G. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia
juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah
bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan
gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan
sistem saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara
yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia
yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita
DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung
pada keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati
dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa,
tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi
(2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa
murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia
berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena
pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan
darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50%
adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkankonsentrasi 25%
biasanya diberikankepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak
seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan
kesehatan yang berkualitas profesional, glucagon dapat
diberikan oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM) injeksi oleh
orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah
keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara darurat.
J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian Primer Hipoglikemia
a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada
secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
Chin lift/ Jaw thrust
Suction
Guedel Airway
Instubasi Trakea
b. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
Beri oksigen
Posisikan semi Flower
c. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
Cek capillary refill
Pemberian infus
Auskultasi adanya suara nafas tambahan
Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
Cek Frekuensi Pernafasan
Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
d. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.Posisikan pasien
posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera berikan
Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
2. Pengkajian Sekunder Hipoglikemia
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan
diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang,
sepsis.
b. Riwayat :
ANC
Perinatal
Post natal
Imunisasi
Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
Pemakaian parenteral nutrition
Sepsis
Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi
Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
Kanker
c. Data fokus
Data Subyektif:
Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
Rasa lapar (bayi sering nangis)
Nyeri kepala
Sering menguap
Irritabel
Data obyektif:
Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler,
keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
Plasma glukosa < 50 gr
3. Pengkajian Head To Toe
1) Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak adanyeri
tekan
2) Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan
3) Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera ikterik,konjungtiva
anemis, pupil isokor
4) Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret, terpasang
O2 nasal 5 liter/menit
5) Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,tidak ada
perdarahan
6) Mulut dan gigi :mukosa kering, mulut bersih
7) Leher :tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak
adapembesaran limfoid
Thorax :
I : ekspansi dada tidak simetris, tidak ada luka, frekuensi nafas tidak teratur
P : tidak ada udema pulmo
P : ada nyeri tekan dada kiri
A : bunyi jantung S1,S2 tunggal, bunyi paru ronchi
9) Abdomen :
I : tidak ada luka, tidak ada asites
A : bising usus normal 10 x/menit
P : suara timpani
P : ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan
3 3
ROM : penuh, Akral hangat, tidak ada edema, terpasang infuse RL di lengan kanan
12) Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Handerson :
1) Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal, tidak menderita
penyakitpernafasan
Saat dikaji : pasien sesak nafas, RR 22x/ menit
2) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari (nasi, sayur, dan lauk)pasien suka makan
yang mengandung kolesterol tinggi, minum 6-8 gelas/hari
Saat dikaji : pasien makan sesuai diit yang telah diberikan, minum 4-5
gelas/hari
3) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari
Saat dikaji : pasien BAK 3-5x/hari dan BAB 1x/hari
4) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas secara mandiri, bekerja sebagai
wiraswasta
Saat dikaji : aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan tidak dapat bekerja.
5) Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari
Saat dikaji : pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari
6) Pola suhu
Sebelum sakit : pasien tidak pernah demam (suhu normal)
Saat dikaji : suhu pasien normal 360C
7) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai keinginannya
Saat dikaji : pasien hanya melakukan gerak-gerak terbatas karenasesak dan
nyeri dada kiri
8) Pola berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri
danmemakai pakaian kesayangannya
Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian seadaanya dan dibantu keluarga
saat mengganti pakaiannya
2. Gangguan perfusi Setelah dilakukan Intracranial Pressure1. Agar pasien lebih kooperatif
jaringan cerebral tindakan (ICP) Monitoring 2. ( Perubahan tekanan CSS
berhubungan keperawatan selama Monitor tekanan merupakan potensi resiko herniasi
dengan disfungsi 1x24 jam diharapkan intrakranial ) batang otak
system saraf pusat gangguan perfusi1. Jelaskan kepada3. aktivitas seperti ini akan
akibat hipoglikemia jaringan cerebral pasien tentang meningkatkan intra thorak dan
normal dengan tindakan yang akan abdomen yang dapat
kriteria: dilakukan meningkatkan TIK
Tissue Prefusion 2.
: Pertahankan posisi4. Pengkajian kecenderungan adanya
cerebral tirah baring dengan perubahan tingkat kesadaran dan
1. Tingkat kesadaran posisi kepala head up potensial peningkatan TIK sangat
komposmentis 3. Bantu pasien untuk berguna dalam menentukan
2. Disorientasi tempat, berkemih, membatasi lokalisasi
waktu, orang secara batuk, muntah,5. Perubahan pada frekuensi jantung
tepat mengejan, anjurkan mencerminkan trauma/tekanan
3. TTV dalam batas pasien napas dalam batang otak
normal (suhu 35,5ºC selama pergerakan
– 37,5ºC, nadi 60-4. Pantau status
100 x/menit, tekanan neurologis dengan
darah 120/80 mmHg) teratur
5. Pantau TTV
3. Defisit volume Setelah dilakukan Fluid Management 1. Menghindari kelebihan ambang
cairan tindakan 1. Batasi intake cairan ginjal dan menurunkan tekanan
berhubungan keperawatan selama yang mengandung osmosis.
dengan diuresis 1x24 jam diharapkan gula dan lemak
2. Mempertahankan komposisi cairan
osmotik defisit volume cairan misalnya cairan dari tubuh, volume sirkulasi dan
teratasi dengan buah yang manis. menghindari overload jantung.
kriteria: 2. Kolaborasi dalam
3. Dehidrasi yang disertai demam
Fluid Balance pemberian terapi akan teraba panas, kemerahan
1. TTV stabil (N:60-100 cairan 1500-2500 ml dan kering di kulit sebagai indikasi
x/menit, TD: 100- dalam batas yang penurunan volume pada sel.
140/80-90 mmHg, S: dapat ditoleransi
4. Memberikan perkiraan kebutuhan
36,5-370C, RR: 12-20 jantung. cairan tubuh (60-70% BB adalah
x/menit), 3. Observasi suhu, air).
2. nadi perifer teraba warna, turgor kulit dan
5. Penurunan volume cairan darah
kuat kelembaban, akibat diuresis osmotik dapat
3. turgor kulit baik pengisian kapiler dan dimanifestasikan oleh hipotensi,
4. CRT < 2 detik membran mukosa. takikardi, nadi teraba lemah, CRT
5. haluaran urine >1500-4. Pantau masukan dan yang lambat, turgor kulit yang tidak
1700 cc/hari pengeluaran, catat elastis.
6. kadar elektrolit urin balance cairan
dalam batas normal. 5. Observasi TTV, catat
adanya perubahan
TD, Turgor kulit, CRT.
4. Penurunan curah Setelah dilakukan Vital Sign Monitor 1. Agar pasien lebih kooperatif
jantung tindakan 1. Jelaskan kepada
2. Menurunkan stress dan ketegangan
berhubungan keperawatan selama pasien tentang yang mempengaruhi tekanan
dengan 1x24 jam diharapkan tindakan yang akan darah dan perjalanan penyakit
vasokonstriksi penurunan curah dilakukan hipertensi
pembuluh darah jantung normal2. Berikan waktu istirahat
3. Pembatasan ini dapat menangani
dengan kriteria: yang cukup/adekuat. retensi cairan dengan respon
Circulation Status 3. Berikan pembatasan hypertensive, dengan demikian
Vital Sign Status cairan dan diit natrium menurunkan beban kerja jantung
1. TTV ( TD 120/80 sesuai indikasi 4. Diuretik meningkatkan aliran urine
mmHg, Nadi 60-1004. Kolaborasi dengan dan menghalangi reabsorsi dari
x/menit ) dalam batas dokter dalam sodium/klorida didalam tubulus
normal. pemberian terapi ginjal
2. Kesadaran diuretik. 5. Tachycardia merupakan tanda
Composmentis 5. Observasi: Nadi ( kompensasi jantung terhadap
3. CRT < 2 detik. irama, frekuensi ), penurunan kontraktilitas jantung.
4. Sp O2 95-100 % Tekanan Darah. Mengetahui fungsi pompa jantung
yang sangat dipengaruhi oleh CO
dan pengisisan jantung.