dan sebagainya. Hal ini
bertujuan untuk mengubah mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilaku. ahuan, sikap, dan perilaku.
e) Obat berkaitan hiperglikemia yang biasa diberikan pada pasien
hiperglikemia yang diberikan via oral antara lain Sulfoniluria:
glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimiperide, peride, glipizide,
Biguanit (Metformin), Inhibitor glucosidase, dan Biguanit
(Metformin), Inhibitor glucosidase, dan Tiosolidinedlones
osolidinedlones.
f) Insulin Berdasarkan cara kerjanya, insulin dibagi tiga yaitu insulin
yang kerja cepat (20 menit) contohnya insulin reguler, insulin kerja
sedang contohnya insulin suspense, dan insulin kerja lama seperti
insulin suspense seng.
1.9 Pathway

Defisiensi Insulin

Glukagon Penurunan
meningkat Pemakaian
glukosa oleh sel

Glukagonogenesis Hiperglikemia

Lemak Protein
Glycosuria

ketogenesis BUN meningkat Osmotic Diuresis Kekurangan


volume
ketoanemia Nitrogen urine cairan
Dehidrasi
meningkat
Hemokonsentrasi
Mual muntah pH menurun

Trombosis
Defisit Nutrisi asidosis
Aterosklerosis

Koma, Mikrovaskuler
Makrovaskuler
Kematian

Jantung Selebral Ekstremitas Retina

Miokard Stroke Gangren Retinopati


infark diabetic

Gangguan
penglihatan
Gangguan
Integritas Kulit

Resiko injury
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo, T. 2002. Penatalaksanaan Diab Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Cetakan.


etes Mellitus Terpadu Cetakan.2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medika Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, alih bahasa: l Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung, Yasmin A Agung, Yasmin Asih.,
Juli, Kuncara, I.made karyasa sih., Juli, Kuncara, I.made karyasa. Jakarta: EGC. SDKI.

Edisi 1. Cetakan III SLKI. Edisi 1. Cetakan II SIKI. Edisi 1. Cetakan II

Saraswati, sylvia. 2019. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat Diabetes Hipertensi Dan Stroke.
Yogyakarta: A Plus

Sujono, Sukarmin. 2018. Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin Dan Endokrin Pada
Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu

Tjay, Tan. 2017. Obat-Obat Penting. Jakarta : Media Komputibdo ADA, Diagnosis And
Clasification Of DM.

Anda mungkin juga menyukai